Kim Teng, Warung Kopi Tradisional & Legendaris di Pekanbaru

Warung Kopi Kim Teng Pekanbaru merupakan warung kopi lawas yang telah berdiri sejak tahun 1950. Namanya kondang di kalangan warga lokal maupun wisatawan. Meskipun demikian, ketenaran nama Kim Teng baru sampai di telinga saya ketika berkunjung ke Pekanbaru pada bulan Juli 2019 lalu. Seperti apa warkop berusia lebih dari separuh abad ini?
Kopi Kim Teng Pekanbaru

Kopi Kimteng Senapelan

Nama Kim Teng saya dengar pertama kali dari Ibu Titi, beliau adalah salah satu pembicara dalam Talkshow Forest Talk yang digelar di Pekanbaru pada tgl. 20 Juli 2019 lalu. Jelang keberangkatan kami ke Pekanbaru, obrolan tentang kopi muncul mengisi WAG panitia Forest Talk. Bu Titi bercerita tentang kopi yang biasa dibeli oleh temannya jika sedang berkunjung ke Pekanbaru. Dari temannya tersebut bu Titi mendapatkan Kopi Kim Teng dan menjadi suka setelah mencicipinya. Nah, pas banget mau acara di Pekanbaru, bu Titi ingin beli. Namun, karena berhalangan hadir di Pekanbaru, Bu Titi lantas titip beli lewat saya.  

Warkop Kopi Kim Teng beralamat di Jalan Senapelan Blok C, Kp. Bandar, Kec. Senapelan, Kota Pekanbaru. Meskipun baru pertama kali ke Pekanbaru, saya cukup familiar dengan nama Senapelan karena nama tersebut menjadi nama belakang Bang Putra (rekan blogger Pekanbaru) dalam blog dan akun media sosialnya. Rumah Bang Putra pun berada di Jalan Senapelan, letaknya dekat dari Warkop Kim Teng. Saya dan Bang Putra janjian bertemu di sana.

Lokasi warkop Kim Teng cukup dekat dari Hotel Grand Zuri Pekanbaru yang kami inapi. Mudah dan cepat bila dijangkau dengan kendaraan. Karena itu, seusai check-in, saya dan Hendika (rekan tim panitia FT) langsung pergi ke Kim Teng menggunakan mobil sewa. Oh ya, di Pekanbaru mudah mendapatkan mobil sewa buat jalan-jalan keliling kota. Bisa melalui travel rekanan hotel tempat menginap, maupun melalui OTA langganan. Jika ingin tahu tarif sewa mobil, bisa cek dulu harga rental mobil di berbagai kota lewat Traveloka
Warung Kopi Kim Teng di Senapelan Pekanbaru

Warung Kopi Tradisional

Warung kopi tradisional memiliki keunikan tersendiri yang tidak dimiliki oleh kedai kopi kekinian. Ia lebih sederhana, "merakyat", dan friendly. Tampilan luar dan dalam pun tidak mencolok, jauh dari kesan wah. Bagi saya di situlah menariknya. 

Ada suasana lebih hangat di warkop tanpa AC, tempat di mana saya merasa, melihat, dan mendengar gelak tawa yang begitu bebas, berisik suara obrolan ngalor ngidul, bualan para lelaki pengangguran yang nongkrong tak kenal waktu, umpatan si tukang kuli berkaos dekil hingga pejabat berkemeja necis yang membicarakan bisnis naik turun. Tak ada yang sibuk buka laptop untuk bekerja, atau menatap hp memanfaatkan internet gratis. Tak ada pula yang duduk sendiri menatap cangkir kopi dalam hening. Di warkop tradisional orang-orang tak saling kenal berkumpul dan berbaur, saling berbahasa tanpa basa-basi. Mereka dipersatukan oleh kopi, lengkap dengan rasa pahit dan aromanya yang wangi. 


Ah, ini jadi mengingatkan saya kala mencicipi romantika warung kopi Ake dan Kong Djie di Belitung. Sederhana tetapi mengakrabkan. Entah ya, saya lebih kangen pada suasana minum kopi di warkop seperti itu. Sama seperti Warkop Asiang di Pontianak, atau Warkop Nam Min di Balikpapan yang pernah saya kunjungi. Unik dan khas. 

