Danau Hijau nan Syahdu di Ulu Belu


Saya tidak pernah mendengar tentang Tanggamus sebelumnya, apalagi Ulu Belu. Festival Teluk Semaka yang membuat saya jadi tahu tentang tempat ini. Lebih tepatnya, saat saya mengikuti kegiatan Tour D’Semaka 2015 bersama rekan-rekan media (blogger, fotografer, jurnalis) pada tgl. 20 November lalu.

Ada apa di Ulu Belu? Apa saja yang akan saya lihat? Menurut Mas Elvan, di sana ada Danau Hijau, Kawah Belerang, dan Air Terjun Pelangi. Entahlah, saya tak tahu seperti apa rupa tempat-tempat itu. Saat itu saya memilih jadi ‘buta’. Tak gugling untuk membaca dan melihat-lihat fotonya di internet. Saya lebih suka membiarkan pengetahuan tentang Ulu Belu nol. Membiarkan berbagai rasa hadir secara alami ketika nanti melihat langsung.  


Seperti yang pernah saya ceritakan pada tulisan Lembah Pelangi, jarak menuju Ulu Belu dari Kota Agung itu tidak dekat. Jalan aspalnya memang bagus, tapi si tuan bahaya seolah mengintai tiap saat. Kontur bebukitan membuat jalur kendaraan berkelok dan punya banyak tikungan tajam. Sebuah mobil terguling ke jurang. Telah tiga hari menjadi bangkai. Kami melihatnya. Kondisinya parah, untungnya tak terkapar di dasar jurang, melainkan tersangkut di lereng bukit terjal. Ini menjadi bukti bahwa jalur menuju Ulu Belu yang kami lalui cukup berbahaya jika tak waspada.
20-an meter lagi sampai di Danau Hijau

Setelah berjam-jam lebih banyak melaju di dataran tinggi, akhirnya tiba di dataran yang lebih rendah. Makin lama seolah makin dekat dengan Geothermal Ulu Belu. Tapi tidak sampai ke ke sana. 


Ketika melintasi sebuah tempat yang saya kira tempat pemancingan, Mas Indra menghentikan laju mobil. Katanya sudah sampai. Oh, tak saya kira tempatnya ternyata di pinggir jalan. Bukan masuk ke dalam hutan. Saya membayangkan danaunya berada nun jauh di tengah belantara yang senyap. Padahal ternyata di tempat terbuka, lapang, di pedesaan, dan dekat dengan rumah-rumah warga. Inilah kejutan. Saya suka pada hal-hal seperti ini. Lain di dalam bayangan, lain di kenyataan.  

Di tepi danau ada saung-saung kecil, tempat duduk-duduk terbuat dari bambu, beratap ijuk dan alang-alang. Tampak masih baru. Ada juga tempat duduk lainnya, lebih besar dan lebar, terbuat dari semen, dan beratap asbes. Meja-meja kayu pendek berderet di dalamnya. Tempat menaruh kopi atau cemilan yang ingin dinikmati saat bersantai. Ada pula warung pedagang yang menjual makanan/minuman. Letaknya persis di sebelah tempat parkir kendaraan yang masih seadanya. 



PGE Ulu Belu

warung makan dan tempat parkir yang masih seadanya


Saung di pinggir danau

Saya memergoki sampah plastik yang terkulai berhelai-helai di pinggiran hingga agak masuk ke dalam danau. Mungkin sisa sampah lama yang belum tuntas dibersihkan. Eh, saya tidak tahu apakah danau ini pernah dibersihkan atau tidak sebelumnya. Tapi saya lihat ada upaya untuk membuat tempat ini nyaman. Setidaknya dengan adanya tempat sampah yang sudah disediakan. Juga alang-alang yang telah ditebas dan dicabuti dari tanah-tanah kemerahan di sekitar tepian danau.
Selamat datang di Danau Hijau! @encipholic

Danau ini dinamakan Danau Hijau karena airnya berwarna hijau. Sejenak ingatan saya melayang ke suatu tempat entah di mana. Sepertinya di daerah perkotaan. Ada sungai di antara rumah-rumah sempit dan berdempetan tak teratur. Warna air sungai itu hijau pekat. Bukan karena mengandung sulfutara seperti Danau Hijau di Ulu Belu, melainkan karena timbunan sampah di dalam air. Hijau menjijikan dan beraroma tak sedap.  Tapi di sini di Danau Hijau, airnya hijau cemerlang, bersih, agak beraroma belerang, dan terasa hangat disebabkan ada bongkahan belerang mendidih di dasar danau. 

