Tampilkan postingan dengan label Kuliner Lampung. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kuliner Lampung. Tampilkan semua postingan

Kuliner Pijok-pijok Khas Way Kanan di Kampung Wisata Gedung Batin

Kuliner Pijok-pijok di Desa Gedung Batin Way Kanan

Kampung wisata “lestari” Gedung Batin menawarkan wisata ekologi dan budaya perkampungan tradisional Lampung Way Kanan. Merupakan satu diantara kampung tua di kabupaten Way Kanan. Di sini masih bisa kita lihat peninggalan budaya nenek moyang dari arsitektur khas Lampung Tempo Doeloe sampai perabotan-antik sebagai penghias ruangan. Keunikan kampung ini menjadi daya tarik wisata yang sayang untuk dilewatkan. 

Dalam event Gedung Batin Bamboo Rafting yang digelar pada tanggal 8 Oktober 2017, salah satu kegiatannya adalah makan bersama menikmati Kuliner Pijok-Pijok yang dilaksanakan di rumah kepala desa Gedung Batin, salah satu rumah tua berusia ratusan tahun yang masih berdiri kokoh.  

kuliner khas way kanan
Kuliner pijok-pijok Way Kanan

Pengalaman pertama saya kulineran Pijok-pijok pada bulan April 2017 lalu saat event Festival Radin Djambat. Tempatnya di rumah Ibu Devi, kepala desa Gedung Batin. Kesimpulan sementara dari sekilas info yang saya dapat sebelum mencoba adalah pijok-pijok merupakan cara makan, bukan sebutan yang mengacu pada makanannya. Maknanya jadi benderang buat saya kala dipraktekkan langsung oleh Bapak Adipati Surya, Bupati Way Kanan, saat kami makan siang bersamanya. 

Pada prakteknya, pijok-pijok serupa ‘nyeruit’ yang namanya lebih populer digunakan oleh masyarakat Lampung. Secara sederhana, nyeruit adalah aktivitas dari membuat seruit (sambal) dan memakannya secara bersama-sama.  

Baca juga : Trail Adventure Air Terjun Puteri Malu

Makan bersama bapak bupati Way Kanan

Dalam tradisi masyarakat Way Kanan, membuat sambal dari campuran beberapa makanan dengan menggunakan tangan (tidak dibantu alat pengulek/ulekan) dan dilakukan bersama-sama disebut pijok-pijok. Sambal khas dalam tradisi pijok-pijok terdiri dari cabe, terasi, cung kediro (semacam tomat ukuran kecil), tempoyak, kuah pindang ikan (biasanya ikan baung), daging ikan baung, terong rebus/bakar, timun mentah (bagian isinya). Semua makanan tersebut dikumpulkan dalam satu wadah (piring/mangkok), dicampur dan dilumatkan dengan menggunakan tangan hingga menjadi “sambal baru” yang siap dimakan bersama nasi, lauk pauk, sayur, dan aneka lalapan mentah maupun direbus. Biasanya, pijok-pijok yang dilakukan oleh seorang laki-laki dimakan untuk dirinya sendiri. Jika dibuat oleh perempuan, sambalnya untuk dimakan bersama-sama. 

Aneka lalapan

Pindang Ikan Patin

terung rebus bagian terpenting pijok-pijok maupun nyeruit

Hidangan makan ala Gedung Batin

Dalam event Gedung Batin Bamboo Rafting baru-baru ini, kuliner pijok-pijok jadi bagian dari kegiatan yang saya tunggu-tunggu. Rasa rindu untuk mengecap ulang racikan sambal khas, dan memaknai filosofi di baliknya, membuat saya tidak ingin ketinggalan. Itu sebabnya seusai bamboo rafting, saya memilih bergegas mandi dan ganti pakaian kering ketimbang berlama-lama berbaur dengan warga yang tumpah ruah di lokasi finish bamboo rafting. Bukan maksud hati untuk menjauh dari keramaian, apalagi menghindar berinteraksi dengan warga, tapi sekedar mengejar jadwal ‘wajib’ agar tak ketinggalan. 