Lantas, seperti apa Warkop Kim Teng? Tentu ia bukan seperti coffee shop mentereng yang kerap saya singgahi di Jakarta. Tidak wangi, sejuk, apalagi mewah, tetapi tidak pula sesederhana yang dibayangkan. Ruang tempat minum kopi luas, ada banyak meja dengan kursi yang bisa diduduki oleh ratusan orang. Langit-langitnya tinggi dengan bagian depan terbuka lebar sehingga udara segar masuk sepanjang waktu. Bila ada yang merokok asapnya tak berkumpul lama di ruangan. Dengan pelayan yang banyak dan gesit, pengunjung tidak dibuat lama menunggu pesanan. Ok, warkop ini sudah keluar dari kategori sederhana, tapi tentu saja masih jauh untuk disebut senyaman kedai kopi kekinian.
Minum kopi bersama keluarga 
Minum Kopi berdua, ada pula yang sendirian

Minum Kopi Kim Teng

Rasa penasaran saya pada Kim Teng bukan pada rasa kopi yang disajikan, melainkan pada nama Kim Teng itu sendiri. Siapa kah dia, bagaimana mula ia mendirikan warkop, kisah apa saja yang ia punya selama lebih dari 60 tahun berjualan minuman kopi, semua itu bikin saya kepo maksimal. Perihal rasa kopi, lidah saya biasanya mengikuti suasana hati dan suasana tempat minum kopi. Bila enak, enak pula kopi yang saya minum.

Bang Putera tiba lebih dulu di Kim Teng. Saya dan Hendika menyusul kemudian. Sebagai warkop kebanggaan Senapelan, saya senang bertemu Bang Putra di sini. Bahkan berterima kasih berkat info Bang Putra kami bisa sampai ke Kim Teng. Bang Putra sebetulnya nggak ada menawarkan atau merekomendasikan Kim Teng untuk saya datangi. Entah apa alasannya. Apakah mungkin bagi beberapa warga lokal Kim Teng biasa-biasa saja sehingga nggak perlu direkomendasikan ke pendatang seperti saya? 😄

Seperti yang saya ceritakan sebelumnya, saya ke Kim Teng untuk membeli bubuk kopi titipan Bu Titi, bukan untuk minum kopi. Setelah membeli bubuk kopi, saya akan langsung pergi ke Sanggar Batik Semat Tembaga, bersama Bang Putra. Faktanya, begitu saya melangkah masuk warkop dan bertemu Bang Putra, saya berubah pikiran, mendadak jadi ingin minum kopi. Entah apa yang merasuki saya?? *nyanyik 😂 
Minum Kopi Kim Teng bersama Bang Putra dan Hendika

Berawal dari Singapura


Minum kopi Kim Teng bareng Bang Putra dan Hendika membuat kekepoan saya pada Kim Teng jadi terlupakan. Apakah sihir kopi sedang bekerja? 😂

Suasana, kadang bisa mengubah rencana. Perasaan senang bertemu Bang Putra di warkop legendaris bisa jadi salah satu alasannya. Semua mengalir begitu saja. Bisa jadi juga karena rasa kagum pada pembuat kopi yang bergerak lincah.

Ya, di dalam warung saya mengamati laki-laki berseragam hijau muda yang membuat minuman kopi. Tangannya lincah bekerja. Ia menuang air panas ke dalam teko besar berisi kopi, memindahkannya ke dalam gelas, menambahkan susu kental pada sebagian cangkir, dan menatanya ke atas nampan, itu sungguh menyenangkan dilihat. Sepertinya, inilah sihir yang membuat saya akhirnya duduk dulu memesan kopi, bukan buru-buru pergi setelah bubuk kopi pesanan bu Titi didapatkan.

Saya tak menanyakan apapun pada orang-orang di warung, bahkan pada wanita di meja kasir, yang ternyata adalah keluarga Kim Teng, menantu dari cucu sang pendiri. Arrrgh...

Jadi, saya melakukan pencarian di Google, mencari tahu sejarah warkop Kim Teng, dan saya menemukannya...

"Nama Kim Teng diambil dari seorang warga Singapura bernama Tang Kimteng. Ia adalah seorang turunan etnis Tionghoa yang sempat menjadi tentara Indonesia di Sumatra Utara pada era 40-an. 20 tahun berselang, ia memutuskan untuk membuka kedai kopi usai sebelumnya membantu kakaknya berjualan. Kedai bernama ‘Kopi Segar’ tersebut terletak di gang kecil dan terus bertahan hingga beliau menghembuskan napas terakhir.

