Tampilkan postingan dengan label wisata lembang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label wisata lembang. Tampilkan semua postingan

Liburan ke Lembang Lewat Subang: Mampir ke Asstro Highland Ciater, Destinasi Wisata Keluarga yang Menyenangkan

Asstro Highland Ciater Destinasi Wisata Keluarga di Subang

Asstro Highland Ciater, Destinasi Wisata Keluarga di Subang

Akhir tahun 2024 dan awal 2025 ini punya tiga momen liburan sekaligus: Natal, Tahun Baru, dan libur semester anak sekolah. Totalnya ada dua minggu waktu luang, tapi kami memilih liburan di akhir-akhir saja, ketika orang-orang mulai kembali ke rutinitas. Kok begitu? Karena buat kami, seringnya nih saat liburan justru lebih nyaman di rumah.

Liburan di rumah itu jadi momen langka di keluarga kami. Biasanya, anggota keluarga sibuk dengan aktivitas masing-masing: suami kerja, Aisyah sekolah, dan Alief kuliah. Apalagi hampir setahun ini Alief magang, pulangnya lebih malam lagi sehingga sedikit waktu ada di rumah. Jadi, saat libur, semua kompak di rumah, menikmati waktu bersama: tidur, makan, leyeh-leyeh, nonton, atau sesekali keluar makan bareng di sekitaran BSD saja. Praktis, jalanan dan tempat wisata yang ramai selama liburan tidak jadi pilihan kami. Tapi jangan salah paham, bukan berarti kami anti-liburan di luar rumah di musim liburan. Semua itu tergantung pada situasi, kondisi, dan juga tujuan yang ingin kami datangi!

Nah, pada musim libur kali ini, saat masa libur hampir usai, barulah kami memulai perjalanan. Kali ini tujuannya sederhana: Lembang, Bandung. Awalnya sempat kepikiran liburan ke pantai di Aston Anyer, tapi melihat cuaca yang kurang bersahabat, seperti angin, ombak tinggi,  dan hujan, bahkan saya mengkhawatirkan adanya potensi gempa dan tsunami. Akhirnya kami pilih daerah yang lebih aman dan adem di daerah pegunungan, yakni di Lembang.

Baca juga: Liburan Keluarga di Pulau Pari Kepulauan Seribu

Jepretan dari balik jendela mobil yang terus melaju. Makin jauh sungainya makin bagus. Airnya jernih, mengalir deras di antara batu-batu di dasar sungai. 

Rute Perjalanan Ke Lembang Via Subang

Sebelum berangkat, saya tanya ke beberapa teman yang tinggal di Bandung soal kondisi lalu lintas dari dan menuju Lembang. Saran yang saya dapat bervariasi. Ada yang bilang macet parah, ada yang menyarankan lewat Punclut, dan Bang Dede, yang merupakan teman saya dari Bandung, menyarankan rute lewat Subang. Akhirnya, suami memutuskan untuk mencoba jalur Subang.

Awalnya, jalanan terasa biasa saja: lebar dan ramai. Tapi semakin jauh, jalannya mengecil, mulai masuk ke pedesaan dengan pemandangan sawah, kebun, dan sungai. Kami bahkan melewati sungai dangkal berair jernih dengan batu-batu besar. Di sekitar sungai ada warung-warung kecil, tempat beberapa mobil singgah dan ada keluarga tampak asyik bermain air. Sempat tergoda ingin turun, tapi langsung ingat target harus sampai di Lembang maksimal jam 1 siang. Anak-anak dan suami sudah menatap sungai dengan penuh harap, tapi sama-sama menahan diri supaya nggak terlalu malam sampai Lembang.

Akhirnya sampai di puncak, melewati kebun teh yang diselimuti kabut tebal
  
Oh iya, kami berangkat dari BSD itu sekitar jam 10. Mestinya perjalanan 3 jam saja kami sudah di Bandung. Tapi karena ada mampir-mampir di jalan dan rest area untuk belanja camilan, salat, dan ke toilet, jadinya lebih lama dari perkiraan. Apalagi setelah lewat Subang, makin bertambah panjang durasi perjalanan.

Ternyata, jalan terus menanjak, dengan tikungan tajam dan jurang di sisi jalan. Beberapa kali berpapasan dengan kendaraan dari arah berlawanan, jantung saya rasanya mau copot! Dalam hati mulai bertanya, “Ini bener nggak sih jalannya?” Tapi suami, dengan gaya tenangnya, menjawab, "Kalau macet sih nggak mungkin, tapi deg-degan iya."

