Serba-Serbi Pengalaman Vaksin Keluarga. Dari Teriak Takut Disuntik Hingga Eskalator Horor

Saya sudah membaca pengalaman vaksin dari beberapa blog teman sesama blogger, mulai dari persiapan sebelum vaksin, ketika divaksin, hingga efek samping setelah vaksin. 

Sekarang saya juga mau berbagi pengalaman, tapi yang akan saya ceritakan di sini kebanyakan berupa situasi yang saya jumpai di lokasi vaksin. Dari hal-hal lucu, menakjubkan, menegangkan, hinggal horor yang bikin nyali kendor 😂


Sekeluarga Kompak Vaksin. Sinovac 1 dan 2 Kelar!

"Lho kok baru sekarang kelar vaksinnya," ujar netijen julid. Wkwkw. Maksud dia, vaksin corona kan udah dari beberapa bulan lalu diadakan, kenapa baru beres sekarang?

Kami sekeluarga kompak vaksin mulai bulan Juli (Sinovac dosis 1), dan baru kelar pada Agustus ini (Sinovac dosis 2). Kenapa baru Juli? Karena rejekinya kami memang baru datang di bulan Juli. Rejeki apa? Rejeki waktu dan kesehatan. Ingat, ingat...mau vaksin kudu sehat kan? Iya, apa iya? Iya dong.

Suami saya sangat sibuk sejak Maret sampai Juni, dan baru dipaksakan punya waktu buat vaksin pada bulan Juli. Meskipun super sibuk, saya bersaksi bahwa kesehatan suami saya yang bekerja di sektor kritikal diawasi sangat ketat oleh perusahaan, melebihi standar yang mungkin tak diketahui secara umum oleh masyarakat awam 😃

Saya sendiri baru mau vaksin jika didampingi suami. Soalnyaaaa, saya TAKUT DISUNTIK! Jika didampingi suami, setidaknya ketakutan saya yang sekeras batu itu bisa meleleh walau gak sampai mencair wk-wk-wk. Tapi, menanti suami bisa mendampingi itu susah sekali karena suami sibuk terus. Untuk cuti pun sulit karena pekerjaan lagi banyak-banyaknya. Bulan Juli kesibukan suami sejenak mereda. Bersamaan dengan itu, saya pun beruntung bisa dengan mudah dapat jadwal vaksin yang berlokasi di BSD. Jadi pas, saya bisa vaksin ditemani suami.

Bagaimana dengan anak-anak saya? Berkat info dari tetangga baik hati, kedua anak saya dapat jadwal vaksin keesokan hari setelah saya. Tempatnya pun masih di BSD, sangat dekat dari rumah. Sebetulnya, di sekolah anak saya juga ada vaksin gratis untuk siswa, tapi infonya baru mendarat di WA 1 jam kemudian setelah anak saya kelar divaksin. Sedangkan Alief, di kampusnya BINUS sejak Juni disediakan vaksin untuk mahasiswa dan keluarganya. Tapi vaksinnya untuk 18+. Alief 3 bulan lagi baru berumur 18 he-he-he.

Nah kalau ibu, sebetulnya sejak Mei apa Juni gitu, bisa datang langsung ke Puskesmas terdekat, karena usia lansia memang diundang dan diprioritaskan. Tinggal  datang bawa KTP pasti divaksin. Tapi, ibu baru mau vaksin setelah melihat kami sudah pada divaksin hi-hi-hi.

Buat netijen julid, niat kami vaksin udah lamaaaaa lewat, pelaksanaannya saja yang telat. Meskipun telat, selama belum vaksin itu kami berjuang keras berdarah-darah #halah, jaga diri biar gak tertular covid. Alhamdulillah perjuangan itu nggak sia-sia, kami semua kuat, sehat dan selamat sampai saat ini dan semoga sampai seterusnya. 

Oke ini dia serba-serbi di lokasi vaksin dari saya.

Saya takjub melihat antrian vaksin di Mall Teras Kota BSD tgl. 16 Juli 2021 ini. Rapi, tertib, dan lancar. Foto ini saya ambil dari eskalator saat menuju lantai 2.

Vaksin di Teras Kota: Antrian Sangat Rapi. Ada Teriakan Takut Disuntik

Saya dapat info ada vaksin di Teras Kota BSD dari IG @dinaskesehatantangsel. Daftarnya secara online. H-1 saya dapat pesan via WA, diminta hadir tgl. 16/7 jam 9.00-10.00. Saya datang diantar suami, biar berani. Sampai di lokasi, ternyata suami nggak boleh ikut karena bukan undangan, walau sekadar mendampingi. Jadilah saya masuk sendiri. Panik? Panik takut dong haha.

Namun, rasa takut dalam diri teralihkan oleh pemandangan antrian vaksin yang sangat tertib dan rapi. Tidak ada yang berisik, tidak rebutan, tidak sikut-sikutan. Emang antri berlian sampai mesti sikut-sikutan? 😅 Petugas yang mengatur antrian sangat tegas dan tidak sedikitpun lengah mengawasi kami. Hasilnya memang bikin saya terpana. LANCAR! Beda dengan yang pernah saya lihat di TV dan yang saya baca di berita-berita online, antrian semrawut, lama, dan melelahkan, sampai ada yang pusing dan pingsan segala. Wedew.

Alhamdulillah antrian vaksin di Teras Kota hari itu bagus sekali. Dari lantai dasar, kami bergantian naik ke lantai 2, hingga lantai 3 (depan CGV) di tempat pelaksanaan penyuntikan vaksin. Nah, di lantai 3 itu ada 3 kelompok antrian yaitu antrian screening kesehatan, antrian suntik, dan antrian ambil kartu vaksin yang telah di isi oleh petugas pencatat data vaksin. Prosesnya lancar jaya, nggak ada yang menggangu pandangan mata.

