Tampilkan postingan dengan label Wisata Kuliner Labuan Bajo. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Wisata Kuliner Labuan Bajo. Tampilkan semua postingan

Kuliner Seafood Restoran Artomoro Labuan Bajo TERENAK!!

Kuliner Seafood Restoran Artomoro Labuan Bajo
Kuliner Seafood Restoran Artomoro Labuan Bajo

Selamat datang kembali di tulisan tentang Labuan Bajo. Semoga betah dan mau baca terusss sampai kecanduan 😂 Kali ini saya bahas kuliner lagi. Kuliner Labuan Bajo tentunya ya, bukan Labuhan Hati. 

Setelah sebelumnya bahas Kuliner Seafood di Kampung Ujung, lalu Kuliner Seafood di atas Kapal Sailing Komodo, sekarang Kuliner Seafood di Restoran Artomoro.

Baidewei basewei, waktu baca Artomoro itu, saya berasa baca nama Podomoro, perusahaan pengembang terbesar di sektor properti. Pada tahu kan?? Nah, pas diajak ke resto itu, saya kok bisa-bisanya ya bayangin apartemen bederet-deret dan muka adik ipar saya (pernah lama kerja di sana) yang sibuk ngarahin anak buahnya jualan unit 😅 

Restoran Artomoro terletak di Kampung Labuan Bajo. Lho kok kampung sih, bukannya kota? Karena Labuan Bajo memang desa kak, desa di pinggir laut yang berada di wilayah Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT. Hebatnya kampung ini, dia punya bandara, pelabuhan, dan objek wisata yang mendunia. Kalau kampung saya mana ada landasan pesawat, adanya landasan hati 😆

Nah, lewat tulisan ini, mari ikut saya keliling kampung dan makan di restoran dengan menu seafood paling yahud.

Abang ganteng bewokan berkaos putih itu adalah Rafael, warga asli Labuan Bajo. Siapa Rafael, dan untuk apa kami ketemu dia, baca di paragraf ya hihi

Di restoran Artomoro ini kami hanya berlima. Bang Rafael, Bayu, Kevin, Celly, dan saya. 2 bule di belakang itu tentu bukan rombongan kami dong wkwkw

Jumpa Rafael di Restoran Artomoro

Judulnya jumpa, udah kayak acara fans ketemu idola aja ya hihi. Saya rasa ini memang acara jumpa penggemar, idolanya adalah Bang Rafael. Tapi, siapa dia?

Celly teman saya, berteman dengan Rafael. Sebagai orang yang bergelut di bidang pariwisata (Celly adalah owner Gamanesia), pergaulan Celly tentu saja luas, dia punya banyak kenalan di mana-mana, termasuk di Labuan Bajo. Nah, Bang Rafael itu adalah salah satu penggiat wisata Labuan Bajo. Pastinya ada hubungan baik antara penggiat wisata dan pelaku wisata. Sebagai kawan, pastilah mereka membuat janji temu. Entah itu untuk sekadar bertemu, atau mungkin untuk ngobrol banyak hal terkait kegiatan pariwisata.

Hari itu tgl. 17 Maret 2019. Hari ke-5 saya berada di Labuan Bajo. Rombongan trip Komodo sudah kembali ke Jakarta. Tinggal saya, Celly, Kevin, dan Bayu yang akan sama-sama balik ke Jakarta tgl. 18 Maret 2019. Berhubung kegiatan trip sudah khatam, kami pun mengisi waktu suka-suka. Jumpa Rafael itu termasuk acara suka-suka lho 😂

Saya sih senang aja diajak Celly ketemu dan kenalan dengan Rafael. Malah bakal nyesel banget kalau menolak. Rugi dong kalau sampai nggak icip-icip seafood Artomoro. Rugi juga kalau gak ikut dengar info-info menarik seputar pariwisata Labuan Bajo langsung dari mulut Rafael. 

