Jelajah Kuliner Palembang di Musi Triboatton 2016

jelajah kuliner palembang
Jelajah Musi, Jelajah Kuliner Palembang

Event #Musitriboatton2016 yang di gelar di Sumsel pada tanggal 11-15 Mei lalu membawa berkah tersendiri bagi saya sebagai blogger. Berkah apa ya? Berkah berwisata gratis di Palembang :D

Lewat lomba blog bertema Jelajah Musi Triboatton yang diselenggarakan oleh Disbudpar Sumsel dan Kemenpar RI, tiga orang blogger diberi kesempatan untuk menghadiri final sekaligus acara penutupan Musi Triboatton 2016 pada tanggal 14-15 Mei 2016. Siapa saja blogger yang beruntung tersebut? Alhamdulillah ternyata saya menjadi salah satu pemenang lomba. Yeay!

Kemenangan tersebut mengantarkan saya ke Palembang selama 3 hari 2 malam bersama dua blogger lainnya yaitu Mas Eko dan Mbak Relinda. Semua biaya transportasi dan akomodasi kami bertiga selama di Palembang ditanggung oleh disbudpar Sumsel. Setelah di Palembang, ternyata kami bukan hanya diajak menyaksikan final balap perahu dan malam penutupannya yang meriah, tapi juga diajak berperahu menjelajah Sungai Musi, mengunjungi Pulau Kemaro, Kampung Al Munawar, Bukit Siguntang, dan tak ketinggalan tentunya menikmati aneka kuliner Palembang yang serba lezat. Wow, ini sungguh di luar ekspektasi saya lho.

Pengalaman berwisata di Palembang kali ini memang sangat berkesan. Karena itulah banyak yang ingin saya ceritakan, sampai saya bingung harus mulai dari mana. Akhirnya saya putuskan untuk memulai dengan menulis cerita kuliner saja. Kenapa kuliner? Karena petualangan kuliner di Palembang kali ini benar-benar membuat lidah saya bergoyang sampai pegal haha
 
Warung terapung mirip kapal kecil

Makan Pindang di Warung Terapung

 
Hari pertama di Palembang (14/5), kami diajak makan siang di warung terapung. Rombongan kami terdiri dari Mas Tikno ‘lostpacker’, Wira, Arif Rahman dan istrinya, Mas Eko, Relinda, Mbak Ira, Mas Jony, Mas Bram, dan Mas Dani. Penasaran nggak ingin tahu seperti apa rasanya makan di warung terapung? :D

O, ya, ada yang mau tanya soal rasa makanannya? Ntar dulu deh ya soal itu. Tanya saja bagaimana sensasi makan di dalam perahu warung berbentuk kapal (yang rada goyang-goyang jika kena ombak) sambil memandang megahnya Jembatan Ampera dan perahu-perahu yang hilir mudik melintas di Sungai Musi….

Aduhai asyik sekali rasanya.
 
Menu andalan: Pindang ikan


Sensasi makan di perahu yang ga biasa

Sensasinya bikin lidah nggak peduli lagi soal rasa makanannya. Tapi ini bukan berarti masakan warungnya nggak enak lho ya. Buat lidah saya sih enak-enak saja hehe. Buktinya hidangan nasi dengan semangkuk pindang baung, sambal mangga, aneka lalap, dan minuman jeruk, ludes ga bersisa. Lapar juga sih yaaaa ha ha.

Namanya warung terapung, pasti tempatnya di atas air, tepatnya di atas Sungai Musi. Untuk mencapai warung terapung kami mesti menuju Jembatan Ampera dulu. Bukan naik jembatan lho, tapi justru ke kolong jembatan ke arah Dermaga 16 Ilir. Di kawasan ini saya menjumpai banyak pedagang makanan, minuman, sampai mainan pun ada. Warung-warung tenda berjejer. Saat saya lewat, beberapa perempuan memanggil sambil menawarkan menu andalan warungnya. Ada yang menyebut pindang, ayam bakar, soto, bakso, dan lainnya.

