Diterjang Virus Bertubi-tubi, Diserang Omicron dengan Mudah

Sekuat apapun saya menjaga, akhirnya tumbang juga.

Setelah diterjang virus Tipes dan DBD di akhir tahun 2021, lanjut dihajar virus lainnya di bulan Januari hingga Februari 2022. Dari herpes di mulut yang menyulitkan makan, hingga mata ikan di kaki yang bikin susah berjalan. Tak cukup sampai di situ, bulan maret ini virus corona varian Omicron pun turut menghampiri. Luar biasa, 4 bulan berturut-turut kena virus 😀

Disenggol Omicron

Terhitung bulan Maret 2022 ini, tepat 2 tahun sejak virus corona melanda Indonesia. Selama itu pula saya dan keluarga mampu bertahan. Segala cara sudah dilakukan agar terhindar dari penularan virus mematikan. Namun, benteng pertahanan itu akhirnya jebol disenggol virus Corona varian Omicron.

Mulanya suami yang kena. Diawali demam tinggi dan sedikit pusing. Katanya karena kecapekan setelah main futsal di kantor. Setelah tes ternyata positif. Akhirnya isoman di rumah. Kami tinggal di bawah, suami mengurung diri di kamar atas. Semua keperluannya saya yang urus. 

Hari ke-4 sejak suami positif, saya mulai merasa gak enak badan dan akhirnya demam tinggi. Karena di rumah ada yang positif, otomatis saya anggap saya juga positif tertular dari suami. Langsung isoman. Gantian suami yang merawat saya.

Hari ke-6 suami tes, hasilnya sudah negatif. Saya baru tes beberapa hari kemudian. Seperti yang sudah diduga, hasil tes saya positif. Gejala pertama yang saya rasakan adalah demam, diikuti sakit kepala, mual, lesu, pegal seluruh badan, mulut pahit, dan susah tidur. Semua rasa sakit itu berlangsung selama 4 hari. Hari ke-5 mulai batuk pilek, sampai sekarang. Heran juga gak sembuh-sembuh pileknya, bikin kepala jadi berat. Datangnya pun gak bisa diduga, bisa sakit kapan saja.

Omicron yang datang ternyata gak berhenti di saya, tapi lanjut menyerang Alief  dengan gejala demam. Beberapa hari kemudian Aisyah juga demam. Akhirnya satu rumah kena covid. Alief agak parahan gejalanya, pas demam sampai mimisan banyak. Tapi Alief maupun Aisyah sama seperti papanya, hanya demam sehari. Besoknya udah biasa lagi. Gak sampai batuk pilek seperti saya, gak juga mengalami sakit kepala hebat.
Vitamin+Obat selama sakit. Plus alat kesehatan buat mantau kondisi tubuh di rumah


Untuk kebutuhan vitamin dan obat selama kami sakit sudah lengkap. Alhamdulillah suami dapat paket isoman dari kantor dan jumlahnya cukup banyak. Jadi pas suami sembuh, masih ada sisa buat saya minum, bahkan masih cukup untuk dikonsumsi oleh Alief dan Aisyah. 

Sesuai instruksi Pak RT (beliau GT Covid di RW kami), selama di rumah masih ada yang positif, kami tidak dibolehkan keluar. Kalau butuh apa-apa beritahu mereka, nanti dibantu. Saya jelas banyak kebutuhan selama sakit. Syukurlah semua kebutuhan itu bisa diatasi dengan cara belanja online. Biar aman buat pengantar, biasanya saya kasih pesan supaya tarok saja di depan. Biar gak ada kontak. 

Tahun lalu waktu awal-awal ada tetangga yang baru kena, mereka dapat bantuan sembako dan bahan makanan dari para tetangga yang dikoordinir oleh RT masing-masing. Lama kelamaan, karena yang sakit makin banyak, bantuan itu sepertinya mulai berkurang, bahkan di masa saya sakit, sudah tidak ada. Memang sih ditawari oleh bu RT, kalau butuh apa-apa tinggal info. Tapi saya sungkan ya merepotkan tetangga, walau mereka pasti ngasih bantuan cuma-cuma, tetap saja saya tidak enak. Toh saya tidak parah-parah amat, masih bisa belanja online juga kan. Nggak mau ngandalin orang selagi bisa. Pokoknya nggak ngarep. Tapi kalau tiba-tiba ada yang kirim makanan ke rumah ya gak ditolak juga haha. Alhamdulillah dikirimi parsel buah ama tetangga dan dikirimi roti enak buatan bu RT kami yang pandai baking. Oh ada tetangga yang kirim vitamin juga ke saya. Alhamdulillah ada tetangga perhatian.
Hasil tes SWAB Antigen dan suhu tubuh saat pertama kali demam

Alhamdulillah suami dan kedua anak saya, termasuk saya nggak parah-parah amat selama kena covid. Mungkin karena sudah vaksin lengkap 2 kali ya. Jadi ingat masa sebelum rame vaksin, yang kena covid pada parah-parah sampai dirawat di RS dan pakai tabung oksigen. Bahkan Juni-Juli 2021 itu masa paling mengerikan, rumah sakit penuh, banyak pasien covid yang datang ke RS tidak kebagian tempat. Oksigen pun kekurangan. Berita tentang kondisi berat ini membanjiri TV dan media online, dan situasi saat itu memang menakutkan. 

Saat ini kondisi kami sekeluarga sudah membaik. Alhamdulillah. Yang terasa sih lelah ya. Apalagi sakitnya gantian. Baru aja kelar merawat suami, lalu diri sendiri kena. Belum juga sembuh, lalu anak lanang kena, disusul pula oleh adiknya. Mungkin itu sebabnya sampai sekarang saya nggak sembuh-sembuh dari batuk pilek. Karena lelahnya lama.