Danau Hijau nan Syahdu di Ulu Belu


Bebatuan kapur, sesekali asap mengepul di balik pepohonan


Getek

Ada tawaran menarik dari Pak Adi sekretaris desa untuk mengajak kami keliling danau naik getek. Getek? Saya kira semacam perahu berceruk dalam dan lebar, dan dikayuh dengan dayung untuk menggerakannya. Ternyata getek itu perahu yang terbuat dari susunan kayu/bambu yang dibentuk mirip rakit, dan digerakan dengan cara didorong pakai kayu/bambu. 



Saya ikut naik getek bersama rombongan yang sama-sama tidak tahu sampai mana batas muatan getek. Yang ada, saat saya naik, getek itu miring-miring hampir terbalik. Astaga, belum berlayar masa sudah karam? Mana bebannya banyak, berat-berat pula. Ketika sepatu saya mulai kemasukan air, saat itulah saya mulai panik. Apa yang harus diselamatkan? Kamera! 

Akhirnya saya urung naik getek. Memilih turun bersama sebagian orang. Yang lainnya tetap bertahan dan terus menyeberang, kemudian mendaki bukit untuk melihat kawah.
 
Hore kelebihan muataaan...karaaaam
Didorong dengan kayu
 
Dilihat dari bukit di Desa Proyek
Ulu Belu

Saya memilih banyak duduk sambil memotret. Menikmati suasana.


Angin berhembus melampaui rasa. Bergerak liar ke permukaan danau, lalu brutal menyerbu dedaunan. Dahan bergoyang, daun bergerak, serentak menarikan tarian. Daun-daun kering melayang, sebagian jatuh ke tanah, sebagian lagi jatuh ke danau. Tak ada yang bisa mencegahnya hanyut bersama gerakan air yang tampak berombak seperti habis ditepuk. Angin yang membuatnya demikian. Menciptakan bercak-bercak putih pada permukaan air, seperti noda pada selembar permadani hijau yang licin.

Saya suka pada perpaduan warna yang tersaji di sekitar danau ini. Langit biru berhias awan putih berarak. Air berwarna hijau toska dikelilingi pepohonan yang menghijau. Batang-batang pohon berwarna keperakan, berdiri di antara bebatuan kapur berwarna hitam dan putih yang berlatar tanah kemerahan. 

 
"Ngintip" ~Photo by +yopie franz 
Photo by @Yopiefranz
@Agoenk_001 @ito07aja @elephunx25_85 @eviindrawanto


Ngopi ~ @Yopiefranz @duniaindra 


Dengan gadgetnya masing-masing ~ @halim_san @Donnaimelda @Eviindrawanto @yopiefranz


@halim_san
@Donnaimelda
@Yopiefranz 


@duniaindra





Ulu Belu, Kab. Tanggamus. 20 Nopember 2015

Seorang istri. Ibu dari dua anak remaja. Tinggal di BSD City. Gemar jalan-jalan, memotret, dan menulis.

Share this

Previous
Next Post »

33 komentar

  1. "Membiarkan berbagai rasa hadir secara alami ketika nanti melihat langsung."
    <<
    Suka bacanya. Mirip2 materi yang aku bawa di depan kawan-kawan di sebuah kedai, lupakan gugel :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thanks Mas Yo!
      Ya, lupakan goggle. Sesekali :D

      Hapus
  2. Aku terbiuas dalam untaian kata yang kurasa damai dalam jiwa. mengikuti tiap alur kata yang membuatku terpaku (terpaku,, huhuu sakitt kena paku) gk bisa ngarang indah kyk mbk ketring saya nii.... kerenn bgt dahh...

    BalasHapus
  3. Mbaaa, tulisannya apik mewakili apa yang diceritakan dengan bayangan saya di sini.. Perasaan kenal sama yg disaung,hehehe.. Cantik banget ya indonesia..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pasti kenal sama yang di saung. Kalo nggak kenal aku suruh orang yang di saung itu jitak mbak Ima :p

      Hapus
  4. Weekend gak kemana-mana, cukup piknik ke Danau Hijau Ulu Belu lewat Travelerien :) Have a nice weekend, mbak...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ciee yang weekend-an di kantor haha. Ikut dong :D

      Hapus
  5. Indahnya... baik pemandangan dan tempatnya maupun tulisannya indah banget. Sangat membuai, seperti angin sepoi yang terasa ketika kita berdiri di puncak bukit. Saya membaca juga tulisan teman-teman lain soal ini, dan saya bisa menyimpulkan agaknya daerah ini tidak bisa dipandang remeh. Jika dikembangkan dengan baik tanpa merusak nilai aslinya, ini bisa jadi destinasi nomor wahid di sana :)).
    Cerita selanjutnya ditunggu!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga jadi nomor wahid. Tapi yang penting bisa memberikan banyak manfaat, baik pada wisatawan maupun masyarakat setempat :)

      Thanks ya!

