Usia 50 Tahun, Terus Menua dengan Bahagia dan Penuh Syukur


50 usia suamiku tahun ini. Peringatan hari lahirnya bulan April. Bersamaan dengan bulan Ramadan 1444H. 

Barakallah fii umrik, teman hidupku.

Angka 50 itu membuatku tercenung. "Ya Allah, suamiku sudah setengah abad." 🥺 

Usia yang membuat rasaku sebagai pendamping hidupnya jadi nano-nano. Haru, bahagia, takjub, senang, khawatir, bahkan cemas pun ada. Kenapa coba jadi cemas dan khawatir? 

Namun semua rasa itu pada akhirnya mengkristal menjadi rasa syukur yang tak terbilang angka-angka. 

Ya, ya. Lebih baik mensyukuri apa-apa yang sudah banyak diberi oleh Allah hingga hari ini, ketimbang menanyakan "umur segini aku udah punya apa aja?" atau mengkhawatirkan hal-hal apa yang akan terjadi besok hanya karena usia makin tua. 

Ga ada yang pasti dan tahu ada apa di hadapan. Berdoa dan berserah saja pada Allah minta hidup berkah, jadi lebih baik setiap harinya, umur panjang, sehat sejahtera bahagia selamanya dunia akhirat. Aamiin.


"Mas, kita kumpul buka puasa bersama yuk," ucapku. 

Kumpul di sini maksudku sama keluarga terdekat suami, yakni keluarga di Cimanggis dan Jatijajar. Di Cimanggis itu ada ibu, adek dan keluarganya om (adik ibu). Sedangkan di Jatijajar itu adek (adeknya Mas Arif) dan keluarganya. Orang tua dan adek-adek rumahnya memang pada di Depok. Kami aja nih yang sendirian jauh di BSD Serpong 😅

"Mau ultahan yaaa?" ujar suamiku sambil nyengir dengan air muka yang seolah mau bilang "kamu ketahuan mau ultahan berkedok buka puasa". wkwkw

Dari dulu kami memang ga ada tradisi perayaan ultah. Perayaan dalam artian besar-besaran gitu, sampe ngadain pesta, ngundang banyak orang, dan semacam itu ga ada. Jadi kalau udah keliatan naga-naganya bakal kayak mau "pestahan" langsung curiga dikira salah minum obat😂

Kalo misal pernah ada semacam pesta, percayalah itu bukan direncanakan dan dibuat oleh kami, tapi dibuatin orang haha.


Ultahnya kami biasanya sekadar saling ngucapin dan ngedoain. 

Ngucapin juga kadang seingatnya. Bisa jadi ingatnya sudah sejak pagi, bisa juga siang, sore, atau malah malamnya pas mau tidur baru ingat. Pernah besok lusa baru ingat kalo di antara kami ada yang ultah haha. Semisal ga ingat ya udah sih gapapa. Ga ada ngambek-ngambekkan. Bukan hal fatal dan kruisal kok lupa tanggal ultah.

Mungkin karena memang ga ada niatan buat perayaan. Jadi ga diingat-ingat juga. Ketemu hari H nya, ya udah sekadar ketemu, kemudian berlalu. Paling ya itu tadi, saling ngedoa'in, dan diakhiri dengan berbagi.

Kalopun kumpul keluarga paling pergi makan di luar, atau pesan makanan buat dimakan bersama di rumah. 

Buat aku yang selalu ingin mengabadikan setiap momen bersama keluarga, pastinya tak ketinggalan foto-foto sekeluarga buat kenangan pas ultahan. Supaya kalau fotonya dilihat lagi sekian tahun yang akan datang, aku bisa komen gini:"Oh pas umur papa segitu, muka kita kayak gitu ya pa." wkwk. Sereceh itu tujuan foto bareng di hari ultah haha.

Tapi di balik itu tentu saja yang paling penting dari momen hari jadi adalah untuk "melihat" diri ini yang dulu dan kini dalam hal kebaikan dan ketaatan. Apakah masih begitu-begitu saja, ataukah sudah berubah sedikit, berubah banyak, atau kah tulen sudah lebih baik? Itu kenapa angka 50 usia suamiku itu bikin aku merenung dalam. Sebab sejatinya bertambah usia adalah tentang berkurangnya jatah hidup di dunia. Sudah lebih baik kah hari ini, tahun ini?  

