Sensasi Minum Kopi Racikan Barista Bertelanjang Dada di Warung Kopi Asiang Pontianak

Warung Kopi Asiang Pontianak - Di Kota Pontianak terdapat berbagai kedai kopi legendaris dengan atraksi kopi yang keren. Masyarakat di kota ini memang punya budaya minum kopi yang unik. Mereka terbiasa berbondong-bondong minum kopi di kedai sejak pagi hari. Salah satunya di Warung Kopi Asiang yang terletak di Jalan Merapi, Pontianak, Kalimantan Barat. 
kopi legendaris pontianak
Warung Kopi Asiang Pontianak

Jumat malam (19/4/2019) seusai bersantap malam lezat di Rumah Makan Ale-Ale (rumah makan masakan khas Pontianak), saya dan Ibu Amanda, Mbak Atiek, dan Mas Amril, pergi melihat-lihat suasana malam kota Pontianak. Tujuan kami Gajah Mada Coffee Street. Oh ya, saya ke Pontianak dalam rangka mengikuti kegiatan Forest Talk with Blogger yang digelar oleh Yayasan Dr Sjahrir dan Climate Reality Indonesia. Bu Amanda dan Mbak Atiek adalah 2 pembicara dalam talkshow di acara tersebut. Sedangkan Mas Amril adalah moderatornya. Kami berada di Kota Pontianak selama 3 hari.

Bu Amanda bercerita tentang warung kopi yang pernah dilihatnya. Katanya, kopinya enak, pengunjungnya ramai, suasananya seru, nuansa Melayu nya kental, pokoknya lain dari yang lain. Saya penasaran pada suasana yang digambarkan, bukan pada kopinya (saya memang bukan penggemar kopi hihi). Maka, ketika mobil kami melintas di Jalan Gajah Mada, saya memasang mata tajam-tajam. 
Salah satu kedai kopi di Gajah Mada Coffee Street

Gajah Mada Coffee Street

Sebutan Gajah Mada Coffee Street memang tepat. Warung kopi di kawasan ini mudah sekali dijumpai. Warungnya ada di banyak tempat, di ruko-ruko yang berderet sepanjang jalan. Tampilan warung-warungnya sederhana, bukan mentereng dan modern ala coffeeshop. Satu hal yang bikin saya takjub adalah membludaknya orang-orang yang duduk minum kopi. Dari dalam hingga luar warung tumpah ruah. Bahkan, motor-motor pengunjung turut berjejal di bagian depan hingga pinggir jalan. Seakan tak menyisakan ruang sedikitpun untuk sekedar lewat. Bukan hanya satu warung ramai orang, tapi hampir semua warung. 

Saya jadi ingat suasana malam hari di Aceh, kota dengan budaya minum kopi yang unik, dan warung-warung kopi yang selalu dipadati kaum Adam. Di Pontianak ini, makin malam pengunjung makin ramai. Tak ada waktu tertentu, weekdays dan weekend warung-warung kopi tetap diserbu. Kebiasaan ngopi memang menjadi tradisi warga Pontianak yang tidak bisa ditinggalkan. Biasanya didominasi oleh laki-laki, tapi bukan berarti tak ada perempuan yang masuk warung dan minum kopi.

Mas Sudin, supir mobil yang kami sewa bercerita. Katanya, ada 2 warung kopi legendaris yang sangat terkenal di Pontianak, yaitu Warung Kopi Asiang dan Warung Kopi Aming. Hmm…nama-nama bernuansa Tionghoa banget ya. Memang iya! Apakah malam itu kami bakal mampir? Oh tidak. Sabtu malam dan Minggu pagi kami baru ke sana. Malam itu, Kopi Asiang dan Kopi Aming cukup jadi penghias bibir dulu.
Kedai Kopi di Kota Pontianak

Sesaat di Warung Kopi Aming

Rencana pergi ke Warung Kopi Asiang baru terealisasi hari Minggu pagi (21/4/2019). Hari Sabtu (20/4/2019) kami sibuk acara, kegiatannya sampai sore. Usai acara lanjut jalan-jalan ke Tugu Khatulistiwa, Rumah Radakng (Rumah Panjang), dan sunset-an di Sungai Kapuas. Sampai di kota sudah malam. Dalam perjalanan menuju hotel Ibis Pontianak, kami diajak melewati Warung Kopi Aming. Kami mampir. Tapi bukan untuk duduk-duduk minum kopi. Mbak Atiek masuk memesan kopi (take away). Sedangkan saya, apa lagi yang akan diperbuat selain sibuk berburu foto untuk bahan cerita. 

