Mencicipi Puncak Gunung di Musim Harus Banyak Menyepi

Bulan Maret ini, suami dan anak lanangku pergi ke gunung. Mereka berangkat dua hari sebelum kebijakan #diRumahAja resmi dikeluarkan oleh pemerintah Provinsi Banten pada tgl. 15/3/2020. 

Sehubungan dengan wabah Virus Corona yang sedang mengguncang dunia, maka durasi perjalanan mereka sangat singkat, hanya bersama kelompok kecil dan terbatas, dan hanya bagi yang memenuhi syarat aman dari segi kesehatan. 

Alief camping di Gunung Kencana, Mas Arif touring ke curug melintasi Gunung Mas. Saya menuliskannya agar menjadi kenangan untuk mereka, juga untuk saya.

Gunung Kencana Bogor (14/3/2020)

Ijin Naik Gunung

Perihal kegiatan Alief pergi naik gunung di bulan Maret pernah saya singgung dalam tulisan ini (klik) --> Rejeki Content Creator Youtube

Rencana Alief camping ke gunung sudah saya ketahui sejak bulan Februari. Namun, cuaca di bulan itu masih terus menerus hujan, saya jadi agak sulit mengijinkan Alief pergi karena bisa jadi Maret masih hujan. Beda dengan suami, ia langsung memberi ijin tapi dengan syarat cuaca jelang berangkat sudah bersahabat.

Alhamdulillah mendekati hari keberangkatan intensitas hujan sudah menurun, bahkan tidak hujan sampai beberapa hari. Bumi bagian BSD lebih sering kering dan panas. Saya akhirnya merelakan Alief pergi. Segala keperluannya saya urus bersama suami. Kami mendatangi toko-toko perlengkapan naik gunung membeli matras, jas hujan, alat makan, senter, dan lain-lain. Sedangkan carrier, sleeping bag, sarung tangan anti dingin, jaket, dan sepatu tidak beli lagi karena sudah punya.

Selama satu minggu sejak  tgl. 09 - 13 Maret Alief libur. Kakak kelasnya ujian, jadi Alief leluasa menyiapkan segala keperluan.
Alief & Chaska

Boleh Naik Gunung Asal Aman

Alief berangkat dengan kelompok kecil berjumlah 7 orang. Semuanya sesama rekan siswa kelas XI di tempatnya bersekolah. Dua di antaranya Chaska dan Zaki. Chaska ini temannya Alief sejak bersekolah di SMP yang sama dan sekarang bersekolah di SMA yang sama. Mereka sudah sahabatan sejak lama. Saya pun tahu letak rumahnya karena pernah datang untuk mengantar dan menjemput Alief. 

Saya tidak kenal Zaki tapi sering melihat wajahnya dalam video-video Alief di channel Onedox. Setahu saya, mereka dekat dan saling dukung dalam pembuatan konten. Dari 7 yang berangkat, hanya Alief seorang yang baru pertama kali naik gunung. Yang lainnya sudah lebih dulu punya pengalaman.

Pada awalnya saya merasa agak berat membiarkan Alief berpetualang, tapi akhirnya saya ikhlas. Di usianya saat ini, 16 tahun, saya percaya Alief sudah cukup aman untuk dilepas. Dia sudah bisa membedakan mana yang boleh dan tidak dilakukan ketika berada di luar jauh dari orang tua. 

Saya pikir, dengan memberi kepercayaan, justru akan membuat Alief jadi bertanggung jawab, berhati-hati menjaga diri, dan berani menghadapi segala resiko. Ketimbang mencemaskannya, saya lebih suka mendoakannya supaya lancar dan aman, serta selamat.

Keputusan untuk membiarkan Alief pergi sudah melalui berbagai pertimbangan. Terkait wabah corona yang sedang merebak mengguncang dunia, tentu saja saya meminta mereka untuk waspada. Hal tersebut berulang kali saya bicarakan ke Alief supaya hati-hati. Saya pun turut memastikan kelompoknya, siapa saja yang berangkat, apakah ada yang abis bepergian ke luar negeri, dan apakah ada yang sedang sakit. Alhamdulillah semua aman. 
Jumat malam (13/3/2020) di Puncak Gunung Kencana

Suara Asing Saat Mendaki Malam Hari

Jumat pagi (13/3/2020) Chaska datang ke rumah pakai motor, jemput Alief. Carrier-nya sangat besar berisi keperluan pribadi, juga tenda dan peralatan masak. Carrier Alief  berukuran lebih kecil, hanya berisi barang pribadi. Saya lihat Chaska membongkar isinya untuk disusun ulang. Kata Chaska, "Ga gini nyusun barang, lif!"

He he saya nyengir liatnya. Alief memang belum pengalaman, beda dengan Chaska. Semoga Alief belajar. Tidak cuma itu, Chaska juga menyortir bawaan Alief. Akhirnya, beberapa makanan kemasan ditinggal, minuman botol kemasan diganti pakai tumbler. Baju kaos dikurangi. Tambahannya justru mangkok stainless. Tadinya disuruh bawa cangkir stainless, tapi tak punya. Untunglah ada tumbler stainless dari ASUS AMD, jadinya bawa itu.

Untuk berangkat, Alief naik motor dibonceng Chaska. Perjalanan menuju basecamp di Bogor berdurasi sekitar 2,5 jam dari BSD. Kata Alief, ia merasakan tidak betah saat melewati medan berbatu selama kurang lebih 1 jam. Kakinya yang panjang terasa pegal karena kelamaan menekuk di boncengan. 

Meskipun capek, naik motor menjadi pilihan paling aman daripada naik kendaraan umum. Dengan cara itu mereka terhindar dari bertemu orang banyak. Saat musim wabah begini, naik transportasi umum beresiko tertular virus. Apalagi untuk perjalanan tidak sebentar.

Saya tidak tahu jam berapa Alief sampai basecamp. Tak ada kabar apapun sejak terakhir jam 12 masih kirim pesan Whatsapp. Malam hari, baru saya dapat kabar, Alief sudah di puncak Gunung Kencana. Sebuah foto berada di ketinggian, dalam gelap malam, muncul di ruang chat WA. Alhamdulillah saya lega. Malam itu, saya bisa tidur dengan nyenyak.

Saat pendakian malam hari, ada yang diceritakan oleh Alief kepada saya. Katanya, Jumat malam itu, mereka bertemu sepasang suami istri tersesat. Lalu diajak ikut mereka, naik bareng sampai puncak. Selama berjalan, tiap 30 menit mereka absen, agar tak ada yang hilang di jalan hehe. Nah, pada saat absen ke sekian, tiba-tiba ada yang menghitung sampai 8, padahal jumlah mereka cuma 7. Apa itu?? Saya dengar cerita bagian itu jadi takut, eh Aliefnya enggak. Katanya, biasa aja itu mah. Wiih berani juga dia.
Pemandangan dari puncak Gunung Kencana, Sabtu 14/3/2020 (Foto by Alief)

Camping di Puncak Gunung Kencana

Sinyal telkomsel ternyata cukup baik sampai ke puncak Gunung Kencana. Buktinya, saat baru tiba di puncak, pesan Alief via Whatsapp bisa sampai ke saya dengan lancar. Karena itu, hari Sabtu dini hari saya chat lagi menanyakan tidurnya, makannya, dan kondisinya. 

Tak ada jawaban. Pesan yang saya kirim hanya centang 1. Mungkin HP dimatikan. Saya juga menanyakan kenapa malam hari di puncak gunung tidak pakai jaket. Saya khawatir dia kedinginan. Mengenai hal ini dijelaskan oleh Alief saat sudah di rumah. Katanya, udaranya gak sedingin yang saya kira. Biasa saja. 

Hebat juga dia. Padahal pakai kaos tipis. Kalau saya jangan ditanya. Menginap di Lembang saja tidak pernah mandi. Buka keran air cuma buat wudhu. Apalagi di puncak gunung. Apa karena Gunung Kencana pendek?

