Indahnya Etika Bertemu, Senangnya Berjumpa denganmu!


Mbak Savitry "Icha" Khairunnisa dari Norwegia sedang mudik ke Indonesia sejak bulan Juni sampai Agustus 2022. Baru-baru ini saya bertemu dengannya di Plaza Senayan, Jakarta (2/8).

Pertemuan kami singkat saja, namun menyenangkan, istimewa, dan agak "langka". Karenanya, saya jadi ingin mengabadikannya di blog ini, sebagai kenangan.

Namun sebelum itu...

Saat hendak menuliskan cerita pertemuan dengan Mbak Icha di sini, ada satu ingatan yang tiba-tiba muncul dalam benak saya. Tentang ajakan bertemu yang pernah tak berkenan di hati. Ceritanya begini.....

Beberapa tahun silam, pada suatu siang. Seorang kenalan blogger mengirim pesan melalui Whatsapp. Isinya singkat saja. Intinya dia memberitahu saya sedang berada di suatu tempat di BSD, dan meminta saya datang untuk bertemu saat itu juga.

Tidak ada yang salah dengan ajakan itu, saya hanya jadi agak kaget karena ajakan bertemu tersebut sangat mendadak dan harus saat itu juga.

Saya mencoba mengingat kapan kami pernah membicarakan janji temu. Namun, sekeras apapun saya berusaha, ingatan soal janji temu itu tak ditemukan, karena memang tak pernah ada. 

Kami sebenarnya bukanlah kawan dekat. Hanya saling tahu dan pernah berinteraksi di medsos saja, itu pun sesekali.

"Mohon maaf banget tidak bisa sekarang. Saya sedang kurang sehat, baru haid. Badan lemas, mual, mulas, dan kepala pusing."

Saya menjelaskan kondisi diri sesuai fakta. Meskipun ada fakta lainnya seperti sedang ada kerjaan di rumah, sebentar lagi mau jemput anak pulang sekolah, dan lainnya. Namun fakta lain itu saya sembunyikan. Cukup hal paling gawat saja yang terinfo, soal sakit itu.

Ketidakbisaan saya untuk bertemu direspon dengan datar. Kemudian yang luar biasa, saya distatusin di Facebook! 😱 Aneh juga sih. Kan katanya dia lagi ada acara di BSD. Ketemu saya itu cuma sambilan. 

Kenapa kesalnya sebegitunya, ditumpahin di tempat umum pula 😂 Jujurly, saya paling gak suka sama orang yang bila ada masalah diomongin di belakang, atau malah di statusin di medsos dengan tujuan ngajak orang mendukung emosi pribadinya dia. Kalau ada masalah dikelarin, bukan dipanjangin wkwk.


Ketika Saya Mengajak Bertemu 

Saat saya punya rencana datang ke suatu kota, dan punya waktu untuk bertemu dengan teman-teman yang ada di kota itu, tapi waktunya terbatas, saya biasanya akan bilang begini:

"Insha Allah hari Jumat saya ke Surabaya. Saya punya waktu luang hari Sabtu, jam 4 sore. Kalau ada waktu, ketemuan bareng-bareng yuk di Mall Tunjungan Plaza. Lokasinya dekat dari hotel tempat saya nginap. Biar gak jauh. Soalnya saya punya waktu 2 jam-an saja buat ketemu."

Dengan cara begini, saya menawarkan kesempatan, tapi tidak memaksa. Yang bisa ayo mari ketemu, yang gak bisa gapapa. 

Penting bagi saya memberi info yang jelas dan rinci. Untuk mempermudah orang lain membuat keputusan apakah bisa bertemu atau tidak. Karena yang sibuk bukan saya saja, orang lain juga sibuk.

Saya ada sebut "bareng-bareng", tujuannya supaya bisa dilakukan di satu tempat, pada satu waktu. Selain untuk efisiensi waktu, juga biar hemat biaya, dan meminimalisir kerepotan. 

Balik lagi ke soal bertamu ke suatu kota, lalu ngajak ketemu...

Kalau sudah terinfo, harapannya gak ada lagi teman yang ngomong: "Ih ke Surabaya ga bilang-bilang. Kok ga ngabarin? Kok gak ajak-ajak ketemu? Sombong amat diem-diem aja ke Surabaya"

Hadeuh 😅

Saya suka mengajak teman bertemu. Bukan untuk merepotkan, tapi untuk merawat hubungan, supaya silaturahmi senantiasa baik dan terjaga. 

