Perlengkapanku ke Bandung Saat Traveling di Tengah Pandemi

Barang yang Wajib Dibawa Saat Traveling di Tengah Pandemi - Maunya sih kalau bisa di rumah saja selama pandemi, biar nggak tertular virus berbahaya. Namun, ada saja hal yang mengharuskan keluar rumah bahkan melakukan perjalanan jauh dan lama untuk suatu urusan atau pun pekerjaan. Sejauh ini memang belum ada larangan keras untuk traveling, tapi sangat dihimbau untuk hati-hati dan patuh mentaati protokol kesehatan ketika bepergian. Nah, ada urusan di mana aku dan suami akhirnya harus melakukan perjalanan ke Bandung selama 10 hari. Tak ingin terjadi hal-hal yang tak diinginkan pada kami, saya melakukan banyak persiapan agar perjalanan lancar dan kami tetap aman.
Traveling di tengah pandemi

Bepergian di saat pandemi begini, lebih aman jika pakai kendaraan pribadi. Lagipula jarak dari Jakarta ke Bandung nggak terlalu jauh. Masih kuatlah nyetir sendiri tanpa supir. Kami berangkat dini hari jam 2 pagi, bergantian menyetir. Karena bawa mobil, kami bisa leluasa membawa sejumlah barang yang diperlukan selama bepergian. 

Sebelum berangkat, saya dan suami sepakat untuk hal-hal berikut:
  • Tidak makan dan minum di rest area. Singgah hanya untuk ke toilet dan salat, tidak perlu pakai acara ngecas handphone segala, misal batre lowbat, cukup dicharge dari sumber listrik yang ada di mobil.
  • Jika beli makanan, hanya makanan dalam kemasan demi menjaga ke-higienis-an. Kalau ingin makan makanan seperti bakso, sebisa mungkin di tempat yang pembuatnya terlihat, biar tahu dia pakai masker atau nggak pada saat bikin. Kalau enggak, mau langsung ditegur suruh pakai dulu. Makanan seperti bakso disajikan panas langsung dari panci (kuahnya), bukan makanan yang sudah dibuat lama dan tidak tahu saat dibuat apakah aman dari cipratan ludah dan bersin. 
  • Jika ingin makan di resto, pastikan semua pekerja di resto menerapkan protokol kesehatan. Karyawan pakai masker, ada tempat cuci tangan dengan sabun, dan sedia hand sanitizer.
  • Jika terpaksa beli makanan, kami akan sodorkan tupperware sebagai wadah, lalu di makan di mobil. Tidak usah duduk di kafe/resto.
  • Jika butuh air panas untuk membuat teh/kopi, masak air sendiri saja pakai teko listrik yang dibawa. Sumber listriknya numpang saja yang ada di rest area.
Peralatan makan dan minum

Peralatan Makan Minum
Nah, perlengkapan makan yang saya bawa bukan buat keperluan selama perjalanan saja, tapi juga selama tinggal di hotel. Karena saya kan belum tahu kondisi hotelnya nanti seperti apa. Berikut barang yang saya bawa:
  • 2 buah mug keramik, dan 1 mug stainless tahan panas. Mug ini bukan dipakai untuk minum air putih, karena air putih sudah pakai tumbler. Kalau minum langsung aja dari tumbler masing-masing. Mug buat bikin teh/kopi/sereal. Selama perjalanan kami membawa oatmeal quaker, energen, dan coco crunch. Nah, mug inilah yang kami gunakan. Mug stainless buat suami minum ramuan herbal.
  • Sendok, garpu, sedotan stainless, pisau buat mengupas buah, gunting buat buka kemasan apa saja yang dibeli saat di jalan.
  • 1 tupperware dan 2 lock and lock. Buat wadah makan saat beli makan di resto. Kami menghindari bungkus plastik, kertas makan, styrofoam, dan kotak kertas. Biar nggak jadi sampah di mobil. Wadah makan ini juga memudahkan kami memegang makanan saat makan biar nggak tumpah. Tidak tiap resto aman untuk ditempati saat makan. Bila ramai kami pilih take away. Bila sepi, kami pilih makan di tempat. Sewaktu makan di Warung Nasi Ibu Imas di Kota Bandung, tadinya mau take away, eh pas datang ternyata sepi, cuma ada 1 orang, jadilah kami pilih makan di tempat.
  • Termos stainless. Suamiku tiap hari minum ramuan herbal sebagai obat. Saya yang bikin. Nah, karena sekali bikin itu buat dua kali minum yaitu siang dan malam, maka mesti masuk termos. 
  • Teko listrik. Tadinya teko ini akan difungsikan juga buat merebus obat herbal suami, tapi ternyata nggak bisa karena jika air sudah mendidih, teko otomatis mati. Padahal rebusan obat, misalnya takaran 4 gelas harus jadi 2 gelas, teko harus tetap menyala sampai air tersisa 2 gelas. Harusnya saya bawa panci listrik. Akibatnya, selama bepergian saya tidak bisa membuatkan obat herbal untuk suami. Gara-gara ini pula saya langsung pesan panci listrik di Tokopedia. Sekarang pancinya sudah ada dan dibawa traveling ke Surabaya he he.
Semua peralatan masak/makam/minum yang saya bawa tidak terpakai saat kami menginap di AirBnB Bandung dan di Driam Riverside. Semua kebutuhan masak/makan/minum tersedia di sana. 
Sabun cair pencuci tangan, sabun cair pencuci piring, spon, deterjen cair (lupa in frame) he he

