Mengenal Produk Kain Vinto di Event Forest Talk with Netizens Jambi

Forest Talk with Netizens Jambi - Yayasan Doktor Sjahrir dan Climate Reality Indonesia menggelar Event Forest Talk di Jambi pada hari Sabtu tgl. 31 Agustus 2019. Kota Jambi menjadi kota kelima setelah Jakarta, Palembang, Pontianak, dan Pekanbaru. Acara diselenggarakan di Swiss-BelHotel Jambi, dihadiri oleh kurang lebih 50 netizens Jambi yang terdiri dari media, bloggers, dan pengguna aktif sosial media.
Forest Talk with Netizens Jambi, Sabtu 31 Agustus 2019

Kain Vinto sang Bintang Tamu

Setiap mengikuti kegiatan Forest Talk saya merasa seperti "ditabok" berkali-kali oleh para pembicara yang merupakan pakar di bidangnya terkait perilaku yang berdampak buruk pada lingkungan. Pada event kali ini saya "ditabok" oleh bahasan mengenai limbah fashion.

Pada event di kota-kota sebelumnya, reportase sederhana ala saya biasanya tidak punya sorotan khusus. Kehadiran Kain Vinto yang membuat ulasan saya mengenai event ini jadi agak berbeda. Mungkin karena ada rasa takjub lebih dari biasanya, mungkin juga karena ada rasa bangga yang lebih tinggi dari sebelumnya.

Buat yang ingin tahu siapa dan apa Kain Vinto, silakan kunjungi instagram @Kain_Vinto. Anda juga bisa melakukan pencarian di Google mengenai produk dan usaha kerajinan Vinto, pameran apa saja yang pernah diikuti, serta penghargaan apa saja yang pernah diraih.

Sekilas dari saya tentang Vinto adalah nama dari usaha yang didirikan oleh Bustam Effendi, pria yang sejak kecil dipanggil Vinto oleh orang tuanya. Nama kecil tersebut kemudian menjadi branding semua produk kerajinan yang dihasilkan dari rumah Vinto seperti batik, syal, tas, tikar, dan bermacam produk kerajinan lainnya. Istimewanya tentu pada bahan-bahan alam yang digunakan untuk menghasilkan produk, di antaranya daun pandan rawa, serat pandan, bunga alang-alang, rotan, sutra, kapuk, dan lainnya. Bahkan lumut, getah pisang, dan mengkudu bisa dijadikan bahan pewarna alami produk Kain Vinto. Berlokasi di Muara Bungo Jambi, produk kerajinan yang dikerjakan di sana berhasil go internastional.
Saya bersama Bang Vinto owner Kain Vinto
Syal, kain, dan anyaman karya Vinto




Batik Vinto

Betapa tidak pernah terpikirkan oleh saya serat daun pandan hutan, bunga ilalang, bahkan campuran getah pisang bisa menjelma sebuah syal yang cantik. Bagaimana cara bahan diambil dan proses pengerjaannya, menghadirkan rasa ingin tahu yang dalam.

Dulu waktu masih rajin datang ke SMESCO saya pernah lihat beberapa model tas berbahan rotan. Tapi yang model anyamannya seperti yang dibuat oleh Vinto baru kali ini. Terlihat berbeda, lebih manis dan mewah. Saya membayangkan artis Syahrini memakai tas rotan Bang Vinto, alangkah manisnya. Oh, tidak usah Syahrini, saya kalau pakai juga nggak kalah cetar kok! Clutch rotan yang saya ceritakan ini pada akhirnya dibeli oleh Bu Titi Murni Resdiana, salah satu pembicara Forest Talk dari Kantor Utusan Khusus Presiden bidang pengendalian perubahan iklim. Beliau berhalangan hadir di acara, tapi tetap memantau kegiatan dan pastinya melihat dari jauh produk-produk yang dipamerkan. Makanya clutch rotan Vinto itu jadi incaran 😀

Nama Kain Vinto saya ketahui dari Bang Djangki, salah seorang travel blogger asal Jambi yang berdomisili di Muara Bungo, Jambi. Sebelum itu, Bu Titi juga pernah menyebutkan tentang adanya pengrajin batik terkenal yang kainnya menggunakan pewarna alami. Ternyata, yang dimaksud adalah Kain Vinto.

Alhamdulillah Bang Vinto berkenan hadir untuk ikut pameran. Saat ini Bang Vinto sedang bersiap untuk pameran ke Jepang atas sponsor dari dinas kehutanan setempat. Produk-produknya sudah banyak dikirim ke Jakarta untuk di-packing, persiapan berangkat sebelum ke Jepang. Karena itu tak banyak barang yang bisa ia bawa untuk pameran Forest Talk.