Sumber gambar: Asstro Highland Ciater

Ketemu Asstro Highland!

Setelah tanjakan yang bikin sport jantung, kami sampai di ketinggian dengan panorama kebun teh sejauh mata memandang. Suasana di sepanjang jalan mulai ramai. Dari kendaraan yang melintas, hingga orang-orang yang tampaknya tengah berwisata. Saya bahkan melihat ada bus terparkir dekat sebuah tempat makan di sisi kiri jalan. Warung-warung makan memang mulai terlihat ramai. Sepertinya memang sudah berada di kawasan wisata kebun teh.

Kabut saat itu berubah menjadi lebih tebal, jarak pandang makin pendek. Saya suka melihatnya, terasa indah meskipun pandangan berkurang.

Lalu saya melihat sebuah bangunan di tengah kebun teh dengan banyak mobil di sekitarnya. “Alief, pelan-pelan, itu kayaknya restoran. Kalau iya, kita makan di sini saja,” kata saya ke Alief yang menggantikan suami menyetir. Ternyata, tempat yang saya maksud itu adalah Asstro Highland Ciater!

Kanan pas baru datang, kiri udah mau pulang 😁

Karena sudah hampir jam 3 sore, kami memutuskan berhenti untuk makan. Niat awal makan di RM Sindangreret Lembang sebelum jam 1 pun bubar sudah. Fyi aja nih ya, Sindangreret Lembang masih 2 jam perjalanan lagi dari Asstro. Haha, masih jauh.

Untungnya, dalam perjalanan kami membawa bekal makanan ringan, jadi nggak sampai kelaparan banget. Bekal sederhana ini sukses jadi penyelamat: roti, biskuit, dan beberapa camilan favorit Alief dan Aisyah.

Saat masuk Asstro, kami salah jalur ke pintu keluar. Bapak petugas dengan ramah mengarahkan ke pintu masuk yang benar. Di loket, kami dikenai biaya Rp 25.000 per orang untuk tiket masuk, dan Rp 5.000 untuk parkir. Rupanya, Asstro Highland adalah tempat wisata dengan restoran di dalamnya – bukan sebaliknya. Oh jadi gitu konsepnya. Oke. 

Parkiran luas

Pintu masuk resto sekaligus jalan masuk kawasan wisata Asstro Highland

Apa yang Menarik di Asstro Highland?

Daya tarik utama ada pada penginapan glamping-nya. Namun, di sini, pengunjung bisa menikmati wisata kebun teh dengan banyak aktivitas seru seperti naik ATV, flying fox, berkuda, hingga foto-foto di spot yang estetik. Harga tiketnya cukup terjangkau:

  • Tiket Masuk (Senin-Jumat): Rp 20.000/orang (termasuk soft drink).
  • Tiket Masuk (Sabtu-Minggu): Rp 25.000/orang (termasuk soft drink).
  • Flying Fox: Rp 30.000/orang.
  • ATV/UTV: Rp 200.000/unit.
  • Berkuda (khusus anak-anak): Rp 40.000/anak.
  • Feeding Animal: Rp 20.000/orang.
  • Offroad: Mulai Rp 300.000 tergantung rute.

Fasilitas di sini lengkap: ada musholla besar, gazebo, spot foto indoor dan outdoor, restoran, hingga penginapan dan area parkir yang lega. Saya dan Aisyah sempat tergoda mencoba flying fox, tapi batal karena berharap bisa makan dulu, baru nanti main. Taunya abis makan malah surut niat main flying foxnya karena turun hujan. Haha.

Flying fox, bisa ditonton dari teras resto
ada spot foto di kebun teh
menyusuri kebun teh
Spot foto berbentuk sarang burung di ketinggian, dengan latar kebun teh yang diselimuti awan
Pose mode gelut antara ibu dan anak
Di malam hari, lampu-lampu yang terpasang pada rangka besi itu menyala, menciptakan penampakan seperti lorong bercahaya
Ketika kabut sedang tebal seperti ini, terasa sekali bahwa udara di tempat ini memang dingin
 

Kuliner di Asstro Highland Ciater

Restoran "Liwet Asep Stroberi" (Asstro) merupakan restoran khas Sunda yang berdiri sejak 2006. Menyantap sajian khas Sunda yang memanjakan lidah dan menggugah selera di sini bisa sambil memetik stroberi sendiri merupakan kelebihan yang hampir ada di seluruh cabang restoran ini. 

