Ketika Istana Bung Hatta tak berpenjaga




Sepi. Pagarnya terbuka. Di pos penjagaan pasti ada orang! Hiyaa…ternyata kosong. Ada topi khas, serupa helm. Nah lho. Sedang di toilet kali ya. Baiklah masuk saja. Melangkah ragu, sedikit mengendap-endap. Lagak pencuri. Eh iya beneran gaya pencuri. Mau mencuri apa? Gambar!
Ndak ada orang toh. Maunya sih ijin dulu, tapi mau minta ijin sama siapa? Satu…dua…tiga…Jreng! Aha! Berhasil masuk. Lirik kiri kanan, masih ga ada orang. Nengok kebelakang, masih sepi. Pos penjagaan tetap kosong. Okay, saatnya beraksi. Mau maling?? Ga dunk! Mau jeprat jepret! Moto taman depan, moto patung, moto Jam Gadang, moto Balai Bung Hatta, moto teras, moto bunga-bunga.
“Sedang apo uni?”
Hiyaaaaah..gubrakss!!
Kepala seseorang menyembul dari balik rumpun tanaman. Seorang perempuan tua menyapa. Ditangannya tergenggam sebuah alat kebun (apaan ya namanya? Lupa). Kaget, malu, dan ketahuan! Cepat-cepat pasang senyum manis dan menjawab singkat.
“Sedang numpang moto bu.”
“Sama siapa?”
“Sendiri.”
“Idak boleh masuk kesini. Nanti dimarah penjaga.”
Duh. Jadi ga enak. Mau ga mau mesti jujur deh.
“Saya sedang ada acara di Balai ini bu (menunjuk gedung disamping istana, persis dibalik punggung si ibu). Berhubung belum mulai, saya jalan kesini, liat jam gadang, eh sewaktu nengok pagar istana terbuka, ya saya masuk. Tadinya mau minta ijin penjaga, tapi ga ada penjaga. Akhirnya saya masuk saja. Pinginnya sih sampe ke dalam. Boleh ga ya bu?”
“idak boleh, nanti dimarah.”
“hmm…. 
Mau pergi kayaknya belum puas. Mau tanya-tanya banyak, jangan-jangan si ibu ga bisa jelasin. Lagipula pasti mengganggu beliau yang sedang bekerja.
“Baiklah saya pergi, tapi ibu mau bantu saya gak?”
“Bantu apo?”
“Tolong jepret saya sekali saja, biar ada kenang-kenangan”.
“Ibu idak biso moto.”
Saya beritahu caranya lalu dengan tiga kali jepret, didapatlah satu gambar lumayan. Lumayan ancur. Modelnya.
 




 Balai Bung Hatta, tepat disamping kiri Istana


 Bangunan sebelah kanan itu Pos Jaga. Saat itu sepi?

 Hanya sampai disini langkah kaki saya. Ga boleh masuk :D
 Jam gadang terletak di seberang istana
 Ibu perawat tanaman taman muncul dari balik tanaman ini hihihi
 Tiang bendera, bendera, dan Ramayana dept.store di depannya

Dua bendera berkibar di istana sang pahlawan proklamasi

 Hasil jepretan ibu perawat tanaman taman istana.


Keterangan:
Maaf, berhubung saya ga bisa mendapatkan informasi apapun saat itu, jadi saya pinjem keterangan berikut dari SUMBER INI
Istana Bung Hatta terkenal dengan sebutan Gedung Negara Tri Arga, terletak di pusat Kota Bukittinggi tepatnya di depan taman Jam Gadang. Pada zaman penjajahan Jepang gedung ini dijadikan tempat kediaman Panglima Pertahanan Jepang (Seiko Seikikan Kakka) dan pada zaman revolusi fisik tahun 1946 menjadi Istana Wakil Presiden RI Pertama Drs. Mohammad Hatta. Sekarang gedung ini digunakan sebagai tempat seminar, lokakarya dan pertemuan tingkat nasional dan regional yang representatif serta sebagai rumah tamu negara bila berkunjung ke Bukittinggi. Arsitektur bangunan ini berciri kolonial, dengan kamar-kamar yang luas berjumlah 8 buah tetapi sekarang ditambah 12 buah.
Yang terakhir ini foto rumah kelahiran Bung Hatta yang saya jepret dari dalam kendaraan yang tengah melaju. Beberapa kali melewati rumah bersejarah ini, tapi belum sekalipun saya singgah dan melihat-lihat dari dekat. Nyesel juga sebenernya... Tapi lumayan dapat fotonya :D


======= 

Bukittinggi, Sumatera Barat, Indonesia
Selasa, 04 September 2012

Seorang istri. Ibu dari dua anak remaja. Tinggal di BSD City. Gemar jalan-jalan, memotret, dan menulis.

Share this

Previous
Next Post »

1 komentar

  1. setidaknya pernah liat langsung ya teh..saya mah numpang lihat di poto teteh saja hehe..

    BalasHapus

Leave your message here, I will reply it soon!