Singgah Makan di RM Manjabal2 Soreang Bandung

Rumah Makan Manjabal 2 terletak di Jalan Terusan Al-Fathu Soreang, Kabupaten Bandung. Kami singgah di rumah makan ini saat dalam perjalanan menuju kawasan wisata Kawah Putih, Ciwidey, Bandung Selatan. Rumah makan ini bersih, luas, nyaman, dan menyediakan aneka menu khas Sunda. Tak hanya melepas lapar dan dahaga, di sini kami juga menumpang untuk salat dan istirahat. 

*****

Perjalanan Jakarta-Bandung pada Minggu (3/5/2015) lalu kami tempuh selama 2 jam 15 menit melalui jalan tol Purbaleunyi. Saya agak kurang percaya saat keluar pintu gerbang tol Kopo waktu baru menunjukkan pukul 09.45 WIB. Kok selancar ini? Ya, waktu masih terbilang pagi. Kalau sepagi ini sudah di Bandung, kami bisa tiba di Kawah Putih sebelum jam 12 siang. Itu berarti kami bisa menyudahi kunjungan ke Ciwidey sebelum sore dan dapat tiba di Ciumbuleuit sebelum malam tiba.

Nyatanya, ketika mobil mulai melaju ke arah Soreang, kemacetan di Kopo Hayati membuat perjalanan tersendat. Di tengah kemacetan itu Humayra minta mampir ke toilet untuk BAK. Kebetulan di sebelah kanan jalan ada pump bensin, kami langsung berbelok. Ada 2 ibu-ibu sedang antri. Setelah antri, pas mau masuk eh ternyata toiletnya kotor parah! Bau tidak sedap tercium, saya mendadak mual, anak saya langsung bilang “Tidak mau, mama..” 


Di perjalanan berikutnya kami mampir di minimarket Alfamart. Alhamdulillah diijinkan untuk menumpang toiletnya yang bersih dan harum karbol. Acara BAK pun terlaksana tanpa aksi tutup hidung dan merem. 


Menurut informasi, perjalanan dari Kopo menuju Kawah Putih dapat dicapai selama lebih kurang 2 jam tanpa macet. Jam 10 kami masih di Kopo. Saya menerka mungkin kami butuh lebih dari 2 jam untuk tiba ditujuan. Apalagi saat melewati Pasar Soreang yang padat, macet lagi. 


Jam 11 kami masih melaju di jalan terusan Soreang. Humayra masih tenang, belum menunjukkan tanda-tanda lapar. Tapi lagi-lagi dia minta ke toilet. Saya mulai mengamati bangunan-bangunan di tepi jalan. Berharap ada tempat makan yang bisa disinggahi. Niatnya biar sekalian istirahat, makan dan salat Dzuhur. Setelah melewati beberapa rumah makan, baru di RM Manjabal2 inilah saya meminta bojoku untuk stop.

Kenapa memilih singgah di RM Manjabal2? Yang pertama saya lihat sih karena tempat parkirnya cukup luas. Rumah makannya juga tampak besar. Di depan terlihat ada musola. Cocok untuk singgah dan istirahat sejenak. 


Sewaktu masuk, meja-meja di ruang terdepan tampak kosong. Kok sepi? Seorang gadis pelayan menyambut kami. Dengan sangat lembut dia menyapa,

“Mau di meja atau lesehan, bu?”

“Oh, ada lesehan. Di mana?”

“Di bawah dan di belakang. Kalau di bawah dekat taman dan kolam ikan. Kalau di belakang, ada tempat bermain. Viewnya pematang sawah dan gunung.”

Nah, mendengar kata tempat bermain, anak saya langsung meminta di belakang. Hehe.

“Kalau mau bermain, turun saja. Papa mau di sini, sambil nonton TV. Ada tinju. Live….” Bojoku nyamber sambil nunjuk TV yang tergantung di tembok resto. #Lha.
 
