Ani and Feri

Yesterday, I took some photos for Ani and her husband-to-be Feri.

The couples were such a joy to work with because they are not a demanding type. This was the first time that I took photos of people who were not curious to see their photos on the LCD of my camera. It was like they trusted me completely.

So enjoy the following bigger size of a few of their photos.

Location: Rumah Pohon, Old batavia (Dutch: Oud Batavia) Jakarta - INDONESIA
Photos taken by PENTAX Optio WG-2




Jam Tangan Tak Sekedar Penunjuk Waktu


Jam tangan kini bukan lagi sekedar penunjuk waktu melainkan juga sebagai aksesori pelengkap penampilan. Kegunaan jam tangan telah beralih fungsi dan bergeser pada kebutuhan  sebagai pelengkap gaya hidup, baik untuk pria maupun wanita. Tak heran jika akhirnya, sebagian orang akan merasa penampilannya kurang lengkap tanpa mengenakan jam tangan.

Kapan terakhir kali saya membeli jam tangan untuk diri sendiri?

Seingat saya sekitar 5 tahun yang lalu. Cukup lama memang. Dan selama 5 tahun tersebut saya masih setia dengan 1 jam tangan. Alexander Christie. Demikian nama merk yang tertera di balik batu Saphire anti gores yang menutupi bagian atasnya. Dulu saya membelinya untuk kado. Kado yang saya berikan untuk diri saya sendiri. Hehe.

Jam tangan analog merk AC ini saya namakan Saphire, sesuai nama batu yang digunakan sebagai kaca penutup. Ukurannya mungil, dengan diameter vertical dan horizontal sekitar 20mm. Designnya sederhana, bahannya all solid stainless steel. Sosoknya yang elegan dan tidak norak, bagai simbol sebuah kepribadian. Ketika awal memilikinya, saya berharap simbol tersebut menjelma dalam diri saya sebagai pemakainya.

Saphire masih setia berdetak menunjukkan waktu. Melingkar erat di pergelangan tangan dan telah saya pakai berulang kali. Ia memiliki kemampuan berada hingga kedalaman 30 meter di dalam laut. Karenanya ia pernah saya ajak berulang kali mandi, snorkeling, bahkan diving ke dasar laut. Memang sih tidak sampai 30 meter, paling banter 3 meter hehe. Kemampuan Shapire di dalam air ternyata tidak selaras dengan kemampuan saya menyelami kedalaman samudra.

Shapire cantik pernah berulang kali mengangkasa, melampaui pulau-pulau dan kota, memuncaki bukit dan gunung, bergumul lumpur, dihembus angin, dan bergesekan dengan butiran pasir di pantai. Ia masih saja bernafas, tidak semaput dan tetap semangat melanjutkan hidup tanpa kecacatan.

Apakah Shapire istimewa?
Tentu. Sebab ia memiliki sejarah panjang yang menjadi bagian dari banyak pencapaian kreativitas saya selama ini. Mengenakannya di tangan, lebih berarti ketimbang emas permata berbentuk gelang dan cincin. Demikian saya menempatkan kelasnya. Tanpa Shapire, apalah artinya penampilan saya. Hehe. Lebay dot com.

Apakah Shapire mahal?
Oh, soal mahal atau murah itu relatif. Jika hendak dibandingkan dengan arloji merk Patek Philippe yang harganya 900 ribu pound, maka Shapire adalah jam tangan super murah! Harganya  seperti langit dan bumi. Bahkan di kelas Jean Dunnand saja masih super jauh.

Meskipun bukan kelas jam tangan mewah, tapi bagi saya yang punya kemampuan finansial terbatas, harga Shapire terbilang mahal di jamannya. Di masa kini statusnya mungkin berubah jadi jam tangan murah (atau sebaliknya?). Terlepas dari soal harga, bagi saya Shapire berharga karena sejarah yang melekat bersamanya sungguh tak ternilai angka-angka.

Design sporty jam tangan laki-laki

Sebagai seorang yang gemar traveling, saya pernah bermimpi punya jam tangan Jaeger-LeCoultre Master Compressor Chorongraph Ceramic. Jam ini punya fitur dual-time GMT yang bisa mengakomodasi kebutuhan akan informasi waktu di tanah air dan destinasi tujuan bagi seseorang yang gemar menjelajahi dunia. Punya fitur kronograf serta desain tachymeter yang apik. Yang menjadi daya tarik utamanya adalah dominasi material ceramic yang melapisi setiap bagian jam tangan.