Gitu doang bahasan Rafaelnya? Ada sih lainnya. Tapi rahasia 🤣

Kiri: Penampakan Kafe di bawah restoran || Kanan: Penampakan dining area Restoran Artomoro

Dining area indoor restonya seperti ini, biasa aja sih, dan waktu difoto masih sepi. Tapi tak lama ramai,tamunya rata-rata bule, atau wisatawan dari domestik asal Jakarta dan sebagian besar kota-kota di Jawa

Jalan Kaki ke Restoran Artomoro

Kami masih mengandalkan Escape Bajo sebagai tempat menginap. Dari hotel kami jalan kaki ke Restoran Artomoro. Seberapa jauh? Menurut saya, kalau naik mobil terlalu dekat. Kalau jalan kaki, lumayan bikin keringatan dan agak pegal 😅

Ternyata nggak sampai pegal sih, mungkin ga berasa ya, karena sepanjang jalan itu saya menikmati lihat-lihat suasana kampung. Di sepanjang jalan saya cukup sering ketemu wisatawan asing. Mereka tampak keluar masuk tempat-tempat agen wisata yang menjual trip/sailing komodo. 

Nggak sulit mengenali nama-nama tempat yang ada di sepanjang jalan yang kami lewati. Tiap bangunan di sana ada nama, lengkap dengan keterangan yang menjelaskan itu bangunan apa, jual jasa apa, dan buat apa.

Dari hotel, restoran, sewa kapal, agen paket wisata tur sailing, paket wisata diving, toko pakaian, toko perlengkapan diving, mini market, kafe, dan lainnya.

Melihat ramai bule lalu lalang mengingatkan saya pada suasana di Kuta Bali. Tapi di sini masih berasa "kampungnya". Maksud saya, dari segi bangunan belum semodern dan tertata seperti di Bali, masih ada kesan "kumuh" nya. Nggak parah sih, tapi masih berasa.

Kalau soal jalan raya, udah tebal dan mulus. Trotoar juga bagus. Ga ada pengendara yang nakal bermotor di trotoar, tak ada pula yang jualan di trotoar. Tapi soal parkir, badan jalan dipakai gaes. Separuh jalan jadi tempat parkir. 

Trotoarnya lebar dan nyaman buat dilalui. Restoran Artomoro ada setelah bangunan yang tampak di foto ini

Sepanjang jalan banyak agen wisata yang menjual bermacam paket wisata Labuan Bajo. Turis asing cukup biasa terlihat lalu lalang di jalan dan masuk ke tempat-tempat penjualan paket wisata tersebut.

Pertigaan di Jalan Soekarno Hatta -  Labuan Bajo. Kalau ke kanan ke Restoran Artomoro. Kalau ke kiri mungkin ke hatimu

Ini nih yang saya maksud parkir di badan jalan. Pemandangan ini lumrah terlihat di kawasan ini, selain memang ramai oleh tempat makan, juga ramai oleh tempat jualan jasa wisata

Namanya juga kawasan turis, jadi di sini banyak tempat yang memang memfasilitasi keperluan para turis. Dari hotel, kafe, tempat penukaran uang, dan lainnya. Foto kanan ada papan petunjuk "Restoran Artomoro". Itu restonya di atas gaes, naik tangga yang keliatan di kanan itu

Gak Mewah tapi Bersih! Tempatnya Nyaman tapi Toiletnya Cuma Satu! Perut Mules Bule Antri Bikin Keki!

Saya hampir nggak punya ekspektasi apa-apa saat diajak makan di Restoran Artomoro. 

Selama lima hari sebelumnya, berturut-turut makan seafood di Kampung Ujung, lalu makan seafood di kapal, lidah saya menjadi terbiasa dan mulai merasa seolah nggak akan terkejut lagi dengan seafood di tempat lainnya. "Ah, paling juga sama." Pikir saya begitu.

Tapi ada sedikit harapan bahwa makanan di Artomoro level enaknya kemungkinan lebih tinggi dari seafood di Kampung Ujung. Saya membuat kemungkinan itu karena sempat dengar bahwa Artomoro itu tempat favoritnya para wisatawan penggemar seafood.

Kedua, sewaktu tiba di resto, saya lihat tempatnya ternyata nyenengin, gaes. Restonya ada di lantai dua. Tempatnya bersih, dan terbuka. Bukan terbuka atapnya lho ya, tapi ruangannya separuh terbuka yakni bagian depan yang menghadap ke jalan. Jadi udara segar bisa masuk dengan bebas. 

Tempat duduknya juga banyak. Mejanya bisa muat buat berempat saja, hingga berenam atau berdelapan. Nah, yang saya kurang sreg, toiletnya cuma 1. Duh, mana pas nyampe resto itu saya mendadak sakit perut euy. Entah kenapa, belum makan perut udah melilit. Saya jadi bolak-balik ke toilet. Udah gitu, ada 2-3 bule antri nungguin saya wk-wk-wk. Udahlah mules, diserang rasa malu karena kelamaan di dalam. Soalnya sempet diketuk-ketuk. Busyet ha-ha-ha. Saya buruan keluar, tapi abis itu ikut antri lagi wk-wk-wk. Biarin dah bulenya menatap heran. Emang gue pikirin ha-ha-ha.