Kepada kawan dekat, biasanya langsung saya japri seperti ini:


Ketika Saya Mengajak Mbak Icha Bertemu

Mbak Icha adalah seorang penulis. Beliau berasal dari Surabaya. Pernah tinggal di Inggris, Malaysia, dan sekarang sudah belasan tahun di Norwegia bersama keluarganya. 

Mbak Icha punya blog, tapi sudah lama belum diupdate. Katanya sibuk dan ada prioritas lain.  Tetapi kegiatan menulisnya jalan terus, terbukti dari adanya karya berupa buku-buku solo yang diterbitkan oleh Gramedia dan dapat dibaca oleh penggemarnya di Indonesia.

Selain menulis buku, Mbak Icha aktif di media sosial; Facebook dan Instagram. Di FB Mbak Icha menulis beragam topik. Kadang tentang keluarga, kegiatan harian di rumah, traveling, parenting, aktivitas putranya di sekolah (pendidikan di Norwegia), kuliner dan masakan, pertemanan, politik, dan agama pun ada. 

Saya suka baca tulisan-tulisannya yang berbobot. Saya suka dengan pandangan-pandangannya yang dewasa dan bijaksana. Saya suka buah pikirannya yang cerdas. Selalu ada hal menarik yang bisa diketahui, dan ada saja pelajaran yang bisa dipetik. 

Lewat tulisan-tulisannya itulah kami berinteraksi. Berbalas komen dengannya terasa menyenangkan. Hal seperti inilah yang membuat saya nyaman, betah dan jadi ingin jumpa.

Pada minggu terakhir bulan Juni lalu saya melihat postingan mbak Icha di Instagram. Ada foto Mbak Icha sedang di Jakarta. Ternyata Mbak Icha dan keluarganya sedang mudik ke Indonesia.

Lantas bagaimana dengan saya, ada rasa pengen ketemu? Oh itu pasti.

Tapi saya sangat mengerti. Orang baru datang dari benua jauh, telah 2 tahun tak bisa mudik karena pandemi, saat mudik tentu sudah punya prioritas bersama keluarganya.

Untuk mengajak Mbak Icha bertemu, tentu saya perlu menyusun kata setepat mungkin supaya tidak menjadi bebannya, dan tidak mengganggu jadwal kegiatannya.


Pada saat saya menulis:

"Masya Allah 😍😍 Selamat menikmati hari² selama di Indonesia ya mbak. Lumayan agak lamaan di Indonesia-nya ya sampai awal Agustus. Sekiranya sedang papasan waktu dan tempat, senang sekali jika dapat berjumpa. Jumpa sama panutankuuu 😚😘"

Lalu Mbak Icha membalas: 

"insyaallah nanti setelah aku kembali dari Surabaya, semoga kita ada rezeki ketemuan, ya Mbak Erien ❤️" 

Ungkapan mengajak bertemu hanya sekali itu saja. Setelah itu saya tidak mengulanginya lagi. Saya tidak ingin membuat Mbak Icha jadi terbebani waktu. Sebab saya pun sama, kalau sedang bepergian ke suatu tempat, semisal ada yang menagih pertemuan, rasanya tak tenang. Sayanya jadi sibuk mencari waktu, bahkan menggeser jadwal sana sini. Karena itulah, saya pun ingin pengertian terhadap orang lain.

Hingga suatu hari Senin tgl. 1 Agustus 2022.....



Ketika Mbak Icha Mengajak Saya Bertemu 

Masya Allah. Niat tulus menjalin silaturahmi dimudahkan Allah. Rejeki waktu dan kesempatan itu akhirnya datang. 

Tanpa saya duga tepat di hari pertama bulan Agustus, Mbak Icha menghubungi saya lewat DM IG. Saya diajak bertemu hari Senin tgl. 8 Agustus di Citos, Jaksel. Waktunya tepat satu hari sebelum keberangkatan kembali ke Norwegia pada Selasa 9 Agustus 2022.

Tanpa menawar, saya langsung setuju. Sebab di sini yang sibuk adalah Mbak Icha. Waktunya berada di Indonesia terbatas. Jadi, saya biarkan Mbak Icha yang mengatur waktu dan tempat. Saya tinggal mengikuti dengan senang hati.

Termasuk ketika tiba-tiba Mbak Icha mengubah jadwal ketemuan dengan memajukannya menjadi Selasa tgl. 2 Agustus. Saya tetap setuju, tetap dengan senang hati.

Tidak ada keadaan yang membuat saya mesti menolak, terlambat datang, atau pun merasa malas menempuh jarak panjang dari BSD ke Plaza Senayan. 