Konon jam tangan Jaeger-LeCoultre versi MCCC  hanya diproduksi 500 buah di dunia. Sudah dipastikan saya tidak kebagian, dong. Bukan karena kalah cepat meng-order, tapi karena kalah cepat punya banyak duit. Orang bayar pakai uang, saya bayarnya pakai daun hehe. Harganya bisa beli 1 unit citicar merek A. Eh lagi pula jam tangan ini sepertinya dicipta untuk mahluk Tuhan berjenis kelamin laki-laki, bukan perempuan si mahluk Tuhan paling sexy. Bener ga ya?

Berbicara tentang model jam, 2 tahun lalu saya pernah tergoda ingin punya selain Shapire. Kejadian bermula ketika saya berjumpa teman di Selebrity Fitnes. Si teman mengenakan jam warna merah dengan design sangat keren dan bergaya sporty. Saya naksir!. Lalu saya pergi ke toko jam. Setelah melihat dan mencoba beberapa model, kok rasanya tidak cocok ya? Kenapa di pergelangan teman saya terlihat keren tapi di pergelangan saya tidak? Selidik punya selidik, ternyata ketidak cocokkan itu terletak pada harga. Dompet saya meraung melihat bandrol harga. Alamak.

Okelah, mungkin untuk punya jam tangan hebat seperti Escale Worldtime dari Louis Vuitton belum kesampaian. Hey, jam mana lagi itu? Itu lho, jam tangan keren yang dirancang untuk mempermudah para globetrotter atau pebisnis melihat waktu hanya dengan melirik inisial nama kota pada dial. Oh, punya Escale Worldtime sungguh masih sebatas mimpi. Jadi, untuk saat ini kelas saya masih sebagai pembeli jam tangan murah.

Berbagai model jam tangan wanita kini banyak membanjiri pasar fashion. Hal ini merupakan hasil dari besarnya keinginan wanita untuk selalu tampil secara modis dan fashionable. Untuk mendapatkannya sebetulnya mudah. Tinggal sesuaikan saja dengan bujet yang ada.

Casio Baby G : BGA-131-7B
 Sumber foto: Tokopedia

Oh ya, beberapa waktu lalu saat sedang buka-buka toko online, saya berpapasan dengan jam tangan Casio Baby G : BGA-131-7B. Fitur dan spesifikasinya menarik. Warnanya putih. Modelnya maskulin. Si Baby G menyapa: “Ayo dong beli saya.” Glodak….

Baby G membuat saya ingin memilikinya, menemani si klasik dan feminin Shapire.
Mungkinkah Shapire bersedia dipoligami dengam merk lain? Mari kita tanya pada dompet yang mendekam di sudut lemari.


Gaya Elegan Jilbab Dengan Aksesoris Bros

Sependek pengalaman saya mengenakan jilbab, model jilbab segi empat adalah model paling lama bertahan sebagai jilbab kesukaan. Bahkan setelah saya mengoleksi jilbab instant untuk keperluan traveling dan penggunaan sehari-hari, jilbab segi empat masih saya koleksi untuk dikenakan kapan saja saya menginginkannya.

Buat saya, jilbab segi empat mudah cocok dikenakan dalam berbagai kesempatan. Entah itu acara santai, maupun acara formal. Cara mengenakan jilbab ini pun simple. Cukup dilipat segitiga kemudian dipeniti dibagian dagu dan bagian dada. Selesai. Model ini sangat saya sukai karena mudah dan praktis.

Saya kurang pandai melipat atau melilit jilbab di kepala. Ribet memasang banyak peniti. Efeknya, model ini membuat tampilan jilbab saya memang jadi sangat sederhana. Itu sebabnya terkadang muncul keinginan untuk membuat jilbab saya tampil lebih menarik, salah satunya dengan tambahan aksesoris.

Aksesoris seperti apa yang paling cocok dikenakan pada jilbab? Dulu sampai kini, pertanyaan seperti ini tidak memiliki jawaban mutlak. Terlebih saya pun masih punya anggapan bahwa aksesoris hanya membuat tampilan jadi penuh dan berat.

Saya cukup lama enggan menambahkan aksesoris pada jilbab. Sampai suatu ketika saya bertemu seorang teman di sebuah acara bedah buku di Jakarta, ia tampil bersahaja namun begitu manis dengan aksesoris tambahan pada jilbabnya. Aksesorisnya hanya berupa bros perak berbentuk kupu-kupu. Bros itu ia pasang di bagian bahu depan sebelah kiri. Tak hanya sebagai pemanis tampilan, bros cantik yang dikenakannya itu juga berfungsi sebagai pengait salah satu ujung jilbab agar tak jatuh dan berpindah tempat. 

Begitu terkesannya saya dengan penampilan si teman, hingga saya meminta tips darinya tentang aksesoris jilbab.