Pukul 06.18 AM pesan baru dari Alief masuk di WA. 2 buah foto pemandangan pagi di atas gunung dikirimnya kepada saya. Dia hanya mengirim foto tanpa menjawab semua hal yang saya tanyakan. Mungkin mau kasih tahu lewat foto pagi yang indah itu, bahwa dia baik-baik saja. Saya hanya memahami hal itu, dan akhirnya tidak mau menagih jawaban. 

Setelah agak siang Alief kirim foto lagi, kali ini lebih banyak. Fotonya foto rame-rame dengan semua temannya. Saya senang bukan kepalang melihatnya. 

Ada perasaan sukacita yang amat mendalam saat memandangi foto-foto itu. Saya jadi menyadari kembali betapa Alief sudah semakin besar, sudah bisa pergi kemana-mana ke tempat jauh tanpa mama dan papanya. Itu artinya saya adalah ibu yang umurnya sudah semakin tua, dan mulai merasa kehilangan.... iya mulai kehilangan masa-masa di mana anak nempel terus dengan orangtuanya. Waktu sungguh cepat sekali berlalu 😭
Pertama kali buat Alief jadi anggota tim pendaki Gunung Kencana

Bekal Makanan di Gunung

Saya tidak pernah camping di puncak gunung, apalagi mendaki sampai puncak. Jadi, saya bukan sekadar minim pengalaman, tapi memang nggak punya pengalaman. Mas Arif lah yang pengalaman. Dulu sejak SMA sampai selama kuliah ia sudah mendaki banyak gunung. Dari gunung kecil pendek sampai gunung besar tinggi yang ada di Jawa dan Sumatera, serta beberapa gunung di pulau lainnya.

Sewaktu akan membekali Alief makanan, saya minta pendapat Mas Arif. Katanya bawa yang mudah tapi mengenyangkan. Nah, yang saya pilihkan untuk Alief bawa adalah bubur instan karena mudah diolah, tinggal diberi air panas, diaduk, nggak pakai lama sudah bisa langsung dimakan. Saya bawakan indomie juga, secukupnya.

Untuk snack saya pilih snack gandum, coklat mengandung beras / gandum, dan Beng Beng. Semua makanan itu berukuran kecil tapi mengenyangkan. Saya bawakan juga 1 cup sereal, tinggal dicampur susu kotak bisa langsung dimakan. Gak perlu bawa beras, atau pun masak-masak bahan lainnya. 

Alief tidak membawa peralatan masak seperti panci dan kompor gas karena teman-temannya sudah ada yang bawa. Dia tinggal numpang saja. Lain waktu saya akan beli buat Alief. Biar dia tidak mengandalkan orang lain. Tapi sebetulnya memakai perlengkapan masak bersama-sama ada baiknya kok, bisa menimbulkan rasa saling peduli satu sama lain. Saling bantu dan berbagi. Tidak egois memikirkan perut sendiri.
Seekor anjing di puncak Gunung Mas

Menyenangkan dan Bikin Nagih!

Di tempat yang berudara dingin biasanya saya jadi mudah lapar. Saya tanya Alief apa dia merasakan hal tersebut selama di gunung? Katanya tidak. Pokoknya, dia tidak merasa kelaparan, apalagi kekurangan makan. Bekal yang dibawa sudah lebih dari cukup. Saya lega mengetahui hal itu.

Selama di atas gunung Alief makan bubur instan di malam hari, Indomie di pagi hari, dan diselingi snack di antara waktu-waktu belum makan makanan tersebut.  

Makanan cukup, tapi air minum kurang. Saya sebetulnya sudah membekali 2 botol air minum @600 ml, dan sudah bilang agar beli 3 botol lagi sebelum mulai nanjak. Tapi ternyata lupa beli. Bersyukur dapat bantuan dari Chaska yang bawa air pakai jerigen sebanyak 5 liter. Jadi pelajaran buat Alief, kalau camping di lokasi tanpa air, harus bawa air yang cukup. Lain halnya kalau camping dekat danau atau sungai, bisa ambil air dengan mudah untuk dimasak jadi air minum.

Sabtu siang Alief dan rombongan mulai turun. Tadinya mereka akan lanjut ke curug sebelum balik ke BSD. Tapi karena suatu hal, mereka gak jadi. Saya lihat Alief agak kecewa gak jadi ke curug. Apalagi pas dia tahu, di hari yang sama papanya juga pergi ke curug yang sama. Dia berharap bisa papasan dengan papanya. 

Saya sebetulnya mengira Alief bakal balik Minggu siang, tapi Sabtu sore mereka sudah pulang. Saya lega bukan main saat melihatnya tiba di rumah tanpa kekurangan apapun. Alhamdulillah selamat dan lancar. 

Banyak hal yang diceritakan Alief terkait pengalaman pertamanya naik gunung. Dari ekspresi mukanya saat bercerita, saya tahu dia sangat senang, terlebih saat mengatakan: Aku mau lagi, Ma, ke gunung!

Ya, hidupmu akan berubah ketika sudah berbaur dengan alam, Nak. Kamu akan belajar banyak hal yang tidak kamu temui di rumah dan di bangku sekolah. Semoga yang kau temukan dan pelajari di luar sana adalah hal baik yang dapat membentuk pribadimu berjiwa besar, teguh memegang prinsip baik, dan welas asih.
Puncak Kencana 1803MDPL (14/3/2020)

Touring Santai ke Puncak

Di waktu yang sama, Sabtu 14/3/2020 Mas Arief juga berangkat ke puncak bersama teman-teman SMA-nya. Entah kenapa bisa barengan waktunya. Padahal gak janjian lho. Hanya serba kebetulan saja. Yang satu rombongan anak SMA, satunya lagi rombongan alumni satu SMA.  Bedanya, yang satu masih muda-muda, yang satu udah bapak-bapak jelang tua dan ubanan he he

Mas Arif berangkat dengan kelompok kecil berjumlah 9 orang. Tadinya katanya banyak yang mau ikut, tapi karena berbagai alasan akhirnya banyak yang mundur. Yang jelas, syarat boleh berangkat bila sehat dan aman. Nah bisa jadi yang mundur karena tidak memenuhi syarat itu. 

Seingat saya, rencana Mas Arief untuk touring sudah lama. Di bulan Februari dua temannya alumni SMA, yaitu Mas Widna dan Mas Ivan pernah komentar di IG saya soal touring. Saya pikir keduanya akan ikut touring bareng. Ternyata enggak. Mas Widna kan kerjanya di Singapore, bisa jadi dia mundur karena alasan khawatir bawa virus ke teman-temannya.

Soal kesehatan jadi penting karena touring butuh stamina. Berkendara motor sejak pagi sampai sore bukanlah aktivitas sepele. Yang sehat saja bisa kelelahan, apalagi bila dalam kondisi tidak fit, nanti bisa-bisa ambruk di jalan. Saya bersyukur Mas Arif dan teman-temannya perhatian soal ini. 



Pergi Pagi Pulang Sore

Tidak seperti Alief yang menginap di gunung, rombongan Mas Arif hanya berangkat pagi pulang sore. Ke mana saja rute perjalanannya? Saya harus buka WA lagi untuk menjelaskannya. Soalnya, detail rute ada dalam ruang chat di Whatsapp.

Berdasarkan itinerary, tujuan perjalanan ke Curug Cilember.

Sebagai istri, sudah pasti saya diberikan jadwal perjalanan yang lengkap oleh Mas Arif. Katanya, biar saya ikut mantau. Iya, harus banget itu. Kalau nggak tahu suaminya kemana aja, mana bisa tenang hati ini ya kan he he. Oh ya, touring ini cuma buat para laki-laki, nggak ajak-ajak wanita. Para istri di suruh di rumah aja, terserah mau ngapain. Pokoknya bapak-bapak mau me time. Gitu katanya. Baiklah😛

Meeting point di SPBU Gandaria Jarabo, jadwal temu pukul 06:00, dan mereka berangkat pada pukul 07:00 via Sentul, Gunung Geulis. Karena sudah bukan anak-anak muda lagi, tiap 2 jam rombongan singgah. Rehat pertama di jam 09:30 di Puncak Gunung Geulis. 