Melihat deretan foto di IG @kain_vinto sedikit banyak saya mulai terbayang produk seperti apa yang dihasilkan. Rasa kagum baru muncul ketika akhirnya saya bertemu dengan orangnya, dan mendengar langsung kisah di balik pembuatan produk.
Tas-tas menggemaskan anyaman daun pandan karya Vinto

Mencintai Dunia Fashion Tanpa Menyumbang Emisi Karbon, Bisa?

Menurut Ibu Amanda Katili, Manager Climate Reality Indonesia yang menjadi salah satu pembicara dalam talkshow bertema "Menuju Pengelolaan Hutan Lestari" bahwa selain plastik, fast fashion adalah penyumbang limbah terbesar. Nah! 😬

Bahasan mengenai hal ini cukup menohok, dan memang perlu kesadaran tinggi untuk memahami apa itu pemanasan global/perubahan iklim dan solusi yang bisa dilakukan.

Tak akan ada perubahan jika kita tidak mengubah cara pandang kita terhadap fashion. Fashion meliputi cara pakaian diproduksi, dipromosikan, dan dikonsumsi tanpa henti, ia turut mengambil andil besar dalam kerusakan bumi ini.

Lantas, seperti apa prinsip slow fashion?

Sederhananya, fashion dalam mode lambat ada pendekatan yang berfokus pada kelestarian alam dan kesejahteraan orang-orang yang terlibat dalam proses pembuatan serta keterampilan mereka.

Teman pembaca dapat mengunjungi website www.lestarihutan.id untuk menyimak lebih dalam bahasan mengenai materi yang saya maksud. Di sana ada kutipan materi Ibu Amanda dan Ibu Atiek serta tulisan bernas dari rekan-rekan blogger yang pernah hadir di acara, baik di Jakarta, Palembang, Pontianak, Pekanbaru, maupun di Jambi.
Dr Amanda Katili Niode, Manager Climate Reality Indonesia
Dr. Atiek Widayati dari Tropenbos Indonesia menyampaikan materi Pengelolaan Hutan Lestari dan Lanskap

Moderator diskusi Pak Amril T Gobel
Elly Telasari, Asia Pulp & Paper

Limbah Fashion

Bukan tanpa maksud jika di tiap acara di kota manapun event bertajuk "Menuju Pengelolaan Hutan Lestari" ini menghadirkan pameran mini yang menampilkan produk berbasis hutan, misalnya produk fashion seperti kain tradisional yang menggunakan bahan alam dan pewarna alami.

Seperti kita ketahui bersama, pewarnaan adalah salah satu contoh klasik penghasil limbah yang mencemari sumber air kita, merusak struktur tanah, dan binatang, serta tumbuhan di sekeliling sebuah pabrik pakaian. Kajian mengenai hal tersebut tentu saja sangat mencengangkan sebab efeknya sangat tidak ramah lingkungan.

Membuat produk fashion ramah lingkungan bisa menjadi langkah baik sebagai solusi untuk mengurangi emisi karbon.

Pada event kali ini, selain Kain Vinto ada pula @rengkerengke yang menampilkan kerajinan rotan suku anak dalam (SAD),  jamur crispy @ragel.id yang berhasil dikembangkan oleh pemudi desa yang berangkat dari keprihatinannya atas nasib petani jamur di desanya, serta produk makanan dari masyarakat Desa Makmur Peduli Api di Jambi.
Bang Vinto @kain_vinto

Bang Ali dari @rengkerengke Jambi

Mita dari Ragel Jamur Crispy

Topi Rotan Rengke-Rengke

Sebagai penggemar topi tapi nggak punya banyak stock topi, saya ingin cerita sedikit tentang topi. Boleh kan? Boleh dong. Wong ini blog saya, bebas! 😆

Anda pernah lihat topi tikar ala @princessyahrini ? Hmm....wait....Syahrini masuk blog saya tolong kasih royalti ya! haha. Jadi gini, topi tikar heboh ala Syahrini yang saya maksud itu memang bikin takjub dan geleng-geleng kepala. Berani dan unik banget pakai topi "aneh" macam itu haha. Melihatnya, bikin jadi pengen duduk 😛 Sudah pernah lihat belum seperti apa topinya? Cuzzz aja ke IG nya.

Saya salut juga sama inces, meski terkenal sebagai artis pemakai produk fashion super mewah yang kebanyakan buatan luar negeri sono, tapi dia masih mau pakai produk-produk lokal yang berbahan alami. Sebut saja topi daun pandan hutan, topi rotan, tas rotan, topi anyaman daun pandan, dan sandal anyaman daun, semua pernah dipakai inces dan bisa dilihat di galeri foto instagramnya. Bahkan sebuah portal berita online pernah membahasnya secara khusus. Keren kan?? Kenapa inces nggak pakai semua produk fashion macam itu buat tampil di acara-acaranya? Bisa jadi duta pelestarian hutan Indonesia lho! hehe. Saya doakan deh moga saja lebih sering dan banyak lagi produk fashion lokal yang dipakai inces yaaa...