“Selama kamu memilih aksesoris yang tepat, maka penampilan cantikmu akan tetap dalam kesederhanaan. Tidak akan terlihat ‘berat’, kok,” ujar si teman.

Sejak saat itu, saya pun mulai membeli aksesoris. Pilihan saya adalah bros. Selain bros sebetulnya ada juga headband, aneka jepit, dan berbagai aksesoris cantik lainnya yang bisa dipadupadankan dengan jilbab. Namun sependek pengamatan saya, bros adalah aksesoris jilbab yang utama dan paling sering digunakan. Karena itu saya memilih bros.

Koleksi bros bunga anggrek manik akrilik
Dalam hal memilih warna bros, sebenarnya tidak ada definisi khusus yang bersifat mutlak dan mengikat. Saya hanya perlu mengkaji ulang kesukaan terhadap warna. Apakah lebih suka warna yang kontras atau warna yang sepadan dengan warna dasar kesukaan. Jika sudah paham dengan apa yang disukai, selanjutnya akan mudah memilih bros yang diinginkan.  

Saya menyukai bros bahan kain, perak, dan manik-manik akrilik. Untuk bros kain dan manik-manik akrilik, saya suka yang berbentuk bunga. Biasanya saya gunakan pada jilbab polos tanpa border. Bros bunga cocok untuk mempercantik tampilan jilbab polos tanpa corak. Sedangkan untuk jilbab yang bermotif biasanya saya memilih bros yang lebih sederhana untuk mengurangi kesan berlebihan pada tampilan jilbab.
 
Dulu saya punya bros bahan stainless steel berbentuk kupu-kupu dengan batu kristal Swarovsky. Sayang brosnya hilang saat saya kenakan di restoran Gubug Udang Cibubur. Padahal itu bros kesayangan. Sepertinya penitinya lepas. Hingga kini saya belum menemukan bros serupa.

Saya punya 1 bros metalik, tapi jarang saya pakai karena bros bahan ini terlalu berat. Untuk penampilan feminin, biasanya saya pakai bros bahan kain yang memiliki untaian mutiara. Bros seperti ini melembutkan penampilan, apalagi jika jilbab yang dipakai polos. Untuk tampilan energik, fun dan lebih ceria kadang saya mencoba bros warna-warni. Hanya saja jika jilbab sudah ramai dan berwarna, pakaiannya saya pilih warna lembut atau netral. Warna jilbabnya pun mesti berbeda jauh dengan warna bros. 

Foto dari Tokopedia
Bros kombinasi
*sumber  foto : Tokopedia*
Memakai aksesoris tertentu memang menjadi salah satu cara agar bisa tampil menawan. Gaya jilbab yang polos pun jadi tampil elegan. Bahkan, tambahan aksesoris pada jilbab telah mematahkan anggapan bahwa memakai jilbab identik dengan penampilan yang tidak oke. Namun yang paling penting tetap perhatiakn  kesesuaian aksesoris dengan tema pakaian dan jilbab yang dipakai. 

Saat ini aksesoris jilbab bermacam-macam ragam dan gayanya. Untuk memilih yang terbaik tentu memerlukan pertimbangan khusus, karena pada dasarnya memilih aksesoris jilbab kadang tidak mudah. Selain mode dan jenis, harga juga sering menjadi pertimbangan utama ketika ingin membeli aksesoris jilbab.

Membeli secara online bisa menjadi salah satu cara untuk menemukan aksesoris jilbab terbaru dengan cara yang lebih mudah. Harga yang pada umumnya lebih murah merupakan salah satu  keunggulan lain dari membeli online. Kini banyak toko online yang reliable yang menjual beragam aksesoris jilbab. Dari toko online inilah saya pernah mendapatkan bros untuk aksesoris jilbab saya.

Dimuat Di Koran Suara Merdeka Minggu 23 Nopember 2014


Assalamu'alaikum Wr Wb,

Alhamdulillah dimuat di Koran Suara Merdeka hari Minggu tgl. 23 Nopember 2014. Rubrik JALAN-JALAN.

Penggalan artikel:

"Bangunan villa sangat dekat dengan pantai. Ketika bangun tidur di pagi hari, sangat menyenangkan keluar kamar lalu berjalan menyusuri pantai, baik untuk sekedar melihat matahari terbit, berenang, ataupun menikmati deburan-deburan ombak yang memecah karang. 

Pantainya menghadap ke arah barat, menyuguhkan pemandangan sunset yang cantik setiap harinya. Untuk melihat sunrise tinggal jalan saja ke bagian pantai yang menghadap ke arah timur.