Tujuan kami warung terapung, bukan warung di daratan. Jadi, panggilan-panggilan mampir dari perempuan tadi hanya saya balas dengan senyum dan gelengan. Mas Jony mengarahkan kami ke warung berbentuk kapal warna merah ngejreng. Namanya warung Mbok War, salah satu dari tiga warung terapung yang ada di kawasan dermaga 16 ilir.
 
Makannya pelan-pelan ya mas Dani :D


Tahu aja Wira mau difoto :D

Sebelum masuk, saya kira kapasitas warung ini sedikit, ternyata mampu menampung hingga 25 orang sekaligus. Semua meja makan merapat di dinding perahu, hadap jendela, pandangan saat makan pun ke sungai sehingga bisa merasakan embusan angin menerpa wajah, serta dapat melihat aktitifas di dermaga dan sungai. Ibu-ibu yang melayani gesit. Usai pesanan disebut, mereka langsung melesat ke bagian depan kapal, mengambil makanan dan mengantarkannya dengan cepat ke hadapan kami. Bak layanan di resto cepat saji, nggak pakai lama hehe

Menu pindang di warung ini antara lain Pindang Patin, Pindang Gabus, Pindang Baung, dan Pindang Tulang. Harga berkisar antara Rp 20 ribu – 30 ribu per porsi. Disajikan dengan sebakul nasi, sambal (terasi dan mangga), dan aneka lalapan (timun, kol, kemangi, dan petai). Untuk minuman teh dan jeruk (manis, tawar, hangat, dingin) berkisar antara Rp 3.000 – 5.000 per gelas.
 

Ramai pengunjungnya ya

Buat pecinta kuliner, wajib coba makan di warung terapung seperti ini. Selain dapat menikmati cita rasa pindang khas Palembang, utamanya sih dapat merasakan sensasi makan di atas perahu yang terapung di atas Sungai Musi, sungai terpanjang di Pulau Sumatra.

Jajan sore di Toko Harum

 
Sore jam 14.30 kami menyaksikan final balap perahu dari kawasan BKB. Hujan deras yang mengguyur Palembang sore itu sempat membuat penonton kocar-kacir, termasuk kami yang menyaksikan dari tenda yang dipasang di pinggir sungai. Tak sampai dua jam, kami diajak pergi. Kemana? Jajan-jajan enak di Toko Harum. Horeeee….

Mendengar nama Toko Harum disebut oleh mbak Ira, rasanya saya ingin loncat-loncat senang. Saat ke Palembang bulan Maret lalu (dalam rangka GMT Palembang), saya pernah menikmati betapa enaknya ketan duren dan kue-kue di toko ini bareng Mas Yopie Pangkey dan Mbak Rossie. Cita rasanya itu lho, bikin nagih dan ingin balik lagi. Eh sekarang beneran balik lagi ke toko Harum. Makanya giraaang banget!
 
Nggak ada yang nggak enak di Toko Harum

Sayangnya Ketan Duren idaman tidak ada karena sedang tidak musim durian. Yah, apa boleh buat. Tapi tentu saja saya tidak perlu kecewa karena di sini banyak kudapan yang tak kalah menggiurkan. Sebut saja Pempek Tabok dan Es Sugu. Makanan dan minuman ini belum pernah saya coba. Jadi, inilah waktu untuk mencicipinya. Apalagi pempek tabok itu disebut-sebut mulai langka karena tak banyak lagi kedai pempek di Palembang yang menjualnya. Wajib dicoba! 

Aneka kudapan khas Palembang seperti Pempek Tabok, Celimpungan, Ragit, Laksa, Kue 8 Jam, Lapis Kojo, Maksuba, Lapis Palembang, Engkak Ketan, Kue Senting, Kue Suri, Kue Kojo, Manan Sahmin, Bluder, Engkak Medok, Dadar Jiwo, dan Srikayo, semua ada di sini. Kue-kuenya berukuran kecil, oleh-olehable banget hehe.  

Kue-kue kesukaan


Ada yang belum pernah makan ragit?