Pernah sih pas ultahan ada kuenya segala, bahkan tumpeng. Tapi dapat dari dikasih orang hihi. Pernah dikasih teman. Pernah juga dapat dari endors'an haha.

Nah kali ini aku pengen banget di peringatan usianya yang ke-50 Mas Arif dikelilingi oleh lebih banyak orang selain aku dan anak-anak. Aku pengen ada ibu dan adik-adiknya. Kalau bapak udah ga ada, beliau sudah almarhum. Al Fatihah untuk bapak. 

Kebetulan miladnya Mas Arif itu pas weekend. Anak-anak libur sekolah. Adek libur kerja. Suatu keadaan yang bikin rencana kumpul bisa terwujud dengan mudah. Walaupun akhirnya yang bisa datang hanya ibu, adek (adek mas Arif nomor 2) dan anaknya, om dan bulek, sepupu (anaknya om) dan suaminya. Adek satunya (adek Mas Arif nomor 3) dan anaknya, serta ipar Mas Arif, berhalangan hadir. 


Acara pokoknya buka puasa, ultahan mah sambilan aja. Ah yang bener? haha.

Bener kok. Bulan Ramadan itu kami memang belum sempat ngadain buka puasa bersama keluarga Depok. Jadi momennya pas lah. 

Nah, karena judulnya buka puasa bersama, maka tempatnya aku pilih yang benar-benar memadai untuk kemudahan buka puasa, makan malam, salat magrib, salat Isya, dan tarawih. 

Restoran yang kuanggap paling tepat adalah Resto Ayam Geprek BSD yang lokasinya persis di sebelah Masjid Al Hakim Kencana Loka.

Pemilik resto Ayam Geprek ini adalah tetanggaku. Aku pelanggan tetap di sana. Seringnya sih beli dengan layanan pesan antar. Kadang beli buat makan siang, kadang buat makan malam. Kalau bulan puasa tentunya beli buat buka puasa dan makan malam.


Meski namanya Ayam Geprek,  restoran menawarkan beragam menu lainnya seperti Rawon, Sop Iga, Peda Cabe Ijo, aneka menu ayam selain geprek, aneka menu bebek goreng/bakar, aneka menu ikan nila digoreng/bakar/pecak, tumis toge, tumis kangkung, sayur asem, tempe/tahu, aneka snack (pisang/singkong/donat yang digoreng), dan lainnya masih banyak lagi.

Menu yang paling sering aku order adalah Rawon, Sop Iga, Ikan Nila Goreng, Pecak Ikan, Ayam Geprek, dan Peda Cabe Ijo. Rawon dan Sop Iga itu kesukaannya anak-anakku.

Banyak sih restoran besar dan enak-enak di sekitar tempat tinggalku ini. Tapi yang cocok untuk kumpul dengan keluarga saat momen buka puasa cuma restonya temenku itu. Karena sebelahan dengan masjid besar Al Hakim. 

Selain itu, aku pun bisa request ke owner-nya"mau suasana private ya bu". 

Taraaa....cuma keluarga kami yang menguasai isi resto, alias ga ada orang lain hehe. Tenang, nyaman, santaiiiii....


Kali ini aku agak berlebihan, pakai pesan tumpeng dan kue ultah segala. 

Tapi itu dalam rangka nambahin makanan di hidangan sih. Soalnya ada anak-anak, mau kukasih yang manis-manis. Jadilah aku pesan brownies ultah ke tetanggaku yang lainnya. Brownies ultahnya dibuatin cakep banget, ada tulisannya "Yaumul Milad 50".

Dalam kebiasaan masyarakat Jawa, tumpeng merupakan simbol penting dalam perayaan tradisional, sebagai wujud syukur dan terima kasih kepada Yang Maha Kuasa atas segala karunia dan anugerah yang telah diberikan. 

Nah, karena keluarga suamiku adalah Jawa tulen, jadi aku minta dibuatin tumpeng dalam hidangan makan keluarga di momen ultahnya suamiku kali ini.

Tadinya aku mau pesan tumpeng sama tetanggaku yang lain. Tapi aku mau coba siapa tau restoran bisa sekalian bikinin. Jawaban mbak N yang punya resto gini:

"Saya bisa bantu buatin, tapi ga secanggih yang udah biasa, gpp nih Mbak Rin?" ucap mbak N.

"Gpp bu, seadanya. Ini biar lauknya nambah banyak aja. Soal penampilannya, kuserahkan pada ibu. Apa aja aku terima."

