Dunia Darurat Virus Corona, Haruskah Kamu Egois?

hoax virus corona
Dunia darurat virus corona


Dunia Masih Darurat Virus Corona?

Saya teringat saat ke Bali tahun 2017, Gunung Agung kala itu sedang erupsi. Saya dan suami dihantui kecemasan, terlebih penerbangan beberapa kali distop untuk masuk dan keluar Bali. Apakah aman? 

Semburan material akibat letusan tidak mengenai seluruh Bali. Jadi, kami tetap berangkat ke Bali. Lagipula, belum ada larangan dari pemerintah untuk mengunjungi Bali. Bahkan Presiden Jokowi sempat nge-vlog di tengah kerumunan wisatawan di Bali. 

Resiko yang ada paling nggak bisa pulang sesuai jadwal jika penerbangan ditunda. 

Erupsi Gunung Agung adalah bencana. Virus Corona juga bencana. Namun, Virus Corona bukanlah gunung yang menetap pada satu tempat. 

Apapun yang disemburkan oleh gunung yang sedang erupsi akan mengenai orang di dekatnya saja yang saat itu berada dalam jarak tidak aman. Bukan mengenai satu orang lalu bisa berpindah mengenai orang lain di tempat lain yang berada dalam jarak aman. 

Tak mungkin juga ada orang yang kena abu vulkanik, gas vulkanik, atau apapun itu, dengan sengaja membawa semua material itu ke tempat lain dan membuat orang lain ikut kena. 

Karena itu, belum pernah terjadi ada korban erupsi gunung berapi dilarang pergi ke mana saja dan bertemu dengan siapa saja dengan alasan nanti bisa membuat orang lain tertular kena semburan. Yang ada, semua orang dilarang mendekati gunung yang sedang erupsi, supaya tidak kena semburan.

Corona bukan material dari perut bumi. Corona adalah virus berbahaya yang bisa menular. Dan kita tidak tahu ia sedang menjangkiti siapa di sekitar kita.

Corona bukan hoax. Beritanya mungkin saja ada yang hoax. Tapi banyak berita tidak hoax beredar yang bisa kita ketahui dengan benar, bukan untuk menakuti tetapi memberitahu agar setiap orang waspada. Kalau ingin tahu mana yang hoax dan tidak, kenali lewat info yang dipublikasi oleh Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika dalam Laporan Isu Hoaks. 

Banyak kok cara untuk mengenali mana berita hoax dan tidak, yang penting tidak asal menyebut hoax demi suatu kepentingan, terlebih pada berita yang sesungguhnya akurat dan terpercaya. 

Kepentingan seperti apa? Nih contohnya, kepentingan pribadi dan perusahaan supaya jualan tripnya laku!

Yang terjadi, memang banyak orang jadi batal bepergian ke suatu kota atau negara. Teman saya pun, yang tiap minggu melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri, salah satu negara tujuannya adalah Singapore, membatalkan semua agendanya keluar negeri. Kamar-kamar hotel yang sudah ia booking, ia gratiskan ke siapa saja yang butuh. 

Benar terjadi banyak usaha perjalanan mengalami penurunan omset. Bahkan mengalami tak ada omset sama sekali dari semua produk yang dijual. Pengusaha bisnis perjalanan yang saya kenal pun mengalami hal tersebut. Beberapa dari mereka sabar, paham bahwa kondisi sedang tak aman. Keselamatan orang-orang lebih penting ketimbang keuntungan. Maka ia menunda penjualan. Bahkan, terang-terangan menghimbau orang lain untuk tidak banyak bepergian. 

Kalau punya teman pengusaha macam itu jelas saya kagum. Ia tidak memaksakan diri agar orang-orang yang telah membeli paket perjalanannya tetap melanjutkan traveling. Justru ia meminta tamu-tamunya untuk menunda perjalanan sampai waktu yang ditentukan.

Namun, ada juga yang berbuat sebaliknya, gencar mengatakan semua berita tentang corona adalah hoax. Ia benci corona telah membuatnya kehilangan banyak tamu, sehingga ia tetap mengatakan bahwa traveling kemanapun tetap aman, tidak ada masalah, tetap bisa selamat dan sehat.

Bagaimana mungkin kita bisa mengatakan aman bila korban sudah ribuan?? Yang meninggal ribuan. Yang dirawat juga ribuan. Sudah nonton berita di TV belum? Sudah baca koran? Coba deh tonton dan baca, jangan cuma baca laporan penjualan tok!

Ribuan orang melakukan perjalanan tiap harinya. Kita tidak tahu ia ke mana dan telah bertemu siapa saja. Bisa jadi si penular dan yang tertular pernah melintasi tempat-tempat yang biasa kita lewati. Bisa saja ia bertemu dengan orang-orang yang kita temui di bandara, pasar, mall, kantor, dan di mana pun. 

Apakah virus corona bisa kita lihat seperti abu dan gas vulkanik gunung berapi? Tidak. Ia hanya bisa dikenali melalui kondisi korbannya, itupun pakai alat dan waktu, dan oleh orang-orang medis. Bisakah orang awam macam kita dapat mengenalinya hanya dengan sepintas lalu? Lalu, buru-buru menghindar? Bah!

Saya prihatin dengan para korban virus corona, prihatin juga dengan apapun dan siapapun yang kena dampaknya, termasuk kalian para pengusaha bisnis perjalanan. Tapi tolonglah, jangan mengatakan corona itu hoax, semua berita tentang corona di TV, Radio, Koran, dan di internet itu hoax. Kalau mau bepergian, silakan bepergian saja, tanpa harus menyangkal sesuatu yang sudah menjadi fakta.

Coba deh baca berita-berita yang diturunkan oleh media terpercaya. Ada berita dari Malaysia, Singapura, Korea, Jepang, Cina, dan negara-negara lain mengenai korban-korban yang dirawat, meninggal, terinfeksi, melakukan perjalanan ke beberapa negara, dan bahkan ada yang ke Indonesia. Cari deh, cari, dan baca.

Benar bahwa kalau sudah sakit ya sakit aja, Tuhan akan kasih kita sakit dengan cara apapun. Kalau enggak, ya enggak. Kita akan tetap sehat meski ketemu dan bersentuhan dengan si penderita. Tapi kita tidak yakin kapan itu akan terjadi dengan kita bukan? Karena Tuhan tidak memberi pengumuman pada kita. Jadi, kita tidak tahu pasti apa akan selalu diberi sakit atau sehat. Jadi, paling baik adalah berupaya mencegah dan menghindarinya. Insha Allah sehat dan selamat.

Semoga tetap bijaksana dalam kondisi apapun. Singkirkan egois dalam diri.

Tetap semangat, rejeki nggak akan kemana, meski Corona melanda. 


Seorang istri. Ibu dari dua anak remaja. Tinggal di BSD City. Gemar jalan-jalan, memotret, dan menulis.

Share this

Previous
Next Post »
Give us your opinion

Leave your message here, I will reply it soon!