Meja-meja di bagian belakang


Lesehan

Akhirnya kami memilih meja di ruang terdepan. Sebelum Humayra kabur ke kolam ikan, kami lekas memesan menu. Di sini menu andalannya nasi timbel dan nasi tutug oncom. Nah, karena yang spesial adalah kedua menu itu, kami pesan dua-duanya. Untuk anak, satu-satunya yang cocok adalah sup buntut. Kebetulan dia memang suka. Tapi siang itu dia menolak sup, katanya mau makan pakai tempe dan tahu goreng saja. Ok, mudahlah itu he he.

Sambil menunggu pesanan, bojoku nonton tinju, dan saya menemani Humayra ke bawah untuk melihat ikan. Ternyata, di belakang ada pengunjung lain yang sedang makan. Satu keluarga berserta anak-anaknya. Oh, saya kira tadi hanya kami yang ada di sini. Sempat mikir juga tadi, kok bikin rumah makan besar sekali, tapi pengunjungnya sepi. 


Selang beberapa belas menit kemudian, mulai berdatangan pengunjung lainnya. Lama-lama rumah makan jadi ramai. Mungkin karena sudah jelang jam makan siang. Sewaktu saya melihat ke arah parkiran, plat mobilnya rata-rata B, berarti pengunjung dari Jakarta. Menurut keterangan ibu kasir, biasanya yang mampir memang banyak dari luar kota, dan tujuan mereka rata-rata untuk berwisata di kawasan Ciwidey. 

Tempat bermain untuk anak di bagian belakang


Tanaman seledri dan selada didekat kolam ikan

Di bagian belakang rumah makan, ada kolam ikan yang nggak terlalu besar. Namun, ikan emas yang ada di dalamnya sangat banyak. Ukurannya besar-besar. Warnanya putih, kuning keemasan, merah keemasan. Anak saya bermain cukup lama di sekitar kolam ini. Ayunan dan jungkit-jungkit yang ada di bagian paling belakang, dekat area lesehan, tak dipedulikannya. Ikan-ikan lebih menarik perhatiannya.

Taman yang berada di tengah-tengah rumah makan ini sebetulnya tidak terlalu besar. Tapi penataannya apik, jadi  enak dilihat dan menimbulkan kesan asri. Suasana jadi segar, apalagi diiringi suara gemericik air pancuran yang terus menerus berbunyi.
 
Kolam ikan yang benar-benar menghibur :D


Minta digigit ikan :D

Ditengah asyiknya melihat ikan-ikan di kolam, HP saya berdering. Ternyata panggilan untuk makan. Pesanan sudah di meja. Ok, waktunya makan.

Nasi timbel dihidangkan bersama ayam kampung bakar, tempe dan tahu goreng, serta empal daging. Lalapannya banyak. Ada daun kol (kol mini) rebus, timun, wortel rebus, labu siam kecil rebus, lencak, dan terong bulat hijau mentah. Ada kerupuknya juga. Semua pelengkap nasi timbel ini nggak ada bedanya dengan nasi tutug oncom yang saya pesan. Bedanya hanya pada nasinya saja dan tambahan bihun putih tumis.

Saat mulai makan, waktu baru menunjukkan pukul 11.29 WIB. Biasanya di jam tersebut saya belum merasa lapar. Namun kali ini pengecualian. Perjalanan jauh dan rasa penat yang ditimbulkan, membuat rasa lapar itu lebih cepat datangnya. Porsi nasi tutug oncom yang nggak terlalu besar, membuat saya bisa melahapnya sampai habis. Semua sedang sama-sama lapar. Alhamdulillah, jadi tidak ada yang mubazir. 

Nasi timbel komplit ayam kampung Rp 34.000 & Nasi Tutug Oncom ayam kampung Rp 32.000

Rasa lapar kadang membuat saya mengabaikan cita rasa hehe. Tapi sebeneranya enak kok nasi tutugnya. Walaupun bukan yang terlalu spesial ^_^

Jam 12 lewat pengunjung makin banyak. Seusai makan dan bersantai sejenak, kami menuju musola yang ada di depan. Tapi ibu kasir menyarankan kami untuk ke musola yang ada di dekat kolam. Katanya lebih dekat. Oh, ternyata di sini ada dua musola. Musola dekat kolam bersih, meski tidak terlalu luas, tapi cukup untuk digunakan oleh 10 orang sekaligus. Lantainya ditutup karpet. Ada sajadah, sarung, dan 2 helai mukena. Karena ada tamu lain juga yang mau salat, saya tidak memakai mukena yang disediakan. Saya pakai mukena sendiri, biar yang lain bisa memakainya. Ternyata, ibu-ibu lain juga pada bawa mukena. 