Di toko ini, kita pun bisa duduk santai sambil melahap kudapan. Meskipun ruangannya tidak luas tapi nyaman. Banyak foto-foto Palembang kuno tergantung di dindingnya. Looks cool! Lokasinya juga mudah ditemukan, tidak jauh dari Kantor Wali Kota Palembang, tepatnya di Jalan Merdeka No. 811.

Setelah sebelumnya saya ketagihan Ketan Duren, sekarang giliran pempek taboknya yang bikin nagih. Pempek Tabok adalah pempek yang terbuat dari kulit ikan, digoreng garing, disajikan dengan ebi (udang kering), cacahan timun dan cuka. Sangat renyah dan enak! Es sugu-nya juga enak. Terbuat dari susu yang di-blend dengan gula merah, diberi es batu. Manis dan menyegarkan…sluuurp. 

Sang juara: Pempek Tabok!


Kesampaian juga minum Es Sugu

Bagaimana dengan harga? Olala….harga-harganya sungguh membahagiakan, nggak bikin dompet jebol meski beli banyak. Versi banyak saya tuh se-gimana? 1 pempek tabok + 1 gelas es sugu + 1 kue srikaya = banyak dan bikin kenyang haha. Gede lho pempeknya. 

Kalo ke Palembang kudu mampir ke sini ya. Nggak kekinian kalau belum ke Toko Harum :D 

Satu porsi Pempek Tabok yang mengenyangkan

Makan Malam dengan Martabak HAR

 
Perut masih terasa kenyang seusai jajan di Toko Harum. Lantas, bagaimana caranya agar rasa kenyang itu bisa disingkirkan? Pokoknya harus dibuat lapar lagi biar bisa menyantap Martabak HAR sampai habis :D

Ya, masih di hari yang sama, Sabtu 14/5, acara kuliner berlanjut sampai malam. Kali ini kami diajak makan malam Martabak HAR, salah satu kuliner top di Palembang. Martabak HAR yang kami kunjungi berlokasi di Jl. Sudirman yang merupakan salah satu pusat Martabak HAR di Palembang.
 

Belum lengkap kulineran di Palembang kalau belum coba martabak HAR


selalu ramai pengunjung

Nama Martabak HAR diambil dari nama penciptanya yaitu Haji Abdul Rozak (disingkat HAR), seorang ulama keturunan India di Kota Palembang. Kuliner ini sudah ada sejak 7 Juli 1947. Sudah lama. Jadi, nggak heran ya kalau martabak HAR merupakan kuliner legendaris di Palembang.

Martabak HAR disajikan dengan kuah kari yang kental dengan irisan daging serta kentang yang dipotong kecil-kecil, dimasak sedemikian rupa memakai rempah-rempah kari yang harum serta menggugah selera. Martabak disajikan bersama kuah kari daging dan 1 mangkuk kecil kecap asin dengan irisan cabe hijau di dalamnya.
 
sedang dibuat


Pelengkap Martabak HAR: kuah kari, irisan cabe + kecap, dan acar timun


Sanggup habiskan satu porsi?

Makan malam dengan martabak, apa kenyang? Sempat terlintas lho hal itu di pikiran saya. Gaya ya, perut kecil, makan sedikit, tapi menanyakan “apa kenyang?” hihi. Padahal ya, saat saya makan, 1 porsi itu tidak habis. Apa karena saya masih kenyang, atau karena porsinya kebesaran? Sepertinya karena keduanya. Harusnya martabak enak itu tak bersisa…

Selain Martabak HAR, ada menu lainnya juga yang bisa dicoba di sini, di antaranya: Nasi Briyani, Nasi Minyak, Martabak Spesial, Kambing Guling, Kambing goreng ala HAR, Ayam goreng ala HAR. Untuk minuman tersedia aneka es seperti jeruk, teh manis, teh susu, kopi susu, susu, kacang merah, soda susu dan jus alpukat.

Belum afdol kulineran di Palembang kalau belum mencicipi Martabak HAR. 

