Tiada Gundah di Tidore

Padanan permai antara gunung dan laut menjadi simfoni unik Bumi Marijang, bersanding sejarah yang menghidupkan julukan legendaris The Spice Island.

tidore kepulauan maluku utara
Tidore Kepulauan - Maluku Utara

Nama Tidore berasal dari rangkaian kata "To Ado Re" yang berarti "Aku Telah Sampai". Sebelum itu, Pulau Tidore dikenal dengan sebutan "Limau Duko" atau "Kie Duko" karena di pulau tersebut terdapat gunung berapi. 

Adalah Kie Marijang, gugusan pulau tertinggi kepulauan Maluku, yang berdiri tegak di sana. Kini gunung tersebut sudah tidak aktif lagi. Marijang dalam bahasa Tidore bermakna gunung atau puncak yang indah.

Tidore kerap disandingkan dengan Ternate karena letaknya bersebelahan. Dua pulau ini hanya terpisah selat dan Pulau Maitara. Keindahan pemandangannya diabadikan dalam uang kertas Rp. 1000, di mana tergambar Pulau Maitara yang berada di antara keduanya. Dengan menumpang kapal cepat, pulau kecil yang dijuluki The Spice Island ini dapat dicapai dalam waktu sekitar 15 menit dari Pelabuhan Bastiong, Ternate.


pulau maitara tidore
Pulau Maitara yang tergambar dalam uang Rp 1.000,-

BENTENG TAHULA

Bagi penggemar wisata sejarah dan budaya, ada 3 destinasi yang wajib dikunjungi di Tidore yaitu Benteng Tahula, Benteng Torre dan Kedaton Kesultanan. Ketiganya bukan hanya tercatat dalam kisah Indonesia, tapi mengguncang dunia sebagai titik pembuktian teori Heliosentri-nya Copernicus. Benteng Torre dan Tahula peninggalan Bangsa Portugis, menunjukkan bukti bahwa salah satu bangsa besar Eropa pernah berada di Pulau Tidore.

Benteng Tahula terletak di Jalan Syaifudin, Desa Soa Sio, Kota Tidore Kepulauan. Lokasi benteng berada di atas bukit yang curam di daerah pesisir. Untuk mencapai Benteng Tahula harus mendaki ratusan anak tangga hingga puncaknya. Di atas benteng terlihat jelas seluruh kota Sia Sio juga sebagian lekuk Pulau Tidore. Terdapat makam dan semacam kolam di halaman benteng.

Tonton juga video : Travel Blogger goes to Tidore

benteng tahula di soa sio
Salah satu sisi Benteng Tahula yang menghadap ke Soa Sio

Benteng Tahula dikenal juga dengan nama Benteng Tohula atau Kota Hula. Pembangunannya baru dimulai pada tahun 1610 oleh Chirstobal de Azcqueta Menchacha (1610-1612), gubernur Spanyol saat itu. Pekerjaan pembangunan selesai tahun 1615 pada masa gubernur Spanyol Don Jeronimo de Silva (1612-1617) dan benteng ini diberi nama Santiago de los Caballeros de Tidore atau Sanctiago Caualleros de los de la de ysla Tidore. Spanyol menggunakan benteng ini hingga tahun 1662. Setelah kepergian Spanyol, pada tahun 1707, Belanda yang berkuasa saat itu meminta Sultan Tidore untuk menghancurkan Benteng Tahula. Namun, sebelum Benteng Tahula sepenuhnya dibongkar, Sultan Tidore Hamzah Fahroedin (1659-1700) meminta benteng dipertahankan sebagai tempat tinggal kerajaan.

Benteng Tahula adalah salah satu penanda perdagangan rempah di masa lalu. Benteng ini menjadi saksi ribuan pelayaran setiap harinya keluar masuk Pulau Tidore. Bukan hanya angkutan rempah, tapi juga pelayaran rakyat penghubung antar pulau-pulau di Maluku Utara. 

Tangga menuju puncak benteng


BENTENG TORRE

Benteng Torre dibangun atas perintah Sancho de Vasconcelos yang mendapat ijin dari Sultan Gapi Baguna tanggal 6 Januari 1578. Ijin ini didapat setelah Portugis diusir dari Ternate oleh Sultan Baabullah karena Portugis telah membunuh Sultan Khairun pada tahun 1570. Nama Torre kemungkinan berhubungan dengan nama kapten Portugis pada saat itu yaitu Hernando De La Torre.

Benteng Torre tidak berada di tepian laut, melainkan di atas bukit, tepat di buritan Kedaton Kesultanan Tidore. Secara keseluruhan Benteng Torre telah mengalami kerusakan dan hanya menyisakan kurang lebih 30% dari keseluruhan bangunan. Hanya dinding keliling bagian depan saja yang masih berdiri. Diduga akibat gempa yang seringkali terjadi di masa lalu. Setelah berabad-abad, baru pada tahun 2014 benteng ini dipugar.

Benteng-benteng yang dulu berdiri angkuh, sekarang melamun syahdu menyaksikan angin dan ombak bersabung di lautan. Tumpukan bebatuan muntahan dari gunung masih ada di sekitar benteng. Benteng yang berada di ketinggian ini menghadap ke arah tenggara dan berbentuk persegi empat dengan tambahan bangunan setengah lingkaran di sisi barat daya atau bagian kanan depan. Duduk-duduk sore di sini, mata saya dimanjakan oleh panorama laut Tidore yang biru. Sedangkan pada pagi hari, dari atas benteng yang kian dilanda uzur dan bermetamorfosis menjadi artefak dari masa silam yang hanya dibanggakan warga sekitarnya ini, kita dapat menyaksikan betapa menawannya matahari terbit di Tidore.


cara menuju benteng torre
Benteng Torre di atas bukit


NEGERI ATAS AWAN

Gura Bunga merupakan desa tertinggi di Tidore, berada di lereng Gunung Marijang yang mempunyai ketinggian 1.730mdpl, menjadikannya sebagai gunung tertinggi di Maluku Utara. Gunung berbentuk kerucut hampir sempurna ini, dindingnya digurat banyak sumber air dan dirimbuni dengan tumpukan batu untuk ritual adat.