Pada saat antri suntik, baru deh ada yang bikin tawa saya hampir meledak. Seorang wanita dewasa teriak, nada suaranya mirip orang nangis ketakutan,"aduuh tolong tolooong sakiiiit...". Dia teraduh-aduh sambil merem dan geleng-geleng kepala. Rupanya dia takut disuntik gaes!

"Mbak, sudah selesai kok dari tadi. Udah, jangan nangis," ucap petugas medis perempuan yang menyuntik. 

Asli saya pengen ngakak di balik masker!! Tapi kalau saya terbahak, nanti malah orang-orang yang menatap saya. Padahaaaaal..padahal ya, diri sendiri juga takut. Dari si mbak itu saya belajar: NGGAK USAH TERIAK TAKUT! Nanti malu-maluin diketawain orang 😂

Lantai dasar mall Teras Kota 16/7/2021. Di lantai dasar ini untuk pendaftaran ulang dan pengambilan formulir untuk diisi oleh tiap peserta vaksin

Vaksinnya bisa rapi antri, kalau selfie di booth foto vaksin udah ga bisa antri wk-wk-wk

Vaksin umur 12-17 di STIKES Banten, BSD: Gagal Berani di Depan Anak!

Bulan Juli itu, selain berburu vaksin untuk diri sendiri, saya juga berburu vaksin untuk kedua anak saya. Banyak sih info tempat vaksin-nya, tapi kebanyakan ada di luar BSD seperti di Jakarta. Saya pilih sabar menunggu daripada buru-buru dan pergi jauh ke sana kemari capek dan pusing nanti malah bikin turun imun ya kan? Pikir saya, nggak mungkin di BSD nggak ada. Ternyata benar, vaksin di BSD banyak gaes. Dari yang diadakan oleh BSD (Sinar Mas), masjid-masjid, gereja-gereja, sampai mall, sekolah, dan kampus. 

Pada hari saya melakukan vaksin, saya dapat info ada 2 lokasi vaksin untuk umur 12-17 tahun yaitu di sebuah resto di Gading Serpong dan di Mall Tangcit. Karena agak dekat dari BSD, saya pilih yang di Gading Serpong. Tadinya udah siap tuh berangkat tgl. 17/7 ke Gading Serpong, eh, tiba-tiba tetangga ngabarin, katanya teman dia (namanya dokter Isni) sedang ngadain vaksin 12-17 di STIKES Banten, BSD Serpong. 

STIKES Banten gaeees, di BSD. Dekat dari rumah. Masya Allah. REJEKI banget deh anak saya dapat yang dekat, mudah pula. 

Nah, di STIKES itu diadakan 2 hari. Hari pertama khusus civitas akedemika, hari kedua untuk masyarakat umum. Karena kami datang di hari kedua, pesertanya rame dong. Untungnya kami datang jam 7 (sesuai instruksi dokter Isni), peserta belum membludak. Saya pun boleh masuk mendampingi anak, tapi suami tidak karena pendamping tidak boleh lebih dari 1 orang.

Saya ini sok jadi pendamping vaksin padahal takut jarum suntik. Tapi masa iya di depan kedua anak mesti menunjukkan rasa takut? Bisa-bisa bikin anak mundur gara-gara saya 😆

Sebetulnya Alief nggak minta saya dampingi. Kalau Aisyah memang minta ditemani, bukan karena takut disuntik, tapi belum PD saat maju sendirian untuk pemeriksaan kesehatan dan mengisi form data. 

Alief dan Aisyah nomor antrinya berurutan. Suntiknya pun bareng, saya jadi bisa menyaksikan keduanya dari dekat. 

Niat saya deket-deket sama anak kan biar dia tenang, gak taunya malah saya yang tegang ha-ha-ha. Ketika lengan Aisyah disuntik, mukanya datar aja gitu. Meringis enggak, ketawa juga enggak. Ya iyalah masak ketawa 😁 Matanya santai banget menatap jarum suntik. 

Ketika jarum suntik mendekati lengannya, Aisyah tetap tenang. Malah saya yang meringis dan berucap "aduuuh" agak kenceng. Dokternya langsung noleh ke saya wk-wk-wk. Pikir dokternya, nih ibunya lebay banget. Wong anaknya tenang gitu. Ya udahlah ya, pokoknya saya gagal berani di depan anak! 😅

Al dan Ai Vaksin di STIKES Banten, BSD Serpong. Sinovac 1 tgl. 17 Juli 2021

Kedua anak suntik vaksin bareng di sini, dan saya menyaksikan keduanya dengan tegang gaeeees 😂

Kelar suntik vaksin, pamerin brosur berisi informasi KIPI aja ya gaes, bukan kartu Vaksin. Ingat, kartu vaksin berisi data pribadi jangan dipamerkan, bisa bahaya disalahgunakan oleh orang tak bertanggung jawab 😀

Vaksin di Puskesmas Ciater : Ibu-ibu Hebring Gak Jaga Jarak Marah Ditegor

Para lansia di komplek saya sejak awal sudah diprioritaskan untuk vaksin. Pak dan bu RT sudah mengingatkan berkali-kali melalui WAG RT dan WAG RW agar para lansia langsung pergi ke Puskesmas (sesuai kelurahan masing-masing) untuk vaksin. Cukup bawa KTP, nggak perlu yang lain.

Tetapi, seperti saya ceritakan di awal, ibu baru mau vaksin setelah melihat kami kelar vaksin. Jadi, setelah suami vaksin (8/7), saya vaksin (16/7), dan kedua anak vaksin (17/7), ibu langsung semangat mau vaksin. 