Nah, saat istirahat inilah suami menyempatkan kirim foto ke saya. Foto pertamanya seperti yang saya tampilkan di atas. Dari foto itu saya baru tahu kalau mereka kompakan pakai kaos alumni buatan tahun lalu. Dalam foto, suami dan teman-temannya terlihat keren di mata saya. Ekspresi senang di tiap wajah menandakan mereka happy dengan apa yang sedang mereka lakukan. 

Berpuluh tahun berlalu, ikatan persahabatan itu masih erat terjalin, masih bisa ketemu dan touring bareng. Pastilah sesuatu rasanya. Semoga semua panjang umur.
Gunung Mas Puncak

Segarnya Mandi di Curug Cilember

Namanya juga touring santai, rombongan berkendara dengan sabar, tidak berburu waktu mengejar tujuan. Jam berapa sudah sampai mana? Tak harus sesuai itin. Pokoknya sesampainya saja. Begitu kata Mas Arif.

Sempat kepikiran sih apa suami kuat motoran jauh sampai puncak, PP pula. Kan sudah tak muda lagi. Memang sih stamina masih oke, sehat, dan jiwa masih muda. Tapi kan, beda kayak Alief dan kawan-kawannya. He he. Sebetulnya, kalau memikirkan itu terus, saya jadi cemas. Akhirnya, saya ganti dengan mendoakan saja yang baik-baik, semoga kuat dan selamat. Dengan begitu, pikiran saya jadi positif, dan energinya bisa sampai ke Mas Arif lewat dukungan dan semangat dari saya.

Pukul 11:30 mereka tiba di Curug Cilember, lanjut trekking santai menuju curug, lalu menikmati kesejukan air dengan berendam. 

Foto dan video yang dikirimkan secara live oleh suami, membuat saya seakan berada dalam rombongan. Seolah ikut merasakan nanjak-nanjak dan basah kena air. Seakan turut melihat keindahan alam di curug, menikmati keasriannya, dan kesejukannya. Bahkan, jadi turut merasakan keseruan mereka.

Lalu, saya jadi kangen piknik! Upss... tahan dulu tahan dulu tahan dulu sampai situasi kondusif 😷
Aktivitas di Curug Cilember
Seolah mau membuktikan, "saya masih gagah nanjak-nanjak" 😂
Kawasan Curug Cilember berada di ketinggian 800-900 mdpl

Pergi Sehat Pulang Selamat 

Jadwal pulang touring tidak sama persis dengan itin. Soal ini saya tidak heran, memang biasa terjadi. Sekali lagi, karena ini touring santai, ketidak tepatan waktu tidak jadi soal. 

Pukul 14:00 rombongan mulai meninggalkan kawasan Curug Cilember, pulang arah puncak pass melewati kebun durian montong WF, melintasi Kota Bogor dan Jarabo, dan sama-sama berakhir di titik awal untuk kumpul dulu melakukan evaluasi sebelum pulang ke rumah masing-masing.

Jadi ingat dulu pernah ke sana saat anak-anak masih kecil. Kami berpuas ria makan durian dan minum jus buah naga, serta berfoto ria di tengah pohon durian montong yang berbuah sangat lebat. Seperti apa kebun itu sekarang? Entahlah, sudah lama sekali saya tak ke sana.

Sabtu malam (14/3/2020), Mas Arif tidak langsung pulang ke BSD. Dari lokasi titik kumpul di Cibubur, perjalanan lebih dekat ke rumah ibu di Depok. Jadi, saya yang memintanya jangan pulang dulu, biar istirahat di rumah ibu, besoknya baru balik ke BSD. 
Alumni SMA 62 JKT yang kini tak lagi muda
Persahabatan

Kini #DiRumahAja #WorkFromHome #SocialDistancing

Hari Minggu 15/03/2020 Mas Arif berangkat subuh dari Depok, sampai BSD masih pagi. Jadi, sejak Minggu pagi kami semua berada di rumah. 

Pemberitaan tentang Virus Corona jadi perhatian kami sekeluarga. Pasalnya, per hari itu, Pemprov Banten melalui Gubernur Banten Wahidin Halim menetapkan status KLB (Kejadian Luar Biasa) Corona di Banten. Beritanya dapat di baca di situs CNN Indonesia di sini (klik) : Banten tetapkan Status KLB Corona.

Di hari yang sama Gubernur Wahidin akhirnya menyatakan menutup sekolah SMA/SMK. Semua siswa disuruh belajar dari rumah mulai tgl. 16 sampai 29 Maret 2020.

Di DKI, pemberlakuan belajar di rumah sudah diumumkan oleh gubernur Anis Baswedan  pada hari Sabtu (14/3/2020). Beritanya dapat dibaca di sini (klik): Anis Tutup Sekolah di Lingkungan DKI.
Image

Hari Minggu pagi, di sekolah SD Humayra, guru dan tim yayasan melaksanakan kegiatan bersih-bersih di ruang-ruang kelas dan seluruh bagian gedung sekolah. Saya turut menyaksikan aktivitas tersebut melalui foto-foto yang dikirim di WAG kelas. 

Selain kegiatan bersih-bersih, yayasan tempat Humayra bersekolah juga melakukan rapat terkait pemberlakuan belajar di rumah, dan akhirnya diputuskan libur masuk sekolah, diganti dengan belajar di rumah. Jadwalnya sama dengan SMA.

Selain penetapan belajar di rumah untuk anak-anak sekolah mulai dari PAUD, SD, SMP,  hingga SMA/SMK, pemerintah juga mengeluarkan himbauan untuk #WorkFromHome dan #SocialDistancing sebagai upaya untuk memutus rantai penularan virus corona. 

Sebagai pendukung gerakan #DiRumahAja, sudah pasti saya dan keluarga mengikuti himbauan tersebut. Karena, manfaatnya bukan sekadar untuk menyelamatkan kami saja, tapi juga bisa menyelamatkan orang lain.
Image


Sejak himbauan #DiRumahAja dikeluarkan tgl. 15/3/2020, perjalanan touring ke Curug Cilember dan camping di Gunung Kencana jadi kegiatan terakhir yang dilakukan di luar oleh keluarga saya. Setelah itu, kami berdiam di rumah. Keluar hanya untuk hal penting dan genting.

Situasi per hari ini (24/3/2020), jumlah kasus Corona di Indonesia 686 positif Covid-19, 30 sembuh, dan 55 meninggal. 

Berikut infografis yang dirilis oleh situs www.covid19.go.id, situs resmi untuk memantau sebaran Corona Virus di Indonesia. 
Infografis Covid-19 (24 Maret 2020)

Semoga wabah Virus Corona di Indonesia segera berakhir seperti di Wuhan. Semua yang sakit dapat sembuh, dan tidak ada lagi korban jiwa. 

Karena itu, mari kita nurut apa kata pemimpin kita, supaya penularan bisa dikurangi, bahkan terhenti. Tetap semangat, sehat, dan selamat.


Image



~ Katerina

Selamat Jalan Kucing Larry, Terima Kasih Klinik Hewan drh Rajanti

Setelah kejadian yang menimpa dan sakit yang diderita, akhirnya Kucing Larry pergi untuk selamanya. Berpisah dengan Larry membuat saya sangat kehilangan. Kini Larry tak lagi merasakan sakit, ia telah sehat dan bermain gembira di sana, di sisi Allah SWT.
klinik hewan drh rajanti
Makam Kucing Larry di halaman depan Klinik Hewan drh. Rajanti Villa Melati Mas Serpong

Baru 2 hari sejak saya menulis tentang Larry di blog ini (9/3/2020), tiba-tiba Rabu pagi (11/3/2020) saya dikejutkan dengan kondisi memprihatinkan si kucing berbulu putih itu, ia masuk got. Saya tak elok jika membahas kejadian yang menimpanya, tapi yang pasti, sesuatu telah terjadi di luar sepengetahuan saya.