Menurut cerita supir, Pak Jokowi pernah mampir ke Warkop Aming. Beliau memesan secangkir Kopi Susu seharga Rp 9.000,- dan mencicipi Roti Srikaya Panggang. Warkop Aming memang terkenal sebagai salah satu warkop legendaris yang ada di Pontianak. Sudah buka sejak 1970. Saking populernya, Kopi Aming sampai buka cabang di Jakarta. Ok baiklah. Suatu hari nanti bila kembali lagi ke Pontianak, saya akan berlama-lama di sini. Menikmati suasana sambil menyeruput kopi, berdua Mas Arif. 

Aming Coffee
Jl. Haji Abbas 1 No.157, Benua Melayu Darat.
Pontianak Selatan, Kalimantan Barat.
Telp: 0812-5609-230
Jam Buka: 06.00 - 23.00.

Aming Coffee Pontianak (in frame : Mbak Atiek)

Warkop Asiang Kuliner Wajib Dikunjungi di Pontianak

Saya sangat bersemangat menyambut perjumpaan dengan Koh Asiang, sang barista bertelanjang dada. Bukan mau lihat dadanya lho yaaa. Itu aurat! Asyiaaaap! Haha.

Saya mempersiapkan diri dengan sarapan penuh gizi di resto Ibis Pontianak, tempat saya menginap. Pokoknya, perut tak kan dibiarkan kosong demi secangkir kopi Asiang. Kenapa perut harus berisi? Sebab bakal ada efek ‘mabok’ jika saya minum kopi dalam keadaan lambung kosong. Mual, mulas, sakit kepala, bahkan bisa muntah-muntah. Lambung saya memang bermasalah, jadi mesti dijaga. Saya tak mau ambil resiko gara-gara kopi. 

Jam 8 kami meluncur. Warkop Asiang jadi tujuan pertama. Maka, mobil tidak belok kemana-mana, langsung melaju cepat ke Jalan Merapi, membawa Bu Amanda, Mbak Atiek, Hendika, dan saya. Mas Amril tak bersama kami, sudah pulang ke Jakarta Sabtu sore. Tapi Mas Amril sudah lebih dulu jumpa Asiang, dia ke sana Sabtu pagi. 

Kami agak berkejaran dengan waktu, sebab jam 10 Mbak Atik, Bu Amanda, dan Hendika harus berangkat ke bandara. Pesawat mereka jam 12. Sedangkan saya 17:45. Masih lama. Begitu mobil sampai di depan warkop Asiang, semua bergegas turun, langsung masuk mencari bangku. Urusan parkir biar Mas Sudin supir yang urus. Di warkop memang tak ada tempat parkir, gangnya sempit. Apalagi banyak orang. Jadi, kalau bawa mobil memang agak repot. 
Warung Kopi Asiang Pontianak
Warung Kopi Asiang Pontianak

Warung Kopi Tradisional, Sederhana Tapi Terkenal

Sederhana. Itulah yang terlihat dari Warung Kopi Asiang. Menempati 3 ruko, seharusnya warung ini sudah terbilang besar. Tapi, begitu ramainya orang di dalam dan di luar, warung jadi tampak sempit. Bahu-bahu bersenggolan, lutut di bawah meja pun harus diatur agar posisi duduk tak kena orang lain yang ada belakang/samping. 

Meja-meja dan bangku plastik memenuhi bagian luar warung. Berbagi tempat dengan dapur kecil yang terbuka. Dapur itu bukan sembarang dapur, tapi dapur tempat sang legenda meracik kopi pesanan para pengunjung. Di sanalah Asiang bisa djumpai. 



Sosok Asiang, Barista Kondang Tanpa Baju

Sebagai warkop paling terkenal di Pontianak, tak heran bila kawan-kawan di Pontianak berpesan pada saya: “Wajib ngopi di warkop Asiang, legendaris! Jangan lupa berfoto dengan Koh Asiang nya ya. Nggak pakai baju. Ikonik!” Ok, berarti nggak afdol kulineran di Pontianak tanpa ngopi di warkop Asiang. Dan, sebutan “nggak pakai baju” itu pun jadi semacam brand yang bikin saya jadi penasaran seperti apa sosok Asiang.  