Tgl 19/7 ibu saya antar ke puskes. Kami datang pagi sebelum jam 7. Sampai puskes langsung ikut orang baris antri ambil nomor. Karena antriannya agak panjang, saya yang antri, ibu saya minta duduk saja. Jam 7 nomor dibagikan. Ibu dapat nomor 50an. Vaksin dimulai jam 8. Jadi satu jam tuh kami nunggu. Nunggunya di depan UGD.

Nah, di depan UGD itu bangku tunggu terbatas, cuma bisa buat 4-5 orang. Ibu saya tidak kebagian. Di depan UGD itu saya lihat orang-orang sibuk mengisi formulir, saling tanya cara mengisi formulir, saling pinjam pulpen, ngobrol, dan ada yang mondar-mandir bosan. Situasi yang menurut saya tidak aman.

Ada beberapa ibu-ibu ngumpul, ngobrol dengan suara kenceng. Saya amati pakaiannya. Ada yang bercelana ketat, pakai baju warna ngejreng, kerudungnya tersampir seksi di kepala karena melorot sana sini memperlihatkan leher dan rambut. Ada yang pakai rok dengan ikat pinggang berbentuk rantai berwarna emas kuning, ukurannya gede udah mirip rantai jangkar kapal wk-wk-wk. Ibu lainnya pakai kaftan lebar dengan kalung batu berkilau-kilau. Mereka ini gak jaga jarak, parahnya ada yang lepas masker (diturunkan ke bawah dagu). Pas ngomong diturunkan, kelar ngomong dinaikan lagi ha-ha-ha kebalik-balik fungsinya.

Saya ajak ibu saya menjauh dari mereka sambil bilang ke ibu-ibu itu: "Ibu-ibu maaf, maskernya tolong dipakai, dan jangan berkerumun begini." 

Eeeeh dua orang langsung melotot ke saya, satu orang lagi langsung ngomong gini: 
"Jaga jarak apaan, kita sehat semua kok ini. Lagian kita mau vaksin, ga ada yang kena covid."

Eeeeng iiiiing eeeeng 😏 Dah lah, saya nggak mau jelasin apa-apa. Soalnya, dari kalimat yang diucapkan itu, saya sudah bisa tebak seperti apa cara berpikirnya wk-wk-wk.

Antri ambil nomor

Setelah ambil nomor diminta menunggu di sini karena jam 8 panggilan vaksin dilakukan di pintu UGD

Antrian menunggu panggilan vaksin yang baru dimulai jam 8

Ibu melakukan pemeriksaan kesehatan. Tensi ibu saat itu 140 persekian. Dokternya bilang aman, ibu boleh vaksin.

Alhamdulillah selesai vaksin sinovac ke-1

Vaksin Sinovac ke-2 di STIKES : Kali Ini Gagal Lihat Jarum Suntik!

Jadwal dosis ke-2 Sinovac untuk anak-anak jatuh pada tgl. 12 Agustus 2021. Nah, belajar dari gagal berani waktu liat Aisyah disuntik Sinovac 1, kali ini saya bertekat mau tenang tanpa tegang. Jangan sampai saya teraduh-aduh lagi.

Oh ya, pelaksanaan vaksin ke-2 ini dilaksanakan selama 3 hari. Hari pertama dan kedua khusus untuk civitas akademika, hari ketiga untuk masyarakat umum. Dokter Isni menghimbau agar kedua anak saya datang di hari pertama supaya tidak terlalu ramai. Sewaktu datang ternyata beneran lengang. Mungkin karena kepagian, bahkan para petugas masih sibuk menata meja. Tapi peserta vaksin sudah bisa ambil nomor. Alief dan Aisyah dapat nomor urut 9 dan 10. 

Antrian lancar jaya, cepat dan lancar. Saya bahkan leluasa memotret kedua anak saya. "Mama ngonten terus," kata Aisyah 😅 Ya gitu deh, anak vaksin pun dijadikan konten hi-hi-hi.

Sewaktu pemeriksaan kesehatan, tensi Aisyah 90 per sekian. Termasuk rendah. Padahal sebelum berangkat sudah sarapan nasi goreng pakai telur, minum susu juga. Malamnya pun dia tidur cepat, dan tidak dalam kondisi kelelahan. Lalu, perawat di meja suntik bilang ke saya agar Aisyah diberi minum. Nah, saya ga bawa minum tuh. "Di kantin itu ada bu, bisa beli di situ saja

"Ok, saya beli minum dulu. Tunggu ya." Saya bergegas tuh, karena mikir Aisyah harus segera minum sebelum disuntik. Untung kantinnya di situ juga, kurang lebih berjarak 8 meter dari meja tempat vaksin.

Eh, pas saya balik dari beli minum, saya lihat lengan baju Aisyah agak kebuka, saya kira siap-siap mau disuntik, ternyata itu tuh udah kelar suntiknya. Lhaaaa udahan?? Hu-hu-hu Saya kecewa! 

Saya kan pingin liat Aisyah disuntik. Sekalian mau nunjukin ke Aisyah bahwa kali ini saya berani liat jarum suntik, eeeh malah gagal gara-gara cari air minum 😂

Datang pagi masih sepi, langsung isi form vaksin untuk vaksin ke-2 Sinovac. STIKES Banten, BSD Serpong 12/8/2021

Alief diperiksa oleh dr. Inti, Aisyah diperiksa oleh dr. Isni. Dokternya ramah-ramah. Pemeriksaannya juga teliti.