Baca juga: Tiada Resah di Pulau Sebesi

Suasana Desa Gedung Batin

Rumah kepala desa tempat kulineran pijok-pijok

Di ruang rumah kepala desa yang lapang, makan siang sudah dihidangkan. Ada dua kelompok hidangan yang ditata memanjang. Dilihat dari jumlah tempat duduk yang tersedia di depan hidangan, saya yakin tidak akan mampu memuat seluruh peserta bamboo rafting. Mungkin karena itu jumlah peserta yang ikut pijok-pijok dibatasi. Meski dibatasi, sebenarnya peserta yang belum kebagian masih bisa antri, menunggu kloter pertama selesai dulu. Lain halnya jika makanan disajikan ala buffe, tidak perlu antri. Langsung ambil saja, lalu bawa makanannya pergi menjauh dari hidangan. 

Bapak wakil bupati bergabung dengan para wisman

Di hadapan saya telah duduk rombongan bapak kepala dari dinasnya masing-masing. Di antaranya Bapak Kadarsyah Kadis Perikanan. Beliau salah seorang penyumbang ikan yang digunakan dalam kuliner pijok-pijok. Bapak Hendri Syahri Kepala Badan Pendapatan Daerah. Bapak Pardi Kadis Sosial, dan Staf Ahli Bapak Juanda. Beberapa wisman dan ibu-ibu PNS juga duduk satu hidangan dengan kami. Sedangkan Bapak Wakil Bupati duduk pada hidangan lainnya, bergabung dengan para wisman dan media.

“Ayo langsung makan saja,” ucap Pak Kadarsyah.

Seperti genderang yang ditabuh, ajakan itu menjadi tanda dimulainya acara makan. Meski acara makan ini resmi, tapi dilakukan dalam suasana santai. Bapak-bapak pejabat duduk bersila di lantai rumah, sama rendah dengan kami. Tidak ada acara sambutan sebagai tanda dimulainya pijok-pijok. Tiap yang sudah duduk di depan hidangan, langsung menyendok nasi, menyeruput minuman, dan mulai menyuap makanan. Ada sedikit tanya dalam benak saya mengenai bagian meracik sambal yang tidak diperlihatkan. Tadinya saya berharap semua peserta yang turut makan, khususnya para wisman, memperoleh penjelasan tentang apa itu pijok-pijok, dan apa makna dibalik tradisi pijok-pijok. Saya pikir itu perlu sebagai cara untuk mengenalkan kuliner khas ke wisatawan yang datang ke Gedung Batin. 



Acara makan tidak berlangsung cepat. Makanan enak dan suasana yang menyenangkan memang bikin betah, jadi susah beranjak. Tapi bagaimana pun, masih ada orang lain yang belum makan. Tetap harus minggir dari hadapan hidangan.

Makanan masih banyak, masih bisa dinikmati oleh kloter kedua. Tapi sayang, kloter dua yang ditunggu tak datang-datang. Entah deh kemana, mungkin sudah makan di tempat lain. Mungkin juga sudah pergi karena ngambek nggak bisa makan bareng dengan kloter pertama *kidding 😄


Baca juga: To The Scenic of Pulau Pisang

Melestarikan Pijok-pijok

Makanan akhirnya diangkut ke belakang, khawatir nanti makanan nggak sengaja kena injak, sebab suasana rumah yang tadinya tenang mendadak jadi riuh oleh urusan foto-foto. Ibu-ibu warga desa yang hari itu berkumpul di rumah kepala desa, yang sejak pagi bergotong royong memasak makanan untuk para undangan, sibuk berfoto dengan para wisman. Bukan ibu-ibu saja sih. Beberapa peserta lokal dan anak-anak muda desa yang kebetulan berada di rumah juga jadi ikut berfoto. Acara foto-foto ini tidak sebentar. Agak lama menunggu mereka kelar. Mungkin hal yang langka buat mereka bisa sedekat itu dengan para bule. Walau jelas sekali di mata saya, beberapa bule tampak lelah karena tak henti diajak foto. Saya cuma bisa menikmati suasana saat itu sambil senyum-senyum, terutama melihat keriaan pada wajah-wajah yang berhasil berfoto dengan bule yang diincarnya. 