Ada +Omnduut  dan Maman bersama kami :)



Sarapan Mie Celor di RM HM. Syafei

 
Mengawali hari ke-2 di Palembang, kami diajak sarapan Mie Celor sebelum berangkat ke Pulau Kemaro. Meski sudah diberitahu bahwa kami akan sarapan di luar hotel, tetap saja kami makan dulu di hotel Amaris yang kami inapi. Hehe… tapi sayang juga lho kalo ga cobain sarapannya, soalnya ada nasi minyak. Eh tapi itu nasgor apa nasmin ya? Haha. Tau ah. Yang jelas guriiiiih banget rasanya. Bikin pingin nambah. Tapi karena ingat bakal sarapan lagi dengan mie celor, ga jadi deh.

Masuk lewat belakang

Jam 8.40 kami tiba di warung Mie Celor HM. Syafei. Tempatnya di sebuah ruko berlantai dua. Saat masuk, di lantai dasar ternyata penuh oleh orang yang sedang makan. Nggak nyangka pagi-pagi sudah seramai itu. Kami pun naik ke lantai dua, ternyata masih kosong. Sebetulnya ga heran lho warung ini ramai, mengingat tempat makan ini memang termasuk rumah makan legendaris di Palembang dan sudah berusia sekitar 66 tahun (dirintis sejak tahun 1950).  

Rame beneeeer


di lantai 2 masih agak kosong


Apa yang membuat Mie Celor begitu disukai? Saya tidak bisa memberikan pendapat yang objektif, karena saya sangat jarang makan Mie celor. Mungkin dalam setahun baru kali ini saya makan mie celor lagi. Kalau ditanya seperti apa rasanya, jawaban saya cuma satu: enak banget!

Mie celor terbuat dari mie kuning basah berukuran besar yang dimasukkan bersama tauge berukuran kecil ke dalam semacam wadah kecil dari aluminium bergagang panjang, lalu dimatangkan dengan cara dicelup-celupkan ke dalam dandang besar berisi kuah mendidih. Setelah dicelup sampai setengah matang, mie dan tauge diletakkan di piring. Lalu diberi kuah dan topping, berupa kucai, bawang goreng, irisan telur rebus, dan udang rebus yang dicincang halus. Sementara, kuahnya berbumbu bawang merah, bawang putih, dan cabe yang digiling halus lalu ditumis, kemudian dicampur dengan otak dan daging udang yang juga sudah digiling halus. 


Wow pinter banget ya saya jelasinnya. Emang pernah bikin? Haha…sorry ya, khusus bagian satu ini saya nyontek! Wkwkw.  

Lemak niaaaan


Serunya sarapan mie celor rame-rame

Dinamakan Mie Celor 26 Ilir H. M. Syafei karena lokasinya di 26 ilir dan didirikan oleh HM. Syafei. Buat kamu pecinta kuliner, cobalah jenis kuliner Mie Celor ini di tempat yang paling legendaris yaitu Warung Mie Celor 26 Ilir H M Syafei Z, yang beralamat di Jalan KH Ahmad Dahlan No 2, 26 Ilir, Palembang.  


Makan Pindang di RM Pempek Pak Raden 

“Apa? Makan siang dengan pempek? Ampuuun…saya tuh pingin nasi hiks.” Haha. Spontan deh saya berucap begitu, tapi dalam hati hihi.

Siang itu, setelah jalan-jalan ke Pulau Kemaro dan Kampung Al Munawar, kami kembali ke kota untuk makan siang. Sewaktu turun dari mobil saya lihat rumah makan yang dimasuki bernama Pempek Pak Raden. Dalam kepala saya nih, ga ada hal lain yang terlintas dari nama Pak Raden yang terkenal itu selain pempek dan cuko. Itu sebabnya tadi saya langsung kaget bercampur heran, masa makan siang dengan pempek? Apa jadinya perut kosong yang sering dihinggapi maag ini kalau tiba-tiba diisi cuko? Alamat bakal nelen obat maag selama tiga hari hwhwhw
 
Makan siang dengan pempek?