Sejak pulang rawat inap di Klinik Hewan Kittens Park di Golden Vienna BSD, Larry kami jaga betul supaya tidak keluar rumah, apalagi keluar pagar. Di siang hari beberapa kali kami keluarkan dari kandang, untuk makan atau diajak bermain ringan. Nggak dibiarkan keluar jauh, hanya di garasi dan di taman kecil depan rumah, sambil kami awasi. Kalau malam, kami masukkan kembali dalam kandang.

Biasanya saat sehat Larry kami lepas. Meskipun dilepas, perginya tidak jauh. Kalau tidak di depan pagar kami, dia main di depan pagar tetangga kiri dan kanan, bertemu sesama kucing. Biasanya lebih banyak main di garasi, sekadar berbaring, tidur, atau pun duduk saja sambil sesekali seliweran. 

Kali ini agak ketat dijaga karena masih dalam pengobatan untuk leher atasnya yang terluka. Kalau sudah sembuh, kami sudah merasa aman dan tenang. Sayangnya, baru 2 hari dalam perawatan, kucing itu tiba-tiba hilang dalam sekejab, padahal baru sejenak lepas dari pandangan. Ia menghilang semalaman, dipanggil tak ada suara. Setelah tahu ia berada dalam got, saya baru paham kenapa suaranya tak ada. Larry berada di tempat gelap dan basah, dan ia tak punya energi untuk mengeong sekadar memberitahu keberadaannya. Ya Allah 😭

Kejadian sebelum ini, bisa dibaca di sini: Merawat Kucing Larry di Kittens Park
Untuk pertolongan pertama dibawa ke drh Yuriko di Kittens Park Golden Vienna

Minggu lalu Alief sedang libur sekolah mulai tgl. 9 s.d 13 Maret karena kakak kelasnya ujian. Jadi, ada dia saat kejadian tak enak menimpa Larry.

Sejak Selasa sore saya dan Alief sudah sibuk mencari Larry, tapi tak ada hasil. Rabu pagi baru ketemu, dan seperti saya ceritakan di awal, kondisi saat ditemukan tak baik. Badannya gemetar, basah, kotor, perutnya kempes. 

Kami bergegas membawa Larry ke drh Yuriko di Klinik Hewan Kittens Park, Golden Vienna. Sebelum dibawa, badannya sempat kami bersihkan. Saya juga coba beri minum air agak hangat dan makanan basah, tapi sama sekali tak disentuh. Saya jadi cemas.

Sampai di klinik, drh Yuriko memeriksa suhu tubuh, namun termometer tak bisa mendeteksi sama sekali. Bahkan, angka nol pun tak muncul. Drh Yuriko langsung merujuk  ke Klinik Hewan drh Rajanti di Villa Melati Mas Serpong. Katanya, Larry mesti dimasukkan inkubator, di sana ada alatnya. 

Saya menurut apapun kata dokter Yuriko. Berbekal selembar surat rujukan, kami berangkat ke Villa Melati Mas, dilepas dengan raut wajah sedih dokter Yuriko. Saya tahu, ia pun cemas dengan kondisi Larry. Namun ia semangati kami untuk tetap berusaha mencari kesembuhan untuk Larry. 

Larry kami bawa pakai keranjang. Di perjalanan, ia terlihat aneh, tak mau diam. Padahal sebelumnya lemah, tak bersuara. Larry beberapa kali memutar badan, dan saat menghadap ke saya, matanya berkaca-kaca, lalu keluar air mata. Larry menangis!

Pikiran saya mulai jelek. Apakah ini pertanda usia Larry tak panjang? Saya mendekat, bicara setenang mungkin "Larry, sabar ya, sebentar lagi kita sampai klinik. Larry akan diobati, insha Allah sembuh."

Saat saya berkata begitu, Alief mengusap kening Larry, membuat Larry tenang lagi. Tapi, ada momen singkat di mana mata saya dan mata Larry saling bertemu, di situ seolah ada jarak yang tak lama lagi akan membuat kami tak bisa lagi saling melihat. Hiks.
Setiba di Klinik drh Rajanti, Larry langsung ditangani oleh drh. Meivy
Diinfus

Saya baru pertama kali ke klinik hewan drh Rajanti, dan rasanya klinik ini jauh sekali. Padahal jaraknya cukup dekat dari BSD. Dari Giant Villa Melati kurang lebih 1 kilometer, lalu belok kanan lurus saja sekitar 100 meter sudah sampai. Rasa khawatir takut Larry mati membuat perjalanan terasa sangat lama. 

Gedung klinik drh Rajanti cukup besar, berupa bangunan 2 lantai, punya area parkir, kantin, bahkan halaman yang cukup luas di bagian depan. Bagaikan rumah sakit, RS hewan. 

Menurut drh Yuriko, klinik drh Rajanti punya reputasi bagus dalam pelayanan kesehatan hewan, khususnya kucing dan anjing. Selain itu klinik ini punya fasilitas lengkap sehingga sering menjadi rujukan bagi klinik-klinik lain yang ada di Serpong dan sekitarnya. Untuk tarif pelayanan pun sangat terjangkau. Drh Yuriko sempat memberikan perbandingan harga untuk layanan cek darah, maupun rawat inap yang pernah dijalani oleh pasiennya yang lain, biayanya jauh lebih hemat dibanding di klinik lain. Harga terjangkau namun layanan yang diberikan maksimal.

Ketika sampai, saya langsung menuju ruang pendaftaran. Di sana ada banyak perawat berseragam warna merah maroon. Saya langsung menemui salah seorang perawat dan mengatakan kondisi kucing yang saya bawa gawat darurat. Dengan cara itu, saya ingin mereka cepat tanggap dan bersegera memberikan pertolongan untuk Larry.

Benar saja, tak lama seorang dokter, namanya drh Meivy, langsung mengajak saya membawa Larry ke ruang periksa. Tindakan pertama yang dilakukan sama seperti drh Yuriko, mengukur suhu tubuh. Sama seperti saat diperiksa drh Yuriko, suhu tubuh Larry tak terdeteksi, hipotermia parah. Dokter langsung menyuruh perawat menyiapkan inkubator.

Sambil menunggu inkubator disiapkan, Larry diinfus, dan langsung diambil darah untuk pemeriksaan lainnya. Dalam surat rujukan drh Yuriko memang ada penjelasan mengenai dugaan sakit pada liver dan ginjal. Mungkin karena itu drh Meivy mengambil darah. Catatan mengenai penanganan pada luka Larry pun dibuat lengkap dalam surat rujukan, namun drh Meivy ingin memfokuskan pada hipotermia dulu karena bila terlambat Larry bisa mati. 
Masuk inkubator (Klinik Hewan drh Rajanti 11/3/2020)

Setelah dilakukan pemeriksaan oleh drh Meivy, Larry langsung masuk inkubator. Saya sedih melihat kondisinya. Seumur-umur merawat kucing, baru sekarang sampai harus mendapat tindakan sejauh ini. 

Saya pernah lihat inkubator, dulu waktu baru melahirkan, tapi inkubator bayi. Ternyata ada juga inkubator buat kucing hipotermia. Betapa hewan pun wajib diperlakukan sebagaimana manusia, sebagai mahluk hidup.

Kata dokter, dengan kondisinya yang memprihatinkan, Larry harus dirawat inap. Saya setuju untuk hal itu, supaya kondisi Larry tetap berada dalam pantauan ahlinya. Saya percaya dokter akan menangani Larry dengan sebaik-sebaiknya. 

Saya dan Alief pulang, meninggalkan Larry dengan harapan bisa sembuh seperti sedia kala.

Di Klinik drh Rajanti ini, pemilik hewan yang jadi pasien rawat inap bisa memantau kondisi peliharaannya lewat nomor whatsapp khusus rawat inap. Respon terbaru akan diberikan oleh dokter jaga. Jika ingin bertanya langsung, bisa dilakukan di jam besuk. Jika belum sempat datang, bisa WA saja, atau telpon ke nomor tertentu khusus untuk telponan.

