Wisata Taman Mangrove Sriminosari Lampung Timur, Menikmati Alam dan Kuliner

Ekowisata di Hutan Mangrove Sriminosari

"Selamatkan Hutan Mangrove Demi Menyelamatkan Tempat Berpijak." Kalimat tersebut menjadi tema dalam Festival Tanam Mangrove yang digelar di Desa Purworejo, Kecamatan Pasir Sakti, Lampung Timur pada tanggal 10 Oktober 2017. 

Festival yang bertujuan untuk mempromosikan objek dan daya tarik wisata di Kabupaten Lampung Timur tersebut dimaksudkan untuk mendukung program pemerintah tentang upaya penyelamatan bumi dari pemanasan dunia, pencegahan terjadinya erosi/abrasi pantai dan juga sebagai tempat perlindungan bagi biota laut. Tepat pada hari pelaksanaan festival, saya dan beberapa rekan blogger dari Batam, Jogja, dan Cikarang sedang berada di Lampung Timur untuk mengunjungi sejumlah tempat wisata, salah satunya hutan bakau seluas 6 hektar di Labuhan Maringgai.

Gerbang masuk Taman Mangrove Sriminosari, ada payung-payungnya 😄

Terletak di Desa Sriminosari, Labuhan Maringgai, Lampung Timur, terhampar wilayah hutan bakau yang kini sudah menjadi kawasan ekowisata bernama Taman Mangrove Sriminosari. Berjarak kurang lebih 55 kilometer dari ibukota kabupaten, dapat ditempuh dalam waktu sekitar 1,5 jam dari Kecamatan Labuhan Ratu. Durasi perjalanan cukup panjang karena akses tidak sepenuhnya mulus, kecepatan laju mobil pun dikurangi. 300 meter dari lokasi taman, perjalanan harus disambung dengan motor, melewati persawahan yang sedang kerontang. 


Sawah kerontang

Jalur kecil, hanya bisa dilalui motor dan sepeda

Kami membayar tiket masuk sebesar Rp 5.000 per orang, lalu berjalan kaki melihat indahnya taman bakau melalui jalur trekking sepanjang 800 meter yang terbuat dari kayu dan bambu. Menurut keterangan Ibu Wahyu seorang penggiat wisata hutan bakau Sriminosari, jalur treking tersebut tak lama lagi akan diperpanjang menjadi 1000 meter hingga mencapai pulau pasir timbul yang nantinya akan dijadikan lapangan volley pantai sebagai bagian dari atraksi wisata di Taman Mangrove. 


Bisa sewa payung Rp 5000/payung

Catet ya..

Hutan bakau berkontribusi besar dalam menyerap karbon dioksida, selain berdayaguna melindungi kawasan pesisir pantai dari abrasi. Objek wisata ini dikembangkan oleh warga melalui Koperasi Konsumen Nelayan Rukun Sido Makmur, merupakan atraksi wisata yang sarat unsur pendidikan lingkungan. Terdapat tujuh gazebo berdiri di atas laut yang dapat digunakan untuk beristirahat, dan satu kantin jajan milik koperasi. 

di sini adem

di sini panas

Ini kantinnya, bisa pesan makanan dan minuman

jejeran pondok-pondok buat ngadem dan duduk-duduk santai
Kumpul dan ngobrol asyik ngalor ngidul

Jus buah segar dan pisang goreng hangat teman yang pas buat bersantai

Nikmati alam dan kuliner

Senyum yuk pak 😊

Jam operasional Hutan Mangrove Sriminosari adalah pukul 07.30 – 17.30 WIB setiap hari. Berbeda dari pantai wisata lainnya yang pernah saya kunjungi di Lampung, di sini pasir pantainya berwarna hitam. Laut Jawa yang menghadap ke Pulau Kalimantan sangat kaya ikan, adalah surga bagi para nelayan yang tinggal di Labuhan Maringgai. Tak heran bila buah tangan yang kami bawa dari sini berupa ikan asin, kerupuk kulit ikan, terasi ikan, dan snack ikan. Semuanya dikemas dengan rapi dan higienis dengan kenikmatan rasa yang terjaga. 