Usaha Kimteng kemudian diteruskan oleh cucunya, Awai. Pria bernama asli Mulyadi Tenggana itu sempat menimba ilmu selama enam tahun di Kanada, sebelum akhirnya memutuskan pulang ke Indonesia dan melanjutkan usaha kedai kopi milik sang kakek. Di tangan Awai, kedai Kim Teng berkembang pesat dan sudah memiliki banyak cabang." (Sumber: www.travelingyuk.com)
Asal kamu tahu, saya suka mengamati barista yang sedang bekerja membuat minuman kopi 😃

Oleh-Oleh Bubuk Kopi Kim Teng 

Saya bukan penggemar minuman kopi. Saya hanya gemar datang ke warung kopi untuk menikmati suasana, sambil sesekali minum kopi, bila lambung sedang aman. Jika sedang tak aman, saya pasti akan memesan minuman lainnya seperti teh, rempah, atau buah, bila ada. Aneh memang, ke warung kopi minumnya jus atau wedang, tapi begitulah saya. Jadi, sebut saja saya "datang ke kedai kopi buat gaya doang" 😂

Saya menyukai minuman kopi tetapi saya lebih suka bila saya tidak sakit kepala, mual, dan muntah karena kopi. Bila lambung sedang aman, saya akan memesan kopi dengan susu. Kadang saya suka menikmati es kopi susu, di lain waktu saya ingin menyeruputnya dalam keadaaan panas. Usai minum, biasanya ada nyeri-nyeri sedikit di kepala. Begitulah rasanya minum kopi bila penderita maag seperti saya banyak gaya haha

Saya sangat jarang membeli kopi untuk dinikmati di rumah, sebab keluarga saya bukan penggemar kopi. Kami hanya minum sesekali, paling sebulan sekali, atau pada saat ada tamu di rumah saja. Di luar itu, kopi bukan minuman yang harus tersaji di meja. Stock buat tamu lebih sering tersimpan sampai kadaluarsa. Lalu dibuang sia-sia. Karena itu, saya menghindari membawa kopi ke rumah. Bila tahu bakal ada tamu datang ke rumah, baru buru-buru beli kopi.

Jika saya bepergian ke daerah lain membeli kopi, biasanya titipan orang. Seperti bubuk kopi yang saya beli di Kim Teng, itu pesanan Bu Titi. 

Bubuk Kopi Kim Teng hanya tersedia dalam kemasan 250 gram yang dijual dengan harga Rp 40.000. Tidak ada dalam ukuran berat lainnya. Kopi yang digunakan adalah jenis kopi robusta yang didatangkan dari Sumatera Barat. Saya dengar, kopi yang digunakan Kim Teng kadang didapat dari Kedai Kopi Laris yang berada di kawasan Pecinan Pekanbaru.
"Seruput dan rasakan nikmatnya Kopi Susu Kim Teng"

Kopi Bubuk Kim Teng @IDR 40K / kemasan 250 gram

Aneka Jajanan Teman Minum Kopi Kim Teng

Banyak orang sepakat bahwa kopi dan roti selalu jadi kombinasi yang paling serasi ketika dinikmati di warung kopi. Kapan pun waktunya, keduanya akan dinikmati dengan suka hati. 

Kopi dan roti srikaya merupakan menu andalan di warkop Kim Teng. Menu seperti ini kerap saya jumpai di warung-warung kopi legendaris yang pernah saya kunjungi di kota lain seperti Warkop Tung Tau di Bangka dan Warkop Nam Min di Balikpapan. 

Kim Teng hanya mempunyai 2 pilihan menu kopi yaitu Kopi O (kopi hitam) dan Kopi Susu. Nah, saya sangat jarang memesan Kopi O, karena saya paling tahu akibatnya bisa panjang buat saya. Apalagi kalau sedang bepergian, saya tidak mau ambil resiko sakit di tempat orang. 

Untuk teman minum kopi, selain roti ada menu pisang goreng. Saya percaya, ini adalah kudapan kesukaan banyak orang.

Makan apa di Kim Teng? Saya tidak memesan makanan apapun. Alasan pertama tentu saja karena saya terburu-buru untuk pergi ke Sanggar Batik Semat Tembaga bersama Bang Putra. Jika pakai pesan makanan segala, alamat bakal lama. Kopi susu yang saya pesan harus saya minum buru-buru, padahal masih panas. Aneh juga sih kok bisa habis. Entah apa yang merasuki 😜

Di sini banyak pilihan makanan yang bisa dipesan. Mulai dari pempek, martabak, roti canai, bubur ayam, nasi goreng, dan masih banyak lagi. Aneka jajanan tersebut dijual oleh pedagang lain yang bermitra dengan Kim Teng. Mereka berjualan di area depan warung.
Kunjungan kedua ke Kim Teng bersama Mas Amril T Gobel
Oleh-oleh Kopi Kim Teng

Tetap Berdiri Membuat Kopi

Jumat sore (19/7), usai mengunjungi Sanggar Batik Semat Tembaga dan Toko Bolu Kemojo Al Mahdi, saya minta Bang Putra untuk mengantar saya kembali ke warkop Kim Teng. Sayangnya, warkop sudah tutup sejak jam 5 sore. Saya tak percaya ada warkop tutup secepat itu. Akhirnya, saya menelpon untuk memastikan, dan ternyata benar sudah tutup.