Wisata Kampung Bali Sadhar

Dengan berakhirnya kuliner pijok-pijok, berarti berakhir pula rangkaian kegiatan Gedung Batin Bamboo Rafting. Namun, masih ada kegiatan lainnya yang kami ikuti bersama para wisman yaitu berkunjung ke Bali Sadhar yang sedang mengadakan upacara Ruwat Bumi. Kami di ajak ke sana untuk melihat-lihat.

Bali Sadhar adalah sebuah desa di Kecamatan Banjit, Kabupaten Way Kanan, Lampung. Desa ini dihuni oleh para transmigran dari Bali yang mengungsi ke Lampung paska letusan Gunung Agung. Setelah puluhan tahun, akhirnya mereka memilih untuk menetap di Lampung. Bali Sadhar terbagi menjadi tiga wilayah, yaitu Bali Sadhar Utara, Bali Sadhar Tengah, dan Bali Sadhar Selatan. Masing-masih wilayah dipimpin oleh kepala kampung. Bali Sadhar bukanlah satu-satunya perkampungan Bali yang ada di Lampung, bahkan di Way Kanan. Selain Bali Sadhar, ada juga kampung Bali di Sopoyono, Kecamatan Negeri Agung, Kabupaten Way Kanan. 

Nuansa Bali dalam warna-warna cerah khas ornamen Lampung

Ramik Ragom sepertinya bukan sekadar semboyan bagi Kabupaten Way Kanan. Berbagai suku, agama, dan budaya hidup rukun berdampingan di kabupaten ini. Salah satunya adalah komunitas Bali di Bali Sadhar ini. Tak hanya bangunan berarsitektur Bali yang bisa kita lihat di sini, tapi juga kehidupan sehari-hari mereka yang masih teguh memegang adat dan budaya warisan nenek moyang.

Bulan April lalu saat pertama berkunjung ke Bali Sadhar ini, kami disuguhi dodol Bali di kediaman Eyang Resi. Selain disuguhi dodol untuk diicip-icip, kami juga diajak melihat langsung cara pembuatan dodolnya.


Baca juga: Bamboo Rafting Seru di Way Kanan

Dodol Bali produksi warga Desa Bali Sadhar

icip-icip dodol Bali

Melihat cara pembuatan dodol Bali

Sore itu kami berkunjung ke Pura Tangkas Kori Agung. Kami diijinkan masuk, tapi hanya sampai pada area tertentu. Bisa dimaklumi karena saat itu umat Hindu sedang beribadah, khawatir mengganggu kekhusyukan. Tidak banyak yang bisa kami lakukan selain berinteraksi sejenak dengan beberapa wanita Bali yang kami temui. Sisanya hanya berfoto bersama. Setelah itu kami meninggalkan pura, mengejar sunset dari sebuah ladang jagung warga Bali Sadhar. Lewat magrib kami kembali ke Blambangan Umpu, menuju rumah Pak Firdaus Rya Mayu, seorang pegusaha batu terkenal di Way Kanan, untuk menikmati makan malam nan lezat.

Wanita Bali Sadhar selepas beribadah

Perempuan-perempuan cantik

Foto bareng sebelum pulang

Senja di Banjit

Makan malam di rumah pengusaha batu, maka ‘dekorasi’ tempat makan pun dikelilingi oleh tumpukan batu. Bukan sembarang batu, melainkan batu berharga yang bila telah selesai diolah, wujudnya akan menyilaukan para penggemar perhiasan batu. 

Jamuan makan malam istimewa dari tuan rumah disertai dengan hiburan live music dari band lokal. Perut kenyang, telinga senang. Beberapa orang bernyanyi dan berjoget, menghibur diri dan orang lain. Malam berkesan bagi saya sebelum esok hari kami meninggalkan Way Kanan. 




Jadi tamu PT. Buay Tumi Lampung

Hiburan

Wan Yazed bernyanyi


Terima kasih kepada segenap rekan-rekan di Way Kanan untuk kebersamaan dan pengalaman tak terlupakan yang akan selalu indah untuk dikenang pada masa yang akan datang. Semoga pariwisata Way Kanan makin maju dan berdaya saing.