Tapi ternyata sodara-sodara, saat memasuki ruangan resto yang cakep dan adem itu, berbinar-binarlah mata saya. Ternyata di sini ada sajian nasi, pindang, sate ayam, sayur kangkung, sambal, lalap, ikan seluang goreng dan segala makanan selain pempek tersedia! Olala jadi resto ini ga cuma jual pempek ya. Ini sungguh membahagiakan. Lebih bahagia lagi ternyata siang itu ada Ibu Irene Camelyn Sinaga (kadisbudpar Sumsel) yang sengaja datang untuk bertemu kami. Oh senangnya…
 
Senangnya ada ibu Irene Camelyn datang untuk ketemu kami


Kenalan sama Okta deh

Selain hidangan pindangnya yang juara, kue-kue khas Palembang yang saya cicipi di sini sungguh enak rasanya. Tak cuma kue srikaya kesukaan, kue mirip srikaya tapi kental dengan rasa duriannya juga ada, sukses bikin saya ketagihan. Benar-benar nggak ada bosannya makan kue-kue manis seperti ini. Saya mau lah nginap di resto itu, mojok makan kue sampe pingsan :D

Oh ya, kalau sudah makan kenyang, trus ingin beli pempek buat oleh-oleh, tinggal pesan di sini.  

Nah, bukan makan pempek kan? :))


Terima kasih Bu Irene sudah ikut makan siang bareng kami

Makan Malam di River Side Restaurant

 
Nah ini dia pengalaman makan di atas Sungai Musi dalam versi lux-nya he he. Kalau satu hari sebelumnya makan di warung terapung kecil dengan suasana ala warteg (tapi seru dan asyik), sekarang di resto besar dengan suasana seolah sedang berada di kapal pesiar. Yaelah ga segitu besarnya juga kalee…

Hari sudah di ujung petang, adzan magrib baru terdengar ketika kami memasuki River Side. Yang paling saya buru ketika itu adalah memotret Jembatan Ampera yang terdiam dalam remang petang. Berdiri di dek luar lantai 2 resto membuat saya seolah sedang berlayar di tengah sungai. 


“Saya seperti kamu wahai jembatan Ampera, melintang di tengah sungai.” *ketawa horor. Padahal restonya masih dipinggir sungai, nempel ama daratan hihi
 
Mesti ke sini nih kalau ke Palembang


berasa sedang berada di kapal yang sedang berlayar di sungai ya

Pesanan makanan apa di River Side? Menunya banyak sekali, ada masakan khas Palembang, ada pula Chinese Food. Tapi saya tidak bingung pilih yang mana sebab kali ini saya ingin makan sesuatu yang beda, Kepiting Saus Lada Hitam! Yang lain pesan pindang, cumi goreng tepung, dan entah apa lagi. Sayurnya cah brokoli jamur. Kami pesan 2 porsi, dimakan rame-rame. Minumannya bervariasi, jadi banyak pilihan. Tak ketinggalan mix fruit sebagai pelengkap pesanan. Meja pun penuh, sampai tidak muat, lalu ditaruh di meja sebelah haha. Pada lapaaaar.  
  
Kepiting goreng saus lada hitam. Oyeee!


pesanannya belum datang semua :D


Relinda: "Wira, itu kan jatah gue!" :))

Kami sengaja makan banyak karena malamnya akan hadir di acara penutupan Musi triboatton. Nyangkanya bakal duduk lama dan ga sempat makan lagi. Jadi, sekarang saja dihajarnya hehe. Eh ga taunya pas di dalam tenda acara disediakan banyak makanan. Gratis untuk semua tamu undangan. Halah halaaah…..kalau tahu gitu makan di River Side-nya dikit ajaaa…

Berada di River Side ini menurut saya adalah cara lain untuk menikmati indahnya sungai Musi dan Jembatan Ampera pada petang hingga malam hari.
 