Yak, warkop Kim Teng ternyata tidak seperti warkop kebanyakan yang buka sampai malam. Seperti Warkop Asiang di Pontianak, ia buka sejak jam 3 pagi sampai lewat tengah malam. Hampir 24 jam, dan tetap ramai pengunjung. Beda warkop beda jam buka ya. Okelah kalau begitu he he

Besoknya, saya balik lagi ke Kim Teng, bareng Mas Amril. Jika Mas Amril datang untuk membeli bubuk kopi, saya justru untuk minum kopi susu lagi. Padahal, akibat minum kopi susu di kunjungan pertama, saya tidak bisa tidur sampai jam 2 pagi, melek hampir 12 jam. Sungguh dahsyat kekuatan kopi Kim Teng. Setelah dibuat tak bisa tidur, dibuatnya pula saya kecanduan  😂 

Selama lebih dari separuh abad berdiri, ribuan cangkir berisi minuman kopi telah dibuat dan diminum oleh pengunjung. Selama itu pula beragam kisah hadir mengisi umur warung. Ada pahit dan manis, ada pasang dan surut. Namun, warung kopi Kim Teng tetap berdiri dan banyak disukai oleh kaum urban masa kini.

Dulu, Warkop Kim Teng berada di tepi Sungai Siak, dekat Pelabuhan Pelindo. Setelah dibakar oleh Jepang, warkop pindah ke ruko dekat tembok belakang Pelabuhan Pelindo. Terakhir, warkop pindah ke ruko di Jalan Senapelan, sampai sekarang. 



Filosofi Kopi

Di internet saya menemukan banyak quote menarik dan penuh makna yang dibuat oleh para peminum kopi. Ada yang lucu, puitis, romantis, dan penuh harapan. Ada pula yang berisi kemarahan, kekecewaan, kesedihan, bahkan kehilangan. 

"Barangkali, Tuhan menciptakan kopi di bumi ini, agar kita semua tidak sendirian dalam menikmati kepahitan". - Ilham Gunawan

Begitulah secangkir kopi, ia bisa menghadirkan berbagai ungkapan rasa, dan seringkali bermakna sangat dalam. 

Bagaimana dengan pembaca, apa yang bisa kamu katakan tentang kopi? 😀

Jika berkunjung ke Pekanbaru, silakan mampir ke Warkop Kim Teng :)


Warung Kopi Kim Teng

Dasa Ekatama UD, Jalan Senapelan Block C

Kp. Bandar, Kec. Senapelan

Kota Pekanbaru, Riau 28153

Telepon: (0761) 853300

Seorang istri. Ibu dari dua anak remaja. Tinggal di BSD City. Gemar jalan-jalan, memotret, dan menulis.

Share this

Previous
Next Post »

9 komentar

  1. Menikmati senja ditemani kopi, diiring lagu2 melow. Biar dikata anak indie. Tapi kalau kopinya sasetan dibulli ga ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kenapa harus kopi sasetan kalau ada kopi bukan sasetan? :D

      Hapus
  2. Jadi inget mba Rien waktu di Kopi Klotok Jogja, pesannya wedang jahe kan ya, hihihi

    BalasHapus
  3. Duh, kopi. Bikin mupeng, Mbak. Tahu gitu nitip :)

    BalasHapus
  4. note. bisa dijadiin stok dirumah ini kalo ada kemasan praktisnya begini

    BalasHapus
  5. ini kopi asli sana ya mbak
    jadi pingin ngopi nih
    ada kemasan yg bisa di bawa pulang juga ya

    BalasHapus
  6. Wah warkopnya gedhe ya, Mbak.. rameee pula. Btw tampilan warkop di Pekanbaru beda dengan di Surabaya dan sekitarnya, hehehe.. ya iyalah ya, beda daerah beda style :)

    BalasHapus

Leave your message here, I will reply it soon!