Rangkaian kegiatan Gedung Batin Bamboo Rafting dapat dibaca pada tulisan sebelumnya : 

Bersama Bupati Way Kanan Bapak Raden Adipati Surya - Festival Radin Djambat April 2017

Salah satu rumah tua di gedung Batin usia 200 tahun

Rumah tua usia 3 abad, kediaman Pak Ali

Makam tua bertuliskan tahun 1305

Di teras rumah Pak Ali

Ukiran khas Lampung di teras rumah Pak Rajimin 

Mari berwisata di perkampungan tradisional Gedung Batin


Liburan di Lampung Bersama Airy Rooms


Memanfaatkan long weekend minggu ke dua bulan Desember tahun ini, saya berangkat ke Lampung selama tiga hari (11-13 Desember). Sendirian. Hanya ditemani kamera kesayangan dan sebuah koper kecil.

Bertemu beberapa kawan, kulineran, jalan-jalan ke Taman Batu Granit Tanjung Bintang, dan sisanya beristirahat di kamar hotel. Itu saja yang dilakukan selama di Lampung. Siapa saja yang saya temui? Kulineran di mana saja? Sebelum saya ceritakan lebih lanjut, saya mau ceritakan dulu tentang penginapan yang saya tempati selama di Lampung.

Dua malam di Lampung, ada dua hotel yang saya inapi yaitu Hotel Batiqa dan Hotel Airy Tanjung Gading Gatot Subroto. Pilihan saya pada Airy tentu karena harganya yang aman di kantong. Murah tapi tidak murahan. Kamarnya bersih, nyaman untuk beristirahat. 
Hotel Airy Tanjung Gading Gatot Subroto

Terdapat dua Hotel Airy Rooms di Lampung, yaitu Airy Tugu Adipura dan Airy Tanjung Gading. Bulan Oktober lalu saya menginap di Airy Tugu Adipura, Desember ini di Airy Tanjung Gading. Untuk memesan kamar Airy, saya lakukan dengan mudah lewat aplikasi Airy di smartphone.

Hotel Airy Tanjung Gading terletak di Jl. Gatot Subroto No. 63, Tanjung Gading, Bandar Lampung. Tidak jauh dari pusat kota. Di sekitar hotel banyak tempat kuliner. Dilewati angkutan umum. Dapat dijangkau dalam waktu 45 menit dari Bandara Radin Inten II. 

Hotel tidak menyediakan antar jemput dari dan ke bandara, tapi jika kita perlu kendaraan, kita bisa minta nomor taksi ke FO, nanti kita telpon sendiri untuk dijemput dan diantar. Tarif antar/jemput bandara Lampung Rp 125.000,- per taksi. Kalau mau sewa harian Rp 250.000 belum termasuk supir dan bbm.

Baca juga: Taman Batu Granit Tanjung Bintang Lampung Selatan

Hotel dua lantai

Kamar

Kamar double bed yang saya tempati terletak di lantai dasar, paling depan. Kamar Airy lainnya ada juga di lantai 2. Begitu memasuki kamar, disambut nuansa biru khas Airy. Di kamar tersedia 2 botol air mineral dan Airy Sunrise Meal. Komplimen ini ada di setiap kamar Airy di kota manapun. Gratis.

Kamar mandi standing shower dengan keran air panas dan dingin yang berfungsi dengan baik. Toiletries-nya lengkap. Shower jel dalam kemasan botol, samphoo, 2 pasang pasta gigi dan sikat gigi, 2 sisir kecil, serta handuk. AC kamar dingin. Tersedia selimut di dalam lemari penyimpanan. 


Toiletries lengkap

Airy Sunrise Meal - free
Kantin Airy Gatsu

Untuk cek harga kamar Airy tinggal buka website www.airyrooms.com atau lewat aplikasi Airy di Smartphone. Saat kedatangan, kita tinggal tunjukan nomor pesanan yang dikirim lewat email oleh Airy.

Aktivitas selama liburan di Lampung

Kali ini saya lebih banyak di dalam kota, ketemu teman, kulineran, dan santai-santai. Ada satu kali pergi ke luar kota, itu pun tak sampai 3 jam sudah kembali ke Bandar Lampung.