Namanya sakit gak ada yang enak. Cuma butuh upaya sembuh dan rasa optimis yang tinggi, serta doa yang tak putus, maka Allah bantu saya melewati semuanya. Alhamdulillah. Semoga abis ini gak sakit lagi. Aamiin.

Kena Covid Setelah Dihantam DBD, Tipes, Herpes, dan Clavus

Seperti yang pernah saya tulis di blog ini, bulan Desember lalu jelang akhir tahun 2021, saya positif kena tipes dan DBD. Kenanya serentak dan sama-sama parah, sehingga harus dirawat di rumah sakit, menjalani berbagai pemeriksaan dan pengobatan sampai akhirnya sembuh baru boleh pulang. Ceritanya dapat dibaca di sini: Sakit Tipes dan DBD

Terbaring di rumah sakit selama 5 hari dan baru kembali setelah tahun berganti. Sejak itu suami ketat mengawasi saya, dilarangnya saya melakukan pekerjaan yang berpotensi membuat lelah, bahkan masak pun disuruh stop dulu, diganti dengan langganan catering tiap hari buat makan siang, dan untuk makan malam order di resto langganan via aplikasi ojek online. Saya nurut.

Pasca dirawat di RS itu, tensi saya selalu rendah. Hampir tiap hari suami memesan sate kambing, sop kambing, dan gule kambing. Pokoknya serba kambing dan daging. Beberapa jam setelah makan, biasanya saya langsung cek tensi. Saya pengen tahu hasil makan kambing itu apa iya bisa naikin tensi. Seringnya memang sesuai harapan ya, misal sebelum makan tensi di 80-an, nanti setelah makan (nunggu beberapa jam) udah naik jadi 90-an. Ga perlu nonton Layangan Putus buat naikin tensi, makan kambing aja udah naik kok 😁

Beberapa hasil pengukuran tensi saya. Tiap abis tes sengaja saya foto. Selain buat catatan  saya untuk dibawa pada saat kontrol ke dokter, juga buat laporan ke suami. Hasilnya rendah semua.

Beberapa minggu kemudian saya kena Clavus alias mata ikan. Awalnya saya merasa ada yang sakit di telapak kaki bagian bawah tumit. Saya lihat tepat di bagian yang sakit itu ada titik hitam, saya kira mungkin sesuatu semacam duri atau pecahan kayu, atau benda lainnya masuk tanpa sengaja. Suami saya sempat cari cara buat mengeluarkannya, tapi tidak berhasil karena letaknya ternyata cukup dalam. 

Telapak kaki makin lama makin sakit. Saya jadi sulit berjalan. Ketika saya sentuh, bagian yang sakit itu mulai keras, warnanya pun putih. Saya tidak tahu apakah itu nanah atau sesuatu yang lain. Khawatir terjadi sesuatu, akhirnya suami membawa saya ke dokter umum. Kata dokter telapak kaki saya bukan karena kemasukan benda, tapi kena mata ikan. Saya diberi obat antibiotik (minum) dan salep. Tapi setelah seminggu tak ada perubahan. Telapak kaki saya masih sakit.

Belum sembuh dari mata ikan, muncul pula herpes, kenanya di mulut. Ada luka di sudut bibir saya, dan rasanya sakit. Tiap saya berbicara atau hendak menyuap makanan ke mulut, seolah pinggiran bibir saya robek. Semakin sering berbicara, semakin robekan itu bertambah. Duh!

Sudah susah berjalan, susah pula makan dan bicara. Ampun Tuhan.

Suami akhirnya membawa saya ke dokter spesialis kulit dan kelamin (SpKK). Setelah diperiksa, saya dinyatakan kena mata ikan dan herpes, dan kemudian diberi obat. Untuk mata ikan diberi salep racikan. Dokter sempat bilang, kalau mau cepat mata ikannya diangkat (dioperasi), dengan masa penyembuhan kurang lebih 2 minggu. Bekas luka operasi gak boleh basah sama sekali. Nah kalau mau pakai salep juga bisa sembuh tapi lama, kadang 2 minggu, bisa juga sampai 3 minggu.

Kalau dihitung-hitung, masa penyembuhan dengan operasi maupun pakai salep, sama-sama lama, kurang lebih 2-3 minggu. Gak ada yang sehari langsung sembuh gitu? haha. Dari segi biaya lebih ekonomis pakai salep. Dari segi sakit, lebih sakit operasi 😁Udah gitu, bakal susah mandi karena bekas luka operasinya tidak boleh basah sama sekali. Akhirnya saya pilih coba pakai salep dulu. Alhamdulillah setelah 2 minggu beneran sembuh.

Obat untuk herpes (di mulut), Obat untuk Mata Ikan, dan obat minum untuk imun dari dr SpKK
 

Nah untuk pengobatan herpes-nya, masih dengan dokter yang sama, saya diberi 2 krim/salep racikan. Keduanya mesti dioles gantian, setiap pagi dan sore hari. Baru boleh stop kalau sudah sembuh.

Selain salep untuk mata ikan dan salep untuk herpes (semuanya dioles), saya juga diberi obat minum namanya seperti yang tertera pada gambar ke-4 di atas. Saya sempat bilang ke dokternya, kalau bisa jangan dikasih minum antibiotik, karena udah banyak makan antibiotik sejak kena DBD dan Tipes, dan dokter umum yang memeriksa mata ikan saya sebelumnya juga meresepkan antibiotik. Seingat saya dokter SpKK waktu itu bilang ke saya gini : "Oh ibu nanti saya kasih obat lain. Ibu minum ini untuk imun ibu." Penjelasan tentang obat yang dimaksud itu begini:

I******L 500 MG TABLET merupakan obat dengan kandungan Methisoprinol yang di indikasikan untuk infeksi yang disebabkan oleh virus antara lain Herpes Simplex, Genital Warts, Sclerosing panencephalitis. (Sumber Halodoc.com)

Alhamdulillah sejak obat itu saya minum, salep racikan untuk mata ikan saya oles, dan 2 salep (mengandung antibiotik) untuk luka di mulut karena herpes saya oles, kondisi kaki dan mulut saya membaik dan akhirnya sembuh. 