Untuk mencapai Kie Matubu (puncak Kie Marijang) diperlukan lima jam lagi perjalanan kaki. Dari puncaknya kita dapat menikmati panorama Pulau Ternate dan Maitara, Pulau Mare yang teluknya menjadi persingggahan kahia (lumba-lumba), serta hutan-hutan hijau di lembah sekeliling gunung yang memeluk hangat rimbun pohon pala dan cengkih, muara segala pelayaran akbar bermula.

Salah satu Negeri Atas Awan di Tidore ini seringkali diselimuti oleh kabut yang menimbulkan kesan magis. Dari sudut mana pun, suasana desa ini diselimuti ketenangan. Warganya senantiasa menyapa ramah. Rumah-rumah dengan halaman yang sangat bersih dihiasi bermacam bunga yang beraneka warna, membuat desa ini tampak menawan. 

Tonton juga video : Negeri di Atas Awan Tidore

desa gura bunga tidore
Rumah tradisional Tidore di Desa Gura Bunga

Di Gurabunga masih terdapat rumah asli Tidore. Di sini pula para sowohi,  yang menjadi penghubung Kesultanan Tidore dengan roh para leluhur, menetap. Kelurahan yang berada di ketinggian 900mdpl ini dihuni oleh lima marga dengan rumah adat masing-masing marga, menjadi simbol persatuan keanekaragaman adat budaya. Berbaur dengan masyarakat setempat dan mencoba merasakan sentuhan kehidupan dan kearifan lokalnya, menjadi pengalaman berharga yang saya dapat dari Gura Bunga.

Bulan April lalu, Gura Bunga menjadi lokasi pelaksanaan kegiatan Sonine Gurua, yaitu perayaan masyarakat pegunungan untuk mengekspresikan kegembiraan dan sukacita sebagai ungkapan syukur menyambut datangnya Hari Jadi Tidore ke-909 tahun 2017. Dalam acara tersebut diadakan perjamuan bagi tamu yang datang dengan suguhan kuliner khas pegunungan seperti kofi dabe (kopi rempah) dll, serta atraksi-atraksi seni dan budaya masyarakat pegunungan. Di sini pula diadakan prosesi Tagi Kie, yaitu prosesi pengambilan air oleh masyarakat adat Soa Romtoha Tomayou.

kie matubu gura bunga
Gura Bunga di malam hari, berlatar Kie Matubu

KAMPUNG KALAODI

Tidore mempunyai kampung Kalaodi yang disebut sebagai Kampung Ekologi Pelindung Tidore. Terletak di bagian utara Tidore dan berada di ketinggian sekitar 900mdpl. Kebun-kebun di kampung Kalaodi termasuk dalam kawasan hutan lindung Tagafura yang kaya dengan tanaman-tanaman produktif seperti cengkih dan pala.

Kedua komoditi ini adalah penghasilan utama sebagian besar warga Kalaodi. Di sela-sela tanaman rempah itu, warga juga menanam kenari, kayumanis dan pinang. Beberapa kerajinan dari bambu seperti Saloi dan Tolu yang banyak dijual di Pasar Goto (pasar tradisional Tidore) juga dihasilkan dari sini. Saloi semacam keranjang untuk dipakai ke kebun, sedangkan Tolu  sejenis topi lebar pelindung kepala dari hujan dan panas. 

pesona kalaodi
Dari ketinggian Desa Kalaodi, terlihat Pulau Maitara dan Pulau Ternate

Suasana kampung Kalaodi sangat tenang. Jalanannya kerap lengang. Sesekali saja motor berlalu santai. Di kebun-kebunnya, pohon-pohon rempah tinggi menjulang, tumbuh rapat hampir sepanjang jalan. Buah cengkih dan pala dijemur begitu saja di tepi jalan tanpa khawatir akan hilang. 

Kampung dengan udara sejuk sepanjang waktu ini tak hanya kaya akan rempah, tapi juga kaya akan keindahan panorama. Pemandangan menawan kota Tidore dan Pulau Halmahera di timur, juga Pulau Maitara dan Pulau Ternate di sebelah barat, menjadi suguhan yang bisa dinikmati setiap saat.

desa kalaodi tidore
Sejuk, bersih, dan tenang

EKSOTISME PULAU FAILONGA

Pulau Tidore memiliki 12 pulau besar dan kecil, di antaranya Pulau Failonga, Pulau Mare, Pulau Maitara, Pulau Tamong, Pulau Pasi, Pulau Woda, Pulau Joji, Pulau Guratu, dan Pulau Sibu. Masing-masing pulau menawarkan keanekaragaman hayati laut timur yang pesonanya sulit untuk ditolak. Saya mengunjungi salah satunya yaitu Pulau Failonga. Sebuah pulau dengan air laut bagaikan cermin, membuat awan putih tidak hanya berkeliaran di langit, tetapi juga di air laut.

Failonga terkenal dengan keindahan pasir putih dan bebatuan yang indah. Cocok untuk tempat rekreasi, memancing, diving dan snorkeling.  Dari Pelabuhan Goto, pulau seluas 1,1 km2 ini dapat ditempuh selama 10 menit dengan menggunakan speedboat. Pulau Failonga masuk dalam kategori pulau-pulau kecil, hanya butuh sekitar 20 menit untuk mengitarinya

Sembilan puluh delapan persen Failonga adalah tebing batu yang sebagiannya tergolong curam. Sisanya berupa pantai dan batuan berukuran kecil yang melandai. Pantai pasir putih nan halusnya juga dilindungi batuan berukuran raksasa dari deburan ombak. Airnya yang sangat jernih, hangat, dan dangkal, membuat siapapun betah untuk menikmati panorama bawah lautnya yang menawan. Benar-benar surga tersembunyi di laut Tidore. 


pulau failonga maluku utara
Pantai pasir putih dan air jernih di laut Pulau Failonga yang menawan


KULINER KHAS TIDORE

Mempelajari pengaruh rempah dalam kehidupan masyarakat Tidore makin lengkap jika disertai dengan mencicipi tradisi kulinernya. Masyarakat Tidore yang terkenal gemar mengunyah menawarkan pilihan menu yang beragam. Beberapa diantaranya sudah sering terdengar, namun baru kali ini saya makan langsung di tempatnya.