Menu seafood dalam hidangan makan siang yang menggugah selera

Alhamdulillah

Matahari yang hangat, udara segar, serta unsur air yang menenangkan, menjadikan Taman Mangrove Sriminosari ini sebagai pilihan tempat wisata yang cocok untuk bersantai sembari menyegarkan kembali pikiran dari segala penat dan rutinitas harian.

Semoga terjaga kelestariannya

Kunjungan ke Taman Mangrove Sriminosari saya lakukan bersama Mbak Sari Marlina dari Gading Gajah Art (GGA) Lamtim, Mbak Ratna Juwita dan Mas Himawan dari Lamtim, Yuk Annie (blogger dari Cikarang), Dian Radiata (blogger dari Batam), dan Riant (blogger dari Jogja). 

Terima kasih banyak kepada Ibu Wahyu dan keluarga yang telah mengantar dan menemani kami mengunjungi Taman Mangrove Sriminosari. Terima kasih atas suguhan makan siangnya yang luar biasa lezat, juga untuk oleh-olehnya yang banyak. Sungguh berkesan dan sampai kini terbayang selalu betapa banyak kebaikan yang kami terima saat di sana. Semoga Allah limpahkan kesehatan dan umur panjang pada kita semua, agar dapat bertemu kembali pada waktu yang lain. Aamiin.

Oleh-oleh hasil laut dari ibu Wahyu 😍

Bersama Ibu Wahyu (kerudung coklat nomor 2 dari kanan), penggiat wisata di Desa Sriminosari

Seorang istri. Ibu dari dua anak remaja. Tinggal di BSD City. Gemar jalan-jalan, memotret, dan menulis.

Share this

Previous
Next Post »

10 komentar

  1. Mangrovenya rapih dan bersih ya, Mbak. Beberapakali berniat ke Mangrove dekat sini, Brebes atau Pekalongan, tapi belum kesampaian. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jalan bagian depan menuju loket tiket belum terlalu bersih, masih agak 'kumuh'. Kalau sudah masuk dan terus berjalan mengikuti jalur treking, bersih dan nyaman. Saat saya di sana, tidak nampak ada sampah yang merusak pemandangan

      Hapus
  2. Enak ya ada kantinnya. Kalo Mangrove di Surabaya belum tertata rapi seperti itu, jadi masih benar-benar alami.

    BalasHapus
  3. Objek wisata di Lampung beragam dan banyak sekali ya mba. Hampir setiap daerah dekat pantai skrg pny wisata hutan Mangrove. Semoga kesampaian jalan2 ke Lampung. Oh iya, itu ikan gorengnya mirip wader ya. ^_^

    BalasHapus
  4. Bagus pemandangannya Mbak tapi seperti nya harua pakai sunblock deh

    BalasHapus
  5. Belum pernah main ke Taman Mangrove nih, di Surabaya ada, tapi belum sempat ke sana. Pemandangan di Taman Mangrove Sriminosari Lampung ini asyik mbak, cuma extra penjagaan ya kalau bawa krucil

    BalasHapus
  6. Asyik jalan-jalan di hutan mangrove, pengen banget bisa kebhutan mangrove ajak anak-anak sekalian mengajarkan kekayaan alam Indonesia

    BalasHapus
  7. Makin kagum dengan kekayaan alam Indonesia ya, di Lampung Timur banyak sekali wisata alam yang bisa diceritakan ya

    BalasHapus
  8. Mangrovenya bersih... Jadi pengen ke sana, tapi ggbisa bayangin, perjalanan ke sana kayk apaa... Heheh

    BalasHapus
  9. Tetiba kangen sama pisang gorengnya yg renyah, manis, dan enak. Makan di pondokan dengan angin semilir, bikin tambah betah. Coba kalo ada bantal. Jadilah gak pulang2 hahaahaha

    BalasHapus

Leave your message here, I will reply it soon!