Saya sangat bersemangat. Alhamdulillah semuanya lancar, semuanya aman. Kami pun berjumpa.


Bertiga di Monologi, Plaza Senayan

Hari itu, Mbak Icha juga janjian dengan Mbak Mia, seorang business woman mumpuni yang merupakan adik angkatan kuliah adiknya Mbak Icha. Kami ketemu bertiga di waktu yang sama. Alhamdulillah saya jadi punya teman baru.

Nah, Mbak Mia itu ternyata pernah tinggal di BSD, di komplek yang sama dengan saya. Gak nyangka kami pernah tetanggaan, bahkan satu blok. Lucunya, selama bertetangga kami belum pernah ketemu. Ketemu dan kenalannya baru hari itu, di Plaza Senayan,  setelah udah gak tetanggaan lagi.

Dunia memang sesempit itu 😁 

Drama Hilang HP yang Ditemukan Kembali

Obrolan siang itu mengalir lancar, sambung menyambung, dan ada saja yang bisa diceritakan. Suasana terasa hangat dan akrab. Saya merasa seperti bertemu kawan lama yang sudah lama tak jumpa. 

Sampai kemudian obrolan terhenti saat Mbak Icha sadar dua buah HP nya tidak ada. Kalau tak salah, saat itu Mbak Icha mau menghubungi suami dan anaknya, ternyata kedua hapenya hilang!

Ada satu tempat yang langsung terlintas di pikiran saya saat itu, yakni musala. Tempat saya dan Mbak Icha pertama bertemu, saat sama-sama menunaikan salat Zuhur.

Dan benar saja, HP memang ketinggalan di musala. Ditemukan di rak sepatu oleh akhwat yang jaga musala, lalu dititipkan di pos keamanan tempat pengambilan barang ketinggalan. Saya jadi ingat, ketemu mbak Icha di musala saat sedang pasang sepatu. Kemungkinan tertinggalnya saat itu. 

Alhamdulillah HP sudah ketemu. Mbak Icha lega, saya juga turut lega. Masih rejeki. Masih Allah jaga. 

Selama ngobrol di Monologi itu kami memang sama sekali gak pegang HP. Semua abai pada gawai. Sebuah etika juga, lepaskan HP ketika duduk berjumpa kawan. Kami baru pegang HP lagi saat mau foto bareng.

Buku Kelana Rasa Mancanegara karya Mbak Icha, terbitan Gramedia. Thanks bukunya, mbak!

Tak lama setelah HP ketemu, kami menyudahi pertemuan. Karena Mbak Icha masih ada janji temu lagi dengan orang lain, masih di sekitaran Senayan juga. Dan ternyata terjadi drama kedua di Mbak Icha, orang yang hendak mereka temui kemudian ternyata ada di gedung seberangnya wkwk.

Udah selesai? Belum. 

Masih ada sesi singkat saya ketemu Fatih, anaknya mbak Icha yang sore itu menyusul ke Plaza Senayan bersama suaminya.

Walau sesaat tapi saya senang bisa bertemu keluarga Mbak Icha lengkap. Ngobrol sedikit sama Fatih, yang ternyata bahasa Indonesianya bagus sekali. Kata Mbak Icha, bahasa Ibu tetap diajarkan dikeseharian, makanya Fatih lancar berbahasa Indonesia. Malah ada aksen Jawa nya.



Terima kasih Mbak @ichasavitry untuk pertemuan yang hangat ini. Untuk obrolan yang bersahaja. Untuk buku Kelana Rasa Mancanegara yang menggugah selera dan mengajak untuk "Ayo praktekkan". Untuk kesempatan berjumpa dengan Fatih, anak soleh yang manis sekali sikapnya.

Selamat bersiap kembali ke Norwegia, mbak Icha.

Semoga kita sehat selalu, umur panjang, dan berjumpa lagi di lain waktu.

Indahnya berteman 😍



Terakhir, saya unggah poster KEB Ngobrol. Saat Mbak Icha jadi narasumber untuk obrolan bertema: Catatan Seorang Ibu Tentang Pendidikan di Norwegia.

Instagram Mbak Icha @ichasavitry

Saya sangat suka dengan persahabatan yang sehat. Saling memberi dampak positif, kekuatan, dan kedamaian hati, satu sama lain ✨❤️

Seorang istri. Ibu dari dua anak remaja. Tinggal di BSD City. Gemar jalan-jalan, memotret, dan menulis.