Aisyah dan dokter Isni. Suhu tubuh normal (36 sekian), tensi 90 per sekian (lumayan rendah)

Kali ini di STIKES ada photobooth vaksin. Jadi bisa ikut nampang bareng anak hihi. Alhamdulillah Aisyah dan Alief sudah selesai vaksin Sinovac ke-2.

Vaksin Sinovac ke-2 di Puskesmas Ciater : Panggilan Nomor Satu!

Ibu melakukan vaksin Sinovac ke-2 tgl. 16 Agustus 2021. Kali ini situasinya beda dengan yang pertama. Jika sebelumnya harus antri dulu buat ambil nomor, kali ini begitu sampai di puskes langsung diberi nomor oleh satpam yang bertugas di depan. 

Ibu dapat nomor 57. Harusnya sudah ada 50an orang di puskes saat itu, tapi tak ada. Pada kemana? Ternyata pada pulang dulu, nanti jam 8 pas vaksin dimulai baru pada balik. Oalah, pantesan. 

Kali ini rasanya lebih nyaman, tak ada ibu-ibu hebring ngobrol kenceng sambil melotot wk-wk-wk. Saya dan ibu bisa duduk santai di bangku tunggu (depan UGD). Bahkan boleh duduk di dalam. 

Sebagai informasi, vaksin Sinovac 1 di Puskes sudah habis. Kalau saya tak salah ingat, Pak RT kami pernah mengumumkan sejak tgl. 12 Agustus di Puksesmas adanya vaksin Sinovac 2. Buat yang belum pernah vaksin akan mendapatkan vaksin Astrazeneca.

Nah, dari cerita mbak-mbak yang hari itu mau vaksin, katanya sudah ada beberapa orang yang datang mau vaksin sinovac 1, tapi karena habis, dan diganti dengan Astrazeneca, beberapa orang jadi urung. Katanya ada yang takut dengan efek sampingnya. Jadi, sepinya peserta vaksin pagi itu, bisa jadi karena ada yang khawatir akan hal itu. Padahal soal efek samping mah, tergantung kondisi orangnya, dan soal efek bisa beda-beda pada tiap orang.

Mendekati jam 8, seorang petugas medis meminta kartu vaksin ibu untuk diperiksa. Entah apanya yang diperiksa. Yang jelas, setelah diperiksa itu, petugas bilang ke ibu bisa divaksin. Mungkin buat mencocokan ketersediaan vaksin sesuai domisili. 

Tepat jam 8 ibu dipanggil duluan. Saya senang lansia diprioritaskan begini. Jadinya nggak perlu lama nunggu. Saat periksa kesehatan, tensi ibu kali ini 130 per sekian. Gak setinggi sebelumnya. Alhamdulillah kondisi ibu sehat. Dan, karena duluan dipanggil, proses vaksin ibu cepat selesai. 

Puskesmas Ciater tgl. 16/8/2021

Situasi yang lengang dan tenang, bisa santai dan nyaman menunggu sampai jam mulai vaksin (8:00)

Ibu dipanggil paling awal. Alhamdulillah hasil periksa tensi dan suhu tubuh normal semua. Kesehatan juga baik.

Bulan lalu waktu vaksin pertama nggak bisa selfie-selfie begini karena ramai dan berisik. Kalau sekarang bisa santai Wefie sama ibu he he.

Alhamdulillah sudah selesai vaksin Sinovac 1 & 2. Semoga ibu senantiasa sehat. Aamiin


Vaksin Sinovac ke-2 di Teras Kota : Eskalator HOROR dan si Penyerobot Antrian.

Jadwal saya untuk vaksin sinovac ke-2 adalah tgl. 13 Agustus 2021, lokasinya masih sama di Teras Kota BSD. Belajar dari pengalaman vaksin pertama bulan lalu, kali ini saya datang lebih awal. Ternyata, seawal-awalnya saya datang, tetap kalah cepat sama yang lain. Ketika tiba, antrian masuk mall sudah 30an orang. Gilak cepet amat. Apa orang-orang bermalam di teras mall demi bisa jadi yang terdepan dalam antrian? 😅

Vaksin di Teras Kota tidak pakai sistem nomor antri. Antrian berdasarkan kedatangan saja. Meskipun begitu, tidak terjadi kesemrawutan. Semua tertib. 

Oh ada sih 1 pelaku yang norak banget. Seorang perempuan yang umurnya saya taksir 10 tahun lebih tua dari saya. Dia menyerobot antrian sejak dari luar. Jadi ceritanya dia jalan melewati antrian sambil telpon-telponan. Suaranya kenceng, suara orang yang dia telpon juga terdengar kencang. Nah, orang-orang kan mengira dia itu lewat doang, mau masuk bukan buat vaksin, mungkin mau kerja di supermarket, atau jangan-jangan salah satu petugas vaksin, jadi dia dibiarkan merangsek maju tak terkendali.

Eeeeeh pas sampai barisan agak depan, dia berhenti, dan masih telpon-telponan. Mukanya sambil toleh sana-sini dan terus bicara di HP. Satpam udah liatin si ibu itu, ibunya cuek kayak gak tau, dan terus saja telponan. Tepat jam 8 mall dibuka, antrian boleh masuk, ibu itu ikut jalan dari luar barisan, dan cussss nyelonong gitu aja. Saya masih mengira dia karyawan mall. Tapi, pas barisan sampai di meja pendaftaran ulang, si ibu itu juga ada dalam barisan (depan). Lhaaa??? Busyet deh ibu, taktiknya jitu banget ya nyerobot antrian. Dari beratus-ratus orang, cuma ibu itu doang yang kelakuannya aneh 😃

Datang lebih awal membuat saya menyaksikan pemandangan seperti ini, bangku antrian masih banyak kosong. Vaksin Sinovac 2 di Teras Kota BSD, 13 Agustus 2021

Kelar vaksin, pemandangan antrian di lantai dasar mall sudah seperti ini. Sudah ramai tapi tetap rapi dan tertib. Dari sini nanti antrian bergantian naik ke lantai 3, dan turun melalui eskalator tempat saya mengambil gambar ini. 