Sagu Singkong atau biasa disebut Kasbi menjadi makanan pokok pengganti nasi di Tidore. Sagu Singkong dibuat dari parutan singkong kering yang dimasukkan ke dalam sebuah cetakan yang terbuat dari gerabah yang terlebih dahulu dibakar diatas sebuah tungku panjang. Di masa lampau, Kasbi merupakan makanan yang awet sampai satu tahun, sehingga sering dibawa oleh para pejuang dan pelaut Tidore ataupun pelaut kolonial yang singgah di Tidore sejak jaman dahulu sebagai bekal untuk perang ataupun pergi berlayar di lautan. 

kuliner gohu kasbi tidore
Beberapa kuliner khas Tidore: Gohu, Ikan bakar dabu-dabu, kasbi

Kasbi secara umum seperti roti tawar bakar, tapi bentuknya pipih persegi panjang. Kasbi lebih berserat dan lebih cepet mengenyangkan.  Lebih legit dari roti tawar. Kasbi biasanya dikonsumsi bersamaan dengan lauk ikan yang dibakar, panggang, berkuah ataupun goreng.  Bisa juga ditambahkan selai, jadi kudapan teman minum teh. Di Tidore, Kasbi yang dibuat oleh pembuat rumahan dijual seharga 10.000/8pcs. 

Ada pula Gohu, kerap disebut sashimi ala Tidore. Terbuat dari ikan mentah segar yang dicampur beberapa bumbu masak dan dibiarkan matang dengan cara disiram minyak kelapa mendidih. Salah satu kekayaan kuliner khas Nusantara ini tak hanya lezat, tapi juga sehat karena menggunakan ikan dan bahan-bahan alami yang segar. Selain teman yang cocok untuk nasi hangat, Gohu juga pasangan yang tepat untuk Popeda, kuliner khas Tidore lainnya. Olahan ikan lainnya berupa Kakap Goreng yang disiram sambal dabu-dabu, sambal khas Maluku Utara.

 
istana kesultanan tidore
Kedaton Kesultanan Tidore

KEDATON KESULTANAN TIDORE

Istana sepuh yang di sebut Kadato Kie ini berkedip manis menghadap laut. Tempat di mana semua sabda Sultan diampu dan dipatuhi di seantero wilayah kekuasaannya. Di sinilah saksi bisu sepak terjang Kesultanan Tidore, masa saat Sultan Nuku berkuasa sejak 1797, hingga berjaya dengan mempersatukan seluruh kerajaan di perairan Maluku termasuk Papua dan mengusir kompeni Belanda tanpa pertumpahan darah.

Abad berganti, masa berlalu. Kejayaan Kesultanan Tidore menjadi kenangan yang diabadikan dalam catatan sejarah. Kini Kadato Kie hanya dipakai untuk acara seremonial, juga tempat menyimpan, merawat, dan memamerkan benda-benda pusaka milik kesultanan, seperti senjata (pedang dan perisai), mahkota, pisau keris Sultan, Al Quran tinta emas, pedang, pakaian Sultan, pakaian panglima perang/Kapita Lao.

Pada perayaan Hari Jadi Tidore ke-909 bulan April lalu, beberapa rangkaian acara dan adat istiadat Tidore dilaksanakan di Kadato Kie. Melalui kegiatan inilah saya akhirnya punya kesempatan menginjakkan kaki di dalamnya, bertemu Sultan dan Permaisuri, ikut dalam acara makan Saro (makan adat), bahkan duduk lama menyaksikan ritual Rakib Taji Besi.


Baca juga: Menjadi Juri Lomba Menulis Blog Tidore

Sultan Tidore Jou Husain Syah dan Permaisuri di Hari Jadi Tidore ke-909

Festival Tidore, April - Setiap Tahun

Prosesi Tagi Kie, Rora Ake Dango, Parade Juanga Sultan Tidore, Rora Paji, Panji Nyili-Nyili, hingga Kirab Agung Kesultanan, merupakan tradisi dan adat istiadat Tidore yang masih dilestarikan hingga saat ini. Kegiatan budaya ini bisa disaksikan saat memperingati Hari Jadi Tidore yang rutin diadakan tiap tahun pada bulan April.

Parade Juanga adalah ekspedisi hongi Tidore di mana Sultan Tidore dan Bobato melakukan pelayaran mengelilingi teritori Kesultanan Tidore dan singgah di Kadaton Sultan Ternate dalam lawatan silaturahim, juga untuk mengunjungi masyarakat Tidore yang berada di Ternate. Selanjutnya, di Kadato Tidore di Ternate, Sultan akan singgah beberapa waktu untuk bersilaturahim sekaligus mengundang (dawaro se siloloa) masyarakat adat Tidore di Ternate untuk pulang menghadiri perayaan Hari Jadi Tidore (HJT). 

festival tidore
Dua dari puluhan kapal yang mengikuti Parade Juanga
Pasukan pengamanan dari istana ikut serta Parade Juanga

Setelah Parade Juanga, malamnya dilaksanakan perjalanan Paji Nyili-Nyili. Dalam perjalanan ini, duplikat paji diarak melalui soa (kampung) menuju Kadato Kie melalui perjalanan laut dan darat sesuai rute Napak Tilas Perjuangan Sultan Nuku. Para Bobato Kesultanan Tidore ikut dalam acara Perjalanan Paji Nyili-Nyili. Kurang lebih 700 orang dari lima negeri yakni Raja Ampat, Seram, Maba, Patani, Weda dan Nyili-Nyili dalam Kesultanan Tidore. Tepat tanggal 12 April 2017, seluruh pasukan Paji Nyili-Nyili dari 4 penjuru bertemu di depan Kadato Kie, disambut oleh Sultan, Bobato dalam upacara adat.

Moment menggetarkan yang jangan dilewatkan menjelang upacara puncak HJT adalah saat Pasukan Kirab Agung Kesultanan menerima Paji Angkatan Perang, Paji Gimalaha & Famanyira di tempat penyatuan Paji (Limau Soasio), untuk kemudian diarak memasuki lokasi upacara di Sinoni Salaka, Kadato Kie. 

Paji Nyili Nyili

Mari sejenak pulang ke Tidore, tanah di mana tradisi dan kearifan dirawat dalam kebijaksanaan, kesabaran, dan kerendahhatian para sowohi dan Joguru sejak ratusan tahun lampau.  

Syukur dofu-dofu, Joo.