Masa penyembuhan mata ikan kurang lebih 2 minggu. Kulit di telapak kaki yang tadinya sakit dan menebal, semakin lama semakin lunak dan rasa sakitnya pun menghilang. 

Luka di mulut (sudut bibir kanan) hanya butuh waktu 4 hari untuk sembuh. Anehnya, setelah luka itu sembuh, muncul luka lain di sudut bibir kiri. Herpesnya datang lagi! Tapi nggak separah yang di sudut bibir kanan. Kebetulan obat salepnya masih ada, langsung saya oleskan, dan 2 hari kemudian luka dan sakitnya hilang.

"Mata ikan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu mata ikan yang muncul karena virus dan mata ikan yang terjadi karena gesekan. Mata ikan yang disebabkan oleh virus muncul pada bagian tumit maupun area penopang kaki lainnya. Tekanan yang terjadi juga menyebabkan benjolan tumbuh ke dalam. Sedangkan mata ikan yang disebabkan karena gesekan muncul pada bagian area kaki yang tidak kuat menahan berat. seperti bagian atas, samping, atau antara jari kaki."

Sumber: halodoc.com --> Mata Ikan


Herpes di bibir dan mulut dikenal sebagai herpes oral atau herpes labialis. Umumnya gejala yang timbul dapat ditandai dengan adanya luka seperti sariawan pada bibir ataupun mulut. Penyebab utama gangguan kesehatan tersebut disebabkan oleh infeksi virus herpes simpleks tipe HSV-1.  

Meski herpes oral dapat sembuh dalam 10 hari, tetapi gangguan kesehatan ini jangan sampai disepelekan. Pasalnya, penularan virus penyebab herpes sangatlah mudah, pengidapnya pun dapat merasakan ketidaknyamanan dari rasa perihnya saat proses penyembuhan."

Sumber: halodoc.com --> Herpes di Mulut dan Bibir


Saya sudah lama sekali tidak sakit apalagi sampai bertubi-tubi seperti ini. Terakhir tipes sebelum punya Alief. Umur Alief aja tahun ini 19. Terakhir kena Herpes di mulut dan bibir sebelum punya Aisyah. Aisyah aja sekarang sudah SMP. Berarti, bukan waktu yang sebentar saya berada dalam kondisi kesehatan yang baik. Kena DBD pun baru pertama kali, akhir tahun 2021 lalu. 

Serangan virus yang bertubi-tubi itu menandakan kondisi kesehatan saya memang sedang tidak baik. Daya tahan tubuh saya sedang sangat rendah sehingga penyakit gampang masuk. Padahal saya lama dalam kondisi sehat, bebas dari gempuran virus.

Maka tak heran jika Omicron pun gampang mengalahkan saya, karena benteng pertahanan saya sedang lemah.

Harapan terbesar saya adalah sembuh dan menjadi lebih sehat dari sebelumnya. Masih banyak hal baik yang ingin saya perbuat supaya kelak ketika menghadap Allah sudah berada dalam keadaan punya cukup bekal untuk diterima dan ditempatkan di tempat terbaik di sisi Allah SWT. Aamiin ya robbal alamin.


Jelajah Pesona Pantai Indah Kapuk, Inilah Hasil Foto Kamera realme 9 Pro+

Pantjoran PIK 2 - Foto Katerina Maret 2022
 
Hampir satu bulan sejak diluncurkan secara resmi di Indonesia pada tgl. 16 Februari 2022, akhirnya saya bisa mencicipi kecanggihan kamera realme 9 Pro+ yang hadir dengan sensor 50 MP dari Sony IMX 766 dan dilengkapi OIS dan EIS. 

Di masa peluncurannya, deretan foto bertajuk Nawa Cahaya: Capture The Unique Lights in Indonesia yang diambil di Kawah Putih Ciwidey, Kawah Ijen, Kayangan Api, Air Terjun Toroan, Gua Berlian, Pantai Balik Gunung, Danau Kelimutu, Gua Jomblang, dan Danau Semayang hasil kolaborasi realme Indonesia dengan tim fotografer National Geographic Indonesia yang di-upload di akun instagram @realmeindonesia sukses membuat saya terkagum-kagum. 

Salah seorang fotografer NatGeo yang memotret Danau Kelimutu di Flores adalah Valentino Luis. Nama ini tak asing, karena Valentino, atau biasa saya panggil dengan Valen adalah editor tulisan saya di salah satu inflight magazine. Bukan editor untuk satu atau dua tulisan saja, tapi berkali-kali sebanyak tulisan perjalanan saya pernah dimuat untuk suatu airline. Makanya saya surprise ketika melihat karya foto Valen tampil di masa peluncuran realme 9 Pro+. 

Valen di mata saya adalah seorang profesional sarat talenta. Tulisan dan foto-fotonya sangat indah. Lewat karyanya saya dapat membaca dan menyaksikan beragam pesona Indonesia. Kekaguman saya kian bertambah saat melihat hasil foto Danau Kelimutu yang dijepret oleh Valen menggunakan realme 9 Pro+ saja. 

Tak bisa ditampik, karya ciamik Valen dan fotografer NatGeo lainnya adalah berkat kolaborasi apik antara sosok para profesional dan kamera yang digunakan. 

Di antara foto yang membuat kagum dan Valen yang membuat bangga, ada kerinduan yang kian bertalu-talu dalam diri saya. Rindu pergi keliling negri, menikmati beragam keindahan alam, memotret, lalu menceritakannya lewat tulisan yang tak jarang bikin saya makin senang karena dimuat oleh berbagai majalah yang menampilkan daya tarik Indonesia.