      Hapus
  6. Sedang mengingat-ingat, itu aku ketawa nyengir gak jelas kenapa ya? hahaha *panggil mbak Donna :)

    Pas liat foto rakitnya karam aku ketawa, itu lagi panik-paniknya buahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku tahu kenapa Cek Yan panik. Karena nggak bisa berenang :p
      *buka kartu*
      *disembur cuko*

      Padahal danaunya dangkal wkwkwk

      Hapus
  7. Aku suka bacanya! *kasih jempol*

    Btw waktu ke Festival Sekala Brak pun aku sama sekali tak punya gambaran seperti apa dimana, dan membiarkan saja kejutan apa yang kan menanti di sana ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kejutan. Itu yang dicari dalam sebuah perjalanan, bukan? ;)

      Jempol juga buat Taufan :)

      Hapus
  8. Ntah mengapa nggak pernah tenang nail getek, selalu pikiran dihantui DG kata 'karam' . mungkin krn kelebihan Berar badan :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha...selalu deh emak mbolang satu ini nyebut berat badan. Padahal bodimu sexy lho :p

      Hapus
  9. Tempatnya cantik mbaak, tapi sayang ya ada sampah2 yg mba Rien ceritakan itu. Moga segera dibersihkan dan orang2 yg kesana smakin sadar akan kebersihan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang aku ceritakan itu nggak banyak kok mbak sampahnya, tapi tetap nggak enak dilihat.

      Ya semoga.

      Hapus
  10. Keren banget viewnya di sana ya masuk list saya neh buat jalan2 :)

    BalasHapus
  11. Gak beda jauh sama situ Cihuni ya mbak hehehe. Bedanya, klo ke Cihuni, gak ada blogger yang sibuk dengan gadgednya sendiri2 hahaha :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Danau Cihuni yang di Pagedangan ya? Duh aku orang Serpong kok malah belum ke sana ya :(

      Ah itu gadget-an cuma sejenak doang kok buat update sosmed. Sisanya lebih banyak main-main di danau dan kawah :p

      Hapus
  12. Lihat fotonya Encip itu bawaannya langsung senyum sumringah. Senyumnya Encip bagai virus hahaha. Sayang banget mbak Ket nggak ikutan naik kapal ( hampir karam ), padahal bisa kok, buktinya duo emak aman-aman saja hehehe. Gpp,brarti next time kudu balik ke sana lagi ( sendirian ya ) buat seberang ke sumber air panasnya hihihi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayaknya Halim terpesona nih sama senyum Encip. Hati-hati Lim nanti jatuh cinta wkwkwk

      Ya gapapa lain kali masih bisa. Haha...gaya ya kayak bakal ada yang nganterin aja ke sana lagi :p

      Hapus
  13. Bagian paling seru itu pas naik geteknya.... Cuma kayaknya aku kudu pake pelampung. Takut tenggelam. ira

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seru tapi aku takut kameraku kecebur, ga jadi deh ikutan.
      Ga perlu pelampung mbak, dangkal kok danaunya :D

      Hapus
  14. Danaunya nggak bisa buat mandi2 yaa, semoga makin tertata dengan baik sarprasnya dan menarik banyak pengunjung

    BalasHapus
  15. pemandangannya kece banget :)

    BalasHapus
  16. Wah ada geothermalnya juga ya mbak, moga aja bisa dikembangkan tanpa merusak kawasan yang sudah asri kui

    BalasHapus
  17. Rasanya asik kalau naik getek, tapi ada rasa takut juga yang membanyangi. keren danaunya...

    BalasHapus
  18. Sungguh tempat ini bikin kangen, mbak Rien :)

    BalasHapus
  19. Pemandanganya cakep banget mbak. Foto-fotonya juga bagus. Saya belum pernah nginjekkin kaki di Sumatera lho...pengiiin.

    BalasHapus
  20. Asyik mbak,, salah satu tempat wisata indonesia ini masih nampak asri nan alami. Kapan-kapan boleh lah aku kesana :D

    BalasHapus

Leave your message here, I will reply it soon!