Dengan berbagai inovasi wisata alam maupun permainan hingga 17 tahun terakhir ini, kini Asstro sudah memiliki lebih dari 20 cabang yang tersebar di wilayah Jawa Barat hingga Jogjakarta.

Restoran

Untuk mempermudah, kami pesan paket liwet gurame bakar yang sudah termasuk tempe mendoan dan tahu goreng, ikan peda masak cabai, sayur asem, sambal, dan lalapan. Tambahannya, kami pesan pisang goreng yang dicocol ke selai stroberi dari kebun, bandrek hangat, dan minuman lainnya.

Rasanya? Enak dan porsinya cukup besar. "Lalapannya ini fresh banget, kayak baru dipetik dari kebun belakang," celetuk suami yang memang doyan lalapan.

Nasi Liwet Gurame Bakar
Pisang Goreng dengan cocolan stroberi dan minuman bandrek

Selama menunggu makanan datang, saya, suami, dan Aisyah asyik menjelajah area sekitar restoran. Kami mencoba spot foto, berjalan-jalan di kebun teh, dan melihat-lihat pemandangan dari ketinggian. Sementara Alief dan ibu lebih memilih tetap duduk di meja makan yang kebetulan di area teras (semi-outdoor) sambil mengagumi pemandangan kabut tipis yang menyelimuti kebun teh.

Setelah makanan datang, Alief memberitahu kami yang masih berada di kebun teh dan saat itulah kami mengakhiri berfoto-foto. Suasana makin jadi seru karena pesanan yang ditunggu-tunggu akhirnya terhidang. Alhamdulillah ikan gurame bakar beserta lauk-lauk pelengkapnya habis diserbu. Pisang gorengnya pun jadi rebutan. Enak dicocol selai stroberi segar, dengan rasa manis yang menyegarkan tanpa tambahan pemanis. "Ini lebih enak dari yang biasa kita bikin di rumah," kata anak saya, sambil menyantap potongan terakhirnya.

Pilihan menu di sini sangat beragam, dengan harga yang wajar sesuai kualitas rasa yang ditawarkan. Untuk informasi menu dan harga, silakan cek bio Instagram @asstrohighlandciater. Kami berlima  menghabiskan sekitar 500ribuan, yang artinya setiap orang hanya membayar sekitar 100ribuan saja. Makan segitu gak kurang. Kenyang tapi ga mubazir. Cukup.


Asstro Highland Ciater

Asstro Highland Ciater adalah destinasi yang cocok untuk liburan keluarga di Subang. Tempatnya nyaman, fasilitas lengkap, dan pemandangannya luar biasa. Kalau kamu mencari destinasi baru untuk healing di sekitar Subang dan Lembang, tempat ini wajib masuk daftar kunjungan! Saya pun memasukkan tempat ini untuk tempat glamping bersama keluarga. Semoga suatu hari nanti ada kesempatan baiknya. Tunggu aja.

Kalau penasaran, kamu bisa cek informasi lebih lengkap tentang Asstro Highland Ciater melalui IG @asstrohighlandciater. Di bio profilnya terdapat link untuk melihat harga tiket wisata, menu restoran, dan tarif menginap yang mereka tawarkan. Untuk penginapannya bervariasi, mulai dari 2 jutaan hingga 5 jutaan per malam.

Berikut saya tampilkan map kawasan wisata Asstro Highland Ciater beserta sekilas informasi penginapan dan kegiatan yang bisa dilakukan di Asstro. Sumber gambar dari Asstro.



 

Sebuah Pengingat dari Serunya Menemukan Asstro Highland Ciater

Senang bisa berada di sini! Jujur, saya baru pertama kali dengar nama Asstro Highland Ciater, jadi agak ketinggalan informasi, hehe. Tapi, ternyata tempat ini asyik buat wisata keluarga. Selain pemandangannya yang keren, makanannya juga enak-enak.

Sekali lagi, semua ini berawal dari anggapan saya seolah kami telah salah jalan, atau lebih tepatnya nyasar. Saya bahkan sempat berpikir untuk mengajak suami dan anak-anak putar balik. Namun, ternyata melanjutkan perjalanan justru membawa kami ke tempat yang indah ini. MasyaAllah, tak disangka! 

