Ada Nuansa Masa Lalu di Jalan Asia Afrika Bandung

jalan asia afrika bandung
Jalan Asia Afrika Bandung

Bulan Juli tahun 2019, sewaktu melancong ke Bandung bersama beberapa kawan blogger, saya mencari penginapan di sekitar Jalan Asia Afrika. Alasan saya saat itu tak lain agar mudah bagi kami untuk menikmati suasana Bandung tempo dulu tanpa harus berkendara jauh melintasi ruas jalan padat yang kerap bikin waktu terbuang begitu saja.


Seperti diketahui oleh banyak orang, Jalan Asia Afrika dan sekitarnya, termasuk Braga, kental dengan nuansa masa lalu. Sejumlah bangunan bersejarah bergaya art deco masih berdiri hingga kini, jadi kebanggaan warga Kota Bandung. Nah, jika dapat hotel sekitar Jalan Asia Afrika, tentu lebih mudah buat saya mendapatkan nuansa klasik masa silam yang saya inginkan. 


Salah satu hotel incaran saya waktu itu adalah Hotel Savoy Homann. Hotel tua tersebut merupakan salah satu bangunan cagar budaya Kota Bandung. Saya sangat senang ketika berhasil memesan kamar di Savoy Homann, karena akhirnya bisa merasakan bermalam di salah satu hotel bersejarah yang ada di Bandung. 


Pengalaman saya menginap di Savoy Homman dapat di baca pada tautan berikut (klik) : Savoy Homann Hotel Heritage Tempat Persinggahan Orang-Orang Penting. 


hotel heritage bandung
Hotel heritage di Bandung, Savoy Homann

Memesan Hotel di Bandung


Ada sensasi tersendiri yang dirasakan ketika menginap di hotel heritage. Namun kadang kita bertanya-tanya soal rate. Misalnya Savoy Homann, hotel bernilai sejarah yang berlokasi di tempat sangat strategis. Apakah tarif kamarnya terjangkau di kantong? Lalu jika tidak, cari lagi hotel heritage lain, di kawasan yang sama. Dan ternyata, harganya kurang lebih sama saja. 


Zaman now gampang sekali mendapatkan hotel yang diinginkan. Ada sejumlah OTA (online travel agent) terpercaya yang bisa kita jadikan sebagai tempat pencarian termudah dan mungkin juga murah, salah satunya Pegipegi. 


Mereka yang gemar bepergian tentu tak asing lagi dengan Pegipegi. Online travel agent satu ini merupakan situs online pencarian berbagai kebutuhan perjalanan. Selama terhubung dengan internet, kita tinggal buka hp atau laptop, lalu buka web dan mulai melakukan pencarian.

Nah, untuk mencari hotel murah di Bandung, kita bisa lakukan pencarian melalui situs Pegipegi. Silakan cek link berikut ya. Tampilan halaman web Pegipegi bisa dilihat pada gambar di bawah. Di sana ada pilihan untuk Hotel, Pesawat, Kereta Api, Bus & Travel, Promo, dan Travel Tips. Kita tinggal klik salah satunya dan mulai melakukan pencarian. 

Bagian terpenting yang jangan dilewatkan ada pada "Promo". Fitur ini memberi kita kesempatan untuk mendapatkan harga murah atas apa yang kita cari. Misalnya, promo Diskon Hotel s/d 2 juta yang saat ini sedang berlangsung. Siapa tahu mau cari hotel di Bandung dengan spesifikasi hotel heritage di sekitar Jalan Asia Afrika, bisa manfaatkan harga promo Pegipegi tersebut.  


Baca juga: Hotel Mewah di Bandung Terbaik Untuk Liburan Keluarga
hotel murah bandung
Pencarian Hotel di Bandung di Situs Pegipegi
hotel di bandung
Hasil pencarian Hotel di Bandung

Jalan Asia Afrika Bandung

Jalan Asia Afrika menyimpan banyak sejarah. Ketika melintas di jalan ini, hal pertama yang paling saya ingat, dan mungkin oleh banyak warga setempat, atau pun wisatawan yang rutin ke Bandung adalah Gedung Konferensi Asia Afrika yang  lebih dikenal sebagai Gedung Merdeka. 

Sebagai jalan dengan banyak gedung klasik di tepiannya, Jalan Asia Afrika tidak pernah sepi, baik oleh warga yang sekedar melintas, maupun oleh para wisatawan yang sibuk mengabadikan keindahan gedung-gedung tua. Gedung MerdekaHotel Grand Preanger dan Hotel Savoy Homann termasuk bangunan ikonik di Jalan Asia Afrika yang selalu jadi incaran lensa kamera fotografer. 