Setelah didera derita sakit perut yang tiba-tiba banget itu, dan tuntas bolak-balik ke WC, perut akhirnya mendingan. Ternyata, kelar urusan sakit perut, kelar pula masakan yang kami pesan. Makanan pun terhidang. Gilak bisa pas banget yak wk-wk-wk

 Awalnya makan berempat saja, karena Rafael belum datang

 Kami memesan Kepiting Lada Hitam (145K), Cumi Goreng Telur Asin (60K), Udang Saus Tiram (60K), Tumis Kangkung Terasi (25K)

 Cumi Goreng Telur Asin ini  bikin nangis gaes saking enaknya. Beneran!

 Kepiting Lada Hitamnya bukan kaleng-kaleng, sedapnya sampai bikin pengen salto bolak-balik dari istana negara ke Monas

 Sebetulnya saya lupa itu udang dimasak apaan wkwkw Tapi di resto menu udang cuma dimasak Saus Tiram, Bakar Madu, Lada Hitam, Goreng Tepung, Asam Manis dan Cabai Garam. Saya tebak udang yang kami makan ini kalau gak Lada Hitam (80K), Asam Manis (55K), ya Saus Tiram (60K)

Ini Menu di Restoran Artomoro

Seingat saya, Rafael telat datang. Jadi kami makan duluan. Nah, pada pesanan pertama, kami makan menu kepiting, cumi, dan udang. Oh bentar, saya ceritakan dulu menu-menu yang ada di restoran Artomoro ini ya.

Untuk Seafood ada Udang, Ikan, Kepiting, dan Cumi. Buat kamu yang nggak doyan seafood, silakan melengos wk-wk-wk. Buat yang suka, pelototi segera, terutama pada bagian harga. Karena HARGA dalah KUNCI wk-wk-wk
  • Olahan ikan terdiri dari Ikan Goreng ATM (45K/70K), Ikan Tim Jahe (60K), Ikan Bakar ATM (50K/80K). 
  • Olahan Udang terdiri dari Udang Saus Tiram (60K), Udang Goreng Tepung (50K), Udang Cabai Garam (60K), Udang Bakar Madu (75K), Udang Lada Hitam (80K). 
  • Olahan Cumi terdiri dari Cumi Goreng Telur Asin (60K), Cumi Goreng Tepung (50K), Cumi Sauce Padang (60K), Cumi Bakar (80K).
  • Olahan Kepiting terdiri dari Kepiting Saus Pedas (85K/145K), Kepiting Saus Padang (85K/160K), Kepiting Lada Hitam (85K/145K).

Untuk side dish ada Nasi (10K), Potato Wedges (35K), Tempe/Tahu goreng (15K), Bakwan Jagung (35K), Lalapan (10K), Sambal Dabu-Dabu (8K), Sambal terasi (4K). 

Buat yang nggak doyan seafood bisa makan ayam, di sini ada Paket Ayam Goreng ATM+Nasi (45K/160K), Ayam Bakar ATM+Nasi (50K), Ayam Asam Manis (55K).

Aneka Sayur ada Sayur Bayam (20K), Tumis Kangkung Terasi (25K), Tumis Bunga Pepaya Ebi (40K), Sayur Campur (35K), Sayur Asam (25K), Buncis Crispy Bawang Putih (50K).

Daging & Sup tersedia pilihan Sapi Lada Hitam (55K), Tom Yum Seafood (55K), Ikan Kuah Asam (85K), Corn Asparagus (55K).

Untuk dessertnya hanya 1 jenis yaitu Waffle with Honey & Butter (40K).

Minuman ada banyak macamnya. Minuman dingin/hangat mulai 25K-35K, Minuman Juice mulai 30K-40K, dan ada minuman Soft Drink & Beer mulai 20K-48K.

Tersedia juga menu paket di antaranya Paket Menu Reguler 85K/pax, Paket Menu Special 130K/pax, Paket Menu Seafood 180K/pax, Kids Menu 65K/pax.