Memang lebih enak kalau kemana-mana itu bawa mukena sendiri, jadi nggak mengandalkan. Soalnya, belum tentu juga setiap musola menyediakan. Kalaupun sedia, jumlahnya kerap terbatas. Dari pada antri, kehilangan waktu, mending pakai mukena sendiri. Apalagi sekarang banyak model mukena praktis yang mudah dibawa-bawa dan digunakan untuk menemani selama perjalanan.  

Musola ada di sebelah kanan, nak....

Usai solat, Humayra masih mau lihat-lihat ikan. Kami beri dia waktu sekitar 5 menit. Nggak bisa dibiarkan lama karena perjalanan masih harus dilanjut. 5 menit yang berarti, karena benar-benar digunakannya untuk ‘bercengkrama’ dengan ikan-ikan. Setelah itu kami pun beranjak meninggalkan RM Manjabal2. Energi sudah terisi, siap untuk mencapai Kawah Putih yang harus dicapai sekitar 1 jam lagi.  



RM Manjabal 2 Soreang Bandung
Buat yang hendak menuju ke Kawah Putih, sepanjang jalan terusan Soreang Rancabali hingga Ciwidey, selain RM Manjabal2 ada banyak sekali rumah makan lainnya yang bisa dijumpai, di antaranya: Resto Sukarasa Endah, CS Me Cafe & Resto, Sindang Reret, Saung Berkah, Resto Pasar Kelinci dll. 

Penginapan pun bertebaran. Sebut saja Hotel Sindang Reret, MS Hotel, Villa Batu Alam Endah, Pondok Gembyang, dan Patuha Resort. Dari pengamatan saya, masih ada 2 pump bensin lagi yang bisa dijumpai setelah RM Manjabal 2. Fasilitas lainnya seperti Indomart dan mesin ATM, masih mudah ditemui. Jadi, jangan khawatir jika sewaktu-waktu perlu mengambil uang tunai atau pun membeli snack dan minuman untuk bekal perjalanan.

Selama perjalanan, kami tidak mampir ke ATM dan pump bensin, selain karena uang tunai sudah disiapkan sejak dari Jakarta, tanki bahan bakar Terios juga sudah diisi full tank sejak dari Jakarta. Kalau urusan perut, nggak mungkinlah cukup dari apa yang sudah dimakan sejak dari Jakarta hehe.... 

(*)


Semua foto dokumentasi pribadi


Seorang istri. Ibu dari dua anak remaja. Tinggal di BSD City. Gemar jalan-jalan, memotret, dan menulis.

Share this

Previous
Next Post »

16 komentar

  1. Kalau makan di rm manjabal seperti ini paling suka milih tempat yang lesehan deh :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya betul. Saya juga begitu maunya. Tapi kemarin enggak di lesehan karena di tempat lesehannya nggak ada TV, sedangkan mas bojo saat itu mau nonton tinju :D

      Hapus
  2. Waaaah.. kalo makan di rumah makan kayak gini, anakku bakal betah banget, mbak.. bisa-bisa gak mau beranjak diaa... Jadi pengen nasi tutug oncomnya...
    Iya bener, mbak bawa mukena sendiri juga lebih nyaman ya.. Soalnya terkadang mukena yang ada di musola-musola itu kotor dan bau apek. Bisa gak konsen sholat entar...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selalu suka ya mbak kalo ada rumah makan ramah anak seperti ini :) Nggak membosankan tuk didatangi dan bikin pingin mampir lagi kalau lewat sini lagi.