Share this

Previous
Next Post »

22 komentar

  1. masyaallah, pertemuan yang indah ya mba, yang diawali dari janjian, trus tahu kalo lagi ada di kota yang sama, komen-komenan di instagram, akhirnya bisa kopdar alias ketemu langsung

    BalasHapus
  2. Hihiii kebayang kesalnya kita menanggapi sesuatu dengan datar dan cerita keadaan sebenarnya malah ditanggapin beda dan bahkan di statusin. ya setidaknya cukup tahu aja ya mba ada pribadi seperti itu. Hal seperti ini yang kadang terabaikan tapi penting tentang etika :)

    BalasHapus
  3. Senangnya dari berteman di dunia maya bisa ketemuan di dunia nyata, Mbak Rien.
    Saya pernah satu buku antologi dengan Mba Icha ini, di antologi"Ceria Ramadhan di 5 Benua - 25 Negara" yang dinisiasi Mba Efa Refnita dan sempat 3 kali naik cetak di Gramedia. Keren memang tulisan Beliau baik di artikel, buku maupun status.
    Senangnya Mba Rien bisa ketemuan dengan Mba Icha dan berbagi tawa juga cerita

    BalasHapus
  4. Wah, luar biasa sekali pertemuan mbak Rien dengan Mbak Icha ini :D Kesempatan yang dimanfaatkan walau hanya sekian jam tapi bisa terasa hangat dan membawa manfaat. Memang idealnya bertemu wajah dengan teman maupun sahabat yang tinggal nun jauh di luar negeri sana, HP diabaikan dulu, kecuali saat foto2 ya :D Lucu amat ketemu eks tetangga dulu di BSD ...memang dunia sempit banget wkwkwkwkwk. Kita kapan ketemuan lagi nih? Waktu itu susah ngubrul2 ya di event hehehe.

    BalasHapus
  5. Senangnya ya bisa jalin silaturahmi, katanya silaturahmi itu bikin lancar rejeki, panjang umur, Insaallah dan bonusnya bahagia kalau dapat temen yang sefrequensi

    BalasHapus
  6. Hi mba Rien, ya ampuunn aku berasa hangaattt bgt baca cerita meet up inii 😂 super duper lovelyyy, rezeki silaturahim bisa tertunaikan dgn baik, indaahhh bgt.

    Btw, paling kzl deh sama orang yg dikit2 distatusin, ya elaaahhhh napa siikk baper amat jalanin hidup😆😆😆

    BalasHapus
  7. etika dan courtesy memang makin mahal harganya mba.. ada saja yang suka seenaknya ya mba. Must be fun to finally meet a friend from a far and exchanges good times

    BalasHapus
  8. Wahhh senangnyaa ketemu dengan mba Icha, aku mupeng bukunya Kelana Rasa Mancanegara. Aku kalo pengen ketemu dengan teman yang akan datang ke kotaku juga behati-hati nanyanya, karena kita nggak tahu keperluan dia di kota kita itu apa aja. Aku sendiri kalo sedang di kota Jakarta, Bogor, Pekanbaru kemarin itu juga nggak berani ngajak ketemuan karena sibuk dengan acara keluarga, jadinya ya pamit nggak bisa bertemu via japri pada beberapa teman yang kenal dekat dari dunia maya

    BalasHapus
  9. Silahturahmi memang penting kak, Akupun sama punya banyak teman di beberapa daerah, pas mereka berkunjung ke Jakarta aku minta mereka luangin waktunya untuk bisa bertemu, Dan ternyata akhirnya bisa, walaupun terkadang beberapa kali cancel

    BalasHapus
  10. Beruntung sekali mbak bisa meet up sama mbak Icha, aku suka banget sama tukisan-tulisan mbak Icha di fb, ig...selalu ada satu benang merah atau pelajaran yang kita ambil. Tulisannya itu ringan tapi berbobot dan enak dibaca ya mbak...
    Senangnya ketemu Fatih juga ya...eits, coba ajak Ai mbak hahaha

    BalasHapus
  11. Masya Allah..
    Inspiratif ceritanya mbak Tien
    Bisa dibilang pertemanan sehat ya mbak
    Masih saling bersilaturahmi dan berbagai manfaat positif
    Bikin hubungan pertemanan jadi langgeng ya mbak

    BalasHapus
  12. Senangnya bertemu teman yang sama-sama faham etika pertemanan, sama sama menghargai sebuah relasi dan selalu mengerti kondisi teman. Mba Rien banyak teman jadi ya banyak tipe yang pasti ditemui. Aku juga sama deh, suka ilfeel sama teman yang dikit dikit buat status menyinggung orang lain haha

    BalasHapus
  13. Masya Allah senang banget aku baca cerita perjumpaan mbak Rien dengan mbak Icha, apalagi ini menjadi momen yang berkesan karena mbak Icha sedang pulang ke Indonesia. Btw aku pun sepakat dengan cara kita mengajak bertemu seseorang saat kita sedang berada di kota lain, tapi kalau malah distatusin itu sih salah yang ngajak menurutku heheheee... Karena mbak Rien sudah benar kok, menolak karena memang selain dadakan dan juga kurang fit.