CARA KE TIDORE 
 
Pulau Tidore cukup mudah dicapai dari Ternate, di mana bandara yang menghubungkan Provinsi Maluku Utara dengan daerah-daerah lain di Indonesia berada. Dari Ternate naik speedboat dari pelabuhan Bastiong dengan ongkos Rp. 10.000,- selama 10 menit menuju Pelabuhan Rum di Tidore. Setelah itu baru naik angkot atau sewa bentor (becak motor) untuk membawa kita keliling Tidore. Ongkos bentor Rp 5.000,- – Rp 10.000,-

PENGINAPAN

Seroja adalah satu-satunya penginapan di Tidore yang sudah beroperasi puluhan tahun.  Rumah dengan luas sekitar 500an m2 ini, walaupun tampak sangat sederhana di bagian luar, tapi mampu memberikan kenyamanan bagi yang singgah. Terletak di jalan utama Kelurahan Soasio, penginapan ini berada tak jauh dari beberapa tempat wisata sejarah seperti Benteng Tahula, Masjid Kesultanan (Sigi Kolano), Makam Sultan Nuku, Dermaga Kesultanan (Doro Kolano), dan Kadato Kie (Istana Kesultanan Tidore). Harga sewa kamar Rp 300.000,- – Rp 350.000,-/kamar. Sudah termasuk sarapan kue dengan secangkir teh atau kopi.  Tersedia juga jasa cuci baju.

RESTORAN 
 
Tidore minim restoran. Hanya ada warung-warung makan kecil pinggir jalan atau pinggir pantai yang bisa dijadikan tempat makan. Satu dari sedikit restoran yang saya rekomendasikan sebagai restoran yang menyajikan menu-menu khas Tidore adalah Restoran Safira Beach di Cobodoe.  

Di sini tersedia Kasbi, Gohu, Soup Ikan, Kakap dabu-dabu, dan lain-lain. Restoran Safira terletak di pinggir pantai, mempunyai view ke laut lepas dan pulau-pulau di sekitar Tidore. Safira Beach:  IG @safirabeachresto, Telepon: 0813-2698-4446

inflight magazine xpressair
Xpressair inflight magazine Juy 2017

Tulisan Tidore ini dimuat di Majalah Xpressair edisi Juli 2017. Saya posting di sini dalam versi sedikit berbeda dari yang dimuat di majalah, tetapi dari segi isi tetap sama. Semoga bermanfaat :)
  
Semua foto diambil oleh saya, Katerina, dan menggunakan kamera saya. Saya tidak perkenankan kepada siapapun untuk menggunakan foto yang saya posting di sini kecuali dengan ijin saya terlebih dahulu.

Terima kasih kepada Ngofa Tidore Tour & Travel yang telah membawa saya ke Tidore selama 6 hari (plus 3 hari di Ternate) untuk mengikuti Festival Tidore 2017 dalam rangka Hari Jadi Tidore ke-909. Sebuah pengalaman berharga yang sangat berkesan dan tidak terlupakan 😍💜💕

Cerita tentang Tidore akan saya tulis kembali pada postingan-postingan berikutnya dalam versi berbeda dari tulisan versi majalah. Untuk video-video tentang Tidore, dapat dilihat dalam channel youtube saya di www.youtube.com/katerinas



Contacts: Anita Gathmir – 0815.1433.7014, Gathmir – 0816.829.959, Annie Nugraha – 0811.108582. Emails: anitagathmir99@gmail.com, gathmir@yahoo.com, annie.nugraha@gmail.com, visittidore@gmail.com



Santap Malam Nikmat di Restoran Dynasty Belitung

Restoran Dynasty merupakan salah satu dari 10 restoran terbaik di Pulau Belitung versi Tripadvisor. Saya bersama Mas Arif dan teman-teman travel blogger; Dian, Ima, Riant, Tami, Dewi, Tomi, Aji, dan Mas Elton makan di restoran ini pada hari itu Sabtu tgl. 15/7/2017. 

restoran terbaik belitung
Santap malam di Restoran Dynasty Belitung

Kembali ke Tanjung Pandan

 
Usai mengunjungi Belitung Timur selama kurang dari 5 jam (baca ceritanya di : Menghabiskan Petang di Belitung Timur), kami kembali ke Tanjung Pandan. Hujan sejak pagi masih awet. Dua mobil yang membawa rombongan kami melaju tidak santai. Pak Yudi Uban, driver Mulia Rental Group yang melayani jasa transportasi kami selama di Belitung, menyetir dengan lihai. Usia boleh tua, tapi kelincahannya di jalan raya tak kalah hebat dengan anak muda. Berkelit sana sini. Wusss…

Kantuk, lelah, dan keinginan untuk lekas sampai di Tanjung Pandan menguasai rasa. Tapi, beberapa hal yang muncul saat dalam perjalanan, gagal membuat saya terpejam. Mata mendadak jadi segar saat mendengar suara wanita dari ‘google map’ Mas Arif, “Belok kiri, belok kiri, anda malah belok kanan ke arah rumah janda.” He he konyol. Awalnya saya kira itu beneran, ternyata mas Arif mengerjai kami. Suara itu bukan berasal dari Google Map, tapi dari video kerjaan usil entah siapa. 

Travel blogger goes to Belitung

Hujan dan Kabel Listrik

Ada pula temuan lainnya di jalan yang membuat mata jadi melek. Apa itu? Di antara remang malam yang mulai menghampiri, kami melihat sebuah truk tidak pada tempatnya, terdiam di pinggir jalan. Truk itu baru saja tersangkut kabel listrik yang melintang di atas jalan. Entah bagian mananya yang nyangkut. Satu tiang listrik ikut tertarik, miring hampir rubuh. 

Sebetulnya, saya sudah beberapa kali mengamati kabel-kabel listrik yang banyak melintang rendah di atas jalan Belitung. Entah kenapa dipasang seperti itu. Bukankah itu berbahaya bagi mobil-mobil besar dan tinggi yang lewat? *bertanya pada tiang listrik yang oleng.

Restoran Dynasty

Restoran Dynasty

Jam 7 malam kami sampai di restoran, disambut udara dingin dan hujan yang masih setia gugur ke bumi. Saya memasuki ruang resto dengan gontai, antara ngantuk dan penat. Sesaat kemudian, ada kenangan yang tiba-tiba menyeruak, menari-nari di mata. Ya, dua tahun lalu di jam yang sama, pada bulan September 2015, saya pernah datang ke resto ini, makan malam bersama mbak Samsiah.