"Apakah masa itu akan kembali?" sebaris tanya memancing harapan keluar dari persembunyian hati.

Saya tidak langsung menemukan jawaban atas pertanyaan itu, tetapi postingan Nawa Cahaya realme berhasil memercikkan semangat dan rasa optimis dalam diri saya tentang bagaimana hobi traveling dan fotografi tidak akan menjelma masa lalu usang.  

Eksplore Jakarta bersama realme 9 Pro+

Eksplore Jakarta Dulu, Luar Kota Kemudian

Berita baik datang di bulan Maret berupa kebijakan untuk pelaku perjalanan domestik dengan transportasi udara, laut, maupun darat yang sudah melakukan vaksinasi Covid-19 kedua atau lengkap, sudah tidak perlu menunjukan aktivitas antigen maupun PCR negatif. Kabar ini cukup menggembirakan, sebagai tanda adanya situasi yang mulai membaik. Dengan demikian, kesempatan untuk leluasa bepergian tanpa ribet, tanpa biaya yang membengkak, kembali terbuka. 

Ketika hasrat menjelajah kembali menggelora, lantas tempat mana yang memuncaki daftar tujuan? Apakah deretan destinasi dalam project Nawa CahayaCapture The Unique Lights in Indonesia?

Sayangnya, ke mana pun rencana bepergian disusun, belum ada yang bisa diwujudkan segera. Kondisi kesehatan saya masih belum stabil. Sejak Desember 2021 hingga Januari dan Februari 2022, saya bertubi-tubi diserang virus, mulai dari DBD, tipes, herpes (di mulut), hingga mata ikan di kaki kiri yang menyulitkan saya berjalan normal. Semua kondisi itu memperlihatkan imun saya sedang jatoh sejatoh-jatohnya. Maka, segala rencana bepergian jauh masih harus ditunda, sebab ada kesehatan yang menjadi prioritas hidup saya saat ini.

Ke mana saya akan menjelajah membawa realme 9 Pro+? Kata suami, mulai dari tempat paling dekat dulu, misalnya eksplore Jakarta. Selain mudah dijangkau, juga akan hemat tenaga. 

"Pantai Indah Kapuk tak akan mengecewakan untuk memenuhi hasrat menjelajah, mencari udara segar, dan mendapatkan foto yang indah," kata suami.

Ah iya, benar juga. Pantai Indah Kapuk aja dulu, tempat lainnya kemudian.

Taman Wisata Alam Mangrove Angke

Kamera Pusat Perhatian

Seringkali setiap ada smartphone baru meluncur di pasaran, kamera jadi titik perhatian pertama. "Kameranya gimana, bagus nggak hasil fotonya?" adalah contoh pertanyaan sangat pasaran saat merespon kehadiran ponsel baru.

Padahal, guna HP bukan sekadar untuk menghasilkan foto dan video bagus, melainkan untuk berbagai hal. Banyak kegiatan multitasking yang bisa dikerjakan dengan HP, maka sejumlah syarat ideal seharusnya juga menjadi perhatian seperti ruang penyimpanan yang lega, batre besar, prosesor kencang, layar mumpuni, pengecasan cepat, dan sistem pendingin yang bagus agar suhu hp tidak seperti setrikaan ketika digunakan.

Saya senang menggunakan realme 9 Pro+, sebagai varian tertinggi dari realme 9 Pro series yang merupakan smartphone pertama dengan kamera flagship Sony IMX766 + OIS di kelas mid-range dan prosesor MediaTek Dimensity 920 dengan 6nm terbaru sebagai 5G Popularizer. 

Di sini, saya tidak sedang memiliki smartphone dengan fitur kamera setara hp flagship saja, tapi juga punya desain dan performa flagship, serta 5G popularizer. Dengan fitur serba flagship itu, smartphone ini dibanderol dengan harga Rp 5.499.000,- saja (varian 8GB/256GB). Gimana gak bikin happy?

Penjelasan tentang fitur serba flagship tersebut akan saya uraikan di bawah, di antaranya Mediatek Dimensity 920 5G yang merupakan prosesor terkencang di kelasnya, 60W Superdart Charge, 90Hz Super AMOLED Display, Sistem Pendingin Vapor Chamber Cooling, X-axis Tactile Engine, dan in-display Fingerprint Heart Rate Monitor. Saya akan cerita tentang kameranya lebih dulu, sebab saya sudah tidak bisa lagi menahan diri untuk segera memajang foto-foto jepretan realme 9 Pro+ yang saya dapatkan selama di PIK.

Baca  juga: realme GT Master Edition Smartphone 5G dengan Fitur Serba Flagship

realme 9 Pro+ warna Aurora Green (Hijau Fajar)

Fitur Flagship Kamera realme 9 Pro+

Informasi pertama yang saya ketahui tentang realme 9 Pro+ adalah soal kameranya: "Terbaik untuk foto-foto di kegelapan!" Kata-kata itu secara ajaib seperti mantra yang mendorong saya untuk eksplore Jakarta di malam hari. 

Dari pengalaman terdahulu, saya tidak terbiasa mendapatkan hasil memuaskan ketika memotret pemandangan kota di malam hari dengan menggunakan kamera HP. Hasilnya selalu biasa dan saya mesti melakukan banyak pengeditan untuk mengubahnya jadi sedikit luar biasa. Lain halnya ketika pakai DSLR, hasil foto yang didapat sering sesuai harapan.

Sekarang, ada realme 9 Pro+ yang menurut informasi di masa promosinya mampu memberikan hasil foto lebih baik di kondisi minim cahaya. Jika kamera hp ini bagus buat foto-foto di kegelapan, bagaimana dengan hasil foto di siang hari?