Air laut yang tenang, suara ombak dan jernihnya air laut dengan dasar berpasir putih, kerap menggoda mengajak untuk menceburkan diri ke laut. Setelah sarapan, saya mulai menjelajah pulau-pulau terdekat dengan kapal untuk snorkeling sambil menikmati pemandangan Gunung Krakatau yang eksotis di kejauhan. Pemandangan pantai yang indah dan unik dengan latar belakang gunung inilah yang menjadi salah satu daya tarik pariwisata di Tanjung Lesung."


 @ Tanjung Lesung

Keliling Dunia karena Al Qur'an


Assalamu'alaikum Wr Wb,

Al Qur'an merupakan kitab yang menakjubkan. Kala membacanya kadang terbesit ribuan inspirasi, semangat, dan pikiran yang luar biasa. Salah satu Inspirasi yang tersirat dalam Al Qur'an adalah Ekspedisi atau penjelajahan. Allah berfirman dalam Al Qur'an:

1. "Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan" QS. 67:15

2. "Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang yang sebelum mereka? Orang-orang itu adalah lebih kuat dari mereka (sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku lalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku lalim kepada diri sendiri." Qs. 30:9

3. "Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." Qs. 29:20

4. "Berjalanlah kamu (di muka) bumi, lalu perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang berdosa." Qs. 27:69

5. "berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)." Qs. 16:36 diulang dalam Qs. 3:137, Qs. 6:11

6. "Maka apakah mereka tiada mengadakan perjalanan di muka bumi lalu memperhatikan betapa kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Adalah orang-orang yang sebelum mereka itu lebih hebat kekuatannya dan (lebih banyak) bekas-bekas mereka di muka bumi, maka apa yang mereka usahakan itu tidak dapat menolong mereka." Qs. 40:82

Dengan Terinspirasinya kita oleh Al qur'an untuk menjelajah bumi, kita akan menemukan kedamaian hati, pengetahuan luar biasa serta mampu memahami hakikat kehidupan, bahkan lebih merasuk dalam memahami ayat-ayat Allah sehingga kita akan senantiasa bertasbih dan khusyuk kepada Allah.

Diantaranya:
1. Memahami Perbedaan Warna Kulit dan Bahasa
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui." Qs. 30:22

2.Memahami akan selalu adanya manusia Kaya-Miskin
""Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan (bagi siapa yang dikehendaki-Nya), akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui". QS. 34:36

3. Memahami saling melengkapinya kehidupan antarmanusia
"Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebahagian yang lain beberapa derajat, agar sebahagian mereka dapat mempergunakan sebahagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan." Qs. 43:32

4. Memahami Indahnya Allah dalam mengatur Semesta Alam
Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir." Qs. 13:4

5. Memahami Realita Kehidupan Sosial Manusia yang rawan konflik
"Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian) kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami (nya). Qs. 6:65

Oleh: Libeta Bintoro Ranggi Wirasakti,. Surakarta, Doha Qatar, Oman, Abu Dhabi, Madinah, Sevilla, Kairo Mesir

Teks: Nanang Kosim.
Sumber: Backpacker Dunia
Foto: Soulrev.Deviantart

******

Sebuah tulisan yang indah. Memang semestinya sebagai muslim bisa menjelajah dunia bersadarkan beberapa firman Alloh di atas. Sebagai bahan untuk mentadaburi segala kebesaran Alloh di muka bumi ini.
Semoga dalam setiap lembaran perjalanan yang kita lewati, selalu memberi manfaat dan berkah buat sesama.

"Become a good agent of change".
Sebagai traveler yang mengharuskan kita menjadi minoritas diberbagai negara yang akan dituju, sudah menjadi tujuan kita sebagai Muslim untuk mengenalkan inilah Muslim sebenarnya, bukan seperti yang diberitakan Media massa. Kita bisa menjadi agen muslim yang baik, yang mampu mematahkan persepsi bahwa Islam itu agama yang keras dengan aqidah kita yang ramah dan santun.

Hadiah Waktu

Lawang Sewu-Semarang w/ Ninik & Lestari


With money, I can buy a clock, but not time.

Begitu berharganya sebuah waktu, sehingga ia menjadi hadiah terbaik yang bisa diberikan ataupun diterima oleh seseorang.

Alhamdulillah. Terima kasih atas hadiah Waktu

=====

Semarang, 20 Oktober 2014
Jadwal hari itu padat. Sejak pagi saya sudah berangkat dari rumah Lestari di Jatingaleh menuju Masjid Agung Jawa Tengah, Kantor Suara Merdeka di Kaligawe, Kantor Suara Merdeka di Imam Bonjol, dan Lawang Sewu.