UMKM @rengkerengke memproduksi produk anyaman rotan, resam, dan pandan hutan menjadi barang-barang menarik yang bisa dipakai untuk melengkapi penampilan diri maupun ruangan rumah. Kamis (29/8) saya berkunjung ke tempat pembuatan produk Rengke-Rengke dan alhamdulillah bertemu langsung dengan pengrajinnya, Bang Ali. Menurut Bang Ali, sejauh ini plakat paling banyak dipesan. Sayangnya, pengrajinnya tidak banyak. Saat jumlah pesanan tinggi, kadang sampai kewalahan.
Topi rotan Rengke-Rengke buatan pengrajin Suku Anak Dalam. Keren kan?

1 topi IDR 50K. Manis bangeeet!

Aneka produk Rengke-Rengke

Ragel Jamur Crispy 

Terinspirasi dari rumah makan Jejamuran di Yogyakarta yang pernah dikunjunginya beberapa tahun lalu, Mita memproduksi jamur krispi dengan nama Ragel (Rasa Gemilang) @ragel.id bersama temannya. Ia melihat petani jamur di desanya banyak yang gulung tikar karena sulit melakukan penjualan. Harga jual murah, tempat penjualan yang jauh dan mahal diongkos, jadi salah dua penyebabnya.

Petani jamur di desa kembali bersemangat meneruskan budidaya jamur sejak Mita memproduksi jamur krispi. Jamur krispi dibuat dari jamur tiram, diolah secara higienis, dikemas dengan menarik, dan dipasarkan melalui online dan offline. Agar produknya lebih dikenal luas, Mita rajin mengikuti kegiatan pameran dan berbagai lomba produk makanan.

Membantu warga desa menjadi lebih kreatif dalam menambah dan meningkatkan ekonomi adalah tujuan utama Mita. Ia pun mengajak rekan-rekannya satu desa untuk melakukan hal sama, mengedukasi masyarakat desa dan berpikir kreatif atas hasil tanam yang ada.

Saya sudah mencicipi jamur crispy Ragel. Cemilan enak ini cuma dibanderol Rp 10.000 / bungkus 😍😋

Jamur Tiram bahan Jamur Crispy Ragel

Ragel Jamur Crispy
RAGEL Jamur Crispy Ikut pameran mini Forest Talk Jambi

Bersama Mita, owner Ragel Jamur Crispy

Desa Makmur Peduli Api

Tak ketinggalan Desa Makmur Peduli Api (DMPA) Jambi juga ikut serta dalam mini pameran Forest Talk. Sebagian besar yang dipamerkan berupa produk makanan buatan masyarakat Desa Makmur Peduli Api seperti Kerupuk Jangek buatan ibu PKK Purwodadi yang berlokasi di Kab. Tanjab Barat Jambi,Wedang Jahe Merah Mekar Wangi buatan masyarakat DMPA di Desa Dataran Kempas Tanjabbar Jambi, Keripik Tempe, kopi, dan masih banyak lagi. Paling banyak produk minuman bubuk wedang jahe merah. Minuman ini diproduksi oleh masyarakat dari berbagai desa DMPA. Tentunya, peserta acara tak hanya melihat-lihat tapi juga bisa membeli langsung selama pameran. Saya pribadi tergerak untuk membeli karena produknya memang saya suka, terutama minuman jahe merah. Selain itu, karena harganya sangat terjangkau namun kualitasnya tidak diragukan.

Sekilas tentang DMPA, adalah salah satu perwujudan dari Kebijakan Konservasi Hutan (FCP) APP Sinar Mas dengan melibatkan masyarakat adat dan lokal secara konstruktif dalam upaya menyelesaikan konflik sosial dan juga pemberdayaan masyarakat sekitar hutan secara sosial-ekonomi.

Masyarakat diajak berperan aktif dalam upaya pengelolaan hutan lestari serta menjalankan roda ekonomi yang berkelanjutan dan bertanggungjawab. Desa Makmur Peduli Api (DMPA) merupakan sebuah upaya perbaikan dari program pemberdayaan masyarakat sebelumnya. Melalui DMPA, APP Sinar Mas berharap desa dan masyarakat dapat berperan penting dalam pengelolaan hutan lestari dengan diiringi pencapaian kemakmuran secara bersama dan berkelanjutan.

Aneka produk yang dihasilkan oleh masyarakat Desa Makmur Peduli Api

Netizens Jambi

Forest Talk with Bloggers sudah menjadi branding kuat untuk event Forest Talk yang digelar dari kota ke kota oleh Yayasan Doktor Sjahrir dan Climate Reality Indonesia. Khusus untuk Jambi, kali ini audience-nya dibuat lebih luas tidak sebatas bloggers dan media saja melainkan lebih umum yaitu Netizens. Dengan demikian, mereka yang aktif di media sosial (twitter, FB, IG) bisa ikut serta dalam acara meski bukan bloggers dan media.