Untuk rincian menu paket silakan cek di linktr.ee/artomoro.flores.
Di sini saya menulis bukan dalam rangka endors, paid promote, atau apalah itu yang sifatnya dibayar oleh resto. Jadi murni sebagai pengalaman dan informasi saja. 

Jadi kalau saya bilang enak, memang enak beneran. Kalau ga percaya, ya kamu harus percaya wk-wk-wk  

Oh ya, Restoran Artomoro ini ada IG nya kok, silakan ceki-ceki di @artomoroflores.
 Rafael datang, pesan menu lagi, makan lagi 😂

 Kirain buat diulek jadi bumbu gado-gado, ternyata ini cemilan 

 Menu ronde ke-2: Ikan Goreng ATM (45K/60K), Tahu & Tempe (15K), Sambal Dabu-Dabu (8K), Udang Goreng Tepung (50K), Tumis Bunga Pepaya Ebi (40K)

 Sambal Terasi tidak boleh ketinggalan dong. 

Seafood Restoran Artomoro ternyata Benar-Benar ENAK! 

Saya mau nangiiiis makan seafood-nya ternyata enak-enak bangeeet. Enak Gila. Gila enak banget. Enak jangan bikin gila, woy! Wk-wk-wk

Iya suer, masakan di resto ini beneran enak banget. Saya terkezuuuut karena memang gak punya ekspektasi tinggi ya sama makanan di sana. Bukan apa-apa, di tulisan sebelumnya, waktu saya makan seafood di Kampung Ujung itu, saya sudah jujur bilang bahwa masakan di sana enak, tapi biasa. Bukan enak yang istimewa. 

Kalau di resto Artomoro ini level enaknya udah plus istimewaaaa. 

Saya jadi teringat urusan mules sampai ngantri digedor bule itu, ternyata ada hikmahnya sodara-sodara. Biar perut saya dikuras sampai kosong, lalu diisi dengan makanan baru yang rasanya tuh bikin lu pingin nangis ha-ha-ha. Kayak sengaja banget biar perutnya hanya diisi oleh makanan dari Artomoro. 

Tapiiii ingat saudara-saudara. Saya makan di Artomoro gratis. Ditraktir Celly. Bisa jadi enaknya karena saya gak bayar. Totalnya kan hampir sejuta tuh. Coba aja bayar sendiri segitu, bukan nangis keenakan, tapi nangis pahit, gak jadi enak di lidah wk-wkw-wk 

Ah tapi lidah saya jujur kok, biar kata ditraktir, tetap enak. Kalau gak percaya, pergi aja ke Labuan Bajo, datang ke Artomoro, pesen semua makanan yang saya sebut tadi, lalu rasakaaaan kelezatannya. *lalu ditagih dimintain tiket pesawat PP ke Labuan Bajo wk-wk-wk.





Jalan Kaki Keliling Kampung


Usai makan enak di Restoran Artomoro, kami pulang ke hotel dengan jalan kaki. Abis makan dibawa jalan, sampai hotel lapar lagi ha-ha-ha.

Tapi jalannya santai sih. Nggak buru-buru, apalagi ngebut sambil lari karena kami memang bukan atlit lari. 

Jalan yang kami ambil beda dengan jalan sewaktu pergi. Kali ini memutar. Kami melewati sekolah, gedung bea cukai, rumah-rumah penduduk, dan lainnya. Tampak agak sepi dari turis. Tapi hotel, kafe, resto, dan tempat-tempat agen wisata masih berjejer sepanjang jalan.

Saya melihat motor dan mobil lalu lalang, tapi tak ada taksi. Adanya mobil sewa, seperti Avanza dan Inova, tapi susah dikenali karena tidak ada tanda tertentu di kendaraan tersebut. 

Saya juga tidak tahu di mana ada ojek, atau memang tidak ada?

Kampung ini mungkin sepi bila tak ada wisatawan. Dan saya senang sekali turis datang ke sini bejibun. Kampung yang sepi jadi ramai, toko-toko dan tempat makan buka sampai malam, hotel-hotel terisi, paket-paket wisata laris manis.

Keadaannya memang belum serapi di Bali, seperti kawasan Kuta, tapi potensi wisata bahari di sini bagi saya terbaik. Saya yakin suatu saat kampung Labuan Bajo ini akan lebih rapi, bersih, dan beberapa tempat yang masih terlihat kumuh itu bakal tinggal cerita.