Saya berangkat ditemani Dely. Sebetulnya Dely bukan warga asli Semarang, ia pendatang dari Sumatra Utara. Di Semarang ia merantau untuk studi. Dan ia baru saja menyelesaikan S2-nya. Hari itu Dely punya waktu hingga pukul 14.00 saja. Setelah itu dia ada jadwal memberi mata kuliah di kampus tempatnya mengajar. 

Dely, di Masjid Agung Jawa Tengah

Siangnya kami berpisah di Lawang Sewu. Ketika Dely pergi, saya tak melanjutkan menjelajah bangunan Lawang Sewu. Bukan tak lagi bernafsu mengambil gambar, melainkan mendadak sendu dibalut haru. Dengan apa saya bisa membalas kebaikan Dely yang telah menghadiahkan waktunya pada saya?

Hari itu Senin, Tari masuk kerja. Jika libur, ia sudah tentu akan ikut menemani sejak pagi. Namun saya tak menduga ternyata ia ijin pulang kantor lebih cepat. Tari kembali ke rumah, mengambil ransel yang sengaja saya titipkan di rumahnya. Rencananya ransel itu akan saya ambil sore sebelum pergi ke bandara. Tetapi Tari justru membawakannya ke Lawang Sewu. Tempat saya menunggu Ninik.

Telah setahun berlalu sejak terakhir berjumpa Ninik di Lombok, tentu ada semacam kerinduan untuk bertemu dengannya lagi. Rindu yang sama seperti yang saya rasakan pada Tari. Kebersamaan selama 5 hari dalam trip Lombok tahun 2013 lalu memang membuahkan rasa rindu. Rindu ngetrip bareng lagi.

Ninik hari itu juga sedang kerja. Dia sejak pagi pergi ke Ungaran untuk suatu urusan. Siangnya naik motor menemui saya di Lawang Sewu. Saya sangat senang melihat kedatangannya. 

"Hi Ninik, hadiah waktumu berharga sekali!"

Ninik (kiri) dan Lestari (kanan) saat mengantar ke Juwana (sentra oleh-oleh khas Semarang)

Lestari dan Ninik mengantar saya ke sentra oleh-oleh khas Semarang. Ransel saya dibonceng di motor Lestari, dan saya seperti melayang-layang dibonceng Ninik. Alamak, Ninik gagah betul di atas motor. Ngebut dan nyalip-nyalip di keramaian kendaraan. Dua orang itu lihai betul di jalan raya. "Ninik, saya numpang pegangan di pinggang ya. Takut jatuh."

Saya diantar sampai bandara. 

Setelah check-in, saya keluar kembali menemui keduanya. Alhamdulillah masih sempat untuk duduk bareng di sebuah kafe. Ngobrol, walaupun sebentar.

Sampai jumpa lagi di lain waktu, ya, teman-temanku yang baik.
Terima kasih atas segalanya.

 Ninik & Lestari



Buspacker, Bingkai Momen Trip Dieng


Assalamu'alaikum Wr Wb,

Salah satu pengalaman tak terlupakan dalam Trip Dieng Wonosobo bulan Oktober kemarin adalah saat naik bis dari Wonosobo menuju Semarang. Ga nyangka bakal naik bis sambil berdiri selama hampir 1 jam. Kernetnya galak. Bisnya pun hampir mogok akibat overheat mesin. Keluar asap. Malam-malam, semua penumpang diturunkan dan hendak dipindahkan. Tapi ternyata bis buat pindah tidak mau menerima. Ga muat katanya. Lha iyalah ga muat, wong isinya saja sudah penuh penumpang, mau ditambah penumpang 1 bis dari bis lain. Maksa banget. Mau ditaruh di mana kami? Di atap bis? :D

 Terminal Mendolo Wonosobo

Saya baru pertama kali ikut trip Dieng. Jadi trip ini membuat saya sangat bersemangat.
Ada banyak teman berangkat bareng-bareng dari Jakarta. Awalnya saya ingin gabung ikut naik bis. Ada yang berangkat dari terminal Rawa Mangun, ada juga dari terminal Kp. Rambutan. Katanya waktu tempuh sekitar 12 jam. Wah, lama juga. Itu belum termasuk jika kena macet di Pantura. Saya sempat ragu. Tapi pikir-pikir kalau rame kayaknya seru. Ga bakal merasa jenuh. Lagi pula bisnya berangkat malam, jadi selama perjalanan bisa tidur. Esok paginya sudah sampai Wonosobo.

Akan tetapi, saya batal naik bis. Saya memilih naik pesawat ke Semarang. Dari Semarang lanjut ke Wonosobo naik travel. Kebetulan di Semarang ada 4 teman yang akan berangkat barengan. 