      Hihihi....kadang ga cuma apek, tapi juga kadang nggak pas di aku. Terutama pada bagian lingkar wajah. Seringnya kalau yang ada di musola-musola umum itu kelebaran/kebesaran. Kadang juga bawahan dan atasannya sudah ketuker-tuker (biasanya yg begini di mal). eh tapi kalo di mal Teras Kota BSD pengecualian. Mukenanya bersih2 dan wangi :D

      Hapus
  3. Pernah dengar nasi timbel, penasaran kenapa dinamain nasi timbel dan tutug?
    Benar-benar salah saya liat tulisan ini siang bolong, perut jadi makin keroncongan :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tentang asal mula nasi timbel, Ihwan bisa baca di link ini : http://kulerkuliner.blogspot.com/2014/11/asal-mula-nasi-timbel-dan-cara.html

      Tapi sekarang sudah makan, kan, Wan? :D

      Hapus
  4. Bawa Mukena kemana mana memang bawaanya adem. Itu sambelnya bikin ngecesss.

    Mbak kapan hari sampeyan pajang foto yang seledri itu di efbe kirain dirumah sampeyan, sempat mau tanya gimana bisa tetep seger. Aku kepingin bikin terasiring tanaman gitu, baik diatas papan atau dibikin kayak gitu. Menghemat lahan dirumah. eh, ternyata itu milik rumah makan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memudahkan untuk solat kalau selalu bawa mukena ya mbak :)
      Sedap mbak sambalnya.

      Bukan tanamanku, mbak. Dalam postinganku di FB, kan ada reply komentku untuk Hanifah Yuniarti, aku tulis begini: "Ini motret di taman sebuah restoran di daerah Soreang Bandung" Mbak Zulfa kelewat bacanya mungkin ya :)

      Aku rasa seledrinya selalu segar begitu karena cuaca di Soreangnya mendukung. Sejuk dan teduh. Aku sendiri belum pernah berhasil menanam seledri. Selalu mati :D

      Hapus
  5. Aku nanem seledri di pot kutaruh dekat jendela. Alhamdulillah subur. Bisa bagi-bagi tanamannya ke beberapa teman lainnya. Seledri yang penting gak telat nyiram ajah.

    Aku mau dong ayam kampung bakarnya. Sama sambel, lalapan dan nasi anget, amboi... kebayang lezatnya. Kalau di sini, kadang bawa mukena, kadang enggak. Kalau pakai rok panjang, gak bawa mukena. Sembahyangnya langsung aja gitu, gak pake mukena lagi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku kayaknya malah kebanyakan nyiram mbak :( Busuk akarnya sampe batangnya. Salah prosedur kayaknya :D

      Ayo sini mbak aku traktir nasi timbelnya he he.

      Iya mbak betul, kalau sudah pakai rok panjang dan baju panjang bisa langsung salat. Kalau pakenya baju yang masih kelihatan bentuk tubuh mesti pake mukena. Kalo yang praktis skrg ada mukena abaya. Tapi aku belum punya. Pingin beli ah Ramadhan ini :)

      Hapus
  6. viewnya cakep dan sejuk di mata.. sekalian makan bisa sambil rekreasi sama anak ya mb Rien..

    mukena yang ringkas praktis dibawa perlu ikut serta juga.. *_*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup. Satu tempat multiguna :D
      Ke mana pun mukena jangan sampai ketinggalan :)

      Hapus
  7. itu pot bunga pake pipa pvc sekarang keknya lagi happening ya mbak, bisa menyatu juga sama lingkungan rumah makan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, aku lihat lagi banyak yang pake pot dari pipa. Temen2 yang hobi berkebun rata-rata pada pake ini.

      Hapus
  8. Manjabal ada juga di tengah kota mba. Rasanya enak, aku suka nasi liwetnya.
    Iya betul kemana2 harus bawa mukena biar bersih saat sholat :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak sudah menduga Manjabal ini pasti ada di tempat lain juga. Soalnya namanya pakai angka 2. Manjabal 2. Pasti ada Manjabal 1 nya. Rupanya di tengah kota ya. Belum nyicip nasi liwetnya nih, Zahra. Traktir mbak ya kalo ke sana lagi hihihi

      Iya, mukena sendiri biar bersih dan siap digunakan kapan pun dan di mana pun :)

      Hapus

Leave your message here, I will reply it soon!