Kain tenun Flores yang saya pandang-pandangi

Kemeja Flores Biru yang saya beli untuk suami dan anak

Kain dan selendang Flores yang saya beli

Jalan kaki sampai lewat kantor Bea & Cukai

Anak sekolah melintas di depan sebuah hotel

Dua sekolah di Labuan Bajo

Hotel

Buat yang ga bisa pindah ke lain masakan selain Padang, tenang di Labuan Bajo ada Rumah makan Padang kok 😀

Gerbang Pelabuhan Labuan Bajo

Jalan bareng menikmati suasana malam di Labuan Bajo


Kuliner Seafood Kampung Ujung, alternative tempat makan seafood di Labuan Bajo. Harga Ramah di Kantong.


Buat yang pengen merasakan makan seafood di pinggir laut, dengan suasana yang lebih santai tapi berisik oleh suara ombak, orang-orang lalu-lalang, dan udaranya lumayan gerah, coba pergi saja ke Kampung Ujung.

Kampung Ujung sudah pernah saya tulis, bisa dibaca di sini ya Kuliner Seafood Kampung Ujung.

Saya ceritakan ulang di sini, sebagai tambahan.

Di Kampung Ujung itu, saat pertama masuk kita harus beli kupon dulu supaya bisa belanja. Harga kuponnya bervariasi, mulai dari 20K, 25K, hingga 50K. Setelah itu kita bisa langsung ke tenda-tenda kuliner. Pilih tempat mana saja yang kita suka. Ga ada beda sih, sama-sama di pinggir laut dengan pemandangan mulai dari laut itu sendiri, deretan kapal nelayan dan kapal wisata, hingga orang-orang yang datang dan pergi ke laut. 

Kalau sudah dapat tempat duduk, mulailah pilih-pilih seafood. Mau udang, ikan, cumi, kepiting, kerang, semua ada.

Pilihan menu untuk seafood lumayan beragam, dari sekadar digoreng, dibakar, dimasak dengan bermacam jenis saus, hingga di sup.

Semua menu beserta nasi, sayur, sambal, dan lalapannya jelas lebih murah daripada di Artomoro. Harga pinggir jalan sama resto jelas beda ya. 

Meskipun murah, nggak berarti rasanya hambar. Hanya saja, kalau abis makan seafood di resto Artomoro lalu makan di Kampung Ujung, kebanting banget rasanya. Tapi bukan yang parah gitu juga sih. Saya ga bilang kalau di Kampung Ujung itu gak enak ya. Enak kok, buktinya 2 kali saya makan di sana di waktu berbeda, dan tetep bisa menikmati. Hanya saja, saran saya, kalau mau makan seafood, makan dulu di Kampung Ujung, baru ke Artomoro. Jangan kebalik, apalagi kejungkal.

Tenda kuliner di Kampung Ujung 

Beli kupon dulu sebelum jajan makan

Ikan, cumi, lobster yang bisa kita pilih sendiri sebelum dimasak

Belanja seafood segar

Makan bareng rombongan trip sailing komodo

Berlimpah sambal

Cumi bakar madu

Sambal yang bikin terbayang-bayang wk-wk-wk

Salah satu menu favoritku selama kulineran di Labuan Bajo adalah Ikan Kuah Asam. Pertama kali makan di bandara, yang kedua makan di Kampung Ujung. Nah ini Ikan Kuah Asam di Kampung Ujung. Buatku ini TERENAK!
 

Di Kampung Ujung selain untuk berwisata kuliner, kita juga bisa melakukan beberapa urusan seperti belanja dan tarik uang tunai. Ada minimarket lokal dan beberapa mesin ATM yang ga semua bank ada. Saya lihat ada Mandiri, BNI, dan BRI saja. Lainnya, saat itu tak ada. 

Di sini juga ada pelabuhan Labuan Bajo lama, di situ kita bisa naik ke dermaga, sekadar jalan atau melihat-lihat suasana, dan memotret.

Restoran Artomoro boleh jadi menjual citarasa, tapi di Kampung Ujung menjual suasana. Kita bisa menikmati keduanya tanpa harus mengabaikan salah satunya. Sama-sama enak dijadikan pengalaman kala berwisata di Labuan Bajo.

Akhir kata, buat yang kepo trip Labuan Bajo dan tur Sailing Komodo yang telah saya tulis menjadi beberapa tulisan di blog ini, saya ikut trip-nya Gamanesia, IG nya di @gamanesia.id. 