Peralatan Cuci
  • Cairan pencuci piring. Sabun cair buat cuci piring ini jelas perlu banget karena saya membawa sejumlah peralatan makan yang pastinya bakal sering dipakai dan harus dicuci supaya bisa dipakai berulang kali. Saya nggak pernah cuci peralatan makan di tempat umum. Biasanya hanya di hotel. Kalaupun misalnya sedang di jalan, saya gunakan air yang sudah saya siapkan dalam wadah botol yang dibawa dari rumah. Ada 10 botol ukuran 1,5 liter yang saya bawa. Dengan air-air itulah saya cuci tangan dan mencuci peralatan makan minum. Saya nggak nyaman mencuci di wastafel umum, takutnya ada bekas orang meludah atau apa di sana kan nggak tahu.
  • Cairan pencuci tangan. Sabun cair ini saya taruh di mobil di tempat yang mudah diambil karena setiap kali kami singgah ke musala atau toilet manapun, pasti dibawa serta buat cuci tangan sendiri. Nggak semua toilet sedia sabun lho. Kalaupun sedia, saya kurang nyaman karena pompanya itu udah kena tangan banyak orang. Beberapa musala dan toilet di rest area menuju Bandung ada yang bersih. Petugas kebersihannya selalu standby buat mengeringkan lantai dan membersihkan wastafel bekas pakai. Kalau yang begini saya masih berani pakai sabun cuci tangan yang mereka sediakan.
  • Deterjen cair. Nah ini sih buat jaga-jaga kalau pas bermalam di desa nggak dapat penginapan yang sedia jasa cuci setrika baju. Sewaktu nginap di AirBNB Bandung dan Driam Resort belum kepakai karena di sana bisa laundry. Pas di Ciwidey puncak, baru kepakai. Sebetulnya nggak perlu bawa juga gak apa, tinggal beli di minimarket setempat. Tapi kalau bisa disiapkan sejak sebelum berangkat kan lebih enak, nggak perlu cari lagi nanti.


Perlengkapan Kebersihan Lainnya
Nah kalau ini sih sejak corona merebak di awal-awal, sudah selalu sedia kemanapun pergi. Bahkan enggak pergi pun udah bederet di rumah.
  • Hand sanitizer. Saya bawa 5 selama bepergian. Kemasan kecil buat ditaruh dalam tas yang dibawa-bawa. Masing-masing kami bawa 1. Kemasan paling besar buat ditaruh dimobil. Setiap habis turun dan mau masuk mobil lagi harus membersihkan tangan pakai hand sanitizer. Nah, kemasan besar ini kan pakai pompa, jadi lebih mudah saat digunakan. Satu lagi hand sanitizer dalam kemasan semprot (spray). 
  • Masker Evo Plusmed. 1 dus isi 25, saya hitung isinya cukup buat kami berdua selama bepergian 10 hari. Ohya, saya suka masker Evo Plusmed ini karena tidak ketat di wajah. Saya pakai kait untuk memakainya karena talinya model cantelan di telinga, bukan panjang buat yang berhijab. Pengaitnya saya bikin sendiri, pakai karet dan kancing. Gampang banget bikinnya. Yang jual banyak sih di Toped, per pcs Rp5000an. Saya nggak keburu beli, keburunya bikin sendiri hehe
Mangga murah di Ciwidey