Sepertinya saya agak termakan oleh informasi yang sengaja di highlight oleh realme 9 Pro+ sehingga ada sedikit ragu akan hasil foto di dua kondisi berbeda. Apalagi foto-foto Nawa Cahaya yang saya lihat cenderung hanya memperlihatkan gambar di kondisi minim cahaya. Hal ini meningkatkan level ke-kepoan saya terhadap hasil foto di kondisi sebaliknya. 

Anggaplah realme tidak menjanjikan setiap hasil foto akan memuaskan selera penggunanya. Tapi yang jelas realme memastikan hp satu ini hadir dengan sistem kamera pro yang dilengkapi Teknologi ProLight ImagingPotret candid yang akan semakin mudah dengan Street Photography Mode 2.0, adanya Filter baru, dan yang pasti hadir dengan Sensor baru.

  • Kamera utama 50MP Sony IMX766 Flagship Sensor, ukuran sensor 1/1.56", f/1.8
  • 8 MP Kamera Super Wide 119° bidang pandang, f/2.2
  • 2 MP Kamera Macro 4cm jarak fokus, f/2.4

realme 9 Pro+ dengan Triple Camera

Next Level Low-Light Performance

Ada 3 fitur penting yang disematkan pada kamera realme 9 Pro+ yang membuat pengguna seperti saya jadi optimis bisa menghasilkan foto hp yang lebih baik yakni sensor besar, adanya stabilizer untuk foto (OIS) dan video (EIS), dan AI noise reduction. 

Teknologi ProLight Imaging realme yang dipasangkan dengan sensor Sony IMX766 berukuran 1/1.56” memiliki keunggulan mampu menghasilkan asupan cahaya yang lebih banyak hingga 68% lebih ringan dari generasi sebelumnya, sehingga mampu menghasilkan foto kondisi minim cahaya jauh lebih baik dengan noise yang minim. Hasil foto jadi lebih cerah dan jepretan lebih detail. 

Sependek yang saya tahu, sensor Sony IMX766 biasanya digunakan oleh HP seharga 8-12 jutaan ke atas, tapi di sini terpasang di smartphone seharga 5 jutaan saja. 

Kamera realme 9 Pro+ dilengkapi dengan fitur OIS (Optical Image Stabilization) untuk foto dan EIS (Electric Image Stabilization) untuk video. Fitur ini untuk menjaga bidikan tetap stabil bahkan ketika tidak menggunakan gimbal dan tripod. Merekam gambar video dalam keadaan sambil berjalan, berlari, atau dari atas kendaraan yang melaju, akan tetap stabil, bahkan dalam cahaya redup. Saya membuktikan hal ini ketika merekam video sambil berkendara di PIK dan membidik sambil berjalan di Pantjoran PIK. 

Berikutnya ada fitur Al yang canggih untuk hasil gambar lebih jernih, yaitu AI Noise Reduction Engine 3.0 yang mampu mengurangi noise digital hingga 30% dan menyempurnakan detail untuk menghasilkan foto yang indah dan tampak alami. Berkat fitur ini, foto minim cahaya jadi terlihat lebih tajam dan detail.

Fitur lain yang tak kalah menarik yakni Street Photography Mode 2.0 mampu membuat foto candid yang bergerak cepat tetap stabil dalam jepretan. Hal ini dikarenakan realme 9 Pro+ dapat mengambil eksposur panjang yang biasanya hanya mungkin dengan kamera SLR. Pengguna bisa memperkaya hasil jepretan dengan filter Neon Trail, Light Trail Portrait, Rush Hour, dan Light Painting. Pada mode kamera Street juga tersedia 90s Pop Filter untuk foto klasik yang keren dengan tampilan ala film, serta Peek & Zoom untuk mengontrol fokus dan zoom yang diinginkan.

Untuk kamera selfie dengan 16MP didukung oleh Clear Fusion Algoritma yang dapat memberikan kecerahan luar biasa meski di tempat minim cahaya. Foto pagi atau malam akan sama indah tanpa keburaman.

Fitur-fitur canggih pada kamera diyakini mampu membuat hasil foto sempurna setiap saat. Saya sudah mencobanya dan mendapatkan hasil foto sebagai berikut.

Hasil kamera bukan NIGHT mode. Saya mengatur kecerahan hingga paling minimal. Tanpa tripod.

Hasil kamera NIGHT mode. Saya tidak mengatur kecerahan, dibiarkan otomatis pada posisi 50%. Tanpa tripod.

Difoto oleh Alief. Alief tidak mengatur titik fokus (tanpa tapping) dan sengaja tidak mengatur kecerahan. Cahaya tampak luber, bangunan Pagoda tampak kurang detail. Namun secara keseluruhan isi frame masih terlihat jelas dan jernih. Untuk hasil terbaik memang sebaiknya dilakukan pengaturan manual.

NIGHT mode. Saya mengatur letak fokus dengan cara tapping pada bangunan Pagoda, lalu mengatur kecerahan sampai paling minimal. Wajah orang-orang tetap terlihat, hasil foto jernih dan detail. Tak terlihat ada noise yang menyebabkan foto jadi buram.

Saya tidak mengatur kecerahan, hanya melakukan tapping pada bangunan Pagoda.

PIK2 di waktu sore jelang magrib. Difoto dari Cove at Batavia

Restoran di Pantjoran PIK2. Dijepret sambil berjalan.

Gapura Pantjoran PIK 2. Foto realme 9 Pro+. Kadang kala saya mematikan watermark karena Alief tidak suka jika semua foto diberi watermark 😂

Hasil foto malam, dijepret sambil bergerak (jalan cepat), dan tanpa gimbal. Dengna cara ini saya ingin tahu orang-orang di ujung sana akan tampak seperti apa dalam foto 😄

Pantjoran PIK2 Pukul 16.49WIB. Kamera Mode PHOTO tanpa pengaturan apapun. Jika saya menurunkan brightness hasilnya mungkin akan lebih adem.