Suasana dalam resto yang saya lihat malam itu sama seperti yang dulu pertama saya jumpai. Susunan meja, warna putih kain penutup kursi, meja bundar yang bagian atasnya bisa diputar, warna cat ruangan, serta letak meja kasir, semua masih sama. Bahkan jumlah pengunjung yang ada di ruang makan saat itu pun ramainya tak jauh beda. Ada rasa yang tak bisa saya jelaskan tiap kali kembali berada di tempat yang sama, pada waktu yang tak pernah saya duga. Antara kangen, terharu dan bahagia. Semua menjadi satu. Dan di situ terbit rasa syukur. Ternyata Allah masih membuat saya hidup, memberi saya kesehatan, sehingga bisa kembali ke tempat yang sama, bersama teman-teman, bahkan suami. 

Restoran Dynasty

Paling Laris

Restoran Dynasty terletak 2 km dari pusat kota Tanjung Pandan. Restoran ini menyediakan jasa wedding hall. Menurut keterangan, Dynasty merupakan restoran yang paling banyak digunakan di Belitung untuk keperluan wedding. Saya menebak ruangan besar yang ada di sisi kiri restoran tempat saya makan adalah hall yang biasa digunakan untuk wedding. Ada yang mau merayakan wedding di sini? Cuss lah pesen tempat hehe.

Datang ke restoran ini selalu di malam hari dan dalam keadaan terburu-buru untuk makan. Keadaan tersebut, selain membuat saya tidak punya foto tampak luar resto, juga tak sempat mengenal ruangan apa saja yang ada di Dynasty. Hanya ruangan yang menjadi tempat saya makan dan bangunan yang ada di depan resto, rumah tinggal Ibu Yuli, pemilik Dynasty Restaurant, itu saja yang saya tahu. 


Daftar Menu Dynasty Restoran

Restoran Dynasty menyediakan makanan China, Asia, dan Indonesia. Pilihan jenis menunya beragam. Ada aneka sop, aneka olahan ayam, ikan, udang, sapi, cumi, tahu, kepiting, gorengan (nasi/mie/kwetiaw/bihun), sate, sayuran, dan makanan kuah. Daftar menu dan harga bisa dilihat pada gambar berikut ini:





Kepiting Saos Padang

Kepiting Saos Padang, Ketam isi, Sup Perut Ikan, Ikan Asam Manis, dan Cah Taoge Ikan Asin, terhidang satu persatu di meja. Menu-menu istimewa yang tak hanya menggugah selera, tapi juga menggugah lensa kamera. Tapi percayalah, nafsu memotretku saat itu sudah terkapar. Posisinya tak lagi berdiri setinggi ketika makan di Sinar Laut. Tangan memang masih kuat angkat-angkat ponsel, tapi untuk berdiri dan pindah-pindah tempat demi angle-angle berbeda, sudah loyo. Ambil foto seperlunya, lalu taruh HP, dan mulai konsentrasi pada makanan. Sudah lafaaaaar men!

Lezat dan penuh citarasa

Menu Juara!

Mana menu yang paling juara? Kembali ke selera masing-masing. Buat saya, semuanya juara. Jika harus membuat rangking, Kepiting Saos Padang ada di urutan utama. Karena kepiting adalah favorit saya, di masak dengan cara apapun, tetap paling enak. Apalagi pakai saos Padang, makin juara. Yang nggak juara cuma satu, saat membuka cangkangnya. Untung ada pria kesayangan, dia yang bertugas meremukkan cangkang kepiting itu*lol.



Menu Favorit

Saya membaca beberapa testimoni di Tripadvisor, Kepiting Saos Padang paling banyak disebut dan direkomendasikan untuk dicoba. Wajar, karena setelah mencicipinya sendiri, saya tahu citarasa olahan kepiting ala Dynasty ini memang luar biasa menggoyang lidah. Rasanya pingin jilat semua saus yang menempel di piring tempat kepitingnya sampai tak bersisa setetes pun hehe. Kayak kucing deh ah.

Setelah Kepiting Saos Padang, Sup Perut Ikan dan Cah Taoge Ikan Asin adalah dua menu yang mampu menaikkan selera makan saya, bikin lidah jadi lebih bergairah, makan pun jadi nambah-nambah. Yang saya suka dari Dynasty, porsi tiap menu tidak ada yang sedikit, selalu besar (banyak). Kali ini mending saya makannya ramai-ramai. Dulu, waktu berdua mbak Samsiah, porsinya besar, padahal kami cuma berdua. Kebanyakan, jadi nggak habis. Kalau kemarin porsinya memang double, tapi pas. Malah masih lebih.



Ibu Yuli Pemilik Restoran Dynasty

Esok hari masih ada kegiatan wisata. Yang mau berangkat island hoping ke Tanjung Kelayang harus bersiap lebih pagi. Hal itu disampaikan oleh Jeffry, owner Picniq Tur Belitung yang malam itu datang ke resto untuk menemui kami yang sedang makan. Nah, karena harus bangun pagi, kami pun bersegera meninggalkan resto, biar cepat istirahat di hotel.

Sebelum meninggalkan resto, kami sempat berfoto bareng Ibu Yuli, pemilik resto. Jarang-jarang kan ke Belitung, belum tentu tiap tahun, apalagi tiap bulan. Jadi rasanya senang kalau bisa mengabadikan kenangan lewat foto bersama dengan pemilik resto yang merupakan salah satu resto terbaik di Belitung.

Foto bersama Ibu Yuli, pemilik Restoran Dynasty

Jeffry dan putra kecilnya yang menggemaskan

Ngopi di Kedai Kopi Kong Djie Kampung Parit

Keluar resto hujan makin deras. Bener-bener ujian nih selama liburan di Belitung. Tapi kami tidak mundur apalagi ciut. Yang ada tetap jalan lanjutkan apa yang belum diselesaikan. Balik hotel? Oh belum. Kami mampir ke OS Kopi Kong Djie dulu yang terletak di Jalan Lettu Maddaud Kampung Parit. Di sana, Pak Toto dan keluarganya sudah menunggu untuk ngopi-ngopi sambil ngobrol bareng.

