Dimuat di Majalah Annisa Edisi Mei 2015 : Surga di Dataran Tinggi DIENG


Alhamdulillah. Akhirnya cerita perjalanan menjelajah Dieng yang saya laksanakan pada bulan Oktober 2014 lalu, dimuat di Majalah Annisa edisi bulan Mei 2015.

Dari perjalanan menjelajah Dieng, ada 3 artikel yang berhasil saya tulis. Untuk artikel di Majalah Annisa ini, saya bercerita tentang Bukit Sikunir, Desa Sembungan, Telaga Cebong, Telaga Warna, dan Komplek Candi Arjuna. Sedangkan Telaga Menjer, Curug Sikarim, kuliner Mi Ongklok, saya tulis dalam artikel lain dan saya kirim ke majalah yang lain. Mudah-mudah artikel tersebut juga tembus dan bisa dimuat juga. Aamiin.

Di Majalah Annisa ini, artikel saya dimuat sebanyak 5 halaman. Jumlah foto yang dimuat sebanyak 13 foto.Yang membuat saya sangat senang adalah dimuatnya foto saya bersama teman-teman seperjalanan. Melihat teman-teman saya ikut tampil di majalah, rasanya bahagiiiiiaaaa sekali.






Saya tampilkan penggalan artikel aslinya, namun hanya beberapa alenia awal. Selengkapnya bisa dibaca langsung di majalahnya. Majalahnya baru beredar hari ini, Senin 11/5/2015. Bisa didapatkan di lapak-lapak majalah/koran, di toko buku seperti Gunung Agung dan di supermarket seperti Carrefour dan Giant. Foto-foto artikel yang saya sertakan di sini, diambil dari file PDF yang dikirimkan melalui email kepada saya.

Selamat membaca, ya, teman-teman ^_^

(*)

Judul : Surga di Dataran Tinggi Dieng

Layaklah Dieng dijuluki khayangan. Dataran tinggi ini menyuguhkan panorama dramatis, mulai danau-danau, hingga pucuk-pucuk bukit dan gunung berkabut. Berkesempatan menjelajah alam Dieng pada bulan Oktober tahun 2014 silam merupakan pengalaman menakjubkan yang akan selalu lekat dalam ingatan saya. Hadir setangkup rindu di hati setiap kali menceritakannya.

Perjalanan menjelajah Dieng dimulai pada hari Minggu pukul tiga pagi. Tempat pertama yang ingin kami datangi adalah puncak Bukit Sikunir, bukit terkenal yang menjadi andalan wisata Dieng. Apa yang ingin dilihat di puncak Sikunir? Apa lagi kalau bukan untuk menyaksikan eksotisme golden sunrise.

Untuk mengejar sunrise, memang harus berangkat sepagi mungkin. Kami berangkat menggunakan bis kecil dari Desa Sendang Sari di Wonosobo, dengan jarak tempuh sekitar 25 km. Ayam belum berkokok, alam raya masih gelap. Langit ditutupi awan kelabu, tak ada bintang gemintang, apalagi terang bulan. Sehingga tak ada apapun yang bisa dipandangi selama perjalanan.


Selengkapnya bisa dibaca di Majalah Annisa edisi Mei 2015.


(*)

Seorang istri. Ibu dari dua anak remaja. Tinggal di BSD City. Gemar jalan-jalan, memotret, dan menulis.

Share this

Previous
Next Post »

9 komentar

  1. Ke Dieng merupakan wish list liburan keluarga untuk tahun-tahun mendatang. Semoga terlaksana.
    Anyway busway selamat ya Mbak. Tambah berkah dan terus berkarya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Semoga terlaksana ya mbak Lina. Terima kasih, Mbak Lina ^_^

      Hapus
  2. Cerita tentang Dieng memang gak akan pernah ada habisnya ya, mbak.. :)
    Selamat ya.. ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, mbak. Karena banyak tempat menarik yang bisa diceritakan. Terima kasih mbak Dee :)

      Hapus
  3. Alhamdullilah, Selamat mabk, semoga yang satunya tebus juga. Jadi pingin ke Dieng lagi dan camping. kemarin sewa hostel. Pingin Star gazing.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah. Terima kasih, Mbak Zulfa. Aamiin.
      Mudik nanti ke Dieng lagi aja mbak. Atau, mau berangkat ke Derawan?

      Hapus
    2. Derawan kagak ada temenya, sudah berangkat semua :((( Nasib dah, kayaknya harus bekpek sendiri kesini.

      Hapus
  4. Jempolaaaan. Harus bisa nembus majalah nih aku kayak mbak Rien, mbak Ira, mbak Dee dan mbak Zulfa. Kereeen

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo Cek Yan tulis kisah perjalanannya ke India kemarin :)

      Hapus

Leave your message here, I will reply it soon!