Saya janjian dengan beberapa kawan, di antaranya founder Tapis Blogger, Mbak Naqiyyah. Kebetulan kami berdua berada dalam satu grup L’Oreal di WA, sama-sama blogger yang support promo L’Oreal. Sejak ada di grup tersebut saya mulai kerap berbincang dengannya.

Pertama kali bertemu mbak Naqiyyah di acara Parade Budaya Festival Krakatau 2016. Mbak Naqiyyah temannya mbak Lina Sasmita, blogger Batam yang sudah saya kenal sejak masih ngeblog di Multiply tahun 2009. Sebelum bertemu di Festival Krakatau, saya sudah beberapa kali melihat nama mbak Naqiyyah di postingan mbak Rosita Sihombing, teman saya yang juga asal Lampung tapi berdomisili di Perancis. 



Saya janjian ketemu tidak hanya dengan mbak Naqiyyah, tapi juga dengan Melly, Fajrin, dan Vita Rinda. Ada ajak mas Indra juga, tapi karena beliau sedang ada kesibukan, tidak jadi ketemuan. Saya juga ada janjian dengan Rere di Hotel Batiqa, membicarakan bisnis. Janjian ketemu dengan Mbak Helen, pemilik salah satu travel umroh di Bandar Lampung.


Kopdar di Encim Gendut

Yang namanya ketemuan, paling asyik sambil jalan-jalan atau kulineran. Rencananya mau jalan bareng Melly ke Taman Batu Granit, tapi dia baru balik dari Pulau Pisang Senin malam. Akhirnya kami ketemuan sambil kulineran saja.

Melly sempat tawarkan ajak makan bareng di Seafood Story, rumah makan milik temannya. Tapi kemudian rencana berubah, tempat makannya ganti ke RM Alas Cobek. Nah, pemilik rumah makan ini Mas Zaki Senafal, temannya Melly juga. Saya merasa tidak asing dengan nama tersebut karena pernah beberapa kali melihat namanya dalam komen di status-status FB Melly.


Hari Selasa (13/12) saya, Melly, dan mbak Naqiyyah janjian ketemu di Encim Gendut. Rumah makan ini pernah saya kunjungi pada bulan Oktober lalu. Dekat dengan Hotel Airy Tugu Adipura. Saya sudah di Encim sejak jam 10. Mbak Naqiyyah datang jam 11, Melly datang jam 12. 

Seru ngobrol dengan mbak Naqiyyah. Dari blogger, buku, parenting, sampai jalan-jalan kami bincangkan. Mbak Naqiyyah pernah jadi guru, seorang penulis buku juga. Bukunya sudah banyak. Dia bawa putrinya Aisyah, usia 2 tahun. Sedang lucu-lucunya dan sangat aktif. Sempat kejar-kejaran saking nggak mau diam. Anaknya menggemaskan.

Jajanan kesukaan yang ada di Encim Gendut

Mbak Naqiyyah baru pertama ketemu Melly. Bertiga kami ngobrol sambil makan. Oh ya, Encim Gendut ini rumah makan yang cocok banget buat ketemuan sambil  ngobrol dan bersantap. Dekorasi ruangannya menarik. Banyak menu rumahan yang bisa dicicipi. Jajanan pasarnya enak-enak. 

Siang itu saya nyoba makan jengkol pedas. Olala…gitu deh rasanya :D Melly paling suka sama Choy Pan dan Sun Pan. Ketagihan katanya he he. Mbak Naqiyyah makannya nambah. Dan saya ingin bergegas nyari kopi buat melunturkan bau jengkol di mulut haha
 
Makan siang dengan tempe, tumis bunga pepaya dan jengkol balado! :D

Dari Encim kami lanjut ke Alas Cobek. Sayang mbak Naqiyyah tidak bisa ikut. Dia mesti pulang karena dua anaknya yang lain sudah menunggu di rumah. Waktu mau ke Alas Cobek, kami ditawari oleh Willy (pemilik Encim Gendut) untuk diantar oleh pegawainya. 