Kalau boleh jujur, saya yang kebetulan terlibat dalam tim kepanitiaan event sempat under estimate terhadap peserta dari blogger. Pasalnya, jumlah blogger yang blognya benar-benar aktif dan produktif tergolong sedikit. Saya sempat mengecek satu persatu blog yang didaftarkan, dan faktanya memang agak nggak sesuai harapan. Akhirnya, mengundang Netizens jadi salah satu solusi supaya peserta mencapai kuota. Tujuan utamanya sudah pasti supaya informasi yang disampaikan dapat lebih banyak disebarkan.

Alhamdulillah acara dihadiri oleh banyak peserta. Acara pun berlangsung seru dan meriah. Seluruh peserta sangat aktif berpartisipasi dan berinteraksi sepanjang acara.

Sangat berterima kasih pada rekan-rekan blogger yang sudah datang, juga atas bantuan aktif dari Febri Triharmoko yang sejak awal nggak pernah berhenti mengompori para bloggers dan media untuk datang di acara. Terima kasih juga buat Ika dari FLP Jambi yang juga banyak membantu mengajak rekan-rekan Netizens Jambi dari kelompok FLP untuk turut hadir berpartisipasi di acara.

Forest Talk with Netizens Jambi

Forest Talk with Netizens Jambi

Forest Talk with Netizens Jambi
Kegiatan Lomba Forest Talk

Untuk memeriahkan acara, penyelenggara menggelar kegiatan lomba yang dapat diikuti oleh semua peserta yang hadir yaitu Lomba Twitter, Lomba Instagram, dan Lomba Blog.

Lomba Twitter dan Instagram digelar selama acara berlangsung dan pemenangnya langsung diumumkan di akhir acara sekaligus penyerahan hadiah berupa uang tunai. Sedangkan lomba blog digelar setelah acara sampai periode yang ditentukan dengan total hadiah Rp 6 juta untuk 3 blogger beruntung.

Pemenang lomba Twitter Forest Talk with Netizens Jambi adalah akun twitter @ikanuila @sheieka @apatyawanc. Sedangkan pemenang lomba Instagram adalah @febritriharmoko @masyitharasyid @rubianti_biru. Selamat buat para pemenang!

Selain itu, panitia juga memberikan apresiasi berupa hadiah uang tunai kepada para peserta yang mengajukan pertanyaan selama diskusi berlangsung.

Pemenang Lomba Twitter

Pemenang Lomba Instagram

Peserta yang terlibat aktif selama diskusi "Menuju Pengelolaan Hutan Lestari"

Berikut adalah foto-foto yang saya ambil selama kegiatan berlangsung.

Live post kegiatan di Jambi dapat dilihat pada dua akun instagram saya @katerinadaily dan @travelerien. Untuk melihat lebih banyak lagi liputan dan tulisan blogger mengenai kegiatan forest talk dari kota ke kota silakan kunjungi www.lestarihutan.id

Sampai jumpa di kota berikutnya!

Salam lestari hutan 💗

Cewek-cewek Jambi feat travel blogger 😛 

www.lestarihutan.id

Pameran yang menarik perhatian

Interaksi aktif netizens  

Pameran yang menarik perhatian

Netizens Jambi

Netizens Jambi

Demo masak menggunakan bahan hutan

Menu demo masak: Grilled Tenderloin Steak dan Pan Fried Bamboo Shells.
Ragam kain tradisional Indonesia yang menggunakan pewarna alami


Komunitas Bloggers Jambi 
Pembicara, Influencer, dan Tim Panitia



Tim Fotografer Acara

Seorang istri. Ibu dari dua anak remaja. Tinggal di BSD City. Gemar jalan-jalan, memotret, dan menulis.

Share this

Previous
Next Post »

2 komentar

  1. ihiyyy ada foto-foto daku juga di postingan ini. Senangnya bisa ikut event Forest Talk with Netizens Jambi ini. Makasih banyak atas undangannya mbak, dan tentunya yayasan Dr Sjahrir yang sudah menyelenggarakan acara. Diakui memang blogger Jambi masih sedikit dan sebelumnya bergerak sendiri-sendiri, tapi sekarang sedang kami benahi. Semoga bisa makin kece kedepannya. Sekali lagi senang bisa ikut acaranya dan ketemu mbak Erin. 😍😍😍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Senang juga bisa kumpul dengan bloggers dan netizens Jambi. Ketemu mbak Enny juga bikin happy. Kapan-kapan ketemu lagi ya, acara lagi. Aamiin

      Hapus

Leave your message here, I will reply it soon!