Dari situasi ini saya seolah kembali diingatkan bahwa jangan mudah menyerah atau terburu-buru mengambil keputusan ketika menghadapi situasi yang tampak salah. Kadang, jalan yang kita anggap keliru justru bisa membawa kita ke tempat yang indah dan penuh hikmah. Bersabarlah dan teruslah melangkah, karena hasil terbaik sering datang dari perjalanan yang tak terduga.

  
Meskipun betah di sini, kami tetap harus segera melanjutkan perjalanan ke Lembang. Cukup singgah sebentar saja, yang penting sudah tahu tempat ini, menikmati suasana dan makanan, dan tentu saja, keindahan alamnya. Insha Allah lain kali ingin kembali!

Pukul 16.25, kami meninggalkan Asstro Highland Ciater dan melanjutkan perjalanan ke Lembang. Dua jam kemudian, pada pukul 18.45 WIB, kami tiba di Lembang Asri Resort. Alhamdulillah, perjalanan panjang akhirnya berakhir dengan menyenangkan.

Selanjutnya, saya akan cerita pengalaman keluarga kami  staycation di Lembang Asri Resort. Banyak hal menarik yang kami temukan di sana. Tungguin ceritanya ya!


Sinar Mentari Menemani Bersantap Pagi di Pine Restoran

Pine Restaurant Sandalwood Boutique Hotel

Sinar mentari pagi menembus bebas kaca-kaca jendela yang berada di sisi timur restoran, menyinari semua bagian ruang yang dilewatinya. Cahayanya jatuh mengenai makanan, minuman, dan orang-orang yang sedang menikmati sarapan. Sementara di sisi barat yang berdampingan dengan hutan pinus yang teduh, udara segar melingkupi seisi restoran yang berkonsep terbuka. Suasana tenang dan nyaman menyertai waktu-waktu sepanjang bersantap. Di sini, makanan tradisional khas Bandung menjadi menu-menu kesukaan yang tidak bosan saya nikmati selama 3 hari 2 malam menginap bersama keluarga di Sandalwood Boutique Hotel, Lembang, Bandung.

Pine Restaurant Sandalwood Boutique Hotel

Tempat Sarapan Tamu Hotel

Sandalwood Hotel memiliki dua tempat makan. Pertama, Cafe & Coffee Shop Savannah in Woodlands. Yang kedua Pine Restoran. Savannah in Woodlands bisa dikunjungi kapan saja oleh tamu maupun bukan tamu hotel. Sedangkan Pine Restoran difokuskan untuk tamu hotel sebagai tempat sarapan. Jika ada acara tertentu, Pine Restoran bisa dipesan sebagai tempat makan rombongan tapi di luar jam sarapan (07.00-10.00 WIB). 

Savannah terletak di area terdepan hotel, sedangkan Pine Restoran berada di gedung paling belakang. Menurut cerita, dulunya lokasi restoran adalah kandang kuda, tempat Om Billy Mamola (pemilik Sandalwood Hotel) menyimpan kuda-kuda peliharaannya. Di dekat kandang kuda itu pula, sekitar 26 tahun yang lalu, Om Billy menanam pohon-pohon pinus. Ketika hotel mulai dibangun pada 2014, kuda-kuda dipindahkan ke De Ranch (kawasan wisata berkuda milik Om Billy). Kandang kuda diubah menjadi salah satu gedung hotel yang terdiri dari kantor, ruang meeting, kamar hotel, dan restoran. Sedangkan pohon-pohon pinus kini telah tumbuh tinggi, membuat teduh kawasan hotel dan menambah keasrian.

Baca juga: Kamar-kamar Cantik dan Unik di Sandalwood Boutique Hotel
Pine Restoran berada di balik pohon-pohon pinus

Restoran Berdekorasi Cantik 

Saya dan keluarga menempati kamar Rosewood yang gedungnya berada di area tengah kawasan hotel, terpisah dengan Pine Restoran yang terdapat di gedung lain. Jika hendak sarapan, kami harus jalan kaki melewati area kolam renang yang terbuka dan taman pinus. Jaraknya tidak jauh, sekitar 20 meter dari kamar. 

Pine Restoran terletak di lantai tiga. Untuk mencapainya menggunakan tangga. Sekadar informasi, seluruh lantai atas yang ada di Sandalwood hanya dapat diakses melalui tangga, tidak ada lift. Tapi jangan khawatir, lantai tertinggi gedung hanya sampai empat. Naik turun tangga masih aman. Kalau buat saya malah bagus, bisa sambil olah raga buat melatih kekuatan kaki he he.  