Riwayat informasi Larry selama dirawat inap di Klinik Hewan drh Rajanti

Kamis pagi (07:05 AM 13/3/2020), saya mengirim pesan whatsapp untuk menanyakan kabar Larry. Siangnya (11:10) baru dijawab oleh drh Shinda bahwa suhu Larry sudah 33,3 namun masih dianggap low dan masih harus dihangatkan. 

Sementara itu, hasil pemeriksaan darah menunjukan adanya gangguan pada liver dan ureum. Berdasarkan hasil tes tersebut, dokter kemudian memberi obat untuk menurunkan nilai fungsi hati dan ureum, antibiotik, dan pemberian infus. 

Saya lega saat mengetahui suhu badan Larry sudah naik. Dari semula tak terdeteksi sedikit pun kini menjadi 33,5 berarti sudah ada kemajuan. Begitu juga dengan tindakan dokter memberi obat sakit pada Larry membuat saya semangat dan optimis lagi Larry akan sembuh.

Sore jam 18:49 saya kembali menanyakan kondisi terbaru Larry. Kali ini drh Yessie yang mengabari bahwa suhu Larry sudah naik jadi 34,5. Alhamdulillah naik lagi meski sedikit. Menurut drh Yessie, Larry masih diberi penghangat, dan makan dibantu disuapi.

Tak cuma itu, drh Yessie mengirimkan video Larry. Dalam video itu, Larry tampak menunduk. Terdengar suara dokter memanggil namanya, namun Larry diam saja. Hanya terlihat sedikit gerakan perlahan, menandakan ia masih merespon. Saya terharu melihat video itu. Rasanya, ingin sekali memeluk Larry, dan mengatakan bahwa ia akan baik-baik saja.

Saya ucapkan banyak terima kasih ke drh Yessie atas kabar dan kiriman videonya. Anak-anak juga senang melihat kondisi terbaru Larry. Kami sama-sama merasa ada harapan hidup buat Larry. 
Jumat 13/3/2020 Larry pergi untuk selamanya

Kabar duka itu dikirim lewat pesan Whatsapp pukul 07:34 AM, Jumat 13/3/2020.

Tak ada nama dokter yang biasanya disebutkan di akhir pesan. Saya membaca pesan itu berulang kali, antara mempercayai bahwa kabar itu berisi tentang kematian Larry atau kondisi Larry menurun saja namun masih hidup.

"Selamat pagi ibu. Kondisi Larry semakin menurun, pagi ini Larry tidak dapat bertahan, kami turut berduka yang sedalam-dalamnya"

Saya meneruskan pesan itu ke drh Yuriko, menanyakan apa kabar itu benar tentang kematian Larry, dan dijawab iya. Setelah itu saya langsung masuk kamar, nangis sendirian, tidak mau diketahui oleh Alief. 

Pagi itu Alief akan berangkat camping ke Gunung Kencana. Saya tidak ingin dia sedih, lalu jadi kepikiran selama pergi. Alief sangat sayang Larry. Dulu waktu Oreo mati, dia demam. Adiknya juga, ikut demam. Maka, kematian Larry saya rahasiakan dari Alief dan Aisyah. Hanya suami yang saya kabari dan seorang teman sesama pemelihara kucing yang juga kenal Larry. 

Saya ingin segera ke klinik, tapi Alief baru berangkat jam 9. Jadi saya tunggu sampai melepas Alief pergi dulu, baru ke klinik, ditemani Mbak Emilia. Suami sedang di kantor, cuma berpesan supaya saya urus Larry dengan baik sampai dikuburkan dengan sebaik-baiknya.

Sampai di klinik, saya dibawa ke ruang perawatan. Di situ ada beberapa kucing sedang dirawat. Seorang dokter dan seorang perawat tampak sedang menangani seekor kucing. Larry ada di salah satu "kamar", ditutupi selembar underpad. 

Dokter yang mengantar (saya lupa namanya) bertanya kepada saya, mau dibuka nggak underpadnya? Saya jawab mau. Underpad dibuka, tampak Larry sudah terbujur kaku. Saat itu juga saya tidak tahan untuk tidak menangis 😭😭
Dalam gendongan perawat, sesaat sebelum dikuburkan

Di Klinik drh Rajanti ini, pasien yang mati bisa dikuburkan di klinik, dan boleh dibawa pulang jika ingin dikubur sendiri di halaman rumah. Pilihan ini membuat saya lebih mudah. Karena tak sanggup membawanya lebih lama dalam perjalanan, jadi saya pilih dikubur di klinik.

Perawat laki-laki pergi menggali lubang di halaman depan klinik. Tempatnya cukup luas, dan tampak tak dirawat karena rumput-rumput dibiarkan tumbuh liar. Katanya memang khusus buat kuburan kucing atau hewan yang mati diklinik. 
Halaman depan klinik tempat Larry dikuburkan. Pohon merambat di kantin, bunganya untuk bunga duka hewan kesayangan

Di depan klinik juga terdapat kantin.  Di situ ada tanaman merambat yang sedang berbunga. Bunganya seperti terompet, berwarna ungu. Kata perawat, tanaman itu selalu berbunga, sepanjang tahun, dan biasanya dipetik untuk keperluan menguburkan hewan kesayangan yang mati. Nah, saat Larry akan dikubur, dokter memetik beberapa bunga, diberikannya kepada saya, untuk ditaruh di atas makam Larry. 

Melihat Larry yang terbungkus underpad, dalam gendongan perawat, saya benar-benar merasakan kesedihan mendalam. Hingga akhirnya Larry dibaringkan dalam lubang, kemudian ditutupi dengan tanah, saya sadar benar-benar telah kehilangan Larry, untuk selamanya 😭

Lama, lama sekali saya menangis. Dan terus menangis, sampai Larry selesai dikubur.
Dokter dan perawat di Klinik drh Rajanti yang membantu menguburkan Larry
Selamat jalan Larry 😭

Sampai saat tulisan ini dibuat, saya belum memberitahu kedua anak saya. Saya masih mencari cara dan menunggu waktu yang tepat untuk menyampaikan kepada mereka. Saat ini mereka sedang bersiap menghadapi ulangan, saya khawatir berita duka ini akan menggangu pikiran sehingga melemahkan semangat mereka.

Apalagi, di musim wabah corona saat ini, di mana kesedihan bisa saja mempengaruhi pikiran yang berakibat menurunnya daya tahan tubuh. Saya tidak ingin anak-anak jadi sakit. Kabar duka ini lebih baik saya tunda. 

Anak-anak, terutama yang kecil, ada menanyakan kapan menjenguk Larry. Saya bilang nanti kalau sudah boleh keluar rumah. Kebetulan kan saat ini anak-anak sedang dirumahkan (libur sekolah karena wabah corona), jadi alasan untuk tidak keluar rumah membesuk Larry itu pas. 

Alief ada juga bertanya apa ada kabar dari klinik, saya bilang belum ada, anggap saja Larry masih dirawat. Alief mungkin percaya karena dia tahu Larry memang layak rawat inap yang lama, sampai sembuh. Alief juga sempat berkata, jika nanti Larry sembuh, dia mau membeli kandang baru buat Larry, pakai uang hasil youtube.

Saya sedih.

Sedih sekali.

Kematian Larry di bulan yang sama dengan kematian Oreo lima tahun lalu. Betapa, 5 tahun saya kembali patah hati karena kehilangan kucing. Seakan, tak mau lagi memelihara, tak sanggup bila berpisah lagi seperti ini.
Selamat bermain gembira di surga ya Larry 😭

Terima kasih buat drh Yuriko di Klinik Hewan Kittens Park Golden Vienna BSD. 

Terima kasih buat dokter-dokter di Klinik drh Rajanti Villa Melati Mas Serpong; drh Meivy, drh Shinda, drh Yessie, dan seluruh perawat yang sudah membantu.

Terima kasih buat segala keramahan selama menerima kunjungan saya dan Larry, terima kasih atas kasih sayangnya yang begitu baik pada hewan.