Di lantai dasar mall kami ambil form di meja pendaftaran yang petugasnya banyak, lalu antri di bangku yang jumlahnya beratus-ratus, mengisi formulir, dan menunggu arahan petugas untuk bergantian naik ke lantai 3. Semua sama seperti bulan lalu, lancar dan tertib. Apalagi saat itu masih awal dan belum rame, bangku antrian masih banyak yang kosong.

Proses pemeriksaan kesehatan juga lancar, tapi petugas tampak belum datang semua karena ada 2 meja masih kosong. Antrian di tempat penyuntikan cuma 1, bulan lalu seingat saya ada 3-4 meja. Mungkin belum datang. Antrian suntik jadi agak lambat. Tapi gak sampai berjam-jam. Saya cuma menunggu kurang lebih 10 menit.

Antrian terakhir di meja pencatatan data dan kartu. Baru ada 1 meja dengan beberapa petugas saja. Bulan lalu seingat saya petugasnya sampai 10 orang lebih. Nah, pas giliran saya mau tarok form dan kartu, 1 meja dibuka dan saya langsung dipanggil. Jadilah punya saya duluan diproses dan cepat selesai. Ada seorang perempuan yang udah duluan dan antri di meja lain tiba-tiba protes karena liat kartu saya bisa duluan selesai. Ya iyalah bu, kan kita beda petugas, bukan di petugas tempat ibu yang udah duluan antri sejak 15 menit lalu hi-hi-hi.

Situasi di lantai 3 saat antri screening kesehatan (kiri) dan antri suntik vaksin (kanan)

Baru ada 1 meja vaksin dengan 2 petugas.

Petugas Medis Pelaksana Vaksin. Meskipun di satu meja ada 2 petugas medis, tapi vaksinatornya hanya 1.

Karena udah selesai, saya pun pingin langsung turun. Oh tapi sebelum itu saya sempatkan untuk foto dulu di booth vaksin. 

Nah seperti biasa, untuk turun mesti lewat eskalator yang ada dalam CGV. Ada sih lift, tapi seingat saya sedang tidak boleh digunakan. Jadi satu-satunya jalan turun lewat eskalator dalam CGV. Tapi CGV nya gelap gaes. Semua lampunya mati! Sebagai penakut, saya langsung terpaku depan CGV itu. Mau masuk tapi kok serem, soalnya sepi banget! Ini gara-gara proses vaksin saya terlalu cepat selesai 😅

Seorang bapak petugas keamanan menghampiri saya, mungkin heran liat saya maju mundur cantik depan CGV.

"Eskalatornya di dalam bu, pojok kanan itu," ucap bapak itu. Dalam hati saya jawab, "saya juga tahu pak, masalahnya kok gelap?" 

"Oh iya pak, terima kasih," ucap saya. Bapak itu kembali menjalankan tugasnya, menyambut peserta vaksin yang baru tiba dan mengarahkan ke tempat antrian.

Saya celingak-celinguk melihat keadaan, barangkali ada yang udah selesai dan mau turun, biar ada barengan. Ternyata belum ada gaes! Duh, semesta kok mendukung banget ketakutan saya ya ha-ha-ha. 

Daripada saya berdiri nggak jelas depan CGV itu, akhirnya saya lariiiiii wk-wk-wk. Lari ke eskalator kayak orang dikejar setan, padahal jarak pintu masuk CGV ke eskalator itu paling cuma 10-15 meter ha-ha-ha. Dan selamat! Selamat turun lewat eskalator yang sepi banget kayak di foto berikut ini.

Gelap-gelap gini berasa horor, eskalatornya di dalam, saya maju mundur mau masuk, karena sepi dan sendirian, akhirnya lari gaes ke eskalatornya wk-wk-wk

Turun sendirian. Sepi kan? wk-wk-wk


Satu-satunya yang nggak vaksin di BSD adalah Pak SUAMI!

Suami saya doang yang vaksinnya enggak di BSD, melainkan di luar pulau, dan bukan vaksin yang dilaksanakan di tempat untuk umum. 

Situasi saat hendak vaksin pun bukan dalam keadaan longgar, tapi di tengah perjalanan menuju pulang ke Jakarta. Dilakukan setelah naik helikopter dan sebelum naik pesawat. 

Kelar vaksin suami saya berseloroh, "Makanya Ma, hasilnya beda nih. Abis vaksin, papa  berubah banyak. Efek sampingnya dahsyat!"

"Berubah gimana pa?"

"Berubah jadi mirip banget sama Keanu Reeves!"

Gubraxxxx suami gw wk-wk-wk.



Efek samping setelah vaksin, berubah mirip Keanu Reeves 😂

Persiapan Sebelum Vaksin dan Efek Samping Setelah Vaksin


Persiapan kami sebelum vaksin kurang lebih sama dengan yang diketahui oleh orang kebanyakan. 