Yang antar Yeni (lagi) dan seorang yang lain. Bulan Oktober lalu, Yeni ini pernah antar dan temani saya ke ATM lho. Dianter pakai motor. Ditunggu sampai selesai. Baru kenal tapi baik banget mau antarin sana sini. Terharu!

Temu ceria dalam nuansa ungu :D

Makan Puyuh Goreng di Alas Cobek


Waktu mau berangkat ke Alas Cobek, cuaca mendadak berubah mendung, gerimis pun turun. Karena gerimisnya masih kecil, kami tetap jalan, terabas saja. Di tengah perjalanan hujannya jadi deras. Baju basah. Yeni lebih basah karena di depan, nyupir. Dari pada makin kuyup, kami menepi, berteduh di samping sebuah ruko. Sedangkan Melly tidak singgah, dia terabas hujannya sampai Alas Cobek :))

Hujannya lumayan lama. Saya mendekap helm pinjaman. Kedinginan. Dan hujan tidak benar-benar berhenti ketika kami melanjutkan perjalanan ke Alas Cobek yang terletak di Jl. Wolter Monginsidi. 


Melly sudah lama sampai, sekitar 20 menit. Saya langsung memesan secangkir kopi untuk menghalau dingin, sambil berusaha menghilangkan aroma jengkol yang saya makan di Encim Gendut. 

Buktikan kelezatannya di sini

Rumah makan Alas Cobek memiliki menu andalan Puyuh dan Bebek Goreng. Tapi tak hanya puyuh dan bebek, di sini ada ayam juga. Pilihan cara masak puyuh, bebek, dan ayam sama: Alasan, Sawang, Sajo, Somat, dan Suwir. Harga mulai Rp 19.000,- hingga Rp 25.000,-

Menu andalannya Puyuh. Melly pesan porsi double, saya tidak pesan makan lagi karena sudah makan di Encim Gendut. Meski tidak pesan, saya ikut menikmati puyuh gorengnya. Buat lidah saya, puyuh goreng somat buatan Alas Cobek sangat enak. Gurih dan garing. Bumbunya meresap hingga ke tulang. 

Mantap rasanya!
Ngopi dulu ngilangin bau jengkol :))

Tak berapa lama kami kedatangan Vita Rinda, blogger Lampung, seorang dosen. Saya berteman dengannya di medsos sejak tahun lalu, lewat Melly. Baru hari itu kopdar, gadis yang seru. Suka ngobrol, suka becanda, lucu.

Kami berbincang tentang blog, medsos, dan dunia traveling. Yang menggoda, Rinda dan Melly mengajak untuk jalan-jalan bareng ke Pulau Pisang, suatu hari nanti. Saya mengiyakan, walau entah kapan lagi ke Lampung.

Obrolan makin seru saat mas Zaki Senafal bergabung. Pemilik Alas Cobek ini seseorang yangsSuka ngobrol dan becanda juga. Hangat. Friendly. Bahkan saat hendak ke bandara, dia sendiri yang mengantar kami. 


Senangnya bertemu orang-orang baru, selalu terkesan dengan kebaikan yang mereka berikan. Thanks Melly sudah ajak saya ke Alas Cobek. 


Vita Rinda, Mas Zaki Senafal, Melly, dan saya

Sudah coba menu-menu unggulan Alas Cobek?

Makan Siang Kesorean di Umah Bone

Akhirnya berkesempatan makan di Umah Bone yang terletak di Jalan Way Ngison No. 3, Pahoman, Engal, Kota Bandar Lampung. Bulan Oktober lalu gagal kemari. Padahal waktu itu sudah meluncur ke Umah Bone. Tapi di tengah jalan tiba-tiba hujan, berhubung motoran, akhirnya belok ke rumah makan lain.

Umah Bone ini pernah saya lihat di facebook-nya teman saya. Saya diajak ke sini karena menurutnya tempatnya nyaman buat ngobrol-ngobrol santai sambil makan.
 

Daya tarik Umah Bone memang bukan hanya pada tempatnya yang cozy, tapi juga pada beragam menu Nusantara yang disajikannya. Rumah makan dua lantai ini tak hanya menampilkan tatanan ruang makan yang elegan dan modern, tapi juga pada karya seni lukisan bernilai yang dipajang pada dinding-dinding ruang makannya. Pemiliknya memiliki kecintaan pada seni lukis karya seniman Bali.