Vitamin dan Obat-obatan
  • Imboost Force nggak pernah ketinggalan dibawa jika sedang bepergian, sejak dulu. Sebenarnya seringnya buat jaga-jaga saja. Pada kondisi tertentu yang tak diinginkan dan tak terelakan, baru saya minum. Soal daya tahan tubuh pada prinsipnya kan kalau saya bisa jaga makan dengan benar, cukup makan dan selalu tepat waktu, hanya makan makanan sehat dan minum minuman yang sehat, cukup istirahat dan tahu kapan badan perlu berhenti beraktivitas, pikiran tenang dan hati gembira, insha Allah daya tahan tubuh terjaga sih.
  • Vitamin. Ini penting banget buat jaga kesehatan dan meningkatkan sistem imun di tubuh. Biasanya saya sedia Ester C dan multivitamin. Tapi lagi-lagi ini buat jaga-jaga saja karena saya lebih memilih dapat asupan vitamin langsung dari buah atau sayur yang saya konsumsi. Nah, sebagai penggemar berat buah apa aja, di perjalanan kali ini saya memilih untuk makan buah saja, setiap hari. Selama di Bandung, saya ketemu banyak sekali penjual mangga Indramayu hanya Rp20.000 / 3kg. WOW! Di BSD biasa beli Rp 35ribu per kilo, jauh banget bedanya. Langsung beli dong 3 kilo. Saya makan berdua suami biasanya 2 hari udah habis. Tiap abis beli biasanya langsung saya cuci supaya nanti pas mau dikupas udah bersih, bisa dimakan di mana saja. Entah saat di mobil, di hotel, di kebon, dan tempat-tempat wisata yang kebetulan kami singgahi.
Naik angkot Rp 3000 saja. Ini angkotnya pas masih sepi penumpang


Naik Angkot Beli Mangga

Suatu hari saat kami menginap di Pondok Winagung Ciwidey saya kehabisan stock buah mangga. Mau minta tolong suami belikan tapi dia lagi pergi ada urusan. Saya hubungi HP nya nggak aktif. Saya tanya ke hotel apa sedia mangga, katanya tidak. 

Nah, kata bapak pemilik hotel, dekat Masjid Besar Ciwidey ada beberapa penjual buah. Di sana ada mangga. Kalau saya mau ke sana naik angkot saja katanya. Wah saya pikir boleh juga nih, sekalian cobain naik angkot di Ciwidey hehe

Hotel Pondok Winagung kan berada di pinggir jalan raya Rancabali Ciwidey, dilewati banyak angkot. Angkotnya sering lewat, jadi nggak perlu nunggu lama. Ongkos angkotnya murah cuma Rp3ribu, jarak tempuh sekitar 4-5 kilometer. 

Di angkot awalnya cuma dua orang, lalu makin jauh makin banyak yang naik, akhirnya penuh. Wuaduuuh saya jadi ngeri euy takut corona haha. Meski udah rapat menutup hidung dan mulut pakai masker, pakai kaca mata, nunduk terus menghindari kali-kali ada yang ngobrol takut kecipratan isi mulut tetap saja takut wkwk tapi untunglah ya di angkot itu orangnya pada diam nggak ada yang ngobrol.

Akibat keasyikan menunduk saya hampir kelewat wkwk. Dan benar di sekitar masjid ada 3 penjual buah. Saya datangi penjual yang paling banyak jenis buahnya. Ealah di situ ternyata harga mangganya Rp 10 ribu perkilo. Gagal dapat yang Rp 20.000/3kg. Tapi ya sudahlah, mau jalan ke penjual lainnya nggak enak sama yang udah terlanjur didatangi. Akhirnya beli 2 macam, Mangga Golek dan Mangga Indramayu. Masing-masing 1 kilo. Kalau habis nanti beli lagi sama suami.

Sampai hotel suami tepuk tangan, dia takjub liat saya berhasil pergi belanja pakai angkot haha. Tapi nggak lagi lagi deh naik angkot saat ini, takut euy. Angkotnya penuh.

Naik angkot demi mangga- mangga ini 😂

Masjid Besar Ciwidey

Selama di Ciwidey banyak happy nya. Urusan lancar, makan enak, tidur nyenyak, blusukan dengan gembira, ketemu para petani, melihat kebun sayur, makan di tengah kebun, pergi ke gunung ke kebun teh yang adem bukan main, liat-liat pemandangan hijau hutan yang sering berkabut, main di Driam berasa di resort pribadi karena tempat wisatanya lagi sepi, di sana foto-foto seru dan asyik.... rasanya semua itu sukses bikin badan dan pikiran jadi seger lagi setelah berbulan-bulan di rumah saja.

Saya bepergian tidak sedang dalam rangka liburan lho ya. Kalau mau liburan saya pasti sudah ajak kedua anak saya. 

Nah, di tengah urusan prioritas yang kami lakukan, ada banyak waktu yang kami manfaatkan untuk melakukan hal-hal menyenangkan di alam dan di desa-desa. Itu kenapa ada foto-foto bernuansa liburan yang saya posting di IG @travelerien.