Untuk tur sailing komodo di masa pandemi ini, menurut info Celly, syaratnya Surat keterangan hasil PCR negatif, Surat keterangan RT, dan Sertifikat Vaksin. 

Catet ya gaes 😁😘😍

Makan Seafood di Kampung Ujung, Tempat Wisata Kuliner di Labuan Bajo

kampung ujung labuan bajo
Spot Kuliner Kampung Ujung - Labuan Bajo

Kampung Ujung Labuan Bajo

Namanya Kampung Ujung, terkesan jauh dan terpencil, padahal spot kuliner di pinggir pantai ini berada di keramaian kampung Labuan Bajo. 

Berlokasi tak jauh dari Pelabuhan Labuan Bajo, Kampung Ujung cukup dekat dari penginapan kami di Escape Bajo. 

Aneka seafood seperti ikan, cumi, lobster, kepiting, dan kerang tersedia. Tinggal pilih mana yang kita sukai. Jika sudah dipesan, baru dimasak sesuai dengan menu yang kita inginkan. Harganya nggak mahal-mahal amat. 

Soal rasa? Ok mari saya ceritakan ...

Sebelum belanja makan, belanja kupon dulu buat pembayaran

Ini kuponnya, beli sesuai kebutuhan saja, ga usah lebay kayak bakal makan buat orang sekampung 😂

Warung Tenda Pinggir Jalan dan Pinggir Pantai

Kita mungkin sudah pernah dan biasa makan di warung-warung tenda pinggir jalan. Tapi di Kampung Ujung, warungnya bukan hanya di pinggir jalan, melainkan juga di pinggir laut. Nah, biasa nggak tuh? Ya enggaklah. Tempat tinggalku di BSD jauh dari laut, mesti ke Anyer atau ke Ancol dulu kalau mau merasakan sensasi makan di pinggir laut. Dekat rumah sih adanya pinggir parit/ kali / sungai, bukan laut 😂

Karena berlokasi persis di pinggir laut, air lautnya terlihat sangat dekat dengan kita. Tapi tenang, nggak bakal kena air saat duduk makan di tenda. Trotoarnya tinggi. Sapuan ombak nggak akan sampai atas, air nggak bakal mengenai badan. Kecuali bila ombaknya tiba-tiba tinggi dan kencang, dipastikan bakal menghantam tembok trotoar dengan keras. Kita mungkin saja bakal kena cipratan. Tapi kan seru. Kapan lagi makan sambil dicipratin air laut wk-wk-wk. 

Meskipun di pinggir jalan, nggak berarti rawan debu dan asap kendaraan. Jalan lebar di kawasan ini memang bisa dilalui mobil, tapi saya malah nggak ada liat tuh mobil lewat. Hanya segelintir motor, itu pun jarang sekali. Lebih banyak orang lalu lalang jalan kaki saja. 

Di sini nggak ada suara berisik knalpot motor atau deru mesin mobil. Yang ada justru suara debur ombak dan berisiknya suara angin malam. Paling ramai suara sapaan para bapak/ibu penjual seafood mengajak singgah makan di tenda. Juga celoteh dan senda gurau pengunjung di tengah kesibukan mengunyah aneka masakan seafood. Itu saja.

Pertama kali datang ke sini malam hari, bareng Celly, Bayu, Kohar, dan Jeffry

Datang lagi kedua kali di waktu sore, bareng rombongan trip Komodo

Seafood Segar, Apa Iya Segar?

Setahu saya, bahan seafood disebut segar bila masih hidup dan berada dalam air. Misal disimpan dalam drum, atau masih di kolam. Seperti ketika saya makan di Jamal Portal BSD, aneka ikan, udang, cumi, kepitingnya masih dalam wadah besar berisi air. Baru diambil / dikeluarkan bila ada yang pesan. Setelah itu baru deh diolah sesuai menu yang diinginkan. 

Saya lumayan sering makan seafood segar. Salah satu tempat favorit makan seafood adalah di Belitung. Seafood di sana selalu terenak. Rahasianya ada pada bahan ikan, kepiting, cumi, dan kerang yang memang masih hidup sebelum dimasak. Oh tapi itu baru di beberapa resto yang pernah saya kunjungi saja, entah juga yang lain yang belum pernah saya datangi. Mudah-mudahan sama saja. 