Jreeeng tumpengnya jadi dong, cakep, isinya lengkap sesuai pesananku, tapi gunungan nasinya rubuh sebelum acara makan dimulai hahaha. Aku dan Mbak N sang owner, sama-sama ketawa soal itu. Mbak N minta maaf, aku mah ga masalah haha. Ini kan bukan sedang lomba tumpeng, gapapa dah rubuh, yang penting bisa dimakan haha.


Hari itu, tim Depok berangkat lebih cepat supaya bisa tiba di resto sebelum jam buka puasa. Awalnya lancar, ternyata setelah makin dekat ke BSD, jalan tolnya jadi ramai, keluar tolnya jadi macet. Saat adzan magrib berkumandang, rombongan masih dalam perjalanan. 

Akhirnya buka puasa barengnya gagal dong haha. Kami buka puasa di restoran, rombongan Depok buka di perjalanan.

Karena udah buka puasa (minum doang) di perjalanan, sesampainya di resto, rombongan langsung ke masjid yang berada persis di samping resto, menunaikan salat magrib. Abis itu baru deh makan malam bareng.

Oh ya, aku juga pesan es cendol sama tetanggaku yang lain. Buat nambahin jenis minuman. Kebetulan es cendol buatannya memang favorit para tetangga di komplekku. Favoritku juga. 

Tetanggaku memang pada punya bisnis kuliner, dan kulinernya tuh enak-enak. Makanya seneng banget kalau lagi butuh buat dimakan sendiri atau rame-rame tinggal pesen aja. Aku juga pinter lho kayak tetanggaku, pinter beli, bukan pinter bikin hahaha

Nah, meskipun aku pesan dan bawa makanan dari luar (kue brownies dan es cendol), temanku yang punya resto Ayam Geprek gak melarang. Tapi pembolehan ini gak berlaku untuk umum. "Ini karena sama teman/tetangga aja, kebetulan lagi ada acara keluarga juga. Momen buka puasa juga. Ultahan juga...gpp." 

Alhamdulillah baik banget ibu yang punya restonyaaaa 😍



Malam itu, sembari makan, ibu mengenang masa-masa melahirkan Mas Arif. 

Bulan April 50 tahun yang lalu, di Padang Sumatera Barat, menjadi momen terbahagia ibu pertama kali melahirkan anak yang dinanti-nantikan. 

Dulu, pas hamil tua, ibu sendirian. Bapak (yang seorang tentara), sering ga di rumah. Jadi, ibu mengurus semuanya sendiri. Hamilnya agak susah. Lahirannya juga....

Mas Arif menjadi anak pertama, sekaligus laki-laki satu-satunya yang lahir dari rahim ibu. MasyaAllah.

"Dulu pas lahir kepalanya lonjong panjang. Jadi kalo pas mandiin ibu uyek-uyek kepalanya biar bulet. Trus, dulu pas kecil hidungnya ini ga mancung. Trus ibu giniin...(menarik-narik hidung bagian atas antara 2 mata), makanya jadi mancung kayak sekarang...," cerita ibu.

Kami yang mendengarnya tertawa sambil serempak memandang Mas Arif ngeliat hidungnya haha. 

Sebetulnya, keluarga ibu tuh hidungnya mancung-mancung. Ga ada yang pesek. Om, bulek, pakde, mancung semua. Adek-adek Mas Arif hingga ponakan-ponakan juga pada mancung. Mungkin pas kecil mancungnya Mas Arif belum keliatan, jadi dikira ga mancung. Makanya ditarik-tarik pelan ama ibu hihi. 

Kalo alm bapak iya, bentuk hidungnya beda, gak kayak ibu.


Adik & kakak

Ibu, wanita berusia 70an yang sangat kami hormati itu tampak sangat bersemangat menceritakan kisah kelahiran Mas Arif. Rona bahagia, sekaligus sendu, terpancar dari wajahnya yang kini dipenuhi keriput.

Sendu, mungkin karena suami tercinta yang disebut-sebut dalam kisahnya saat melahirkan Mas Arif, telah mendahului menghadap Sang Pencipta. 

Bapak adalah laki-laki terbaik dalam hidup ibu, yang memberinya buah hati, seorang putra yang kini menjadi suamiku.

Kami menyimak cerita ibu. Cerita yang mengalir sampai jauh. 