Menu yang tersedia terdiri dari makanan pembuka, makanan utama, seafood, sayuran, mie goreng, spaghetti, aneka minuman, teh, kopi, juice, chocolate, smooties & frappe. Banyak pilihan pada masing-masing menu. Begitu juga dengan minumannya. 


Cocok buat makan bareng keluarga, teman, maupun relasi. 



Hanya dua menu yang saya coba. Tapi porsinya banyak, bahkan kebanyakan. Sedang sama-sama tak doyan makan, yang dipesan hanya yang disuka dan bisa dimakan saja. Sedang terburu-buru juga mau berangkat ke Batu Granit Tanjung Bintang. 

Jemputan datang, makan belum selesai. Akhirnya makanan dibungkus, dibawa pergi siapa tahu kalau masih lapar bisa dimakan lagi di jalan. Sampai sore setelah kembali dari Batu Granit, makanannya masih bagus, saya makan juga meski nggak habis.  

Capcay dan udang asam manis




Saya suka Umah Bone. Suka pada suasana di ruang makannya. Asyik buat berlama-lama. Bisa banyak ajak orang kalau ke sini, kapasitasnya banyak. Saya lihat di Instagram Umah Bone, kerap dijadikan tempat acara ulang tahun anak-anak. Acara kumpul-kumpul keluarga, arisan, dan gathering. 


Ada saja cerita yang bisa ditulis dari Lampung, walau hanya di kotanya saja. Cerita kulineran kali ini menambah daftar tempat kuliner di Lampung yang pernah saya datangi. Kulineran tidak melulu di restoran yang ber-AC dan berlantai licin, saya juga mencicipi kulineran tenda pinggir jalan. Jika sebelumnya saya mencicipi sate pikul pinggir jalan, kemarin saya juga mencicipi seafood di warung tenda pinggir jalan. Saya lupa nama tempatnya, lupa untuk foto makanannya. Tapi ceritanya ada dalam ingatan saya.




Desember masih musim hujan. Sejak awal datang sampai pulang, tiap hari hujan. Waktunya tidak tentu. Kadang pagi, siang, sore, dan malam. Sempat merasakan hujan-hujanan di atas motor. Pulang dari Lampung demam 2 hari. Berlanjut beberapa hari kemudian. Jebol juga pertahanan. Jatuh sakit. Tapi tidak menyesal.

Ada yang mau merayakan tutup tahun 2016 dengan liburan ke Lampung?

Di blog saya ini ada beberapa postingan tentang destinasi wisata di Lampung. Mungkin bisa jadi referensi. Coba cari dengan mengetik “Lampung” atau “Wisata Lampung”. Nanti akan ketemu dengan beberapa tulisan tentang wisata alam, kuliner, museum, hingga hotel di Lampung. Semoga ada yang cocok ya.

Selamat berlibur di Lampung ^_^ 


=================

Info buat traveler yang hendak menginap di Airy Rooms:


PROMO AKHIR TAHUN AIRY ROOMS!!

Gunakan kode kupon AIRYMURAH30 untuk mendapatkan potongan harga sebesar 30% khusus untuk hotel Airy di kota Jakarta, Bandung, Bali, Makassar, Surabaya, dan Batam.

Dan gunakan kode kupon AIRYMURAH20 untuk mendapatkan potongan harga sebesar 20% untuk semua hotel Airy di kota lainnya (selain 6 kota di atas).

Syarat dan ketentuan :

• Kupon berlaku tanpa minimum transaksi dalam satu nomor pesanan.
• Berlaku untuk pemesanan melalui Airy App versi terbaru (minimal Android 1.6.1 dan iOS 1.4.2)
• Berlaku untuk semua metode pembayaran yang tersedia di layanan Airy Rooms.
• Promo mengacu pada ketersediaan jumlah kamar setiap harinya.
• Periode booking berlaku hingga 31 Desember 2016.
• Periode inap: kapan pun.
• Airy Rooms berhak sepenuhnya untuk mengubah syarat dan ketentuan promo tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.