Pantjoran PIK2 -  realme 9 Pro+. Jepret sambil jalan.

Cove at Batavia PIK

Cove at Batavia PIK. Jepret sambil jalan. Tanpa gimbal.

Sunsetan di Cove at Batavia PIK. Saat difoto, bunga ilalang ini bergerak ditiup angin. Tak bisa dihentikan. Tapi saya tetap memotret dan mendapatkan fokus otomatis pada 2 tangkai bunga yang bergoyang.

Mode PORTRAIT. Mode PHOTO pun sebetulnya bisa dapat hasil foto seperti ini dengan latar sama blur.

Kafe satu ini menghadap matahari terbenam. Cahaya berlimpah. Dengan mode PHOTO, saya mematikan HDR dan mengatur kecerahan sampai paling minimal. Hasilnya jadi cukup "tenang".

Berwisata di Taman Wisata Alam Mangrove Angke

Pantjoran PIK2 itu amat ramai di akhir pekan. Bukan tempat yang ideal untuk makan dengan santai, pun memotret juga tak bisa tenang. Udara siang terasa panas bikin gerah, seliweran orang-orang tiada henti memadati kawasan kuliner, antrian pesan makanan mengular panjangnya. Kalau tak kuat bisa pusing kepala dan berakhir dengan pingsan. 

Saya sudah mengamati situasi ini sebelum datang. Jadi, kami ke sana setelah makan kenyang di Restoran Sederhana masakan Padang di luar kawasan Pantjoran PIK. Situasinya tentu amat njomplang. Jika di Pantjoran PIK2 kudu antre pesan makanan, antre meja, kepanasan pula, maka itu tidak terjadi saat kami di restoran Padang. Kami bisa duduk dan makan dengan santai di ruangan ber-AC, bisa sekalian salat dengan tenang. Tapi tentu saja, kulineran di tengah suasana ramai Pantjoran PIK 2 akan jadi pengalaman unik dan berbeda. Selain suasananya yang kental dengan nuansa Tiongkok di segala sudut, kita juga bisa menikmati sensasi berburu makanan halal di tengah aneka kuliner tidak halal yang mendominasi.

PIK cukup ideal untuk berburu foto malam, dan untuk pemandangan alam, Taman Wisata Alam Mangrove Angke saya jadikan tujuan. Tempat ini cocok buat ngadem, sekaligus cocok buat mencoba kamera realme 9 Pro+ dalam kondisi terang benderang. Seperti apa hasilnya? Berikut foto-foto dari kamera realme 9 Pro+ tanpa editan sama sekali. Foto sebelumnya juga gak ada yang diedit sih, kecuali size ya, saya perkecil supaya artikel ini tidak berat dan bisa dibuka dengan nyaman😁

Berhubung di sini saya lebih banyak bahas kamera dari hp realme 9 Pro+, maka memajang banyak hasil foto adalah suatu keharusan 😅

Taman Wisata Alam (TWA) Angke Kapuk, PIK. Kawasan konservasi alam mangrove seluas 99,82 Ha. [Foto Katerina. Kamera realme 9 Pro+]

Motret dari Menara Pengamat Burung. Fyi, Jenis-jenis mangrove yang terdapat dalam kawasan di antaranya : Api-api (Avicennia marina), Bakau (Rhizophora mucronata dan Rhizophora stylosa), Bidara (Sonneratia caseolaris), Buta-buta (Exocecaris agallocha)· Cantinggi (Ceriops sp.), Warakas (Acrosticum areum)

Tiket masuk Rp 35.000 / orang di akhir pekan


Hutan mangrove di tengah kota

Penginapan

Harga sewa perahu isi 4 orang Rp 100.000/unit

Kamera Portrait. 

Tempat ideal untuk hunting foto seharian

Di sini kami mendengar suara rusa ribut sekali, sesekali tampak monyet bergelantungan, serta biawak besar yang melenggang santai. Fyi, jenis-jenis fauna yang mendominasi kawasan TWA Angke Kapuk, umumnya adalah jenis-jenis burung merandai dan hampir seluruhnya merupakan satwa yang dilindungi.

Cukup banyak tempat duduk di sepanjang lintasan bambu. Suasana tenang di sini lebih nyaman ketimbang berjubel di Pantjoran PIK2 😂

Berpose di pohon rubuh 😂

Portrait

Siapa sangka di tengah ibukota negara ada hutan mangrove luas banget 😁

Dua anak remaja saya senang berkunjung ke sini. Yang cewek ribut minta naik perahu 😅


Ada kafe di tengah kawasan yang menyediakan makanan dan minuman. Nggak terlalu banyak pilihan, tapi menu yang ada cukup buat mengatasi haus dan lapar. Minuman hangat atau dingin tersedia. Suasananya menyenangkan.

Kafe TWA Angke

Deretan penginapan yang tak lagi bisa diinapi

Kafe TWA Angke Kapuk. Tempat melepas lelah di tengah kegiatan berwisata mangrove. Kunjungi www.jakartamangrove.id untuk semua informasi tentang Taman Wisata Alam Angke Kapuk. 

Smartphone Kamera Flagship Seharga 4 Jutaan

Hasil foto kamera realme 9 Pro+ yang saya dapatkan selama berwisata di Taman Wisata Alam Angke Kapuk dan Pantjoran PIK2 cukup memuaskan. Untuk keperluan blog dan medsos, lebih dari cukup. Foto siang maupun malam, sama indah. 