Peramu kopi sekaligus pemilik kedai kopi kondang itu bernama Yohanes Fendi, ia kondang dengan nama panggilan Koh Asiang. Badannya tinggi besar, kekar dan berkepala pelontos. Ciri khasnya tidak memakai baju, hanya bercelana pendek. Yes, pria kelahiran tahun 1958 itu sudah terbiasa meracik pesanan kopi dengan telanjang dada. Tak pernah sekali pun menggunakan baju. Kebiasaan ini telah menjadi semacam identitas yang membuat Asiang jadi kesohor. 

Koh Asiang sibuk di dapurnya

Ingin rasanya cepat-cepat wefie berdua sang barista. Biar kayak orang-orang. Tapi apa daya Koh Asiang sibuk melayani pembeli. Saya juga agak ragu mengajak berfoto. Wajahnya tampak tanpa ekspresi, irit bicara, dan jarang tersenyum. Saya panggil pun tak dilihat 😂

Sesekali saja Koh Asiang bicara pada pelayannya, menanyakan pesanan tamu sudah beres atau belum. Suaranya menggelegar, mungkin biar mengalahkan berisiknya suara orang-orang. Sangar euy. Antara ngeri dan ingin senyum-senyum saya liatnya 😁

Gesit meracik kopi

Tangan kiri dan kanannya gesit bergerak menuangkan air ke sebuah wajan besar, meracik kopi, menyiapkan cangkir, mengisi susu, dan menuangkannya. Tangan kirinya terangkat tinggi ketika menuangkan kopi ke cangkir. Sementara tangan kanan sibuk mengaduk dan menyaring bubuk kopi berkali-kali yang dituangkan ke dalam teko. Atraksi keren ini sangat menghibur. 

Setelah puas mengambil foto dan video, saya mencoba wefie. Biarin deh berjarak. Yang penting ada muka saya dan muka Koh Asiang dalam satu frame. Eeeh ajaibnya nih, pas saya selfie, dia melihat ke kamera hp, dan tersenyum! Wkwkwk. Sadar wefie juga dia. 

Akhirnya liat Koh Asiang tersenyum 😂

Bersantai, Ngobrol, Hingga Transaksi Bisnis

Bagian dalam warung sudah penuh orang. Di luar lebih ramai lagi. Bangku-bangku plastik tak ada yang kosong, semua diduduki. Untunglah rombongan kami masih kebagian tempat. Itu juga dapatnya pas banget ada yang pergi. 

Sebagaimana umumnya warung kopi tradisional, warung ini terbuka. Yang di dalam kelihatan dari luar, begitu juga sebaliknya. Di dalam hanya pakai kipas angin, di luar kipas alami alias angin beneran. Orang bebas merokok. Kebanyakan sih yang merokok itu duduk di luar. Tapi asap tetap masuk. Ya memang beginilah keadaannya. Orang-orang betah saja duduk, yang datang tetap berbondong-bondong. Nggak peduli gerah, dan juga nggak peduli baristanya menyeduh kopi sambil keringatan. Pokoknya ngopi. Titik. 

Di luar dan di dalam selalu penuh

Hening? Jangan harap. Berisik terus nggak pernah sunyi. Suasana begini paling menyenangkan bagi saya, bikin bergairah. Beda kalau pasar atau mall, ramai dan berisiknya bikin pusing. Di warkop saya malah pasang telinga, menguping berbagai ocehan, dari obrolan serius sampai ngalor ngidul. 

Kata Mas Dwi Wahyudi, banyak transaksi terjadi di warung kopi, nilainya sampai miliaran. Memang,  nggak semua yang datang untuk berbisnis, kadang cuma bersantai. Kata Radit Mananta, ada nggak ada duit pokoknya nongkrong di warung kopi. Kadang, pernah ada yang datang duduk satu meja berempat, tapi pesan kopinya cuma satu. Padahal gaya sudah necis, badan harum, tapi bokek. Hehe. Di sini, laki-laki rapi jelly hingga yang kusut dan tampak belum mandi berkumpul. Sama-sama menikmati kopi. Kami juga dong! 

Semua orang ngopi!

Minum Kopi Susu Asiang

Pelayan perempuan menanyakan pesanan. Kopi hitam atau kopi susu? Kue atau roti? Itu saja? Di sini nggak banyak menu. Tapi, apa yang tersedia cukup nampol buat sarapan di pagi hari. Kuenya banyak jenis, ini nih yang bikin ngiler. Ada beberapa kue yang baru saya lihat bentuknya, tampaknya enak. Sayang perut sudah kenyang, kuenya cuma saya lirik. Saya minum kopi susu, dan saya berhasil menghabiskannya sodara-sodara! 