Yes, di Kong Djie kami bukan hanya sekedar jumpa pak Toto, tapi juga minum-minum kopi ditemani cemilan-cemilan enak seperti pisang goreng pasir dan lainnya. Kopi Kong Djie ini adalah kedai ke-8 dari 12 kedai Kopi Djie yang ada di Belitung. Yang istimewa dari Kong Djie adalah racikan kopinya yang tetap dipertahankan sejak pertama kali (tahun 1943). Walau di sini suasananya beda dengan warung aslinya, lebih modern dan bergaya, tapi keistimewaannya tetap bisa dirasakan lewat seduhan kopinya. Tahun lalu, Juli 2016 saya pernah berkunjung ke Warung Kopi Kong Djie di Siburik, warung aslinya sejak pertama didirikan. Suasana tentu saja berbeda. 

Enak!

Hangatnya kebersamaan di malam yang hujan dan dingin

Kedai Kopi Kong Djie versi kekinian

Saya tidak hafal teman-teman memesan apa saja. Saya hanya ingat apa yang saya pesan; telur setengah matang dan kopi hitam untuk mas Arif. Di meja sudah ada pisang goreng pasir, teman ngopi yang enaknya tiada duanya saat itu. Obrolan hangat di meja kopi, berlangsung akrab, sampai tidak terasa waktu terus berjalan. Jam 10 kami mengakhiri kebersamaan di warung kopi, selanjutnya menuju hotel untuk istirahat. 

Cerita tentang Kopi Kong Djie ini belum semuanya saya tulis. Sebagian masih saya simpan. Akan saya tulis terpisah pada postingan berikutnya. Nantikan lanjutannya ya ^_^

Pak Toto dan keluarga, dan teman-teman trip Belitung

Restoran Dynasty
Jln. Dr Susilo no. 39, Tanjung Pandan, Pulau Belitung 33414, Indonesia
62 819-2955-3557

Mulia Rental Mobil Belitung
Jalan Veteran No. 1 Tanjung Pandan - Belitung
Telp: 0878 9778 8008, 0812 7324 691, 0719 21466, 0719 21579
www.muliarentalgroup.com
 
Picniq Tour Belitung
Telp: 081949555588, 081949222216
www.yourpicniq.com

Leebong Island
Leebong Island, Belitung - Indonesia
Telp: +62 21 5438 1355 , +62 21 5438 1356
HP: +62 812 9770 0776 (WhatsApp/LINE)
www.leebongisland.com

Terima kasih Pak Toto (Leebong), Darmawan (Mulia Rental Group), dan Jeffry (Picniq Tour Belitung) atas tripnya yang seru dan berkesan.

Menghabiskan Petang di Belitung Timur, Menikmati Sedapnya Seafood RM Sinar Laut dan Mengunjungi SD Laskar Pelangi

Wisata Belitung Timur

Museum Kata Andrea Hirata. Replika SD Laskar Pelangi. Kuliner Seafood di RM Sinar Laut Pantai Serdang.

rumah makan seafood di belitung timur

Hujan belum reda saat saya dan teman-teman travel blogger tiba di Pelabuhan Tanjung Ru, Belitung Selatan. Kami baru saja meninggalkan Pulau Leebong, pulau kecil yang menjadi tempat kami berlibur selama 2 hari 1 malam (14/7-15/7). Dua mobil dari Mulia Rental Group yang melayani transportasi kami selama di Belitung sudah menunggu. Supirnya masih sama, Pak Atok dan Pak Yudi Uban. Kami ambil gerak cepat saat memasukkan barang-barang. Berpacu dengan waktu dan air hujan yang terus turun membasahi bumi. Saat itu, waktu sudah menunjukkan jam 12 lewat 30 menit.

Banjir di Belitung Timur

Dua hari di Belitung, cuaca memang tak cerah. Mendung, gerimis, hujan deras, bahkan banjir di beberapa titik di Belitung. Inilah yang kami alami selama 1 jam perjalanan menuju Manggar di Belitung Timur. Kami menghadapi banjir di wilayah Renggiang. Air sungai pada sebuah jembatan yang kami lalui meluap, jalan dan jembatan tertutup air. Rumah-rumah di sekitar aliran sungai terendam dengan ketinggian air lebih dari 1 meter. 


Supir nekat mengajak kami menerobos banjir. Saya diliputi ketegangan, khawatir arus air mengalahkan laju mobil dan mendorongnya ke sungai. Di depan, mobil yang dikemudikan oleh Pak Atok sempat dimasuki air. Tapi Alhamdulillah kami selamat dan dapat melanjutkan perjalanan menuju RM Sinar Laut, tempat kami makan siang hari itu (Sabtu, 15/7/2017).

Video banjir Belitung yang sempat saya buat : Banjir Belitung

renggiang belitung timur
Banjir di wilayah Renggiang, Belitung Timur(15/7/2017) Foto : Dian Radiata Adventurose.com

Manggar, Negeri 1001 Warung Kopi

Bicara tentang kuliner Belitung, ada dua hal yang tersimpan dalam benak saya: Kopi dan Seafood. Bila bicara kopi, Manggar yang menjadi ibukota Belitung Timur adalah tempat berkumpulnya para penikmat kopi. Tempat di mana masyarakatnya memang sudah sejak lama memiliki tradisi minum kopi yang kuat. Dalam kesehariannya mereka akan berkumpul di warung-warung sambil menikmati secangkir kopi. Begitulah Manggar dikenal. Maka tak heran bila sebuah tugu kopi dibangun di tengah kota, berbentuk Teko/Ceret dan cangkir Kopi.

Ajakan ngopi di Manggar diajukan Mbak Dian sebelum ke Belitung. Saya setuju. Bagi penikmat kopi seperti Mbak Dian, mampir ke Manggar tentu akan terasa afdol jika merasakan menyeruput kopi di salah satu warung kopinya. Namun sayang, hari itu kami kekurangan waktu. Makan siang sudah telat, dan masih ada SD Laskar Pelangi dan Museum Andrea Hirata yang mesti dikejar untuk dikunjungi. Jadi, ketika melewati Tugu 1001 Warung Kopi hanya saya lewati dengan tatapan yang entah 😀


Baca juga : 12 Tempat Wisata Kuliner di Belitung

tugu 1001 warung kopi
Tugu 1001 Warung Kopi, ikon Manggar Belitung Timur *Sept 2015*

Kulineran Seafood di Belitung Timur

Di mata saya, kuliner Belitung identik dengan seafood. Dari pengalaman ke Belitung baru 4 kali, makanan yang saya santap di waktu pagi, siang, maupun malam tak pernah absen dari olahan ikan, udang, cumi-cumi, dan kepiting. Makan di resto atau warung pinggir jalan, seafood merajai menu. Soal enak, lidah saya ini lebih banyak berkata enak. Tapi, kdar enak bisa berubah tergantung suasana di tempat makan. Bisa jadi “enak saja”, atau “enak banget” hehe.