Terima kasih pernah berusaha menyelamatkan hidup Larry. Terima kasih telah "memanusiakan" hewan-hewan kesayangan. 

 =====

Klinik Hewan drh Rajanti Villa Melati Mas

Klinik Hewan drh Rajanti
Instagram: @klinikhewanrajanti
No HP Klinik: 
0878-0969-7784 (WA)
0813-9875-1770 (phone)
0857-1677-0854 (phone)

No Booking house call:
0812-9885-8128 (only WA)

No bagian rawat inap:
0881-1400-095  (only WA)

Jam jenguk pasien ruang rawat inap:
Senin -  Sabtu Jam 11:30 - 13.30 dan 17:00 - 19:00
Minggu/libur nasional jam 11:00 - 12:00 dan 15:00 - 16:00

Snorkeling di Gili Ketapang, Ultah di Laut Bersama Keluarga

Snorkeling di Gili Ketapang, Probolinggo. Momen pertama kali anak cewek nyebur di laut untuk snorkeling. Usai snorkeling telinganya radang selama seminggu sampai harus dapat perawatan dokter spesialis THT. Keseruan berwisata di tengah road trip ini jadi istimewa karena berbarengan dengan hari ultah. Sudah 9 bulan berlalu, dan baru sekarang ditulis di blog. Buat saya nggak basi, karena kebahagiaan dalam kenangan tak luntur dimakan waktu, meski 1000 tahun lamanya. 
Snorkeling Gili Ketapang Probolinggo

Paket Snorkeling Gili Ketapang


Rencana untuk main air di laut sudah ada sebelum berangkat road trip. Hanya tempatnya saja yang belum pasti. Saya menghubungi Rifqy, rekan travel blogger yang berdomisili di Jatim. Dari Rifqy dapat info wisata Gili Ketapang. Katanya, di sana selain main air di pantai, juga seru buat snorkeling. Spot-nya aman, cocok buat anak-anak maupun dewasa.


Selanjutnya, oleh Rifqy saya dihubungkan ke Mas Sandro, dan dari Mas Sandro inilah saya dapat info mengenai paket snorkeling di Gili Ketapang.


Paket Snorkeling Gili Ketapang Rp 90.000 / orang
Harga tersebut sudah termasuk:
- Perahu + crew 
- Makan siang prasmanan
- Peralatan snorkeling (pelampung, fin, snorkel)
- Guide profesional
- Dokumentasi underwater
- Asuransi

Suami dan adik-adik setuju, dan akhirnya kami putuskan untuk memasukkan snorkeling di Gili Ketapang ke dalam itinerary. Hanya saja, soal waktunya yang belum pasti sebab yang namanya road trip, kami tidak bisa memastikan kapan tiba di mana. Jadi, kepada Mas Sandro saya hanya bilang akan mengabari H-1. Syukurlah Mas Sandro paham dan gak masalah soal itu.

Baca juga: Liburan di Bangka, Negeri Pencinta Seaafod

Gili Ketapang Probolinggo

Sekilas Tentang Road Trip Jawa


Libur lebaran 2019 tahun lalu saya sekeluarga mengikuti perjalanan mudik adik ipar ke Jember. Adik ipar saya perempuan (adiknya suami saya), suaminya asal Jember. Tiap tahun mereka rutin mudik karena masih ada orang tua dan banyak saudaranya tinggal di sana. 


Meski disebut mudik ke Jember, sesungguhnya perjalanan kami punya banyak tujuan. Jadi, tidak hanya di Jatim, tetapi juga ke Jateng, di sana ada tante (adik ibu mertua) yang akan kami kunjungi, tepatnya di Kota Pati. Selain itu, ada agenda ke Surabaya juga untuk urusan pendidikan, terkait keponakan yang akan lanjut kuliah di Unair. 


Mumpung libur lama, agenda silaturahmi sekalian diisi dengan berwisata. Sejumlah tempat sudah kami masukkan dalam itinerary. Mulai dari kegiatan kulineran, menginap, hingga berwisata di tempat-tempat yang jadi favoritnya anak-anak. 


Road trip dimulai sejak tgl 7 Juni s/d 14 Juni 2019. Mulai dari Jawa Barat, Jawa tengah, hingga Jawa Timur. Kami membawa 2 kendaraan dengan jumlah rombongan sebanyak 11 orang terdiri dari 3 anak-anak, 3 remaja, dan 5 dewasa. Sejak dari Depok kami berkendara di jalan tol, namun keluar di Purwakarta akibat ada penutupan jalan tol yang cukup panjang. Kami melintasi Brebes lewat jalan biasa, lalu lanjut tol lagi saat di KM 379 dan seterusnya tetap lewat tol hingga memasuki Jawa Timur.


Tentu saja kami sangat sering singgah, kebanyakan di rest area untuk makan & minum, salat, membeli bekal perjalanan, juga urusan ke toilet. Perjalanan kami santai karena memang tidak ada yang harus dikejar. Jadi, kami menikmati perjalanan dengan kulineran di Sate Maranggi Purwakarta, Soto Boyolali di Boyolali, dan tempat-tempat lainnya. 


Hari Minggu tgl. 9 Juni kami sampai di Jember, di rumah adik ipar. Nah, di sini kami tinggal selama 2 hari. Selama di Jember, kegiatan kami berkunjung ke rumah saudara, berwisata ke Selo Bonang, dan berziarah ke makam orang tua (mertua) adik ipar. 


Tepat tgl. 11 Juni, kami meninggalkan Jember dan memulai perjalanan ke Probolinggo untuk snorkeling di Gili Ketapang. 


Baca juga: Liburan di Lembang Bandung, Menginap di Sandalwood Hotel
Senangnya jalan sama adik-adikku ini 

Ultah ke-41!


Kepastian jadwal untuk snorkeling saya informasikan ke Mas Sandro di tgl. 10 Juni. Karena sudah pasti, selanjutnya kami di-handle oleh Mas Rohman yang stand by di lokasi meeting point, yakni di Pelabuhan Baru Tanjung Tembaga. 


Menurut rayuan pulau kelapa ala Mas Rohman, kami sebaiknya menyeberang ke Gili Ketapang pukul 4 pagi. Kenapa? Biar bisa lihat sunrise. Yak, maunya sih gitu. Tapi itu artinya, kami harus berangkat dari Jember jam 2 pagi! 


Kami orang dewasa tak soal berangkat pagi. Bagaimana dengan anak-anak? Sejak sore mereka sudah diberitahu supaya tidur cepat. Tapi malamnya kami malah keluar, kelayapan di Kota Jember untuk makan dan belanja. Sampai rumah sudah malam. Anak-anak langsung tidur, tapi gak semua bisa langsung tidur. Saya dan adik-adik menyibukkan diri dengan packing


Nah, ketika sedang packing inilah tahu-tahu ada kue ultah! Huaaaa! 


Tanpa sepengetahuan saya, suami dan adik-adik ternyata menyiapkan kue ultah. Saya baru nyadar, rupanya pas keluar makan dan belanja-belanja di malam hari itu pada beli kue. 


Jadilah, di jam 12 malam dapat kejutan kue. Pakai tiup lilin segala astaga haha. Ya, saya memang nggak punya kebiasaan mengadakan kue dan lilin saat ultah. Ke anak-anak juga nggak, kalaupun beli, ya beli kue aja, bukan wajib. Bukan anti sih ya, memang nggak mau aja. Tapi kalau dikasih begini ya merasa senang. Senang karena suami dan adik-adik menyiapkannya, dan memberikannya sebagai kejutan di tengah malam saat sibuk packing 😁


Abis packing dan tiup lilin langsung berangkat? Enggak! Malah tidur haha. Gagal berangkat jam 2. Saya sih berharapnya jam 4 berangkat, jadi bisa ikut penyeberangan jam 6 pagi. Biar masih adem jika mau renang dan snorkeling. 