Seperti yang pernah saya ceritakan pada tiga postingan sebelumnya, Sandalwood bagi saya adalah hotel dengan suasana rumah yang menyenangkan. Saya menyebutnya Rumah Liburan. Hotel berkonsep boutique ini memiliki keunikan dari segi desain dan dekorasi. Hal tersebut memberi sentuhan yang berbeda dari tipikal hotel pada umumnya. Di Sandalwood, saya nyaris tak menjumpai ruang dengan lantai dan dinding-dinding tanpa dekorasi. Bukan sekadar dekorasi pemanis, tapi mengandung estetika dan inspirasi. Di sudut manapun berada, selalu tampak menarik untuk difoto atau pun jadi tempat berfoto. Pine Restoran pun tak luput dari dekorasi-dekorasi yang sedap dipandang.
It's a feeling -  Pine Restoran


Homey & Cozy - Pine Restaurant


Berlimpah cahaya mentari


Dekorasi Pine Restaurant


Love Home
Love You - Love What You Do

Rak dekorasi di restoran

Live Simply

Menu Tradisional Kesukaan
   
Menikmati menu khas yang menjadi kesukaan adalah salah satu hal terbaik yang saya rasakan di Sandalwood. Saya amat senang dan tidak bosan selama dua hari berturut-turut sarapan dengan Mie Kocok Bandung, Kue Serabi, Pisang Goreng, dan meminum minuman jamu. Dua hari dengan menu yang sama persis itu sesuatu lho, pertanda bahwa makanan itu memang menjadi kesukaan. Mau dibilang ndeso? Huahaha...saya malah bangga menyukai makanan-makanan itu. 

Sebagaimana hotel pada umumnya, menu makanan tentulah bervariasi, apalagi sekelas Sandalwood Boutique Hotel. Restoran juga menyajikan menu-menu lainnya, baik makanan Indonesia, maupun internasional. Ada lontong, spaghetti, nasi goreng dengan aneka lauk, omelet, aneka roti, kue-kue, bakwan, combro, sereal, teh, kopi, dan lain sebagainya yang saya tidak hafal namanya tapi ingat rupa makanannya. Jenis menu memang tidak terlalu banyak, tapi soal cita rasa, apa yang saya makan berhasil menjamin kenikmatan indra pencecap.

Seperti yang disampaikan kepada saya, Pine Restoran tidak memiliki chef seperti chef-chef di restoran hotel. Pihak hotel mempekerjakan warga sekitar hotel yang pandai memasak dan memiliki kemampuan membuat makanan khas Bandung dengan resep aslinya menjadi juru masak andalan. Meski demikian, mutu makanan yang disediakan tetap sesuai standar hotel.

Semua suguhan di resto dibuat sendiri, bahannya diolah oleh para juru masak untuk kemudian menjadi hidangan lezat para tamu hotel. Misalnya jamu, minuman tersebut dibuat oleh mbak-mbak di dapur Pine Resto dengan menggunakan bahan-bahan alami. Informasi tentang ini saya dapatkan langsung dari Tante Nila (istri Om Billy) yang menyapa saya ketika sedang sama-sama sarapan di Pine resto. 

Baca juga : Sandalwood Hotel dan Ingatan Rumah Cowboy di Masa Kecil


Menu-menu sehat dan mengenyangkan


Serabi Bandung


Combro


Pisang Goreng


Bakwan


Cemilan jadul dan Jamu buatan sendiri


Pilihan sarapan kesukaan anak-anak


Serabi - terenak dan paling kusukai


Mie Kocok Bandung - terenak dan paling kusukai

Buah dan puding


Santap!

Menyenangkan dan Mengenyangkan

Ada banyak alasan untuk berlama-lama di Pine Restoran. Tempat makan ini bagi saya bukan sekadar tempat untuk menunaikan kewajiban mengisi perut di pagi hari, melainkan juga menikmati suasana. Kenyamanan, keindahan, dan kenikmatan bersantap menjadi satu kesatuan yang membuat betah.

Saya menyukai sisi timur resto yang menghadap ke arah Tangkuban Perahu. Pemandangan pegunungan yang memanjang bak punggung naga, terlihat kebiruan di bawah langit pagi yang berawan. Sinar mentari pagi tumpah ruah menembus bebas kaca-kaca jendela. Cahayanya mengenai seisi ruang resto; makanan, minuman, dan orang-orang yang bersantap. Sedangkan di sisi barat yang terbuka, udara segar dan sejuk senantiasa melingkupi restoran. Pemandangannya langsung ke hutan pinus dan kolam renang. Suasananya sangat tenang dan nyaman, membuat betah.