Ada alasan tersendiri kenapa saya batal naik bis dari Jakarta. Begini, saya ini kan orangnya ga terlalu tangguh. Capek dikit mudah sakit. Nah, karena trip Dieng ini bakal ada acara naik-naik bukit segala, saya butuh tenaga lebih. Saya ingin jaga kondisi badan. Jika naik bis semalaman saya tidak yakin paginya akan tetap fit. Dari pada beresiko, nanti jadi ga bisa maksimal ikut menjelajah Dieng, merepotkan orang lain pula, mendingan saya pilih naik pesawat saja biar kondisi badan saya tetap prima.

Bus tangguh naik turun bukit jelajah alam Dieng

Sabtu 18 Okt 2014. 
Dari Semarang rencananya kami berlima (Lestari, Dely, Mbak Riyadh dan ponakannya, serta saya), akan berangkat pukul 5 pagi. Sebab pukul 8 pagi semua peserta trip harus sudah kumpul di Terminal Mendolo Wonosobo. Saya, Lestari, dan Dely sudah stand by di depan PLN Jatingaleh sejak pukul setengah 5. Supir travelnya ditelpon supaya datang jam 5 malah datang hampir jam 7. Akibatnya, demi mengejar jam 8 sampe Wonosobo, supirnya menyetir seperti kesetanan. Ngebut ga kira-kira. Nyalip kanan kiri oke.

Rasa cemas, tegang, dan jantung yang berdegup kencang, berakhir ketika mobil akhirnya sampai di terminal Wonosobo. Waktu menunjukkan pukul 8 lewat (lupa lewat berapa hehe). Fyuuuuh....rasanya lega bisa selamat. Apalagi saat berjumpa rombongan Jakarta yang sudah tiba lebih dulu. Makin seneng. Hilang sudah rasa takut yang menyelimuti sepanjang perjalanan Semarang-Wonosobo.

Ohya, terminal Mendolo Wonosobo itu kecil tapi rapi. Suasananya tenang. Tempatnya bersih. Suara kernet tidak berisik berteriak-teriak memanggil calon penumpang. Pedagang tidak ribut menjajakan jualan. Deru mesin bis tidak bising mengganggu kenyamanan. Pokoknya suasananya enak banget.

Bis sewaan yang disediakan Mbak Yayah (ketua trip) ada dua. Bisnya kecil tapi bagus. Warnanya ngejreng, merah dan orange. Bisnya bersih, bangkunya nyaman, dan supirnya juga ramah. Nah, dengan dua bis inilah kami keliling menjelajah Wonosobo selama dua hari.

Bis nyaman sentosa

Penjelajahan dengan bis selama di Wonosobo lancar tanpa kendala. Alhamdulillah. Saat hendak kembali ke Semarang, perjalanan dengan bis baru menuai cerita berbeda. Dibilang sengsara sih iya, tapi karena dinikmati malah jadi seru. Kapan lagi merasakan sengsara ya kan? hehe

Jadi, trip Dieng kan usai hari Minggu tgl 19 Oktober. Jam 4 sore kami sudah kumpul di Terminal Mendolo. Siap untuk kembali ke daerah asal masing-masing. Ada yang ke Surabaya, Semarang, dan Jakarta. Untuk teman-teman yang kembali ke Jakarta, mereka sudah tidak perlu lagi sibuk mengurus pembelian tiket bis sebab sudah diurus oleh mbak Yayah.

Saya berlima dengan Lestari, Dely, Mbak Riyadh dan ponakan gadisnya, mesti menyetop bis di luar terminal. Mulanya dibantu oleh 2 guide lokal, tapi karena bis yang ditunggu tak kunjung datang, 2 guide itu meminta pamit duluan. Katanya kami ga usah khawatir, bis tujuan Semarang pasti ada.

"Semarang! Semarang!"
Teriakan aneh! haha Setiap ada bis lewat, mbak Riyadh meneriakkan kata Semarang dengan intonasi serupa kernet menawarkan bis. Lha, seharusnya kan dengan nada bertanya: "Semarang?" Mana mau stop bisnya jika seperti itu :D

Nunggu bis jurusan Semarang.

Setelah menunggu lebih dari 1 jam, bis pun datang. Petugas terminal yang sedari awal mengetahui kami  butuh bis, menyarankan untuk naik bis yang baru saja keluar dari terminal. Kami pun naik. Eh ternyata bisnya bukan ke Semarang melainkan ke Secang. Lha ya gimana itu? Oh ternyata nanti dari Secang bisa lanjut ke Semarang. Di Secang banyak bis jurusan Semarang. Ok, kami pun naik. Tapi itu bis ga langsung jalan, masih pake ngetem (nunggu penumpang lain) dulu. 