Pempek Saga Sudi Mampir

Kulineran di Pempek Saga Sudi Mampir

 
Minggu malam (15/5) kami menghadiri acara penutupan Musi Triboatton 2016 di kawasan BKB. Acara berlangsung meriah. Rombongan kami duduk bersama para tamu undangan, dan kami tidak beranjak sampai acara selesai. Acaranya ternyata tidak lama, hanya 2 jam saja, dari jam 7-9 malam. Kemeriahan acara ini akan saya ceritakan pada tulisan terpisah.

Saya pikir setelah acara penutupan Musi Triboatton selesai, kami langsung diantar ke hotel. Tapi ternyata masih ada lagi acara yang ga mungkin bisa saya tolak, yaitu acara goyang lidah (makan pempek panggang) dan goyang badan (karokean di Inul Vizta). Mantap nian….!
 
Pempek Panggang dan Lenggang.....sedaaaap

Pempek Saga Sudi Mampir namanya, di sanalah kami kulineran malam itu. Saya sebenarnya masih kenyang, tapi saat melihat pempek-pempek panggang itu terhidang, tak tahan rasanya untuk tak mencicipinya. Bagaimana tak tergoda kalau sudah lihat pempek? Tak peduli kenyang, pokoknya masukin ke mulut. Merem melek rasanya makan pempek panggang haha

Makasih banget buat mbak Ira yang sudah ajakin kami ke Sudi Mampir. Ga cuma pempek panggangnya yang ajib, pempek lenggangnya juga juara. Keduanya sama-sama sudah lamaaaaa banget ga saya nikmati. Sampai sekarang saya masih terbayang-bayang rasa dan aroma pempek panggangnya. Mana bulan puasa pula nulis ini, bikin ngeces aja. Eh tapi saya sedang ga puasa ding, ga masalah ya :D
 
Om Bolang, pempeknya jangan diembat sendiri dong :))

Btw, di sini Wira beli 1 dus pempek lagi buat tambahan oleh-oleh balik ke Jakarta. Kurang ya Wir? Banyak titipan sih ya hihi.

Sudah dibikin puas kulineran, pulangnya dapat oleh-oleh Pempek satu dus pula. Dus besar lho, beuuuh….tercenganglah saya dan mbak Relinda yang awalnya mau belanja sendiri, eh tahu-tahu sudah dibeliin. Alhamdulillah.
 

1 dus pempek (dari mbak Ira) dan 1 kantong kerupuk Palembang (dari adek). Terima kasih :-*

Ke Palembang kali ini, boleh dibilang saya puas menikmati wisata kulinernya. Walau tidak semua jenis makanan saya coba, tapi apa yang saya makan mulai dari masakan pindang, martabak HAR, Mie Celor, Pempek Tabok, Es Sugu, Pempek Panggang, Lenggang, hingga aneka kue khas di toko Harum, dapat saya nikmati dengan sebaik-baiknya.

Kuliner Palembang memang luar biasa dahsyatnya. Banyak jenisnya dan nyaris tak ada yang tidak bikin ketagihan. Sekali cicip langsung jatuh cinta dan bikin kangen Palembang.

Kamu sudah pernah jelajah kuliner Palembang di Palembang? 
  
Serunya kulineran di Palembang


Seorang istri. Ibu dari dua anak remaja. Tinggal di BSD City. Gemar jalan-jalan, memotret, dan menulis.

Share this

Previous
Next Post »

56 komentar

  1. Okta blogger juga ya mbak Rien? belom kenal. Atau dari disbudpar ya? :)

    Aku baca tulisannya sampe habis. Pas bagian foto aku agak buang muka gitu muahahahaha. Puasa puasaaa puasaaa kudu tahan godaan. Senang bisa ketemu mbak Rien dan (menyelinap) makan bareng ditengah-tengah blogger kece. Belum ke Al-Quran Al-Akbar kan? belum main ke rumahku kan? nah kesempatan buat balik ke Palembang lagi hehehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Okta dari Disbudpar :D

      Sama, aku juga senang bisa ketemu Yayan dan teman-teman blogger lainnya di Palembang. Masih banyak ya yang belu aku datangi. Sip, past datang lagi nanti biar makin banyak yang bisa aku tulis di blog :D