Terima kasih ibu sudah melahirkan putra yang baik. Putra yang ibu namai dengan baik, sebaik doa ibu dan bapak untuknya. Arif Gunawan Wibowo. 

Aku bersaksi putra ibu adalah laki-laki yang memiliki sifat arif, ia juga gagah dan menawan, dan pastinya memiliki wibawa. Semua itu tak terbantahkan. Karenanya ia kucinta, dengan sangat mendalam.

Putra ibu bagiku adalah sebaik-baiknya seorang teman.



MasyaAllah. Tabarakallah. Alhamdulillah.

Rejeki bukan semata soal harta yang melimpah. Bisa jadi dalam badan yang sehat, memiliki keluarga yang menyayangi, dan kemudahan untuk beribadah pada Allah SWT.

Umur panjang juga rejeki. Dengannya seseorang bisa hidup lebih lama bersama orang-orang tercinta, menyelesaikan banyak tanggung jawab, dan punya waktu lebih leluasa untuk menyiapkan bekal yang akan dibawa ke akhirat.

Semoga Allah SWT senantiasa melindungi suamiku kapan pun dan di mana pun berada, memberikan kesehatan yang baik, memudahkan segala urusan, memiliki ketaatan dan ketakwaan yang baik dan tak tergoyahkan.

Aamiin Allahumma Aamiin.

Seorang istri. Ibu dari dua anak remaja. Tinggal di BSD City. Gemar jalan-jalan, memotret, dan menulis.

Share this

Previous
Next Post »

9 komentar

  1. Masyallah pasti seneng dan bahagianya ya Mba milad dirayain oleh keluarga besar gini. Di tempat yang restonya enak, apalagi kenal ama yang punya tempatnya ya. Jadi gampang kita klo punya permintaan 😍, trus makanannya banyak dan enak2 gini. Berkah slalu usia suaminya ya mba 🙏😊

    BalasHapus
  2. Aamiin... Semoga keluarga sakinah mawadah warahmah ini selalu bersama hingga di surga nanti ya

    Selamat milad Bapak Arif Gunawan Wibowo

    Enam tahun lagi semoga saya juga sampai di usia itu

    BalasHapus
  3. Ikutan happy dan ikutan romantis setiap Mbak Rien berkisah tentang keluarga (suami dan anak-anak) yang guyub dan saling menyayangi
    dan baru ngeh kalau Mas Arif asli Jawa, hehehe sehingga dikaitkan dengan tumpeng
    Tapi tumpeng ini selain filosofis juga termudah sih
    Hidangan lengkap, semua ada dan semua enak ^^

    BalasHapus
  4. Milad yang menyenangkan pastinya karena dirayakan bersama orang-orang tersayang. Apalagi ini jadi sekalian kumpul keluarga juga ya mbak.
    Barakallahu untuk suaminya mbak Rien, semoga kesehatan dan kebahagiaan terus mengalir

    BalasHapus
  5. Barakallahu fii umriik~
    Aku ikutan nangis bacanya, kak Rien.. Semoga Allah senantiasa memberikan limpahan kebaikan dan keberkahan di usia ini.

    Ikut bahagia, ya kumpul keluarga.. ya nikmat sehat, bisa makan bersama..
    Semuanya terasa lengkap ya, kak Rien.

    BalasHapus
  6. Masya Allah, semoga Uni dan suami samawa ya. Adem banget liat pasangan ini, seneng deeh 😍

    BalasHapus
  7. Wah, usia emas
    Semoga suami mbak Rien selalu sehat dan behagia
    Selamat menua bersama dengan bahagia

    BalasHapus
  8. Alhamdulillah suami mb Rien sudah mencapai usia 1/2 abad. Semoga tetap sehat dan happy bersama keluarga ya. Senang melihat keluarga yang guyub dan rukun kayak gini. Beneran sih, keluarga memang tempat paling nyaman di dunia.

    BalasHapus
  9. Barakallah fii umrik buat suami tercintanya Mba Rien..
    Sehat selalu, diberikan panjang usia, berkah umurnya , sukses dan bahagia bersama keluarga tercinta.
    Momen seru bukber sekalian syukuran setengah abad suami bersama keluarga besar yang membahagiakan..sehat-sehat semua:)
    Btw, beda setahun sama suamiku usianya nih Mba, tahun ini 49 th

    BalasHapus

Leave your message here, I will reply it soon!