Di dalam bis yang ga nyaman itu (bangkunya keras dan berdebu), entah siapa yang duluan nyeletuk, "Eh, supirnya bule apa, ya?"

Waduh, apa iya? Hebat bener ada bule kerja jadi supir bus di Indonesia? :D Saya ngintip lewat kaca di  depan supir. Setelah saya amati, ternyata beneran mirip bule. Tari heboh. Mbak Riyad heboh. Saya biasa saja. *halah :p

Saya dan mbak Riyadh mendadak cekikikan menggoda Lestari. Trus saya iseng nanya kernet yang sedang meminta uang bayaran, "Supirnya bule"? Kernet menjawab ketus: "Bukan!". Glodak....

Sebenarnya kami bukan heran ketemu bulenya, tapi heran ada bis di Jawa yang disupiri oleh bule. Bukan lagi jarang, tapi memang ga ada. Saya belum pernah nemu ada bule jadi supir bis di Indonesia :D

Mengintip supir bis bule :D

Nah, sampai di Secang hari sudah gelap. Kami turun, lanjut naik bis tujuan Semarang. Setelah menunggu beberapa waktu baru ada bisnya. Kernet teriak kenceng: "Semarang...Semarang. Bis terakhir." Mendengar kata 'terakhir', kami pun naik. Gubraks, pas masuk bisnya ternyata udah penuh. Ga ada bangku kosong.

"Gimana ini mbak? Masa kita berdiri sampe Semarang?" Mbak Riyadh bertanya cemas. Lha, saya juga ingin bertanya hal yang sama. 

Tapi kemudian kami tertawa. Mentertawakan diri kami sendiri. Penumpang lain menoleh pada kami. Haha. Aneh kali pikirnya. Berdiri kok malah tertawa. Ya sudahlah, nikmati saja. Ini seru banget. Kalau kesel bakal jadi capek. Mendingan tertawa saja. Asal berkesudahan :D

Ransel kami taruh di lantai bis. Kami duduki. Eh, kernetnya marah. Ga boleh duduk katanya. Lha, kami kan bayar, masa ga boleh duduk di lantai. Kalau ga boleh ya sediakan bangku atuh. Lagian kenapa pula tadi kami disuruh naik kalau bangku sudah penuh.

Backpacker tulen ya mba Riyadh :))

Nah, petaka mulai datang saat separuh perjalanan. Mesin bis terdengar aneh. Laju bis mulai melambat. Sesekali terdengar dreekk...dreee...dreeeek (ga tahu yang lain menyadari itu atau tidak). Trus dari mesin keluar asap. Eh..bisnya tetap saja jalan. Hadeuh.

Akhirnya bis berhenti. Mungkin mulai sadar akan resikonya. Kamipun diturunkan, hendak dipindahkan ke bis lainnya. Nah, seperti yang saya ceritakan di awal, kami ga jadi pindah. Kami masuk bis lagi, lanjut jalan lagi, tapi pelan-pelan. Dengan kondisi bis dan laju kendaraan yang pelan, kebayang kan jam berapa kami sampe Semarang? :D

Tiba di Semarang sudah lewat dari waktu yang diharapkan. Niat untuk jalan-jalan ke Lawang Sewu gagal total. Saya sudah capek. Rasa lapar sudah tak lagi saya hiraukan. Saya memilih nyari kasur. Pingin tidur. Zzzz......

====

Selalu ada kebahagiaan tersendiri setelah bertualang bersama sahabat, lalu kembali ke rumah dengan selamat.


Wonosobo-Semarang
17-20 Oktober 2014



Inspirasi Gaya Feminin Dengan Flare Skirt


Salah satu elemen penting di dalam kenyamanan berpenampilan adalah pemilihan busana yang selaras dengan kepribadian. 

Saya termasuk orang yang tidak memiliki banyak pilihan terhadap busana. Boleh jadi karena mempunyai banyak kekurangan untuk syarat tubuh serupa model busana. Tapi saya percaya, di setiap kekurangan pasti ada kelebihan. Dari pada merasa minder karena tidak punya banyak pilihan, lebih baik ‘melayani’ kekurangan yang ada dengan sebaik-baik pilihan.

Rok. Saya menyukai rok.
Saya anggap inilah baju bawahan yang paling sesuai dengan kepribadian saya. Rok membuat penampilan jadi lebih girly, feminin, dan cute *uhuk*. Rok mudah di mix and match. Rok bisa dikenakan dalam berbagai suasana. Dan saya yakin sederet personal style saya tercipta berkat rok *ciyeee :p

Untuk menyesuaikan bentuk tubuh saya yang mungil, saya memilih rok model flare skirt. Model rok ini nge-pas dipinggang sampai pinggul, tapi mengembang hingga ke bagian bawah. Potongannya yang cenderung tampak lebar dan mekar, mampu menampilkan ilusi yang klasik dan feminin.