      Makasih banyak ya Yayan :)

      Hapus
  2. Duh! Pempek tabok itu rasanya bener-bener nabok kalo diliat sekarang mbak... :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha....liatnya pas puasa sih ya, berasa ditabok :D
      Kulineran ke Palembang yuk Mbak Dian, biar ditabok pempek tabok :))

      Hapus
  3. aku belum pernah makan ragit mba *kode kalau mau diajakin*

    BalasHapus
  4. Belum nyoba makan di warung terapung, belum makan mie celor, belum minum es sugu.
    mesti ke palembang lagi...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo mas Yopie kita ke Palembang lagi khusus untuk jelajah kuliner :D

      Hapus
  5. Baca INI sambil nelen ludah disiang bolong bulan Ramadhan. ITU warung terapung kayak perahu warung terapung di Kashmir. Cuman makannya tetep di perahu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bulan Juli nanti jadiin ke Palembangnya mbak :D
      Makan di warung terapung Sungai Musi juga tetap dalam perahu mbak.

      Hapus
  6. mbak.. mau dong pempek tabok nya.. menggiurkan banget

    BalasHapus
  7. Pengeeen, traveling dan kulineran kemana-mana...tapi kapan ya? :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. You just need to pack your bags and just go :))

      Hapus
  8. Yang komen di atas muka-muka kelaparan semua. Kutandai muka kalian semua ya! hwhwhwhw ditunggu di Palembang atuh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. "muka kelaparan" hahaha....tandai aku juga, aku masih mau ke Palembang lagi :D

      Hapus
  9. Dari semua makanan di atas, entah kenapa aku kurang selera sama Mie Celor. Makanya pas itu nggak persen. Bukan apa-apa, udah terlalu sering makan mie jadi nggak selera. Ditambah lagi udah kekenyangan sarapan di hotel. Hehehe.

    Kemaren bener-bener kurang persiapan dari segi dokumentasi. Pengen ke sana lagi suatu saat, dan didokumentasikan (foto dan video) baik-baik semua makanan itu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah iya, aku sempat perhatikan itu. Agak heran kenapa mas Eko sama sekali tidak pesan atau pun sekedar mencicipi mie yang kami makan. Tapi Mie Celor ini memang beda menurutku. Beda pada kuahnya yang ga biasa. Kental dan mungkin bagi mereka yang datang dalam keadaan kenyang bisa menimbulkan rasa makin kenyang. Aku pun kalau dalam keadaan kenyang mungkin makan tapi ga habis. Tapi karena aku penggemar mie, aku tetap bisa makan...

      Mesti balik lagi Mas Eko :D

      Hapus
  10. Aku belum jelajah kuliner Palembang di Palembang, Mbak Rien. Mau ngajakin? Siap berangkat. Hahaha.

    Suwer, aku ngiler sama pempek panggangnya -__________-"
    Tanggung jawab!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo ke Palembang Juli nanti bareng mbak Zulfa hahaha

      Hapus
  11. 2x ke palembang dan cuma nyari pempek, terus baca ini rasanya jadi kudu wajib ke sana lagi. Haha, ngiler liat kulinernya nih mbak rien.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudah cobain Pempek Tabok belum omali? Kudu ke Palembang lagi yaa...

      Hapus
  12. Pingin nyobain martabaknya. Duh bikin laper juga tuh kue minimalisnya, ada yang mirip kue lumpur juga sepertinya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekilas memang mirip kue lumpur, tapi bukan, itu engkak ketan.
      Ayo Anis ke Palembang bareng2 temen BK :D

      Hapus
    2. Xixixi, tak pikir lumpur. Haduh Mbak, jangan bikin mupeng mulu :D

      Hapus
  13. Huwaaaaa untung buka ini dalam kondisi perut kenyang. Jadi gak sampe ngeces2 liat fotonya

    Eh tapi kue 8 jam, lapis kojo, mie celor hiks aku ngileeeeeerr

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kue-kue yang bikin ngiler itu menunggu kedatangan mbak Arni di Palembang. haha. Ayo ketemu Yayan di Palembang

      Hapus
  14. Balasan
    1. Duh duh jadi nggak tahan ya...Pindang enak memang bikin ngeces :D

      Hapus
  15. Salaaaah banget aku mampir sini siang2 *glek...
    Ragit itu apa mba?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makanan mirip roti jala dari India, mbak. Bentuknya seperti dadar gulung. Disantapnya dengan kuah daging kari.