Baca juga : Keindahan dan Kenyamanan Cafe & Coffee Shop Savannah in Woodlands

Pemandangan Gunung Tangkuban Perahu di balik jendela


Family time - Pine Restaurant Sandalwood Boutique Hotel


Family time - Pine Restaurant Sandalwood Boutique Hotel
   
Inspirasi dari Sang Owner

Pada hari kedua di Sandalwood, saya berjumpa Om Billy Mamola di Pine restoran, tapi bukan di jam sarapan. Pria kelahiran tahun 1954 ini adalah owner Sandalwood Hotel dan juga merupakan founder De Ranch Lembang. Sapaan hangat dari beliau membuat momen berkenalan yang seharusnya berlangsung dalam waktu singkat malah menjadi acara bincang-bincang yang akrab dan agak lama. Akhirnya terciptalah obrolan penuh makna dari seorang Master of Indonesian Horsemanship yang berbicara tentang hidup untuk merayakan sukacita, apapun yang kita alami dalam hidup. Beberapa point penting tentang kehidupan, menjadi masukan manis yang saya resapi dalam-dalam.

Saat sarapan di hari ketiga, tanpa sengaja saya berjumpa Tante Nila, istri Om Billy. Saya sebetulnya tidak tahu siapa beliau karena belum pernah berjumpa sebelumnya. Namun wajahnya mengingatkan saya pada foto yang terpajang dekat meja resepsionis, sama persis. Ya, wanita memesona dengan penampilannya yang anggun dan berwajah cantik itu memang Tante Nila. 

Saat sarapan, saya lihat Tante Nila beberapa kali memeriksa makanan-makanan yang disajikan dalam menu sarapan. Membuka tutup wadah-wadah makanan, melihat-lihat, lalu menutupnya kembali. Beliau juga menyapa beberapa tamu yang sedang makan. Sampai akhirnya saya pun kebagian disapa ketika sedang menuang minuman jamu ke dalam gelas. 

"Enak jamunya, buatan sendiri dari bahan-bahan alami. Saya juga minum," ucapnya seraya tersenyum.

Buat saya, bahagia itu sederhana. Sesederhana disapa oleh tante pengusaha fashion yang pagi itu sedang mengambilkan makanan pagi untuk om pemilik 40 ekor kuda yang sedang duduk menunggu di sudut restoran. Pasangan usia lanjut yang berbahagia!  

Beberapa waktu sesudah sarapan, obrolan di hari sebelumnya bersama om Billy berlanjut. Rejeki bagi saya bisa dapat kesempatan ngobrol akrab dengan beliau. Dan entah mengapa, laki-laki penuh semangat yang usianya sama persis dengan almarhum bapak saya itu sangat menyenangkan untuk diajak berbincang. Aura cinta dan bahagia yang dimilikinya terpancar indah dari kata-kata dan bahasa tubuhnya. Sangat nyata.  

Kagum saya pada Om Billy karena banyak hal. Salah satunya dari gaya hidupnya. Tidur cepat di waktu malam, bangun lebih pagi lalu pergi menengok kuda-kudanya untuk diberi makan. Setelah itu baru kembali ke rumah Sandalwood, dilanjut sarapan ditemani istri tercinta. Siangnya melakukan kegiatan-kegiatan bermanfaat. Sungguh bergaya. Yang tak kalah mengagumkan adalah meski tak lagi muda tapi semangatnya untuk tetap berkarya dan memberi manfaat kepada siapa saja masih tinggi. Sosok inspiratif!

Tante Nila Purnamawari - Owner Sandalwood Boutique Hotel


Om Billy Mamola - Owner Sandalwood Boutique Hotel


We are here @ Sandalwood Boutique Hotel


Makan di Pine Restoran, menikmati menu-menu lokal kesukaan, merasakan kenyamanan dan ketenangan, serta mendapatkan momen bahagia bersama keluarga yang kelak akan menjadi kenangan manis bagi anak-anak, juga bagi kami orang tua yang terus menua seiring waktu. Liburan yang mengesankan 😍

 
Sandalwood Boutique Hotel
Jl. Sesko AU no. 1, Lembang
Kabupaten Bandung, Jawa Barat 40391
Reservation: 022-2788070
Email: sandalwood_lembang@yahoo.com
www.sandalwoodlembang.com