Minum kopi Asiang bareng Bu Amanda, Mbak Atiek, dan Hendika

Foto Bersama Asiang

Usai minum, saya beranjak mendekati dapur lagi. Saya masih penasaran untuk berfoto bareng Koh Asiang. Difoto ya, bukan wefie. Apa kali ini berhasil? Koh Asiang masih tetap sibuk. Di dekatnya ada seorang pemuda berparas Tionghoa. Saya tebak-tebak buah manggis. Mungkin itu cucunya Koh Asiang. Anaknya kaliii! Ah terserah. Saya cuma mau bilang ke pemuda itu bahwa saya mau numpang foto sama Koh Asiang. 

Ajaib, akhirnya saya dan Bu Amanda berhasil foto bareng Koh Asiang. Haha. Pencapaian banget ya foto sama sang barista. 

Kamu mau kopi buatanku atau buatan Koh Asiang?

Resep Turun Menurun Kopi Asiang

Saya mungkin terlihat sering mendatangi kedai kopi atau coffee shop. Tapi sesungguhnya, tiap saya masuk kedai kopi tidak berarti minum kopi. Sebab saya bukan penggemar kopi. Alasan saya masuk kedai kopi macam-macam. Kadang cuma ingin bersantai, menikmati suasana, atau pun mencicipi menu favorit selain kopi. Kalau ada yang ajak ngopi, tetap saya jabanin. Paling persiapan perut dulu. Meski bukan penikmat kopi tidak berarti saya tidak penasaran dengan resep-resep kopi yang disajikan. Apalagi kalau kedai kopi terkenal, pastilah ada sesuatu dengan kopinya. Nah, apa yang menjadi kunci dari Kopi Asiang sehingga banyak yang memburunya?

Dilihat dari usianya, warung Kopi Asiang sudah terbilang tua. Dirintis pertama kali tahun 1958 oleh ayahnya Asiang. Awal-awalnya, keluarga Asiang berdagang kaki lima, hingga akhirnya pindah ke dalam ruko. Selama berkiprah, keluarga Asiang menggunakan resep turun-temurun. Kunci utamanya ada pada biji kopi yang digunakan yaitu kopi Robusta asli Kalimantan Barat. Menurut keterangan, kopi tersebut digoreng dan digiling sendiri oleh keluarga Asiang. 

Menjadi Barista di Warung Kopi Warisan Keluarga

Teknik Meracik Kopi ala Asiang

Sama seperti kebanyakan warung kopi di Pontianak, racikan kopi Asiang hanya terdiri dari bubuk kopi dan gula. Yang berbeda adalah teknik membuat kopi ala Hainan yang dipertahankan oleh Koh Asiang dari dulu sampai sekarang.

Mulanya, kopi diseduh menggunakan ceret khusus, lalu ceret ditarik-ulur sampai kopi yang tertuang dalam cangkir tampak berbuih. Cara membuat kopi seperti ini disebut dengan metode Hainan. Menurut sejarahnya, orang-orang Hainan-lah yang mewarisi cara membuat kopi dengan disaring dan ditarik. Teknik ini membuat aroma kopi keluar optimal. 

Setelah ceret ditarik-ulur, kopi disaring menggunakan saringan unik berbentuk panjang. Kemudian kopi disajikan dalam cangkir kecil tebal. Tips ala Asiang agar seduhan kopi jadi sempurna ada pada air seduhan yang dipakai yaitu harus benar-benar mendidih. Sedangkan untuk takarannya, 5 sendok kopi untuk 1 teko air. 

Ciri khas Asiang saat meramu kopi sudah lama menjadi buah bibir. Tak heran bila sejumlah stasiun televisi swasta, majalah nasional, koran, dan surat kabar daring internasional pernah meliputnya. Koh Asiang tentu bangga. Ya, saya pun turut bangga melihat kedai kopi tradisional bisa berjaya di kotanya sendiri.

Koh Asiang mempertahankan metode meracik kopi ala Hainan 

Warkop Asiang Buka Sejak Jam 3 Pagi

Kapan waktu terbaik ngopi di Warung Kopi Asiang? Kalau saya sih sukanya pagi dan malam hari. Kalau siang agak kurang nyaman. Bukan jam-jam bersantai soalnya hehe. Iya, saya mikirin suasana, bukan kebutuhan minum kopinya. Sensasi paling seru berada di warkop menurut saya malam hari. Soal ini, kembali ke selera masing-masing juga sih.

Ada yang suka ngopi dini hari? Nah, warung Kopi Asiang buka mulai pukul 03.00. Pagi sekali! Jam segitu saya masih mimpi indah di tempat tidur wak!