Kue ultah dari suami dan adik-adik (Jember, 11 Juni 2019)
41 y.o. Semoga Allah memanjangkan umurku, memberiku kesehatan yang baik, serta hidup yang berkah. Aamiin YRA.

Menuju Probolinggo

Rencana berangkat ke Probolinggo jam 2 pagi, berubah jadi jam 4 pagi, tapi ternyata belum siap juga. Anak-anak masih ngantuk. Sarapan pun belum. Oke jam 6 saja, tapi gagal lagi. Jam segitu anak-anak masih antri mandi. Akhirnya jam 8 pagi baru benar-benar cussss meninggalkan Jember! haha.


Ya begitulah kalau trip sama anak. Jadwal yang harus mengikuti mereka. Bukan mereka yang harus ikut jadwal. Berhubung ini trip pribadi, ya tidak masalah. Kecuali ikut trip orang, sudah pasti bakal ditinggal-tinggal karena mengacaukan itinerary. 


Seperti di awal saya bilang, trip ini santai. Memang ada target, tapi soal waktu kami fleksibel. Santai dan sesampainya saja. Kondisi anak-enak memang harus baik. Karena durasi trip lama dan jauh. Mereka harus cukup makan dan tidur supaya selalu sehat selama perjalanan. Kalau dipaksa-paksa nanti ganggu mood, akibatnya jalan-jalan jadi nggak happy

Sarapan nasi rames ala Jember, dimakan di mobil demi kejar waktu ke Gili Ketapang

Kami meninggalkan rumah setelah mandi. Semua berangkat dalam keadaan segar. Suami dan adik ipar juga dalam kondisi fit setelah cukup tidur. Dan, akhirnya kami berpamitan dengan keluarga adik ipar. Alhamdulillah senang 2 malam bermalam di rumahnya yang besar itu. 


Perjalanan diawali dengan mencari sarapan. Demi menghemat waktu, makanan yang dibeli hanya dibungkus, kami makan di dalam mobil. Kami mengejar waktu, jam 10 harus sudah sampai di pelabuhan. 


Sesuai informasi dari Mas Rohman, jam 10 adalah jadwal terakhir penyeberangan. Sebab, jatah waktu untuk beraktivitas hanya 2 jam. Dan di atas jam 1 semua wisatawan harus sudah kembali ke pelabuhan. Jika lewat dari waktu tersebut, dikhawatirkan kurang aman. Sore sering hujan dan berangin kencang, laut pun bergelombang. Karena itu kami ngebut ke pelabuhan.


Sementara itu, matahari kian meninggi. Akan kah kami kuat bermain air di tengah cuaca yang terasa panas menyengat? 

Lokasi meeting point sebelum menyeberang ke Gili Ketapang
Gili Ketapang
Titik kumpul di Pelabuhan Baru di Tanjung Tembaga Barat

Naik Perahu Kayu Tanpa Jaket Pelampung!

Lokasi meeting point ada di pelabuhan baru yang berlokasi di Jalan Pattimura Gang 10, Kavling KTI, Tanjung Tembaga Barat, Mayangan, Kec. Mayangan, Probolinggo. 


Kami sempat bingung sesampainya di sana. Mas Rohman bilang ada tempat parkiran yang sudah ramai oleh mobil. Kami harus parkir di sana. Tapi, tempat parkir yang kami temui sepi. Tak satu pun ada kendaraan. Ternyata salah paham, tempat parkir yang dimaksud masih 100 meter lagi. Nah, di sana ada lapangan kosong. Ada pondok-pondok jajan. Di balik pondok itulah ada dermaga yang dipenuhi oleh perahu-perahu yang akan mengangkut wisatawan ke Gili Ketapang.


Kami tidak langsung diajak berangkat karena masih harus menunggu wisatawan lain yang satu kapal dengan kami. Paket snorkeling yang kami beli memang tidak dengan kapal private. Jika mau private, kami mesti tambah Rp 500.000. 

Ini perahu kami, beratap seadanya

Saya kaget lihat perahunya. Tempat duduknya rata, tanpa dinding/pagar pengaman. Jadi, kalau duduk terlalu pinggir bisa saja jatuh tanpa sengaja. Apalagi kalau kapal bergoyang dan miring-miring, saya yakin itu berbahaya. Atap perahu pun tampak seadanya, berupa terpal.

Tak cuma itu, tak satupun ada jaket pelampung yang dibagikan kepada kami. Padahal, sesuai aturan keselamatan dalam penyeberangan sudah jelas setiap orang yang naik perahu harus dibekali pelampung. Ini kok malah tidak ada sama sekali. 

Saya khawatir sekali saat itu. Meski guide bilang aman, jarak menyeberang dekat, gak ada gelombang kalau pagi, dan kapal nggak pernah oleng, tetap saja bagi saya ini tidak benar.


Mau jarak dekat dan cuaca bagus, jaket pelampung itu wajib! 
Kepanasan di atas perahu 
Tanpa jaket pelampung, dan perahu tanpa dinding pengaman. Sangat tidak aman!

Snorkeling Gili Ketapang

Lama penyeberangan ke Gili Ketapang kurang lebih 40 menit. Hampir jam 11 saat itu. Sinar matahari sedang bersinar sangat tajam. Udara terasa sangat panas. Sewaktu masih di perahu, angin laut yang bertiup membuat rasa panas cukup tersamarkan. Namun, setelah turun dan mulai menjejak pantai baru terasa, kulit bagaikan ditusuk-tusuk jarum. Kami berlarian menuju rest area yang sudah ditentukan.


Kami diberi waktu untuk istirahat sebentar sebelum mulai snorkeling, ganti baju dan menyimpan barang-barang. Anak-anak tampak sudah tak sabar untuk main air. Snorkeling di sini jadi yang pertama untuk Aisyah. Dulu saya bercita-cita mengajaknya snorkeling pertama di Belitung, eh belum terwujud malah sudah duluan di Gili Ketapang. 


Waktu kami 2 jam untuk snorkeling, makan, istirahat dan berganti baju kering. Jadi, waktu untuk snorkeling-nya sendiri hanya 1 jam. Sesuai info pertama dari Mas Sandro, ada 2 spot snorkeling yang akan kami tuju. Spot pertama masih di perairan sekitar pantai tempat rest area. Spot ke-2 agak jauh, di sisi lain pulau. 


Sebelum berangkat, kami dibekali jaket pelampung, snorkel, dan fin. Nah, syukurlah ada pelampung. Awas saja kalau seperti sebelumnya, masa menyeberang laut tanpa perlengkapan keselamatan. Perlu ditegur tuh pengelola angkutan wisata dan para tour operator-nya.

Pilah pilih jaket pelampung dan snorkel
Perahu snorkeling

Snorkeling Ringan

Snorkeling di Gili Ketapang ini cocok untuk pemula, juga untuk anak-anak. Lautnya cukup tenang, dangkal, namun airnya tidak sejernih yang saya bayangkan. Terumbu karangnya juga biasa saja, tapi sudah cukup jika sekadar untuk menghibur anak-anak. 


Saya sendiri sengaja tidak ikut snorkeling. Lebih memilih duduk di perahu karena ingin memotret anak-anak berenang. Saya ingin punya dokumentasi saat mereka liburan bersama di laut. Kalau semua turun, tidak ada yang motret. Guide sibuk menjaga anak-anak, adik juga sibuk berenang sambil mengawasi anak-anak. 


Di spot pertama guide sepertinya fokus pada pengambilan gambar di tugu Gili Ketapang yang berada di dasar laut. Nah, satu persatu anak-anak dibawa menyelam. Diajari satu persatu sampai bisa dan dapat gambar berenang dalam air.


Berhubung untuk anak, ya tak apa lah. Kalau saya sendiri, ya buat apa foto bareng tugu. Tujuan snorkeling kan buat liat ikan dan terumbu karang. Saya malah berpandangan lain soal membuat tugu dalam air. Bukankah pengerjaannya dengan merusak terumbu karang? Ya walaupun cuma sedikit saja, tetap saja ada yang dikorbankan, bukan? Tugu atau apa pun itu untuk menunjukkan keberadaan Gili Ketapang, masih bisa kok dibuat di tempat lain, di darat pastinya, yang nggak merusak.