Sejak berburu jadwal vaksin, walaupun belum dapat jadwal, saya sudah mengingatkan anak-anak untuk:

- Tidak begadang
- Tidak melakukan aktifitas berat/berlebihan
- Tidak rebahan saja, alias tetap harus aktif bergerak buat lawan lemas dan malas, misalnya dengan olahraga dalam rumah
- Makan makanan yang aman buat perut, tidak asam, tidak pedas, pokoknya hindari makanan yang bikin perut jadi mual muntah mules. Kalau perut sakit biasanya jadi males makan dan bikin lemas. Jangan sampai lemas.
- Menghindari minum minuman dingin biar nggak mudah kena flu dan pilek. Kalau udah flu biasanya disertai demam.
- Tidak stress. Jauh-jauh dari hal-hal yang bikin pikiran jadi berat.
- Cek kesehatan pribadi, bila perlu pergi ke dokter untuk periksa lebih detail.
- Prokes 5M semakin ketat!

Sebetulnya, hal-hal seperti itu sudah dilakukan tiap hari, bukan karena saat mau vaksin saja. Tapi tetap harus jadi perhatian khusus agar kondisi kesehatan saat hendak vaksin benar-benar stabil. Dengan kondisi yang prima, insha Allah terhindar dari efek samping yang tak diinginkan. 

Alhamdulillah kondisi saya, anak-anak, dan ibu semua baik saat pelaksanaan vaksin.

Untuk efek samping, tidak terjadi hal-hal seperti yang diceritakan orang-orang, misal jadi sering lapar, banyak makan, sering ngantuk, banyak tidur, bahkan sampai demam, pingsan, sakit, dan lainnya. ALHAMDULILLAH hal itu tidak terjadi pada kami.

Saya pulang vaksin pertama jadi lapar, karena memang sudah jamnya makan siang. Abis makan jadi ngantuk, karena memang sudah jamnya tidur/istirahat siang 😀

Kalau ada yang bilang badan jadi lemes abis vaksin, coba cek:
- mungkin berangkat belum sarapan
- kurang minum karena menahan diri untuk tidak minum di tempat vaksin yang ramai orang
- stress dengan waktu antri yang terlalu lama, jadi lelah badan dan pikiran
- cemas berlebihan karena takut dengan cerita orang soal efek vaksin
- kelaparan karena sampai jam makan siang masih antri vaksin

Itu menurut saya pribadi ya. Mungkin saja ada alasan medis lainnya, dan itu biasanya tergantung kondisi kesehatan masing-masing.
Keluarga Berencana - Keluarga Vaksin 😆

Saya pribadi senang sekali akhirnya keluarga sudah selesai semua divaksin. Meskipun begitu, perjuangan untuk menjaga kesehatan bukan berhenti di sini, justru harus tetap dilakukan, baik saat wabah masih melanda seperti sekarang, maupun nanti setelah virus-virus itu pergi. 

Selama kita hidup, sehat itu sangat penting, agar setiap hal baik yang hendak kita lakukan bisa dijalankan dengan mudah.

Beribadah, bekerja, bermain, bersekolah, bertemu orang-orang, berlibur, bersedekah, bepergian, blogging, dan semuanya, semuanya, semuanya jadi mudah bila kita dalam kondisi sehat.

Jadi bagaimana dengan teman-teman, sudah ajak keluarga untuk vaksin corona?


Seorang istri. Ibu dari dua anak remaja. Tinggal di BSD City. Gemar jalan-jalan, memotret, dan menulis.

Share this

Previous
Next Post »

31 komentar

  1. Seru banget pengalaman vaksinnya mam... Alhamdulillah semua udah divaksin ya. Saya dan suami vaksinnya terpisah. Suami dr kantor, kalau saya rebutan cari di internet. Akhirnya setelah berkali-kali berburu bisa dapat slot. Animo masyarakat alhamdulillah bagus, bahkan 1000 vaksin ludes dalam 5 menit setelah gform diluncurkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Animo masyarakat tinggi kalau di kota besar seperti Jakarta dan sekitarnya, kurang tahu juga kalau di daerah gimana karena dari cerita teman banyak undangan vaksin gratis tapi banyak yg ga datang.

      Kalau aku ga cari di internet, soalnya di WAG Komplekku ada terus infonya, jadi tinggal pilih mau vaksin di mana. Puskes kami juga berlimpah vaksin, tinggal datang, asal sesuai kelurahan, bakal cepet divaksin

      Hapus
  2. Hahahahaha pas suami mbak Rien berubah jadi Mas Nunu eeeeeaaa :D Cocok dah! Wkwkwkwkw. Oh berda tempat ya di luar pulau. Tapi ga apa2 yang penting kan divaksi juga.

    Serunya bukan maen deh kisah vaksin ke-1 dan 2 nih mbak sekeluarga di berbagai lokasi. Yang di Teras Kotas BSD itu keren banget deh antreannya rapiiiii dan ga ada orang yang berani nakal ya hahaha :D Ga kayak di berita2 tipi dll yang menggila gitu.

    Mamahnya kudu ngonten emang, soalnya sayang juga kan momen terlewatkan begitu aja. Karena peristiwa ini bakalan jadi sejarah sepanjang masa hihihi. AKu juga gitu, walaupun anak2 dan papanya ga demen pepotoan atau video, aku paksa aja hahaha :)

    Oh, tensi 140 itu masih bagus ya jadi mama mbak bisa diencuuuz deh, berhasil yeyeye! Ternyata kurang tidur itu bisa menjadi pemicu tensi darah naik. Waktu aku vaksin 1 itu 120 tapi yang kedua 140 gegara begadang. Pantesan sama nakes aku ditanya,"Semalam tidur jam berapa?". Wkwkwkwkw.