Di Belitung Timur, ada 1 resto yang pernah 2 kali saya kunjungi, Rumah Makan Fega di pinggir danau. Tapi kali ini, saya punya pengalaman kuliner baru yang nggak kalah berkesan bagi lidah, yaitu RM Sinar Laut di pinggir pantai. Dua tempat berbeda, dengan suasana berbeda, dan orang-orang yang membersamai berbeda. Bagaimana rasanya? Yuk saya ceritakan.

RM Sinar Laut (Ayung)

RM Sinar Laut Pantai Serdang

RM Sinar Laut terletak di Jalan Pantai Serdang. Dinamakan jalan pantai karena di depannya  memang terdapat pantai yang dinamakan Pantai Serdang. Bangunan rumah makan Sinar Laut sekilas seperti pondok-pondok makan biasa di pinggir jalan. Jangan bayangkan sebuah rumah makan besar nan megah dan mentereng. 

Bangunannya sederhana saja, beratap seng, berlantai semen tanpa keramik, dan bagian depannya terdapat semacam banner terpal bergambar menu-menu Sinar Laut sebagai penutup bagian depan rumah makan yang berkonsep terbuka.

Baca juga: D'Makmoer Guest House murah di Tanjung Pendam

Dapat menampung pengunjung dalam jumlah cukup banyak

Pelanggan tetapnya Pak Yusril Ihza Mahendra lho...

Meski penampilan luarnya sederhana, rumah makan ini menyediakan menu-menu istimewa yang siap menggoyang lidah para penggemar seafood. Dan saya baru tahu ternyata Bapak Yusril Ihza Mahendra (pada tahu beliau kan?) adalah pelanggan tetap menu seafood di rumah makan Sinar Laut. Hari itu, kami melihatnya mampir di sini, bercelana pendek, dan memilih sendiri ikan yang hendak dipesan.

Urat norak saya sempat muncul, pingin numpang foto bareng. Orang terkenal dan fenomenal gitu lho. Kan seneng kalau ada foto bareng dia, di Belitung pula, tempat asalnya hehe. Tapi sayang nggak kesampaian. Malu mau minta foto bareng. Teman-teman juga nggak ada yang berani memanggilnya. Entahlah kenapa hihi.

Kerupuk ikan dan sambal terasi segar ala Sinar laut, kudapan sebelum makan

Makan bareng, bukan jaim bareng

Jam 2 siang jelang sore, makan siang kesorean namanya. Lapar sudah melanda sejak 2 jam sebelumnya. Masuk, duduk, dan berharap makanan segera terhidang, itu saja yang ada dipikiran. Tapi apalah daya, saat makanan terhidang, nafsu memotret sejenak mengalahkan nafsu makan. 

Ya, seperti biasa, para blogger termasuk saya, mesti mengabadikan makanan-makanan itu dulu ke dalam foto, baru makan. Makanan, selain bahan untuk mengisi perut, juga bahan utama untuk mengisi blog. Kami memang blogger. Nyam…kriuk...

jangan dimakan sebelum difoto :)))
Makanannya OK

Menu-menu Seafood Sinar Laut

Gangan jadi menu favoritku di Sinar Laut, tentu tanpa mengabaikan keberadaan Ikan Ayam-Ayam bakar, Udang dimasak Asam, Cumi goreng krispi, dan sayur kangkung gurih yang ikut menemaninya. Ikan yang dimasak gangan adalah ikan Katarap. Nama yang asing ditelinga saya. Padahal sudah 3x ke Belitung sebelumnya, tak saya dengar nama ikan tersebut. Salah saya juga tak pernah bertanya, saat terhidang hanya makan, tak mencari tahu apa ikan yang dimakan. 

Ikan Katarap disebut juga ikan kakatua, begitu orang Belitung menamakannya. Jangan salah sebut ya, bukan katarak, apalagi keparat.

Gangan kuliner khas Belitung mesti dicoba bagi siapa saja yang baru pertama kali ataupun berkali-kali ke Belitung. Kekhasannya ada pada bumbu kuahnya. Perpaduan kunyit, lengkuas, cabe, bawang, terasi, asam, dan potongan buah nanas yang dimasukkan ke dalamnya, membuat masakan gurih ini terasa segar dan sedap.

FYI, semua jenis lauk dapat dibuat menjadi Gangan seperti daging sapi dan ayam. Jadi bukan hanya ikan, ya :)

kuliner gangan khas belitung
Gangan Ikan Katarap

Saya menyukai udang asam ala RM Sinar Laut, mengingatkan saya pada ibu yang gemar mengolah udang dengan bumbu asam, salah satu masakan udang favorit kami di rumah. Cumi gorengnya renyah dan gurih, jadi kesukaannya Lala, anak mbak Dian. 

Yang tak kalah sedap, Ikan Ayam-Ayam bakar yang bumbu ikannya meresap dengan baik ke dalam daging, nikmat sampai akhir. Mas Arif makan ikan ini dari badan hingga bagian kepala, dan ia tampak menikmatinya sampai tak ada yang tersisa. Entah siapa saingannya di meja. Yang jelas, sebagai penyuka ikan yang dimasak dengan dibakar, saya yakin banget mas Arif menemukan makanan kegemarannya. 

Ikan Ayam Ayam Bakar
 
Udang masak Asam


Cumi goreng tepung


Cah kangkung sedap!

Nikmat, Kenyang, Harga terjangkau

Habis makan terbitlah kenyang. Tak usah menunggu lama untuk itu. Rasa lapar, masakan sedap, udara yang dingin, serta teman-teman makan yang asyik, membuat acara makan siang kesorean itu terasa sempurna dan berlangsung cepat.
 