Untuk hasil lebih baik, saya hanya perlu sedikit lebih tenang ketika memotret. Tidak terburu-buru hanya karena kepanasan, atau karena sedikit tidak nyaman ketika berada di keramaian. Hal ini memberi pengaruh tersendiri pada diri saya, baik dari segi fokus dan mata, ide untuk sudut pengambilan gambar, hingga kestabilan tangan ketika membidik. Walau dari sisi HP sudah serba mumpuni untuk mengatasi berbagai masalah dalam pengambilan gambar, dari sisi saya yang pegang kamera tetap perlu menyeimbangi dengan cara memiliki kondisi paling nyaman supaya apa yang dibidik ada "rasa" nya. 

Selain itu, pengaturan manual seperti menurunkan atau meningkatkan kecerahan, melakukan tapping untuk fokus, mematikan/menyalakan HDR, dan lainnya, perlu dilakukan sesuai kondisi saat memotret supaya mendapatkan hasil foto HP lebih baik. Buat yang sudah ahli, beralih ke mode PRO lebih disarankan.

Jika punya bujet 4-5 jutaan saja dan sedang mencari HP dengan kamera flagship, realme 9 Pro+ ini harus masuk list. Varian realme 9 Pro+ yang saya pakai saat ini merupakan varian tertinggi dengan memory 8GB/256GB seharga Rp 5.499.000,- Untuk pemakaian sehari-hari, saya dengan senang hati akan mengandalkan HP ini.

Varian realme 9 pro:

realme 9 pro 6GB+128GB Rp 3.399.000

realme 9 pro 8GB+128GB Rp 3.999.000

realme 9 pro+ 8GB+128GB Rp 4.499.000

realme 9 pro+ 8GB+256GB Rp 5.499.000



Battery & Charging: 4500mAh dan 60W Superdart Charge (50% charge dalam 15 menit)

Buat saya yang sudah terbiasa pakai HP dengan baterai 6000mAh, kapasitas daya realme 9 Pro+ sebesar 4500mAh terasa kurang. Minimal 5000mAh sudah lumayan. Pasalnya, ketika jalan-jalan mengandalkan kamera HP, maka daya tahan baterai sangat diperlukan agar tidak dikit-dikit ngecas. Kehabisan daya saat sedang hunting foto itu terasa mengganggu. 

Saya mungkin bisa gunakan powerbank untuk mengisi daya, tapi saya sudah lama sekali tidak pakai alat itu ketika berkegiatan di luar rumah. Jadi saya sudah terbiasa nyaman memakai HP tanpa direpotkan mencari sumber daya. 

Hari di saat saya membawa realme 9 Pro+ eksplore Jakarta, daya baterai dalam keadaan penuh (100%), lalu saya gunakan untuk keperluan foto-foto saja tanpa kegiatan multitasking. Di jam makan siang, daya yang tersisa kurang dari 30%. Cukup banyak daya yang dihabiskan padahal baru setengah hari. Tapi daya bukan tergantung udah berapa lama pakai sih ya, tapi seberapa banyak dipakai. Sejam pun kalau dipakai tanpa henti, ya keok juga dayanya.

Saya terpaksa mengisi daya di restoran tempat kami makan karena saya memang tak bawa powerbank, sementara saya masih mau lanjut jalan-jalan dan foto-foto. 

Dengan 60W Super Dart Charge, pengisian daya berjalan cepat. Walau sebetulnya durasi kami makan di restoran cukup lama, lebih dari 1 jam karena dilanjut numpang salat segala, tapi pengisian hingga 100% (dimulai dari 30%) berlangsung 20 menit saja. Setelah diisi, saya gunakan lagi untuk foto dan videoan sepanjang siang jelang sore sampai malam, dan daya masih tersisa. Saya baru ngecas lagi keesokan hari.

Unboxing realme 9 Pro+

Flagship Performance: MediaTek Dimensity 920 5G

realme 9 Pro+ menjadi salah satu yang pertama menggunakan chipset MediaTek Dimensity 920 5G yang dilengkapi dengan system pendingin Vapor Cooling Chamber. Dengan skor AnTuTu Benchmark mencapai 501,281, saya jadi nggak perlu khawatir melakukan aktivitas multitasking, karena performance-nya kencang!

Selain itu, realme 9 Pro+ juga memiliki kapasitas memori RAM yang besar serta dilengkapi dengan DRE (Dynamic RAM Expansion) hingga 5GBOleh karena itu, perangkat ini seakan memiliki total memori sebesar 13 GB.

Memory besar itu penting, apalagi jika kameranya bagus, rasanya ingin foto terus. Kalau ruang penyimpanan lega, gak cepat bikin sesak, karena biasanya akan mempengaruhi kegiatan multitasking jadi serba lemot. 

Penting mana, kamera bagus atau prosesor kencang? Yang jelas, saat prioritas ada pada kamera bagus yang bikin pingin foto-foto terus, pastikan didukung oleh prosesor kencang dan memory besar. 


Performance Serba Flagship realme 9 Pro+

Untuk kualitas layar, realme 9 Pro+ menggunakan layar AMOLED yang bisa sekaligus mendeteksi detak jantung, di mana fitur ini biasanya hanya dapat ditemui di smartphone kelas flagship. 

Layar realme 9 Pro+ memiliki resolusi 2400×1080 pada layar dengan dimensi 6.43 inci.

realme 9 Pro+ juga sudah hadir dengan realme UI terbaru, yaitu realme UI 3.0 dengan Android 12.

Untuk sistem pendingin realme 9 Pro+ menggunakan Vapor Chamber Cooling System yang dapat mengurangi temperatur hingga 10°C di area utama. Jadi, nggak usah khawatir pakai HP seharian gak gampang panas kayak setrikaan. Sepengalaman saya, pernah pakai HP buat motret dalam durasi lama dan HP jadi panas. Kegiatan motret terpaksa dihentikan sampai HP kembali dingin. Nah, seharian saya jalan-jalan di PIK dan motret pakai realme 9 Pro+ ini alhamdulillah HP tetap dalam kondisi performa maksimal, gak ada panas-panasnya.

realme 9 Pro+ juga dilengkapi X-axis linear motor dan dual stereo speaker powered by Dolby Atmos untuk pengalaman audio yang lebih baik.