Nah, dari beberapa artikel online tentang Kampung Ujung yang saya baca, rata-rata menyebut seafood di tempat ini segar. Mungkin saja ada, tapi selama 2 kali makan di sini, saya tidak menemukan penjual yang menjajakan ikan, cumi, kepiting masih dalam keadaan hidup. Adanya ikan-ikan yang telah dijejer telentang di atas meja kayu. Mata ikan-ikan itu ada yang masih bening berwarna hitam (pertanda belum lama mati), ada pula yang sudah merah dan keruh (pertanda sudah lama mati). 

Rombongan kepiting dan lobster juga dipajang di atas meja. Tak ada yang bergerak. Semuanya mematung. Bagaimana mungkin bisa bergerak wong badannya dililit tali. Mungkin biar tidak kabur kali ya. 

Begitulah penampakan bahan-bahan seafood di Kampung Ujung. Kalau kata saya sih, bukan seafood segar lagi. Meskipun mungkin belum lama dikirim oleh nelayan di sana.

Ohya, sekedar info. Rumah pelelangan ikan di Labuan Bajo ada di pinggir pantai, di bawah Escape Bajo Hotel yang saya inapi. Cukup dekat dengan Kampung Ujung. Saya pernah tahu soal itu ketika sedang berada di balkon kafe hotel dan melihatnya dari atas. Mengenai Escape Bajo bisa baca pada artikel saya sebelumnya --> Escape Bajo Labuan Bajo (klik). 
Jejeran ikan pasrah menunggu pembeli

Para lobster pun tak berdaya. Tak bisa lagi lari karena sudah dililit tali. Hanya pasrah menanti ajal dalam wajan berisi minyak panas 

Cumi, ikan, lobster, tinggal pilih mana suka

Bahagia banget lihat ginian, jadi semangat buat makan enak

Makan Seafood Enak Bareng Kawan

Menurut saya, makanan terenak itu bila bisa dinikmati sambil banyak bersyukur. Makanan terenak itu, bila rasa enaknya bisa dirasakan rame-rame. 

Makan enak tapi sendirian, mana enak?

Nah, yang bikin seafood di Kampung Ujung itu enak karena saya tidak sendirian menikmatinya, tetapi bareng teman-teman rombongan trip Komodo. Ada suasana menyenangkan ketika makan bersama. Ada senda gurau, ada obrolan ngalor ngidul, ada gelak tawa. Ada pemandangan malam di tepian Labuan Bajo yang nggak mungkin tiap hari bisa disaksikan bila sudah berada di rumah.

Mengenai rasa makanan, sebetulnya menurut saya biasa saja. Tidak terlalu istimewa. Tidak pula membuat saya jadi ketagihan untuk segera datang dan makan lagi. Meksipun begitu, bukan berarti saya akan menolak dan berhenti untuk makan di sana.

Kali pertama ke Kampung Ujung pada malam hari (13/3/2019), hanya bersama Celly, Bayu, dan Kohar. Kali kedua saya datang bersama seluruh rombongan trip Komodo (11 orang) pada keesokan hari (14/3/2019). 

Kami menginap di Escape Bajo yang berjarak cukup dekat dengan Kampung Ujung. Untuk sampai di lokasi kami hanya perlu jalan kaki kurang lebih 200 meter lewat jalan yang menurun. Jalan pas turun enak, bisa ngebut karena perut masih kosong. Giliran balik perut udah penuh, nanjak jadi berat euy. Nafas ngos-ngosan haha. Sampai hotel lapar lagi wk-wk-wk



yang kayak gini, mana rela dibagi-bagi 😂

Belanja, Makan, Menikmati Suasana

Di Kampung Ujung kita nggak sekadar bisa mengatasi urusan perut, tapi juga urusan belanja bermacam keperluan buat dibawa selama sailing komodo.

Di sini ada beberapa minimarket lokal yang cukup lengkap menjual berbagai kebutuhan. Saya sempat datang beberapa kali untuk belanja pembalut, minuman susu (beruang), mie instan buat iseng makan saat di kapal, biskuit, wafer, buah, bahkan beberapa obat dan suplemen.

Jika butuh uang cash, di sini juga ada mesin ATM seperti BNI, BRI, Mandiri. Saya lupa ada BCA apa tidak. Rasanya sih tidak ada. Tapi saya tidak yakin ya. Perlu dicek lagi. 