Kebiasaan saya memakai rok sudah sejak remaja. Dulu ibu yang meminta saya pakai rok. Katanya biar kelihatan ceweknya. Awalnya sih terpaksa tapi lama-lama jadi suka pakai rok hehe. Dulu rok saya kebanyakan bermotif floral. Motif ini kesukaan ibu. Ohya meskipun ibu ingin saya tampil cewek banget tapi ibu tidak pernah membelikan saya rok ukuran mini, biasanya yang dibeli ukuran normal (panjang selutut) dan midi (panjang sebetis).

Jauh setelah masa remaja terlewati, saya menjadi dewasa dan sampai pada satu titik dimana saya mulai berpakaian muslimah. Saat itu kesukaan saya pada flare skirt tetap berlanjut, hanya saja ukuran roknya jadi berubah. Dari midi menjadi maxi (ankle length), bahkan beberapa ada yang full length. Dari hanya bermotif floral dengan satu macam material, kini ditambah rok beragam motif dan material.

Di lemari saya masih ada stock lama flare skirt ukuran normal dan midi. Kadang masih saya kenakan dengan kombinasi celana panjang dan blouse. Rok dipasang di luar celana. Berguna untuk menutupi bagian pinggang ke bawah hingga lutut. Supaya bisa menciptakan penampilan yang dinamis dan energic, biasanya setelan ini saya tambahkan dengan boot sebagai alas kaki dan sling bag untuk tasnya.

Untuk tampilan formal biasanya saya memilih rok tanpa motif (hitam atau warna gelap adalah pilihan yang paling aman). Baju atasannya blouse berwarna terang supaya eye-catching. Agar lebih formal, saya gunakan high heels sebagai alas kaki. Oh ya warna hitam ini wajib punya karena paling mudah untuk di-mix and match. Sama seperti wajibnya tiap perempuan punya black dress di lemari pakaian.


Nge-rok Di Lawang Semu, Semarang, dengan Ninik dan Lestari
Ninik: Black FS - Red Blouse
Lestari: A-Line skirt (empire waist) - White Blouse
Saya: Grey FS - Light Brown Blouse 'Point One'

Sependek pengalaman setia dengan rok, saya sebenarnya hanya punya 2 flare skirt warna hitam. 1 hitam pekat terbuat dari material Silk dan memiliki aksen lipit elegan, 1 lagi hitam keabu-abuan terbuat dari material katun dengan variasi ban renda pada bagian bawah. Yang pertama paling sering saya pakai untuk acara formal, yang kedua untuk acara santai seperti traveling. Biasanya saya kombinasikan dengan blouse, atau kaos yang dibalut cardigan.   

Meskipun menggemari rok, tidak berarti koleksi rok saya banyak. Dalam 3 tahun terakhir ini hanya punya 5 flare skirt polos tanpa motif warna biru toska, ungu muda, hijau muda, pink, dan hitam. 2 motif floral, dan 1 motif batik.  Tidak ada yang dikhususkan untuk acara formal or casual. Sama saja. Setiap rok yang saya beli saya usahakan agar bisa digunakan untuk berbagai kesempatan. Beli banyak juga boros. Prinsipnya punya sedikit tapi awet. Soal harga relatif. Murah tapi beli berkali-kali, atau mahal tapi beli sekali, pilih mana? :D

Untuk tampilan yang ekspresif, biasanya saya pilih yang bermotif dipadan dengan blouse tanpa motif. Sedangkan untuk tampilan casual, saya padankan dengan flat shoes dan sneakers. Yakin deh kalau pandai memadu padankan rok dan baju atasan yang ada, pasti bisa tampil chic dan ciamik.

Setelah bertahun-tahun mengenakan rok, saya mulai menyadari bahwa inilah personal style saya. Rok model flare skirt jadi salah satu fashion item yang harus saya punya. Saya senang bisa  mengenakannya dalam berbagai kesempatan. Terlebih rok model ini mampu menampilkan kesan lebar pada bagian tubuh. Cocok buat saya yang bertubuh kecil.



Nge-rok di Lombok bersama Ibu Imas, Nita, Ikha, Mb' Fathia, Ninik, Gita, dan Zahra
*Pilihan busana saya: Hot Pink Flare Skirt 'Point One' + Pink Cardigan + Kerudung Zoya warna maroon*