Bicara soal ikan, ternyata lumayan nih di dekat tugu Gili Ketapang itu banyak ikan lewat. Buktinya pas Alief berfoto, rombongan ikan seliweran di hadapannya. 


Aisyah sukses belajar menyelam dengan menahan nafas (tanpa snorkel)! Keren deh 😍

Ai sukses fun dive 
Banyak juga ikan yang seliweran dekat Alief

Asyiknya Berenang, Telinga Sampai Radang

Saya tanya guide soal spot ke-2. Ternyata nggak jadi ke sana. Katanya angin sedang kencang, gelombang mulai tinggi, jadi batal. Saya awalnya kecewa mendengar itu, tapi mungkin ada benarnya. Waktu memang sudah siang, dan bila diteruskan bakal makan waktu lebih lama. 


Batal ke spot ke-2, anak-anak lanjut berenang di spot 1. Namanya anak-anak, main air nggak ada bosannya. Meski di cuaca terik pun asyik saja. Saya nya nih yang nggak betah. Berasa kepanggang, padahal di bawah atap perahu hehe.


Untunglah anak-anak tidak hendak bertahan lama, mereka balik ke perahu, dan akhirnya kami kembali ke daratan. 


Ada cerita nih soal berenang. Setelah snorkeling di Gili Ketapang, kami lanjut berwisata ke Malang, menginap di Hotel Ubud Malang. Nah di sana anak-anak berenang lagi. Main airnya lama. Mungkin karena berturut-turut main air, akhirnya jadi pilek. Apalagi cuaca berubah. Abis panas-panasan di Probolinggo, lalu dingin-dinginan di Malang. 


Pileknya Aisyah tidak seberapa tapi sakit di telinganya yang bikin kasihan, dia sampai susah mendengar dan merasa nyeri sambil pegang-pegang telinga. Setelah diperiksa ke dokter spesialis THT ternyata telinganya mengalami radang. 


Saya jadi sadar, sakit telinga Aisyah selama ini selalu muncul setelah berenang. Untuk kondisi seperti ini, bila mau berenang lagi, wajib pakai penutup telinga. Selama sakit pun, bila mandi biasa di rumah juga harus pakai penutup telinga. 


Telinga anak beda-beda kondisinya. Kalau Aisyah, selain karena berenang, pilek, juga memang mudah bengkak. Kalau saya, pilek atau enggak, telinga ya tetap normal. Berenang tak ada masalah dan telinga bebas saja tanpa penutup. Nah, karena kondisi spesial inilah saya harus pertimbangkan masak-masak bila hendak ajak Aisyah snorkeling atau berenang, termasuk di laut. Boleh saja nyebur, asal sedia penutup telinga yang aman.

Abang dan adiknya, sama-sama snorkeling untuk pertama kali

Makan Siang ala Gili Ketapang

Di Gili Ketapang ada perkampungan nelayan yang kini sudah menjelma menjadi Kampung Wisata. Itu sebabnya ketika pertama sampai saya dapati pulau ini ramai oleh penduduk lokal. Para nelayan pun tampak lalu-lalang di antara perahu yang berjejer memenuhi pinggir pantai. 

Sejumlah warung jajan bisa dijumpai dengan mudah, begitu juga tempat makan. 


Untuk wisatawan seperti kami, paket wisata sudah termasuk makan siang. Jadi kami tidak perlu repot lagi cari tempat makan karena sudah disediakan. Nah, yang namanya sudah masuk paket, tentu saja kami tidak bisa memilih lauk sesuka hati. 


Makanan disajikan prasmanan, namun nasi dan lauknya diambilkan oleh seorang ibu yang selalu berjaga di depan meja prasmanan. Lauknya sederhana, hanya ikan kembung bakar yang masih panas, dilengkapi sambal pedas dan potongan timun yang sangat irit. 


Ya, namanya juga paket murah meriah, makanannya pun kelas hemat. Meski begitu, kami bisa menikmatinya dengan lahap, habis tanpa sisa. Siang sih ya, lapar, apa saja yang ada disantap he he.


Yang bikin sulit duri ikan buat si anak, mesti dilepas dulu satu persatu. Sambal yang ada jelas mubazir, karena tak bisa dimakan. Kalau orang dewasa ya jangan ditanya, ludes. 


Rest area tempat kami makan dan berteduh
Menu sederhana untuk paket murah meriah
Makan seadanya yang penting happy 😍😃

Menikmati Suasana Gili di Siang Hari

Matahari teramat terik. Mau ngapa-ngapain di pantai rasanya malas. Itu sih saya ya. Kalau anak-anak mah tetap saja berlarian di pantai. Main pasir. Main kejar-kejaran. Main air. Abis itu baru mandi dan ganti baju kering.

Kamar mandi tidak terlalu banyak, tapi airnya banyak dan mengalir lancar. Sabun dan samphoo tidak tersedia. Kalau butuh mesti beli. Di depan kamar mandi ada mbak-mbak yang jual, bisa beli sama dia. Kami bawa perlengkapan mandi sendiri, jadi tidak perlu keluar uang lagi buat belanja.

Di sini juga tersedia kelapa muda. Jika haus bisa beli dengan harga normal, hanya Rp 12.000 / buah. Saya kurang informasi apakah buah kelapa itu hasil tanam di pulau, atau bawa dari seberang. Rasanya, selama di pulau saya tidak lihat ada pohon kelapa. Entahlah.

Sebelum balik ke seberang, sebetulnya saya pingin sih jalan gitu, hunting spot foto, tapi nggak tahan dengan udara panasnya. Benar-benar menyengat. Akhirnya cuma leyeh-leyeh saja di pondok, berteduh sambil nonton anak-anak bermain. 

Anak-anak mah super cuek, mau panas kayak apa juga gak peduli. Saya dong, takut gosong dan belang meski sudah pakai sun screen. 


Trip Gili Ketapang Selesai

Aktivitas snorkeling di Gili Ketapang akhirnya selesai. Pukul 3 sore kami naik perahu lagi, pergi meninggalkan pulau. Kalau dihitung, kurang lebih 3 jam berada di pulau. Lebih dari waktu yang ditentukan. Kondisi seperti ini biasa terjadi sih ya. Nggak pernah bisa benar-benar tepat waktu.

Sebelum meninggalkan kapal, mas guide menyerahkan foto underwater. Semua foto dikirim secara digital lewat aplikasi share it. Alhamdulillah jadi punya kenangan saat anak-anak berenang di laut.

Saya memang nggak banyak beraktivitas selama di Gili Ketapang tapi saya merasakan keseruan yang dirasakan anak-anak. Mereka gembira, saya sudah pasti jadi gembira. Terlebih, ini adalah peringatan hari lahir saya. Rasanya bahagia bisa merasakan ultah bersama seluruh keluarga tercinta.

Sore itu kami menuju Surabaya, dan malamnya langsung ke Malang. Sampai di Malang, saya mendapat kejutan lagi dari pihak hotel Ubud Malam, sambutan ultah! Ceritanya dapat dibaca pada link berikut: Liburan Keluarga di Ubud Cottage Malang 


Snorkeling Adventure "ASA Group" 
Gili Ketapang Probolinggo Jawa Timur
HP: 085211211347
Sandro Yuan +62 823-3104-3995
Tim di Gili Ketapang Rohman +62 823-3152-7884

Kapasitas perahu 25-30 orang.
Waktu snorkeling 2 jam, 2 spot. 
1 kapal 3-4 guide snorkeling

Meeting point di Pelabuhan Basecamp:
Jln Pattimura Gang 10, KAVLING KTI, 
Tanjung Tembaga Barat, Mayangan, Kec. Mayangan, Kota Probolinggo, Jawa Timur 67218

Snorkeling dewasa Rp 90.000 
Snorkeling anak-anak <12 tahun Rp 60.000