Di masa lampau, jalan Asia Afrika merupakan kawasan Groote Postweg, yaitu pusat kota yang merupakan tempat berkumpulnya para pemilik kebun di sekitar Bandung. Mereka menghabiskan waktu untuk melancong dan tentu saja sambil menginap. Kegiatan tersebut kemudian melatari dibangunnya dua hotel berbintang yaitu Hotel Grand Preanger dan Hotel Savoy Homann yang hingga kini masih dilestarikan.

Dalam sejarahnya, Hotel Grand Preanger telah ada di Bandung sejak tahun 1889, didirikan oleh seorang Belanda yaitu Van Deterkom. Pada tahun 1929 hotel direnovasi dengan arsitek Ir. Soekarno. Hotel Savoy Homann dibangun lebih dulu yaitu pada tahun 1880 oleh keluarga Homann asal Jerman yang telah bermukim di Bandung sejak tahun 1870.


Bagaimana rasanya menginap di hotel berusia tua? Saya dua kali berkesempatan menginap di Savoy Homann, pertama bulan April 2019, kedua bulan Juli 2019. Buat saya pribadi, setiap berada di hotel ini, saya seperti terbawa ke masa lalu.  Di masa lalu, selain ditempati oleh para delegasi Konferensi Asia Afrika, hotel ini juga pernah dikunjungi beberapa public figure terkenal. Tapi yang pasti, Hotel Savoy Homann adalah ingatan tentang para pemimpin negara yang menjadi pahlawan bangsa.


Baca juga: Masakan Sunda Warung Bu Imas Bandung
Titik Nol Kilometer Bandung

Tugu Nol Kilometer Bandung 

Senangnya menginap di Hotel Savoy Homann, otomatis dapat melihat Tugu Nol Kilometer Bandung dengan mudah. Ya, bagaimana tidak mudah kalau letaknya sangat dekat, tepat di seberang jalan depan hotel.

Tugu Nol Kilometer terletak di depan kantor Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Barat. Tinggi tugu kurang dari satu meter, bertuliskan BDG (Bandung) 0 (Nol).  Awalnya, saya sama sekali tak menyadari keberadaannya. Sewaktu pertama kali berada di sana, saya lebih sibuk mengamati gedung-gedung klasik yang bertebaran di Jalan Asia Afrika. Lalu, setelah pihak hotel memberitahu, disusul teman-teman blogger Bandung yang hadir di acara Asus Blogger Gathering (April 2019), baru saya ngeh

Dari berbagai sumber yang saya baca, penandaan nol kilometer diberikan oleh Gubernur Jendral Daendels, tepatnya pada tahun 1811. Nah, di tugu ini terdapat mesin giling kuno pembuat jalan yang bernama stoomwhols, menyerupai lokomotif tua. Ketika didekati, terlihat sebuah prasasti yang diberi judul, 'Prasasti Bandoeng "0" (Nol)'. Dalam prasasti dikisahkan, "HW (Herman Willem) Daendels, Gubernur Jenderal (1808-1811) yang ditugaskan oleh Pemerintah Hindia Belanda, mengemban tugas salah satunya harus membangun Jalan Raya Pos (Grote Postweg) dari Anyer (Banten) sampai ke Panarukan (Jawa Timur)".

Banyak kota di Indonesia memiliki titik nol kilometer. Begitu juga Bandung. Titik nol kilometer Bandung merupakan tonggak sejarah berdirinya Kota Bandung. Tugu Nol kilometer dan Monumen Stoomwals didedikasikan untuk ribuan rakyat Jawa Barat yang menjadi korban kerja paksa saat proyek pembangunan Jalan Raya Pos. Di Tugu Nol Kilometer juga terdapat replika wajah dari Daendels, Bupati Wiranatakusumah, Soekarno, dan Gubernur Jawa Barat pada tahun 1945 yaitu Soetardjo Kertohadikusumo. 

Baca juga: Kuliner Khas dan Legendaris di Pontianak

Monumen Mesin Cetak Koran Harian Pikiran Rakyat. 
Mesin cetak koran ini pernah digunakan Pikiran Rakyat mulai tahun 1974-1986

Monumen Mesin Cetak Koran

Masih di tepi Jalan Asia Afrika, tak jauh dari Tanda Titik Nol Kilometer, persis di depan seberang hotel Savoy Homan, terdapat Kantor Harian Umum Pikiran Rakyat (PR). Nah, di depan kantor tersebut terdapat monumen mesin cetak koran (setter) kuno yang usianya sudah cukup tua. Siapa pun yang lewat di sana bisa menyaksikannya. Bahkan bebas berfoto bila suka.