Ohya, buat yang butuh souvenir khas, beberapa minimarket menyediakannya. 

Di sini juga ada beberapa pria yang menjajakan kain tenun Flores. Mereka cukup aktif berpromosi, tapi sopan dan tidak memaksa. Saya yang memang ingin punya kain tenun dari daerah ini, tidak ragu untuk membeli selembar kain lengkap dengan syal/selendang. 

Kain dan syal itulah yang saya bawa selama sailing komodo. Saya jadikan properti berfoto dari pulau ke pulau.  Teman-teman bisa melihat kecantikan kain itu dalam foto yang saya bagikan dalam tulisan Pulau Padar. Baca dan klik tautan Pesona Pulau Padar.

Jajan kain tenun Flores di Kampung Ujung

Nah ini kain tenun yang saya beli. Cantik kan?

Ramean belanja di minimarket di Kampung Ujung

Ini sih tenda kulinernya bukan di atas trotoar lagi, tapi di tengah jalan. Untungnya jalan di sini bukan untuk dilewati mobil. Amanlah buat yang jualan maupun yang mau jajan makan

Ke Labuan Bajo Bareng Kohar

Ini trip pertama saya ke Labuan Bajo. Nggak nyangka perginya bareng orang-orang yang bikin sreg di hati. Beberapa dari mereka punya usaha travel, dan lainnya para traveler yang udah biasa traveling ke mana-mana. 

Dengan Celly, Jeffry, Bayu, dan Kohar saya sudah beberapa kali ketemu dan jalan bareng. Dengan Jeffry beberapa kali di Jakarta, pernah di Bali, paling sering di Belitung. Sama Kohar jalan bareng waktu di Lampung. Kalau Celly waktu di Bali.

Yang lain, memang baru pertama kali ketemu, tapi rasanya seperti sudah pernah kenal sebelumnya. Nggak berasa asing. 

Mereka tuh masih pada muda-muda, lincah, gesit, berani, ceria, dan lucu-lucu. Orang-orang yang menurut saya seru dan asyik. Cocok banget dengan kriteria teman jalan yang saya sukai. 

Pasti males lah ya kalau punya teman jalan yang pendiem, penakut, plonga-plongo, banyak melamun, malesan, baperan, cengeng, de el el.....iiih ga seru amat 😂

Yang biasa jalan emang beda dengan yang enggak. Kalau mereka ini memang intens traveling-nya,  dari satu daerah ke daerah lain, dari satu negara ke negara lain. Masih pada single sih ya. Coba kayak saya yang udah mama-mama anak dua, mana bisa intens bepergian. Sungguh banyak urusan di rumah yang harus diselesaikan ha-ha-ha.

Ohya, di antara teman jalan tadi, juga ada Kohar (bosnya Dimsum Morresto Lampung). Saya pernah liburan di Lampung sama suami, Kohar inilah yang menjamu kami di Lampung. Saya juga penah diundang makan dimsum di restorannya. Baik banget deh pokoknya adek bujang satu ini.

Nah, waktu berangkat ke Labuan Bajo saya bareng dia. Kami janjian ketemu di bandara. Nunggu di Blue Sky, premier lounge yang ada di terminal 3. Numpang nampang dulu ya sama Kohar ha-ha-ha. Apa coba 😛

Ketika bos Kohar bersandal jepit di Blue Sky 😁

otw pesawat, berasa kayak kakak mengawal adek 😁

Difoto dulu kata Kohar, biar jadi kenangan pertama kali ke Labuan Bajo 😁


Cerita Kampung Ujung nya segitu dulu, ya teman-teman. Saya nggak bahas harga karena saya lupa berapa saja harga makanan yang saya makan. Lagipula saya nggak bayar waktu itu, ditraktir oleh Celly. Tapi seingat saya, dengan kupon 20, 25, dan 50 itu, udah bisa makan seafood enak sampai kenyang.

Saya punya cerita lain makan seafood yang benar-benar enak. Masih di Labuan Bajo juga. Bukan di tenda pinggir pantai, tapi di restoran ternama. Nanti saya tulis. Tunggu di postingan berikutnya ya.

Saya jamin, seafood yang bakal saya ceritakan itu, bisa membuat para pemburu seafood enak bakal ketagihan bila makan di sana. Nantikan ya!

Terima kasih sudah membaca.

Cerita sailing komodo ini juga bisa dibaca pada tulisan saya yang lainnya: