Semarak Festival Budaya Arab Saudi di Saudi House Jakarta

Festival Kebudayaan Kerajaan Arab Saudi

Banyak kegiatan menarik yang bisa saya saksikan selama gelaran Asian Games 2018 di Jakarta. Salah satunya adalah Festival Kebudayaan dari Kerajaan Saudi Arabia di The Saudi House Jakarta. Festival yang kental dengan budaya tradisional Arab ini berlangsung pada 19-22 dan 24-28 Agustus 2018 di Restoran Pulau Dua, Senayan Jakarta. 



Asian Games 2018 Jakarta - Palembang

Jakarta di bulan Agustus sedang manis-manisnya, bagaikan gula yang mengundang datangnya banyak semut. Selain Asian Games yang sedang jadi magnetnya, juga karena digelarnya berbagai acara menarik yang disuguhkan dalam rangka turut memeriahkan event olah raga se-Asia tersebut.

Sebut saja Video Mapping dan Laser Show di Monas, Indonesia One Fest di Senayan, Asian Fest Asian Games, Pameran Flona di Lapangan Banteng, beragam pameran kesenian, wisata kota Jakarta, hingga gelaran festival budaya Arab Saudi pun ikut mewarnai event akbar ini.

Sepanjang Agustus, saya termasuk orang pinggiran Jakarta (BSD Serpong Tangsel) yang tersedot berkali-kali ke Jakarta buat menyaksikan acara-acara tersebut. Waktu senggang sedang banyak, hati pun lagi banyak senangnya, maka tak ada alasan untuk tak menyaksikan. Selain buat hiburan, juga buat menambah pengetahuan.

Asian Games 2018 - GBK Senayan Jakarta

Informasi festival budaya Arab Saudi saya dapat dari dunia maya pada hari ke-3 event berlangsung. Dari berita dan video yang saya tonton, acaranya bagus, banyak keseruan. Saking penasaran, rasanya hari itu juga ingin langsung meluncur ke lokasi.

Setelah digelar 4 hari sejak 19 Agustus, festival tutup 2 hari untuk perayaan Idul Adha. Baru buka lagi tanggal 24 Agustus. Akhirnya saya baru bisa datang pada Sabtu (25/8/), saat pameran sedang ramai-ramainya didatangi pengunjung.  

Asian Games 2018 - Energy of Asia - GBK Senayan Jakarta

Festival Kebudayaan Arab Saudi

The Saudi House merupakan upaya gabungan dari Komite Olimpiade Saudi dan The Saudi General Culture Authority (GCA) dalam menjadi tuan rumah pameran budaya berskala besar di Indonesia selama pertandingan Asian Games ke-18.

Festival yang digelar untuk merayakan kedalaman dan keragaman dari kebudayaan Arab Saudi ini dilaksanakan dari tanggal 19-22 dan 24-28 Agustus, di Restoran Pulau Dua, Senayan, Jakarta. Keragaman budaya ditampilkan melalui seni visual, seni pertunjukan, musik, dan masakan.

Buat yang sudah pernah ke Arab Saudi, atau pernah tinggal lama di sana, datang ke festival budaya yang kental dengan suasana Arab Saudi ini bisa jadi obat kangen yang manjur. Buat yang belum pernah, jadi bisa kenal budaya Arab Saudi. Buat menambah wawasan selain mengenali budaya negeri sendiri.

Antusias gak? Saya sih banget :D 

Festival Kebudayaan Arab Saudi 2018

Antar Jemput Gratis Saudi House

Selama festival berlangsung, Saudi House menyediakan layanan antar jemput gratis untuk pengunjung dari dan ke lokasi festival. Informasi ini saya dapat saat sudah berada di lokasi. Telat buat saya ketahui sehingga baru bisa mencobanya saat mau pulang.

Untuk mencapai lokasi, dari BSD kami berangkat naik commuter line ke Jakarta. Biar cepat dan nggak pakai macet. Musim Asian Games begini, selain terhalang aturan ganjil genap, juga belum tentu mudah lewat. Bejibunnya pengunjung, mesti berjibaku cari tempat parkir. Dengan naik transportasi umum jadi mengurangi banyak kesulitan.  

Layanan gratis antar jemput Saudi House

Commuter line memang sudah lama jadi pilihan saya dalam bertransportasi jika sedang ada kegiatan di Jakarta. Kereta zaman now bersih dan ber-AC, sangat nyaman. Apalagi ada gerbong khusus wanita, jadi merasa aman.

Kami turun di stasiun Palmerah. Dari sana sambung taksi online. 15 menit sudah sampai di depan gerbang Resto Pulau Dua. Nah, pas pulangnya baru deh naik angkutan punya Saudi House. Mobilnya jenis ELF berkapasitas hingga 15 orang.

Banyak juga yang ikut naik mobil gratis ini. Mungkin karena rute yang dilewati adalah tempat-tempat populer yang mendekatkan dengan transportasi lanjutan ke tujuan. Layanan antar jemput gratis meliputi Stasiun Palmerah, Stasiun Sudirman, Stadion GBK, dan halte-halte di sekitar Senayan dan Sudirman.

Kerenlah pokoknya Saudi House. Fasilitas festivalnya sampai ke urusan transportasi untuk pengunjung.  

Layanan gratis antar jemput Saudi House

SERBA GRATIS DARI SAUDI HOUSE

Festival budaya ini benar-benar serba gratis. Bukan omong kosong, apalagi pepesan kosong. Mulai dari mobil antar jemput, tiket masuk, lukis tangan pakai henna, berfoto pakai baju tradisional, kurma, air zamzam, nonton pertunjukan seni, hingga mencicipi masakan khas Arab Saudi. Semuanya gratis.

Karena serba gratis inilah bikin pengunjung membludak. Waktu saya datang, orang-orang sudah berkerumun memadati pintu gerbang yang masih tertutup. Katanya mereka sudah tiba sejak pukul 12.00. Saat itu sekitar pukul 13.45 WIB. Pintu masuk baru dibuka pukul 14.00 – 22.00 WIB

Petugas keamanan menertibkan kerumunan, disuruhnya orang-orang membentuk barisan. Terjadilah antrian panjang mengular sampai ke jalan. Tampak anak-anak, remaja, dewasa, sampai orang tua, semua datang. 

Saudi House Restoran Pulau Dua Senayan Jakarta

Pengunjung didominasi oleh perempuan berjilbab, bahkan banyak yang bercadar. Mungkin karena budaya Arab yang identik dengan budaya Islam, pengunjungnya banyak dari kalangan muslim. Tak sedikit wajah-wajah Arab terlihat dalam barisan pengunjung. Mereka turut antusias melihat pameran budaya dari negerinya.

Pintu masuk pengunjung dilengkapi alat pendeteksi keamanan. Di pintu ini terdapat alat penghitung digital yang mencatat jumlah orang yang melewatinya. Nah, dari sinilah panitia mengetahui jumlah pengunjung yang datang setiap harinya.

Mau tahu nggak hari itu pengunjungnya sampai berapa banyak? Dari data yang ada, pada pukul 4 sore sudah mencapai 4000 pengunjung! Fantastis!
Antrian Pengunjung Saudi House

Lokasi festival berada di Resto Pulau Dua. Tempatnya memang berupa pulau di tengah danau. Untuk sampai ke pulau kami menyeberangi jembatan kayu yang diatasnya telah terhampar permadani tebal berwarna merah.

Jangan bayangkan Pulau Dua ini seluas Pulau Tidung atau pulau-pulau lainnya di Kepulauan Seribu. Jauuuuh! Ini pulau kecil banget. Nggak ada seluas stadion GBK pun. Jadi, anggap saja pulau-pulauan. Tapi jangan khawatir, meski kecil, fasilitasnya lengkap.

Seluruh area resto Pulau Dua disewa oleh Saudi House. Restonya otomatis tutup total selama pameran.  Kebayang nggak kalau ada 4000 orang masuk serempak ke festival ini? Rame Banget!  

Raja Salman, raja dari negeri amat kaya

DUKUNGAN UNTUK ASIAN GAMES 2018

Seperti yang telah saya sebutkan, Saudi House ini dalam rangka Asian Games 2018 di Jakarta. Diadakan agar para pengunjung dapat merasakan suasana Arab Saudi. Baik itu oleh masyarakat Jakarta dan sekitarnya, maupun bagi para pendatang yang sedang ke Jakarta untuk menyaksikan berbagai pertandingan.

Di area festival, semarak Asian Games ditampilkan dalam poster-poster berukuran besar. Berupa gambar para atlet Arab Saudi. Poster-poster besar ini malah jadi spot foto para pengunjung, tak terkecuali saya. Bahkan pada beberapa sesi, panitia festival maupun para seniman yang tampil, diwawancara dengan latar poster Asian Games tersebut.

Saya kagum dengan penyelenggara, untuk mendukung kontingennya berlaga pun sampai harus mengadakan festival berkelas dan mahal seperti ini. Dan katanya, ini untuk pertama kalinya di Jakarta, dalam rangka Asian Games. 

Saudi House dukung Asian Games 2018

Saudi House dukung Asian Games 2018

PAVILIUN PAMERAN BUDAYA SAUDI HOUSE

Beberapa pria dan wanita Arab tampak hilir mudik di depan pintu masuk. Berjalan tergesa. Saling bicara dengan bahasanya. Yang lelaki bergamis putih dan bersorban. Sedangkan wanitanya kompak mengenakan gamis hijau muda. Mereka adalah panitia acara dan juga seniman yang tampil dalam pertunjukan. Dari sini, suasana Arab mulai terasa.

Hamparan permadani tak putus-putus hingga ke ujung jembatan, bahkan hingga ke seluruh area restoran Pulau Dua Senayan. Saya merasa sayang menginjak-injaknya, sampai terpikir mau buka sepatu. Masjid kali ya buka sepatu :D

Di ujung jembatan penyeberangan yang menghubungkan pintu masuk dengan Pulau Dua terdapat pojok Kopi Arab. Karena saya tiba sangat awal, penjaga stand belum ada. Gagal deh membasahi tenggorokan dengan minuman yang sedang tak ingin saya pantangi. Rencananya sih terakhir pas mau pulang, eh malah lupa. Nasib belum beruntung menenggak kopi Arab haha 

Hamparan permadani di seluruh area Restoran Pulau Dua

Pengunjung Festival Saudi House

Nah, keluar dari jembatan itu saya mulai melihat adanya paviliun-paviliun tempat dipamerkannya barang-barang yang didatangkan langsung dari Arab Saudi. 

Setiap pengunjung tentu saja diperbolehkan untuk menikmati paviliun tersebut dengan gratis seperti: Dua Masjid Suci, Seni Kaligrafi yang merupakan esensi kunci dari seni Islam, kurma, air zamzam, henna yang merupakan seni lukis tangan, pakaian tradisional Arab, kuliner Arab Saudi, pusat budaya, dan kuliner Arab Saudi. 

Panggung Pertunjukan di depan Tenda Tradisional Arab

Di tengah lokasi, Saudi House membangun sebuah tenda tradisional Arab. Sebagaimana layaknya tenda-tenda di negara Timur Tengah khususnya Arab Saudi, tenda ini diisi dengan permadani yang sangat tebal serta bantal untuk duduk. Saat pertunjukan seni musik tradisional, tenda ini dipadati penonton.

Nggak tiap saat toh bisa melihat tenda tradisional Arab Saudi? Makanya saat dipersilakan masuk, saya langsung duduk manja sambil foto-foto di atas empuknya permadani berharga mahal. Norak-norak bergembira :D 

Duduk manja di dalam tenda Tradisional Arab 😃

Pakaian Tradisional Arab

Ini adalah paviliun yang pertama kali saya datangi. Sejak awal memang niat banget ingin melihat dan mencoba pakaian tradisional Arab. Kalau lihat di TV kan seringlah ya. Penasaran aja sih seunik apa pakaian tradisionalnya. Apakah hanya berbentuk jubah hitam nan lebar, atau ada model lain?

Ternyata benar, motif dan warna baju Arab itu beragam. Nggak hanya hitam polos seperti yang biasa terlihat. Ada warna merah, kuning keemasan, dan putih. Modelnya hampir sama. Mirip kaftan. Hiasan motifnya saja yang beda. Sekilas ada yang mirip motif kain tradisional suatu daerah di Indonesia.

Ada banyak baju. Semua boleh dicoba. Saya sempat bingung untuk memilih. Saya tanya ke mbak yang jaga soal nama-nama baju tersebut, tapi si mbak kurang tahu. Pada akhirnya, saya mendapatkan informasi nama bajunya dari Susan Baaghil. Siapakah dia?  

Mengenakan Thawb, Pakaian Tradisional Arab

Pakaian Tradisional Arab
Hasil foto pengunjung di paviliun pakaian tradisional

Susan Baaghil Photographer Profesional Arab Saudi

Susan Baaghil adalah photographer profesional. Bahkan, ia disebut-sebut sebagai fotografer wanita pertama dari Arab Saudi. Selama festival berlangsung, ia berada di paviliun pakaian tradisional, bertugas memotret para pengunjung.

Hari itu, saya adalah pengunjung pertama yang difoto oleh Susan. Sebelum memotret, ia menata pakaian yang saya kenakan dan merapikan pasmina di kepala saya. Kemudian, barulah ia memotret dengan kamera pribadinya. Ini spesial, sungguh.
Kapan lagi ditata baju oleh Susan Baaghil 😍
Berkesan!

“Baju yang kamu pakai namanya Thawb,” ujarnya.

Nah, Susan tak hanya memotret, tapi juga memberikan penjelasan tentang pakaian yang saya kenakan. 

Tentu senang sekali saya bisa berkenalan langsung dengan Susan. Oh ya, buat yang belum tahu siapa Susan Baaghil, cek saja di blognya www.susanbaaghilphotography.com. Kamu juga bisa follow Instagramnya di @susanbaaghil. Orangnya baik dan ramah. Juga suka difoto, seperti saya :D

Setiap orang yang mengunjungi paviliun pakaian tradisional pasti akan difoto oleh Susan. Hasil fotonya bisa langsung dimiliki dan dibawa pulang. Semuanya gratis! 


Bersama Susan Baaghil di Saudi House

Susan Baaghil, Photographer Professional Wanita Pertama dari Arab Saudi

Paviliun Air Zamzam

Paviliun kedua yang saya sambangi adalah Air Zamzam. Ini adalah tempat favorit selama pameran berlangsung. Selalu dipadati pengunjung. Antrian nggak pernah pendek.

Petugas yang melayani hanya dua orang. Satu dari panitia lokal, satu lagi dari Arab Saudi. Tangan mereka tak henti-henti menuangkan air zamzam ke dalam gelas plastik yang tersusun di meja. Sesekali si panitia berhenti untuk minum. Mungkin haus, lelah melayani pengunjung :D

Setiap orang hanya boleh mengambil satu gelas. Bukan karena pelit maka dijatah, tapi karena antrian masih panjang, dan semua mesti lekas kebagian.

Meski hanya kebagian satu gelas, sudah sangat alhamdulillah buat saya. Bersyukur bisa menikmati segarnya air zamzam yang dibawa langsung dari Arab Saudi. Apalagi minumnya saat cuaca sedang panas-panasnya. Benar-benar sorga. 


Semoga barokah. Aamiin.  

Air Zamzam Saudi House

Paviliun Kurma Saudi

Pengunjung mana yang nggak ingin menikmati Kurma Saudi? Kurma-kurma lezat dari berbagai jenis. Enak dimakan dan besar khasiatnya bagi kesehatan.  


Saya suka kurma, di rumah kadang sedia dalam bentuk syrup (kental). Saya meminumnya buat jaga stamina dan daya tahan tubuh. Makanya saya selalu josss 😋

Ada sepuluh jenis kurma Saudi yang dibawa langsung dari Arab Saudi, di antaranya Kurma Sukhari, Nabtah Ali, Klas, Wnanah, Barhe, Majdool, Rashodiah, Shafra, Fankah, dan Kasabah. Semua kurma itu berasal dari daerah Al Qassim. 



Hari itu, kurma yang tersedia hanya dari jenis Sukhari dan Wnanah. Dari hasil melihat dan mencicipi langsung, jenis Wnanah agak basah dan berwarna coklat tua. Sedangkan jenis Sukhari kering dan berwarna coklat muda. Keduanya sama-sama enak. Tapi Sukhari paling favorit.

Paviliun kurma ini tak kalah ramai. Antriannya sangat panjang. Semua orang ingin mencicipi kurma gratis, dan membawanya pulang. Kurma-kurma yang dibagikan kepada pengunjung ditempatkan dalam kantong plastik ukuran ¼ kilogram.

Saya kebagian nggak? Tentu dong. Nggak ada yang nggak dapat. Saudi House membawa enam ton kurma langsung dari Arab Saudi. Stocknya sangat banyak, tak akan kurang hingga festival berakhir. Nggak percaya? Saya lihat sendiri tumpukan kardus kurmanya di ruang media dan panitia, berlimpah! 

Kurma Wnanah

Kurma-kurma dari Arab Saudi

Paviliun Seni Melukis Tangan pakai Henna

Paviliun ini hanya dipadati oleh pengunjung perempuan. Letaknya paling depan. Makanya begitu sampai, orang-orang langsung belok kanan, antri mau dihenna. Mungkin cuma saya yang enggak. Saya mikirnya bakal lama, nanti kehilangan waktu buat melihat yang lainnya. keburu sore, keburu malam, khawatir nggak dapat gambar bagus buat ambil foto.

Pelukis henna-nya wanita. Saya tak tanya namanya. Saat mau difoto, ia minta wajahnya jangan difoto. Nah, selama saya keliling pameran, baru wanita ini saja yang requestnya begitu. Apapun itu, saya dan siapapun mesti mematuhinya. Karena itu hak beliau.

Satu persatu wanita dilukis, dan setiap kelar dilukis mereka foto bersama di luar tenda, memamerkan tangannya. Cantik.

Hebatnya, meski yang dilukis sangat banyak, pelukisnya tetap satu orang. Tak pernah ganti, sendirian melayani. Sudah piawai ya. Saya jadi penasaran pingin belajar melukis henna. Kursus di mana ya? 

Antrian panjang di Paviliun Henna

Tenda lukis henna

Budaya melukis tangan pakai henna

Sudah jadi 😍

Paviliun Dua Masjid

Di paviliun ini terdapat dua maket masjid suci di Arab Saudi yaitu Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Masing-masing maket dilengkapi dengan layar besar yang menampilkan video berupa gambar real bagian luar maupun dalam masjid. 

Selain dalam bentuk maket dan video, kedua masjid suci juga ditampilkan dalam bentuk gambar dan tulisan lewat poster-poster besar yang dipajang di semua bidang dinding paviliun. 

Jika masih kurang puas, pengunjung dapat bertanya langsung pada pria Arab yang berjaga. Pria tersebut hanya bisa berhasa Arab dan Inggris. Nah, saya lihat dia banyak duduk dan diam saja. Ternyata bukan karena nggak ada yang mau bertanya padanya, tapi karena banyak yang terkendala bahasa hehe.

Di dalam paviliun ini, bacaan ayat Alquran tak henti mengalun. Saya dengar lama-lama, pakai hati, terasa menyentuh sanubari. Diri seakan dibawa ke dalam suasana di tempat masjid-masjid itu berada. Bikin merinding. Sampai muncul keinginan untuk kembali ke Tanah Suci. Bagai dipanggil-panggil.

Bawa aku ke Tanah Suci Ya Allah...…menemui dua masjid suci. 









Paviliun Pusat Kebudayaan Arab Saudi

Di sini, orang-orang bisa melihat seni kaligrafi Islam, juga belajar cara membuatnya, serta bisa membawa pulang kaligrafi nama sendiri dengan gratis.

Saat saya hendak memasuki paviliun ini, adzan magrib berkumandang. Seniman kaligrafinya pergi meninggalkan tempat. Tetapi orang-orang yang mengantri tidak bubar. Mungkin takut kehilangan antrian.

Allah SWT memanggil untuk salat. Antrian bisa dibuat lagi, sedangkan waktu salat yang hilang tak bisa kembali. Astagfirullah.

Saya sedang halangan, tak salat saat itu. Petugas jaga bilang ke saya, antrian tidak boleh ditambah dulu. Dibatasi hanya 10. Jika sudah habis, baru bikin antrian baru. Saya urung, lalu pergi.

Gagal melihat seniman kaligrafinya bekerja. Padahal penasaran. 

Antrian di tempat seni kaligrafi Islam


Pertunjukan Seni Tari dan Musik Tradisional Arab


Inilah sajian paling semarak di festival budaya Arab;  pertunjukan seni tari dan musik tradisional.

Pertunjukan musik yang ada meliputi lagu-lagu nasional dan musik klasik dari seluruh bagian Kerajaan Arab Saudi dengan menggunakan instrumen musik yang berbeda seperti Al Qud dan Aldaff.

Sementara tarian Folklore juga menampilkan tarian rakyat dari seluruh wilayah Kerajaan Arab Saudi, seperti Arda dan Al Mizmar. Pertunjukan-pertunjukan ini biasanya diadakan saat acara pernikahan di Kerajaan Arab Saudi serta selama hari libur nasional seperti Idul Adha. 

Musik Gambus
Bernyanyi sambil memainkan alat musik Buzuq

Pertunjukan pertama disuguhkan di siang hari. Para penyanyi bernyanyi sambil menggunakan alat musik semacam rebana. Mereka berbaju gamis putih, memakai sorban almas arafat. Musiknya riang, penonton sampai ada yang ikut bergabung, joget bersama. 


Sesi pertunjukan musik pertama ditutup dengan permainan Buzuq, alat musik tradisional Arab serupa biola atau disebut mandolin.

Menurut salah satu personil dari tim penampil, musik dan lagu yang dibawakan oleh pemain Buzuq itu diciptakan saat dalam perjalanan dari Arab Saudi menuju Indonesia. 


Pemain musiknya laki-laki, tak muda lagi. Ia percaya diri tampil sendiri secara akustik. Walaupun saya tidak mengerti bahasanya, saya bisa menikmati bunyi musik dan nyanyiannya. 

Pertunjukan musik klasik dan lagu-lagu nasional Arab Saudi

Sesi kedua diisi dengan pertunjukan lagu-lagu Arab yang dinyanyikan secara solo. Penonton makin ramai. Tenda tradisional Arab penuh sesak, luber sampai keluar tenda. Mereka akhirnya menonton dari sisi kiri dan kanan panggung pertunjukan. Tak ada yang pergi sampai nyanyian selesai. Hebat.

Sesi ketiga pertunjukan tari, lebih menghentak. 


Para penari pria bercelana panjang, dilapis baju serupa rok di bagian luar. Ketika badan penari-penari itu berputar seperti gasing, roknya mengembang, berkibar-kibar. Saya lihatnya merasa pening, bercampur takjub. 

Tepuk tangan terdengar kencang dan lama. Penonton gembira, senang dengan suguhan tari yang ditampilkan. Meriah. 




Saya kira pertunjukan seni sudah selesai. Ternyata malamnya masih ada. Sekitar jam 8 kalau tak salah, di bawah gemerlap lampu restoran, lagu-lagu Arab kembali dilantunkan. 


Kali ini tanpa tarian. Musiknya lebih kalem. Tapi penonton tetap membludak memenuhi tenda. Duduk terpukau.

Boleh dibilang nggak mudah menyaksikan live pertunjukan musik Arab yang dibawakan oleh seniman Arab dari Arab Saudi. Hanya di Saudi House ini bisa lihat langsung, gratis pula. 


Bayarpun nggak rugi sih menurutku, memang bagus. Musiknya dinamis, tariannya juga. Sangat menghibur.

Waktu itu, saya jadi ingin ikutan menari dan berputar-putar seperti gasing. Andai bisa 😂

Pertunjukan Musik sampai malam hari

Paviliun Kuliner Arab Saudi

Oke, ini paviliun terakhir yang saya kunjungi di festival. Sebetulnya, siangnya sudah cek dan ricek dulu, tapi katanya masakannya belum siap. Ya sudah, akhirnya saya pergi keluyuran ke paviliun lain. Eh, sekalinya meleng, itu kuliner sudah habis. Cepat sekali!

Gimana nggak cepat habis, sekalinya dibuka, antrian langsung bejibun. Banyak yang incar, mesti gesit, kata securitynya. Untungnya masih ada sesi kedua jam 7 malam. Nah, saya tungguin tuh. Nggak mau ketinggalan lagi :D

Yang bikin saya penasaran tuh Margoog-nya. Ada pula nasi Kabsa. Semua bahan dibawa dari Arab Saudi. Bahkan Saudi House menerbangkan langsung koki dari Arab Saudi untuk memasak dan menyajikan hidangan Arab Saudi untuk pengunjung festival. 

Koki yang didatangkan dari Arab Saudi untuk membuat masakan Arab Saudi di Saudi House


Bagi-bagi makanan Arab Saudi

Malam itu, dengan sedikit perjuangan, akhirnya saya kebagian. Awalnya, antriannya agak kacau. Pengunjung berdesakan bikin barisan sesukanya. Sampai 6 baris!


Setelah dibuat menjadi 2 barisan, baru tertib. Saya, karena dari media, jadi lebih mudah dapat bagian hehe.

Tapiiiiiii…..yang saya cicipi malam itu bukan Margoog! Huaaaa…..ternyata masakan sesi kedua udah ganti menu. Huhuhu…. Tapi tetap Alhamdulillah karena masih ada yang bisa dicobain 😄

Panjangnya antrian demi mencicipi kuliner khas Arab Saudi ini

icip-icip kuliner Arab Saudi di Saudi House

Kesan dari Festival Budaya Saudi House

Saya datang ke festival ini bukan semata karena iming-iming serba gratis, tapi memang penasaran dengan Kebudayaan Kerajaan Arab Saudi yang dipertunjukan. 

Melihat di TV dan baca di buku/majalah sudah sering, tapi lihat langsung di Saudi House baru kali ini.

Buat saya, festival ini sangat menarik. Bisa menambah pengetahuan, juga memberi hiburan. Mudah-mudahan digelar lagi tahun depan. Nggak harus menunggu ada event olahraga, bisa juga saat perayaan hari besar Islam, misalnya saat Idul Adha, atau lainnya. 





Sebuah pameran budaya yang unik, epic, dan menarik. Nggak pelit dalam berbagi. Apa yang dibawa dari Arab Saudi, semua dibagi tanpa pamrih. Saudi House nggak tanggung-tanggung dalam memfasilitasi pengunjung.

Saya betah banget di sini. Datang sejak jam 14.00, baru pulang jam 20.30 WIB. Saat saya mau pulang, gerbang utama masih dipadati pengunjung yang baru datang. Walaaah walaaaah…. benar-benar luar biasa ini pameran.

Harapan saya pribadi sebagai masyarakat umum, semoga dengan menampilkan kebudayaan Arab Saudi, dapat menunjukkan komitmen untuk memperkuat ikatan dan solidaritas antara Indonesia dan Arab Saudi.

Semoga festivalnya diadakan lagi dengan gelaran yang lebih baik lagi.

Terima kasih Saudi House! Kapan undang saya ke Arab Saudi? #lho 😂

Saudi House Jakarta 19-22 dan 24-28 Agustus 2018




Semua foto oleh Katerina & Arif
Foto dan video juga bisa dilihat di instagram: @travelerien @katerinadaily




Seorang istri. Ibu dari dua anak remaja. Tinggal di BSD City. Gemar jalan-jalan, memotret, dan menulis.

Share this

Previous
Next Post »

1 komentar

  1. Wah, beruntung banget kakak travelerien difotoin pertama sama fotografer terkenal di Saudi.

    pingin lihat berbagai macam kurma, suka banget

    BalasHapus

Leave your message here, I will reply it soon!