      Hapus
  16. Makanannya enak2 ya mbak, banyak yg belum pernah saya coba tuh. Belum pernah nemu pempek tabok di Jogja.kalo pengen mesti ke Palembang yaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kudu ke Palembang mbak Prima. Biar sekalian jalan-jalan dan jajan-jajan. Ayo tunggu apa lagi :D

      Hapus
  17. Saya memabcanya di waktu yang tidak tepat.
    Masih pagi-pagi saya sudah disuguhkan tulisan yang membuat saya ngiler.
    Semoga tidak makruh yah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Hihi...ntar pas buka atau sahur baca lagi ya mas :D

      Hapus
  18. Aduh, puasa lihat makanan makanan gini, ampun dah mbak.

    BalasHapus
  19. wah serunya wiskul di palembang ya mbak Rien, aku aja belum pernah lho makan
    ke pempek pak raden dan riverside walaupun org palembang hehehe, kalo menurutku sih martabak HAR yang enak yang lokasinya di dekta masjid agung mbak, klo di tempat mbk makan bumbunya berasa jamu kuahnya nah yang gerai mie celor itu yang gerai cabang baru yang lama ada di pasar 26 tapi tempatnya sempit

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lain waktu kita barengan yuk Na ke River Side dan Pak Raden. Aku ketagihan lho.
      Ok Na, lain waktu aku ke martabak HAR satunya.

      Hapus
  20. Eh gw baru liat mpek2 tabok, jadi pengen nabok yg nakal2 hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang nakal kayak Cumi yang perlu ditabok haha

      Hapus
  21. kalau makan di warung terapung gitu bikin perut merasa mual gak, ya? Kan, goyang-goyang makannya hehhee

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah kalau saya nggak mual. Cobain dulu aja mbak Keke :)

      Hapus
  22. baru aja bulan mei kemarin saya juga kessana,,,palembang memang keren,,,

    salam kenal

    BalasHapus
    Balasan
    1. Keren dan kulinernya bikin nagih. Pingin balik lagi dan lagi...

      Hapus
  23. waaahh saya 3 x kepalembang, gak pernah dengar pempek tabok loh mbak...jadi penasaran...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama deh denganku. Malah udah sering banget ke Palembang (karena keluarga saya ada di Palembang) tapi baru kemarin makan pempek tabok. Luar biasa enak..

      Hapus
  24. Waduh ketahuan deh makannya banyak...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wira mah tanpa difoto sedang makan banyak pun udah ketahuan kok makannya banyak wkwkw

      Hapus
  25. ya Allaaah...pempek Saga sudi mampir, mengingatkan akan masa muda jalan-jalan bareng temen ke Palembang dan kekenyangan di sana x))))

    BalasHapus
  26. Wa..jadi kangen balik ke Palembang. Itu pempek Tabok kayak pempek kulit ya?

    BalasHapus
  27. lagi ngomongin ma teman pengen kulineran di palembang, terus bentar sebagai referensi buka blog nya Rien dan masih aja glek glek glek hahaaha (eri)

    BalasHapus
  28. Klo saya ada di kelompok itu bakalan naek berapa kilo ya? takut nimbang euy!

    BalasHapus
  29. Martabak HAR emang juara, dulu ngidam makan Martabak HAR, untungnya lebaran kemarin terpuaskan karena adik kakak iparku bisa bikin sendiri, mantaap. Kuliner Palembang emang sedaaap bingits.

    BalasHapus

Leave your message here, I will reply it soon!