    Nice story. Mbak Rien :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak ibuku tensinya jarang rendah tapi ga yang ketinggian. Vaksin pertama 140, vaksin kedua 130. Perawat bilang aman, ya udah vaksin deh 😁

      Hapus
  3. Senangnya yang bisa vaksin rame-rame bareng keluarga...wess keluarga kompak tenan... Ternyata efek Sinovac wow banget tuh kak..hahaha kira2 aku ntar jadi kayak siapa ya...haha..
    Ternyata keluargaku dapetnya juga Sinovac semua..meksi gak barengan nih kak.. Aku sendiri, bapak-ibuk..anak2 semuanya Sinovac. Sehat selalu ya untuk kita semuach

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin semoga sehat semua. Iya mbak kami sekeluarga kompak vaksin. Di tempat kami banyak sinovac. Pas mau caksin kedua baru astrazeneca. Malah ada moderna dan sekarang pfizer ya.

      Hapus
  4. Gara-gara beli minum, jadi kehilangan momen ya, Mak.. Hihi, mungkin itu jawaban dari kata-kata Kak Aisyah sebelumnya, biar Mama ngga ngonten terus, wkwkwk...

    Di sana kuota vaksin berlimpah ya, Mak.. Saya di sini harus bersabar, karena KTP saya masih Purworejo. Sebenarnya kuota vaksin untuk area Solo Raya berlimpah, tapi khusus untuk KTP Solo Raya juga. Nah, saya menunggu kuota vaksin yang bebas domisili. Kemarin coba daftar, tapi gagal. Ya gimana, kuota cuma 120 biji, sedangkan orang-orang perantau kayak saya mungkin ratusan ribu jumlahnya.

    Jumat besok insya Allah mau dibuka lagi kuota vaksin untuk KTP bebas domisili. Insya Allah mau berjuang lagi. Doakan semoga dapet ya, Mak... Udah pengen banget bisa vaksin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekarang gimana kuota vaksin di Solo mbak? Udah banyak belum atau masih kurang? Kalau di BSD di tempatku banyak banget vaksin, masjid-masjid, gereja, sekolah, kampus, pada ngadain gratis vaksin. Malahan di puskesmas kami sini banyak, yang bukan KTP sesuai lokasi aja bisa daftar vaksin. Mudah2an di sana sudah tercukupi kebutuhan vaksinnya ya

      Hapus
  5. Hahaha.. lucu banget sih yang nangis teriak sakit padahal udah selesai. Saya bacanya dari atas sampai bawah senyum2 mba. Apalagi liat foto efek samping covid. Pak Suamiku bisa mirip antonio banderas ga yaa.. hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cobain aja mbak, siapa tahu beneran mirip Antonio Banderas dari segala sudut manapun wkwk

      Hapus
  6. Seneng deh kalau lihat antrian vaksin di mall, disediakan tempat duduk, jadi antriannya bisa rapi. Beda kalau vaksinnya di puskesmas/RS, keleleran nunggu di luar. Nggak ada kursi, jadi ya kuat-kuatan berdiri. Yang udah capek akhirnya cari tempat duduk sekenanya. Saya kemarin vaksin di RS juga gitu.

    Ya ampun Aisyah, Mamakmu tuh ya. Kamu yang di suntik anteng tanpa ekspresi, malah Mamakmu yang mengaduh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di Puskesmas baru sepi pas vaksin sinovac kedua. Kata warga yang datang bareng aku, hal itu terjadi karena pada saat itu sinovac 1 abis, yang belum vaksin tapi mau vaksin, bakal dikasih astrazeneca, nah itu tuh yang bikin orang2 sepi datang, karena takut sama efek astrazeneca he he.

      Hapus
  7. Netzen julid kalau liat aku kayak gimana ya? Udah mpe agustus masih blom vaksin juga. Di sini stok vaksinnya nggak sebanyak sana deh. Rerata pada pakai syarat KTP domisili, yang perantau kayak aku gini kudu bersabar. Ya gpp lah, sambil nunggu dapet jadwal, perketat prokes dulu lah

    BalasHapus
  8. Alhamdulillah, saya, suami dan 4 anak sudah divaksin semua. Cuma tinggal yang kicik-kicik nih mbak yang belum vaksin karena usianya masih di bawah 12 tahun. Semoga saja setelah vaksin untuk usia remaja ke atas terpenuhi semua, ada vaksin untuk anak-anak dan balita. Karena anak-anak ini juga kan memiliki hak yang sama untuk mendapatkan jaminan kesehetan dari negara. jangan sampai nanti kena julid dari netizen, kok belum divaksin? lha emang enggak ada vaksin buat anak-anak hihihi

    BalasHapus
  9. Ya ampun aku ngakak-ngakak terus sepanjang baca cerita mba Rien ini, terutama yang mengantar Mamanya untuk vaksin dan ketemu ibu-ibu pakai rantai gede untuk ikat pinggang. Dan mba Rien ini beneran takut ya lewat jalan gelap gitu? Kayaknya mesti sering latihan deh mbak, dan jangan lari ntar malah jatuh, hihiii

    Aku sekeluarga juga udah vaksin, dan rencana juga akan menuliskan pengalaman kami berempat yang berbeda tempat vaksin kecuali aku dan suami yang satu tempat. Semoga kita senantiasa dalam lindungan Allah SWT, aamiin ya Allah

    BalasHapus
  10. Spontan saat vaksinasi bilang aduh. Begitulah emak-emak tidak boleh anaknya disakiti. Langsung respon

    BalasHapus
  11. Alhamdulillah sudah beres semua ya vaksin nya sekeluarga mbak Rien, aku sedang nunggu vaksin untuk Nailah ni semoga saja ada di sekolah biar mudah. Aku juga takut disuntik tapi jangan sampai nangis kencang kayak perempuan di artikelmu huhu malunyaaa

    BalasHapus
  12. Alhamdulillah yah, saya kalau disuntik suka ketawa2 saking nahan rasa takut dan sakit kkwkwkw.