Tentu saja tidak ada pengabaian terhadap situasi pandemi yang tidak aman buat siapapun. Itu sebabnya saya membawa perlengkapan yang dibutuhkan untuk keperluan berjaga-jaga dari hal tak diinginkan, mengikuti protokol kesehatan, menjaga diri sebaik mungkin, dan tetap berpikiran positive di manapun dan kapanpun. 

Takut virus iya, berani bepergian juga iya.
Berani makan di tempat karena warungnya sepi, padahal biasanya rame buanget! - Warung Nasi Ibu Imas Bandung

Saya tidak sedang menyarankan untuk melakukan kegiatan wisata ya. Tapi saya himbau sebaiknya selalu berhati-hati saat berkegiatan di luar rumah, di mana pun.

Sebelum berangkat ke Bandung, saya dan suami rapid test di Prodia Lab, hasilnya Non reaktif. Saya sempat posting mengenai rapid test ini di IG saya @travelerien. Kalian bisa lihat di sana. Setelah dari Bandung, kami SWAB di sebuah RS di Margonda Depok, alhamdulillah negatif.

Video-video saat di Bandung dapat di tonton di channel Katerina. S

Artikel lain sewaktu di Bandung:



Seorang istri. Ibu dari dua anak remaja. Tinggal di BSD City. Gemar jalan-jalan, memotret, dan menulis.

Share this

Previous
Next Post »

14 komentar

  1. Waaaa pakai acara ga enak nawar, penjualnya udah biasa lho kita nawar sana sini 😁😁😁
    Eniwei saya juga keluar kota selama pandemic karena ada kerjaan yang harus beres tahun ini
    Jadi kabita pingin nulis juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya orangnya nggak enakan bu, mau pergi kasihan haha
      Ayo bu ditulis juga nanti saya baca.

      Hapus
  2. Mantap nih, persiapannya. Sekarang di mana2 emang sepi, sih. Tinggal cari yang menerapkan protokol kesehatan aja.

    BalasHapus
  3. Kalau bisa disiapkan sejak sebelum berangkat kan lebih enak, nggak perlu cari lagi nanti ... nah saya kayak ini, Mbak. Kalau suami saya kebalikannya. "Nanti cari di sana, ada yang jual." Suka gemes.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha emang, bojoku pun begitu. Jadi memang biar kita para wanita saja yang berurusan dengan perlengkapan.

      Hapus
  4. Keren lengkap nih peralatan tempurnya, asli kangen liburan ke Bandung juga, tapi males ditest kalo naek pesawat hiks

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gpp cuma rapid test doang di bandara, demi keamanan bersama. Di bandara juga murah biayanya cuma 75ribu. Ratna asal Bandung kah?

      Hapus
  5. MAsa pandemi ini harus bawa perlengkapan dan kebutuhan sendiri untuk meminimalkan kontak dengan benda yang mungkin tidak baik. Kata teman, itu paranoid. Kata saya, itu standar baru. Kita memang seperti dipecah-pecah ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, fokus saja pada standar baru yang kita pegang, lebih waspada lebih baik ketimbang abai. Gak ada ruginya.

      Hapus
  6. Pegi jalan-jalan cak nak pindah rumah yo Rien hahahaha. Berancus cak nak balik kampung. Tapi apo boleh buat. Demi keamanan dan kesehatan kito dan wong yang berada di sekitar kito. Apolagi saat ini Arif butuh perhatian lebih. Jadi memang harus diatur secermat mungkin.

    BalasHapus
  7. Meski terlihat ribet bawaannya tapi demi kesehatan dan keselamatan mesti dilakukan ya Mbak Rien
    Senengnya dapat list perlengkapan traveling di tengah pandemi. Bisa jadi rujukan saat saya mudik nanti.
    Ortu dan mertua bolak-balik sakit. Saya terakhir pulkam Lebaran tahun lalu...Penginnya Desember nanti mudik...semoga sikon segera membaik

    BalasHapus
  8. Kalau saya selama pandemi gak pernah keluar kota/luar provinsi hehe
    Masih takut. Tp bbrp kali pergi ke tpt wisata yg dekat2 saja. Dan memang sebisa mungkin bawa bekal dr rumah

    BalasHapus
  9. sejak pandemi memang semua jd berubah ya. skrg malah maunya pilih yg sepi2 ajah nih rumah makannya. meski cari yg terkenal dan seringnya ambil di bukan jam makan biar gak rame. terus enak pakai kendaraan pribadi, lebih aman dg keluarga sendiri

    BalasHapus

Leave your message here, I will reply it soon!