Untuk konektivitas WiFi, realme 9 Pro+ sudah bisa terkoneksi dengan WiFi 6 atau yang dikenal dengan 802.11 AX. Tentunya perangkat ini sudah bisa terhubung dengan jaringan 5 GHz dari sebuah router WiFi yang lebih kencang dari 802.11 AC. Kecepatannya sendiri tentunya juga lebih kencang dari WiFi pada jaringan 2.4 GHz. Untuk bluetooth, perangkat ini sudah mendukung versi 5.2.

Flagship Design realme 9 Pro+

Beberapa orang yang saya kenal menyatakan tidak suka dengan desain hp kinclong seperti realme 9 Pro+ ini. Saya justru sebaliknya, sangat suka. Memang tergantung selera sih ya, kalau saya seleranya ya seperti realme 9 Pro+ ini.

Jika diperhatikan Light Shift Design yang dimiliki realme 9 Pro+ memang cukup menarik. Untuk varian Sunrise Blue, backcover-nya dapat berubah warna menjadi merah dari warna biru di bawah sinar matahari hanya dalam waktu tiga detik, dan dapat kembali ke warna asal, biru dalam waktu sekitar dua hingga 5 menit tanpa paparan sinar matahari. Dari sinilah realme mengklaim desain-nya sebagai desain flagship karena memang belum ada smartphone mainstream yang memiliki desain seunik ini. 

Baru kali ini saya pakai hp yang benar-benar terlihat mewah baik dari segi warna maupun motif yang muncul disaat kena cahaya. Ada bintik-bintik kecil berpijar, seakan ditaburi gel glitter, mirip taburan bintang di angkasa. Warna hijau fajar yang indah, terlihat dari sudut manapun saat HP kena pantulan cahaya. 

Di antara seri angka realme yakni 6 Pro, 7 Pro, dan 8 Pro, seri 9 pro+ ini paling tipis, hanya 7,99mm, membuatnya sangat nyaman di genggaman.


SoCMediaTek Dimensity 920
CPU2 x 2.5 GHz Cortex-A78 + 6 x 2.0 GHz Cortex-A55
GPUMali-G68 MC4
RAM8 GB LPDDR4x + 5 GB DRE
Internal128 GB UFS 3.1
Layar6,43 inci 2400 x 1080 90Hz Super AMOLED Gorilla Glass 5
Dimensi160.2 x 73.3 x 7.99 mm
Bobot182 gram
Baterai4500 mAh 60 watt charger
Kamera50 MP / 12,5 MP utama, 2 MP Macro, 8 MP Ultrawide, 16 MP Selfie
OSAndroid 12 realme UI 3.0

Design Flagship dengan warna Aurora Green yang indah


Berwisata di Jakarta Utara, mengunjungi Taman Wisata Alam Angke Kapuk, Pantjoran PIK2, dan Cove at Batavia memberi pengalaman baru bagi saya dalam mengeksplore Jakarta di tahun 2022. 

Paling suka saat berlama-lama di kawasan konservasi alam mangrove, seolah bukan di tengah kota Jakarta, tapi di luar kota nan jauh. Saya jadi ingat pernah berperahu keliling mangrove di Pulau Leebong Belitung, di Lampung Timur, dan di Balikpapan. Ternyata, di Jakarta pun ada, dan tak kalah indah. Kemana saja saya selama ini? 😭

Selama berwisata, saya membawa serta kamera DSLR Canon EOS70D dan kamera mirrosless Fujifilm X-A5. Namun saya tidak menggunakan keduanya untuk mengambil gambar. Selain sedang tak ingin dibikin pegal oleh beban berlebih, juga memang sedang ingin menggunakan kamera realme 9 Pro+ saja. DSLR dipakai Alief, mirrorless dipakai Aisyah. Saya juga membawa 1 tripod, hanya digunakan saat mengambil foto berempat karena tidak ada fotografer lain yang bisa dimintai tolong. Kawasan mangrove itu luas, dan saat kami di sana, cukup sepi dari lalu lalang orang. 
Katerina x realme 9 Pro+ - Flagship Midrange dengan Kinerja Tinggi, Kamera Apik, dan Desain Menawan

Sekarang, saya sudah kesampaian menghasilkan foto malam di Pantjoran PIK2. Secara subjektif, saya suka dengan hasilnya. Persis seperti promosinya: "Foto minim cahaya tetap terlihat tajam, detail, dan jernih."

Keraguan saya untuk hasil foto di siang hari kini sudah pupus. Hasilnya menyenangkan dilihat, sama indah dengan foto malam. Bersih dari noise dan warna yang dihasilkan juga cukup baik. 

Yang pasti, pakai realme 9 Pro+ bikin ingin foto-foto terus. Pengennya sih lebih banyak wisata alam, tapi mesti pergi jauh keluar kota dan harus ada waktu khusus. Sementara biarlah eksplore Jakarta dulu. Nanti pelan-pelan seiring kondisi kesehatan yang makin stabil, baru bepergian lebih jauh.

Satu hal lagi, punya realme 9 Pro+ seharga 5 jutaan tapi berasa pakai HP seharga 8 jutaan ke atas. Dengan fitur serba flagship yang dimilikinya, handal digunakan untuk hobi, hiburan maupun bekerja. Buat gamer dan content creator yang membutuhkan perangkat responsif, HP ini layak dipertimbangkan untuk dimiliki.

Menurut teman-teman, gimana hasil foto realme 9 Pro+ ini?

Kalau ada yang HP-nya samaan, bolehlah kapan-kapan kita hunting foto bareng 😋