Tidak ada yang murah untuk makanan seafood, begitu kata orang-orang. Di sini, menu seafood dibandrol mulai dari Rp 50 ribu – Rp 200 per porsi. Mungkin buat mereka yang biasa makan seafood di resto-resto bergaya dan mewah di kota besar, biasa menemukan seafood dengan harga paling murah sekitar Rp 200 ribu per porsi. Kalau begitu, harga di Sinar laut termasuk murah, ya nggak?

Konsentrasi :D

Pernah dengar cerita yang pernah viral soal harga makanan di rumah makan dekat lokasi wisata yang bikin pengunjungnya kejengkang karena harus bayar sampai juta-jutaan? Kabarnya, hal itu terjadi karena si pembeli tidak menemukan harga di daftar menu. Hanya tertera nama makanan. Lalu, main pesan saja, saat tagihan keluar baru panik. Nah di sini tidak usah khawatir, nama menu dan harga terpampang jelas. Tidak ada tipu-tipu.

Mau tahu menu-menu dan harga seafood di Sinar Laut? Lihat pada gambar berikut ini:

Banyak pilihan menu dengan harga yang reasonable




Lokasi di Pantai Serdang, bisa sekalian rekreasi

Usai makan, hujan mulai reda, bikin kami bisa santai menuju mobil, tanpa terburu-buru seperti ketika datang. Saya melihat-lihat suasana depan rumah makan. Ada kedai kopi di depannya, terpisah oleh jalan. Sekitar 20 meter ke depannya lagi ada pantai. Ada pondok jajan/tempat ngopi lainnya. Di sekitar pantai tampak beberapa jukung sedang bersandar. Pohon-pohon yang entah apa namanya, menaungi kawasan pantai ini, terasa sejuk.

Berjumpa Yusril Ihza Mahendra, Gangan Sedap, Ikan Ayam-Ayam Bakar, Pantai Serdang, adalah hal yang saya ingat dari RM Sinar Laut. 


Baca juga: Tradisi makan bedulang di Timpo Duluk

Warung kopi di pantai Serdang, depan RM Sinar Laut


Pantai Serdang tempat rekreasi di depan RM Sinar Laut

Museum Kata dan SD Laskar Pelangi

Perjalanan wisata bersama Picniq Tour & Travel berlanjut. Tujuan akhir kami di sore itu adalah Museum Kata dan SD Laskar Pelangi. Dua tempat favorit wisatawan di Belitung Timur. Meski sudah pernah ke Museum Kata pada periode September 2015, saya masih ingin ke sana lagi. Mei 2016 pernah gagal ke sana karena museum sedang direnovasi. Juli 2016 tidak mampir karena tak cukup waktu. Dan kali ini, tentu saja saya ingin kunjung lagi. Setelah direnovasi tentu kondisinya lebih baik dan baru.

Sampai di Museum Kata saya kecewa, ternyata sudah tutup. Sebetulnya waktu tutup jam 5. Menurut Pak Atok, mungkin karena cuaca hujan, pengunjung sudah sepi, akhirnya ditutup lebih cepat. Yah, gagal ngajak Mas Arif lihat isi dalam museum. Kami hanya foto-foto sebentar di bagian luar, setelah itu lanjut pergi. Tadinya, saya mau ajak teman-teman muslim solat ashar di masjid depan museum. Tapi masjid sedang direnovasi, tidak dapat digunakan sementara. 

museum kata belitung timur
warna warni di sore yang gerimis :)

Replika SD Laskar Pelangi

Kami tiba area parkir wisata SD Laskar Pelangi. Hujan masih belum ada kabarnya kapan akan reda, bahkan makin deras. Kantuk mulai membebani mata. Teringat ada solat yang belum ditunaikan, juga keinginan untuk menemani Mas Arif melihat bangunan replika SD Laskar Pelangi, kantuk itu saya lawan dengan bersegera keluar mobil.


Musola adalah tempat yang paling kami cari saat itu. Dengan bertudung banner “Travel Blogger goes to Belitung”, Mas Arif keluar mobil bersama Dewi dan Aji, bergantian. Tami sedang halangan. Saya pinjam mantelnya buat ke musola. Ada musola kecil dekat tangga sebelum naik bukit tempat SD Laskar Pelangi berada. Di situ kami solat.
 


Di bawah hujan, saya berempat bersama Dewi, Aji, dan mas Arif melihat replika SD Laskar Pelangi. Ada beberapa pengunjung lainnya saat itu. Tampak asyik berfoto-foto dan melihat bagian dalam. Saya berharap mereka lekas pergi, biar bisa ambil gambar tanpa bocor hehe


Bangunan sekolah ini dulunya dibuat untuk keperluan syuting film Laskar Pelangi. Sejak Laskar Pelangi booming dan terkenal se-Indonesia, bangunan yang tetap dibiarkan berdiri itu jadi destinasi wisata yang tak pernah absen masuk list kunjungan di Belitung. 



Saya bahagia bisa mampir lagi ke tempat ini bersama Mas Arif. Mengulang lagi kebahagiaan di tempat yang sama seperti 2 tahun lalu saya kunjungi bersama mbak Samsiah, untuk kebahagiaan di masa kini bersama seseorang yang menjadikan saya satu-satunya belahan jiwanya 😍



 
Sebelum magrib, kami menamatkan wisata Laskar Pelangi, dan kembali meluncur cepat ke Tanjung Pandan. Masih ada makan malam di Dynasty dan ngopi-ngopi asyik di OS Kong Djie yang akan mengisi malam kami di Tanjung Pandan. Ikuti cerita saya dipostingan selanjutnya ^_^


Mulia Rental Mobil Belitung
Jalan Veteran No. 1 Tanjung Pandan - Belitung
Telp: 0878 9778 8008, 0812 7324 691, 0719 21466, 0719 21579
  
Picniq Tour Belitung
Telp: 081949555588, 081949222216
Leebong Island 
Leebong Island, Belitung - Indonesia
Telp: +62 21 5438 1355 , +62 21 5438 1356
HP: +62 812 9770 0776 (WhatsApp/LINE)
Terima kasih Pak Toto (Leebong), Darmawan (Mulia Rental Group), dan Jeffry (Picniq Tour Belitung) atas tripnya yang seru dan berkesan.