    BalasHapus
  13. Saat ingin vaksin butuh persiapan mental dan fisik, setelah disuntik perlu persiapan mental dan fisik lagi karena ada banyak efek samping yang akan muncul. Meski personal juga efeknya. Termasuk gejala yang akan muncul jika terpapar covid 19. Oleh karena itu vaksin ini sepertinya emang buat orang pilihan yang memang siap. Semoga bukan karena paksaan, hehehehe. Terima kasih Mak sudah sekeluarga vaksin. Moga sehat selalu

    BalasHapus
  14. Alhamdulillah sudah pada sivaksin semua Mbak, aku sama suami baru dosis 1, suami tgl 25 nanti dosis 2, sementara aku masih nunggu Oktober karena dapat AstraZeneca. Sementara adek aku sama ortu aku malah belum, sini daftar vaksin masih susah Mbak. Ortuku belum ada 60thn, daftar sebagai lansia belum bisa. Padahal kalau adekku mau vaksin itu syaratnya harus bawa 2 lansia... hikss..

    BalasHapus
  15. Sy baru vaksin tahap 1 di kelurahan deket rumah, tahap 2 tadinya tanggal 18 ini eh diundur dalam waktu belum ditentukan. Sebel juga nih diundur tapi harus sabar hehehee

    BalasHapus
  16. Alhamdulillah kak rin dan sekeluarga udah vaksin semuaa. aku baru kamis minggu lalu vaksin ke 3 dengan moderna. mau nulis juga ah pengalaman vaksin ke 3

    BalasHapus
  17. Alhamdulillah ya udah vaksin semua, aku pun menunggu kabar vaksin utk anak 3yo+ nih mbak.
    Hehe drama vaksin ya ada yg takut, tp untungnya pakai masker jd gak malu2 amat
    Kami jg lama dah niat vaksin tp baru dapat Juli krn kebentur KTP, mau ke Jkt bingung anak2 gmn, daftar di Bogor harus pakai ktp bogor haha
    Alhamdulillah rezeki di Depok
    Tensiku sama kyk Aisyah selalu darah rendah sejak dulu, tp msh aman buat vaksin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku pun semoga anak kecil juga bisa vaksinini
      kebayang anak-anakku kemarin pada sakit belum vaksin huhuhu

      Hapus
  18. Aku menikmati banget baca pengalaman mbak Rien vaksin nih. Seru banget. Ngakak juga pas cerita si ibu teriak dan udah selesai disuntik, hahahah.

    Nah, kalau efeknya bisa berubah jadi si Keanu gitu suami saya pasti makin semangat nih, hahahah.

    Alhamdulillah ya mbak sekeluarga udah kelar vaksin, semoga saya juga akan mendapatkan kesempatan itu, aamiin

    BalasHapus
  19. Alhamdulillah klo sekeluarga sudah beres vaksinnya ya mbak
    Aku sendiri Masih menunggu vaksin kedua
    Smoga sehat selalu mbak

    BalasHapus
  20. Persis Ibukku, kak Rien.
    Kalo keluar rumah pake masker dibawah hidung, terus kalau ngomong, diturunin. Kelar ngomong, di keatasin lagi.
    Hehhee....

    Vaksinnya uda lengkap niih...
    Uda bisa ngemoll berarti... ((dengan syarat makan 30 menit dengan maksimal 2 orang semeja))
    Bisa gak sih?
    hehehe..

    BalasHapus
  21. alhamdulillah mbaaa abege semua dah vaksin
    akupun juga sudah vaksin ke-2
    semoga badan selalu sehat ga napa-napa ini masalah covid jangan sampai lagi.
    sehat-sehat mba rien sekeluarga

    BalasHapus
  22. Asik ya mbak vaksin di teras kota, adem ahaha... kebayang banget pingin ketawa pas ada yang teriak-teriak takut disuntik,padahal udah dewasa aya ahahaha.
    Aku belum vaksin mbak, ini masih nyari-nyari dari dulu..agak sulit buat pendatang dan KTP luar kota. Mungkin di daerah ya, kalo di kta banyak akses dan info.
    Alhamdulillah sudah vaksin semua ya mbak, sehat-sehat mbak Rien dan keluarga

    BalasHapus
  23. Wah, Alhamdulillah ya udah full vaksin semuanya. Huhu orang-orang rumah baru suamiku aja nih yang divaksin full. Udah daftar sih aku sama si sulung, dan si bujang baru didata di sekolahnya. Eh tahunya keburu kena kopid semuanya. Jadinya kudu nunggu 3 bulan dulu Semoga deh nanti juga bisa full vaksin serumah. kayak Mbak Rien sama keluarga. Beneran deh kelihatan manfaat vaksin ini dari suami. Kemaren saat kena kopid semuanya, suami paling ringan gejalanya. Cuma batuk pilek dan anosmia. Tapi dalam seminggu sembuh. Kalo dicek, mungkin udah negatif. Nah yang lain, gejala banyak yang kerasa. Dan sembuhnya pada di hari ke-14an. Sehat-sehat selalu mbak sekeluarga.

    BalasHapus
  24. mba Rien aku mrembes heheh, aku juga abis sakit belum dikasih rejeki buat vaksin semoga setelah pulih bisa berani vaksin. Ngeliat nba rien antar ibuk vaksin, jadi pengen antar ibuk vaksin juga aku ikut mertua. Mak mer diabetes basah udah struk, jadi katanya yang diabet ga bisa vaksin. Pakmer juga jalannya rembetan nggak bisa normal, kasihan beliau2 yang sepuh gak bisa vaksin Vaksin gitu gaka da yang kunjungan ke rumah ya mba harus ke lokasi.

    BalasHapus

Leave your message here, I will reply it soon!