Warkop Asiang buka Jam 3:00 - 16:00. Di jam-jam tersebut Asiang bekerja melayani pembeli. Jam paling sibuk dialaminya sejak pukul 06.00 hingga sekitar pukul 11.00 WIB. Pelanggan yang datang di pagi hari biasanya warga yang habis berolah raga. Pengunjungnya dari berbagai kalangan, mulai dari warga biasa hingga pejabat. 

Dilihat dari ketiadaan tempat parkir, paling mudah datang ke warkop ini pakai motor. Kalau pakai mobil, bakal numpang parkir di tempat yang cukup jauh. Ruas jalan depan warkop tak begitu lebar. Nggak mudah untuk parkir begitu saja. 

Tak pernah sepi

Foto-foto Koh Asiang bersama pejabat dan artis terpampang di dinding

Menu dan Harga Kopi

Menu kopi hanya ada dua pilihan: Kopi Hitam dan Kopi Susu. Sedangkan makanan ada beberapa. Kue, telor rebus, roti, dan makanan berat seperti bubur ayam.

Secangkir kopi hitam dihargai Rp6.000,- Untuk Kopi susu dihargai Rp9.000,- 
Sedangkan jika kopi itu dibungkus, harganya menjadi Rp11.000,- 
Aneka kue (kue apem, serabi, pastel, dll) dihargai Rp3.000,- Untuk roti selai Rp 5.000,- Bila ingin agak berat, semangkuk bubur ayam dan telur setengah matang juga nikmat untuk disantap.

Melihat pengunjung yang selalu ramai sejak pagi sampai malam, adakah yang bisa menebak berapa kilo kopi yang dihabiskan dalam sehari? 10 Kilogram, sekitar 300 gelas gaessss.

Kue-kue untuk menemani minum kopi

Cangkir Unik Khas Kopi Asiang

Jika diamati, kopi hitam dan kopi susu hangat yang disajikan menggunakan cangkir keramik khas Cina tempo dulu. Ukurannya mungil dan bergambar hiasan motif kembang pacar berwarna hijau pupus. Khas gaya Indo-China. Puluhan cangkir keramik cream tersebut lengkap dengan cawan kecil. 

Cangkir keramik bergaya Indo-China


Asiang Terus Bekerja Meracik Kopi

Pengunjung datang dan pergi, masuk dan keluar silih berganti. Tapi Asiang seakan-akan tak peduli. Ia tetap sibuk bekerja, meracik kopi pesanan pembeli. 

Bagi saya seorang pengunjung, saya mengingat Asiang sebagai barista yang unik. Suasana warungnya layak untuk dirindukan. Bagi Asiang, mana ada saya dalam ruang ingatannya, apalagi dirindukan. Kecuali saya datang tiap hari, bertemu dan bersapa sebelum menyeruput kopi. Eh tapi, kalau tiap hari, mungkin saya malah akan ditandai 😂

Minum kopi di Warkop Asiang Pontianak 
(Ibu Amanda, Mbak Atiek, Hendika, Mas Sudin supir, Hendika) 
Minggu, 21 April 2019


Sudah panjang usia Warkop Asiang. Sepanjang itu pula ia diingat sebagai “Kopi Telanjang”. Semoga tetap panjang umur dalam pahit dan manisnya kehidupan.

Warkop Asiang. Sederhana, tapi melekat kuat dalam ingatan para pelanggan setia.

Destinasi kuliner favorit di Pontianak ini wajib masuk list.

Warung Kopi ASIANG
Jl. Merapi, Benua Melayu Darat.
Pontianak Selatan, Kalimantan Barat.
Telp: 0813-1718-1918
Jam Buka: 03.00 - 17.00

Seorang istri. Ibu dari dua anak remaja. Tinggal di BSD City. Gemar jalan-jalan, memotret, dan menulis.

Share this

Previous
Next Post »

4 komentar

  1. Tak heran jika Pontianak terkenal dengan jajanan kopinya, karena budaya ngopi sudah ada sejak dahulu kala yang awal dipopulerkan oleh orang tionghoa

    BalasHapus
  2. Aah, pas ke Ponti, aku gak sempat ngopi. Mesti balik lagi ini.

    BalasHapus
  3. Ini salah satu warung kopi yang ingin aku kunjungi asat singgah di Kalimantan Barat. Semoga bisa kesampaian mengopi di sini.

    BalasHapus
  4. Waow ramai sekali ya ? sayang sekali karena saya ndak ngopi huhuhu

    BalasHapus

Leave your message here, I will reply it soon!