Tak ada orang berjaga di monumen mesin cetak koran, jadi tidak ada yang bisa ditanya mengenai sejarahnya. Satu-satunya informasi yang bisa saya ketahui lewat prasasti di samping mesin, di sana tertulis mesin pernah dipakai harian Pikiran Rakyat pada tahun 1974 hingga 1986. Mesin terpasang di sana pada 2011. Diresmikan oleh Direktur Utama PR saat itu Joko Hendrarto, bertepatan dengan tanggal berdirinya koran Pikiran Rakyat pada tgl. 24 Maret 2011.

Untuk mengetahui lebih lanjut, saya mencari tahu lewat internet. Menurut artikel yang saya baca,  mesin setter yang dijadikan monumen tersebut buatan Inggris. Pikiran Rakyat menggunakan Linotype model 73 4728. Mesin ini pernah berjaya pada 1960 hingga 1970-an. Mesin linotype menjadi mesin standard untuk koran, majalah dan poster.  

Linotype adalah mesin typesetting yang bisa mengatur karakter dalam satu baris. Bukan huruf per huruf seperti dalam mesin monotype typesetting. Kecanggihannya membuat mesin ini kerap digunakan penerbitan pada jamannya. Mesin Linotype dipatenkan Ottmar Mergenthaler di Amerika Serikat pada 1884. Dia menggunakan mesin ini untuk pertama kali di ruang percetakan The New York Tribune pada 1886. Awalnya mesin ini berukuran tinggi 7 kaki, lebar 6 kaki, dan kedalaman 6 kaki. Mesin ini terdiri dari keyboard dengan 90 karakter. (sumber: Serbabandung.com
Sejumlah bangunan tua di Jalan Asia Afrika yang kece dijadikan spot foto

Museum KAA & Gedung Merdeka

Setelah Tugu Nol Kilometer dan Monumen Cetak Koran Harian Pikiran Rakyat, selanjutnya saya dan kawan-kawan mulai melihat-lihat gedung tua yang bertebaran di sekitar Jalan Asia Afrika. Kegiatan ini tentu saja lebih baik dilakukan dengan jalan kaki, karena mengamati dan memotret, sungguh tak mungkin dilakukan dengan sambil berkendara. Kalaupun berhenti, kendaraan tak bisa berhenti begitu saja. Tempat parkir pun jauh. Lagi pula, jarak antar gedung sangat rapat. Jalan kaki memang lebih tepat.

Sejumlah bangunan tua yang wajib disinggahi di Jalan Asia Afrika adalah Museum Konferensi Asia Afrika dan Gedung Merdeka tempat berlangsungnya Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika 1955. 

Kemudian Gedung Sate, dan Gedung De Vries. Di masa lampau Gedung De Vries dikenal sebagai toko serba ada pertama di Kota Bandung, milik orang Belanda bernama Andreas de Vries. Di masa kini, Gedung De Vries digunakan oleh OCBC NISP. 
Di dalam Gedung Merdeka, tempat berlangsungnya KAA 1955

Semua gedung tua sarat sejarah yang terletak di Jalan Asia Afrika merupakan bangunan cagar budaya Kota Bandung yang tidak boleh diubah bentuknya. Karena itu bentuk bangunan sampai saat ini masih dipertahankan sesuai bentuk asli. 

Cerita lengkap saya saat mengunjungi tempat-tempat bersejarah tersebut akan saya bagikan pada tulisan yang lain. Silakan melanjutkan membaca pada postingan berikutnya 😘


Seorang istri. Ibu dari dua anak remaja. Tinggal di BSD City. Gemar jalan-jalan, memotret, dan menulis.

Share this

Previous
Next Post »

2 komentar

  1. Bukan lagi. Kawasan jalan Asia Afrika Bandung memamg penuh sejarah masa lalu, setidaknya Konferensi Asia Afrika Negara-negara Non Blok dulu. Hotel Savoy Homann menjadi salah satu lokasinya. Pernah sekali nginep di hotel ini, emang banyak spot bersejarah banget. Makanan sarapannya banyak, enak-enak pula. Bandung tea.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Yuk Elly. AKu paling suka suasana malamnya kalau di sana. Jalan kaki di antara gedung2 klasik, kafe-kafe dengan orang yang keluar masuk untuk minum dan makan, bangku-bangku di trotoar, dan lampu yang menyorot romantis...berasa nuansa Eropa jadulnya

      Hapus

Leave your message here, I will reply it soon!