    BalasHapus
  14. Persahabatan yang sehat. Hehehe siapapun pasti mendambakan itu. Emang ada persahabatan tidak sehat?
    Ada.
    Izinkan saya bilang, salah satu persahabatan tidak sehat yg pernah saya rasakan, adalah saat dipinjami uang oleh dia, dan gak bayar-bayar sampai sekarang. Ditagih malah galakan dia. Persahabatan jadinya berujung permusuhan deh

    BalasHapus
  15. Kopdar nih emang seruuuu yaaa. Nah ya kyknya gak asing ternyata yang pernah diundang live ma KEb hehe.
    Kyknya bukunya bagus mbaakk, jd kepoh sama isinya, ngobrolin kulineran secara umum atau ada resep2nya? :D
    Kok bisa ya jodoh kenalan sama tetangga haha.
    Untung ya mbak HP-nya masih rezeki yang nemuin juga jujur mau nyimpenin pula :D

    BalasHapus
  16. Pengalaman ketemu orang macem-macem ya Mba. Meskipun sesama profesinya belum tentu bisa saling memahami, saling ngeklik gitu istilahnya. Saya juga pernah sih tiba-tiba ada teman mengabarkan udah di Bandung, tapi kondisinya belum memungkinkan untuk bertemu. Untung orangnya pengertian, kalau yang tiba-tiba bikin status itu engga suka saya aslinya. Dikit-dikit distatusin. Engga banget deh. Senang banget deh Mba krtamu Mba Icha, pasti berkesan ya pertemuannya

    BalasHapus
  17. Setiap pertemuan dengan seseorang ini, yakin adalah bagian dari takdir.
    Keren banget kak Rien. Dan karena keramahan kak Rien, banyak orang yang ketika ke Jakarta (BSD) ingetnya kka Rien.

    Barakallahu fiik, kak Rien.
    Seen gbanget dianggap sahabat oleh banyak orang.

    BalasHapus
  18. Seruu banget ya mbaak kisah kenalannya. Aku juga sama punya teman sosmed karena merasa satu frekuensi jadi kayak temen dekat padahal belum pernah ketemu.

    Alhamdulillah giliran bisa ketemuan seperti teman yg sdh akrab banget langsung nimbrung nyambung.

    BalasHapus
  19. Seneng pastinya ya mba bisa tanya2 tentang pendidikan disana Gimana kepingin banget deh buat referensi anakku

    Mudah2an bisa nih untuk melanjutkan sekolah di luar Indonesia

    BalasHapus
  20. Wah ternyata Mbak Icha penulis buku Kelana Rasa ya mbak. Berarti tentang masakan. Bertahun-tahun tinggal di Norwegia itu kebayang daya juangnya. Saya selalu salut kepada teman2 yang bisa tinggal lama di LN. Mendidik anak,membawa diri dengan culture baru, bahkan masih sempat berkarya, 4 jempol buat Mbak Icha. Mbak Rien aku menghayati sekali lho soal etika mmegajak bertemu. Karena aku pernah di 2 posisi tsb juga. Hanya seminggu di Jogja, ngajak teman2 ketemuan, itupun bagi2 waktu, ada yang dibarengi juga. Lalu ada kalanya temanku dari Jogja yang ke Jakarta, aku ngajak ketemuan tapi lihat jadwal mereka karena mereka ada aktiivitas tersendiri selama di Jakarta

    BalasHapus
  21. Hatiku hangaaattt baca tulisan iniii... keren, keren. Kalau orangnya humble, pasti menyenangkan.

    Memang benar, harus kurang-kurangilah 'merasa penting sendiri' sehingga orang lain harus menyesuaikan dengan kita alih-alih kita yang berusaha menyesuaikan dengan orang lain.

    BalasHapus
  22. Wah senang sekali kalo bisa bertemu langsung dan menjalin silaturahmi dengan teman di dunia maya ya mak..

    BalasHapus

Leave your message here, I will reply it soon!