Memfasilitasi Anak Belajar dan Bermain


Assalamu'alaikum

Selama dua minggu terakhir ini hampir setiap hari saya menerima hadiah dari anak saya berupa gambar Little Pony. Dalam sehari ada 3-4 gambar yang diberikan pada saya. Semua hasil karyanya sendiri. Ada yang diwarnai, ada pula yang tidak. Cerita gambarnya selalu berbeda. Kadang tentang balapan lari, pergi berbelanja, bermain di taman, berenang di laut, pergi sekolah dan lain-lain.

Sebagai ibu yang tidak punya bakat menggambar, tentu saya takjub dengan kemampuannya menggambar. Suruh saya untuk membuat gambar yang sama sepertinya, yakin tidak akan sebagus itu. 

Saya teringat ia sudah suka corat-coret sejak usia 2 tahun. Kadang di dinding, kadang di lantai. Alat 'lukisnya' kadang pensil, pulpen, spidol warna, sampai spidol permanent. Hampir 2 tahun dinding rumah (terutama kamar) saya biarkan penuh coretan. Mau dibersihkan juga bakal dicoret lagi. Daripada buang uang untuk mengecat rumah, lebih baik membiarkan anak gembira berekspresi dan berkreasi :D

LITTLE PONY
Redi let go = Ready! Let's go!
Suuuuw = Wuuuuuus (suara tiupan)
Wau di is kul = Waw. This is cool!

Ketika ada orang tua yang menyebut anaknya nakal karena mencoret-coret dinding, saya justru menyebut anak saya aktif dan cerdas hehe. Anak kecil mana peduli soal dinding mulus dan rapi, yang dia peduli adalah dirinya yang ingin bermain dan bersenang-senang. Nah, melarangnya melakukan itu sama saja dengan menghentikan kesenangannya. 

Lagi pula, rumah penuh coretan bisa dirapikan kapan saja. Mau sampai ratusan tahun kemudian juga bisa. Itu kalau masih hidup :D Tapi, masa corat coret ini tidak akan pernah terulang lagi. Tunggu saja saat dia usia 4 atau 5 tahun, semua akan tinggal kenangan. Saya sudah merasakannya sendiri, betapa rindunya saya masa-masa ia ketika membuat dinding rumah penuh garis, titik-titik dan bulatan-bulatan tidak jelas itu. Saya rinduuuu sekali!
 
Para Pony dengan berbagai macam gaya rambut :D
Kesukaannya menggambar saya anggap sebagai bakat. Bakat ini akan terus berkembang jika diasah dan difasilitasi. Hasil dari menyimak seminar-seminar pendidikan yang saya ikuti, saya belajar bahwa menyukai apa yang disukai anak lebih penting dibanding menggiring anak menyukai apa yang orang tuanya sukai. Misal, saya suka dengan anak-anak yang pandai bermain piano. Lantas saya belikan dia piano dan saya suruh dia kursus piano. Padahal, anaknya tidak suka musik. Tapi saya memaksa. Akhirnya, boro-boro anaknya bisa main piano, yang ada malah membuatnya stress. Kalau anaknya menyukai aktifitas lainnya, lantas kenapa harus dialihkan? Selama positif dan baik, ya diikuti saja. *ngomong depan kaca*

Di usia dini, suatu kesukaan memang belum permanent. Tetapi, dengan mengenali dan memfasilitasi apa yang ia sukai, bisa membuatnya jadi percaya diri dan kreatif. Dia akan belajar dari apa yang disukainya. Ketika saya tahu dia suka menggambar, maka saya membantunya dengan :
  • Memanggil guru les gambar
  • Membeli peralatan gambar
  • Mencari informasi lomba-lomba menggambar
  • Membeli buku teknik menggambar


Larry minta digambar???


Guru Les 
Bukan belagak banyak duit memanggil guru les lukis (sebutannya bukan guru gambar ya hihihi) segala. Tetapi karena saya memang tidak punya ilmu menggambar, maka saya tidak bisa mengajari anak saya menggambar. Kalau sekedar menggambar pemandangan sih bisalah sedikit. Itu pun cuma menggambar dua gunung dengan matahari di tengahnya dan ada sawah di kaki gunungnya. Gambar andalan sejak jaman jadul :))

Menggambar ada tekniknya, mulai dari teknik dasar sampai teknik tingkat tinggi. Untuk tahu tekniknya memang mesti belajar langsung sama ahlinya.

Di kindergarten sebetulnya sudah ada guru lukis, tapi gurunya bukan guru yang ada di sekolah, melainkan guru panggilan dari sanggar lukis tertentu. Yaaah, sama saja. Di kindergarten lain juga begitu, guru lukisnya dari luar. 

Anak saya masih moody. Kadang mau pakai guru, kadang tidak. Kadang semangat, kadang tidak. Akhirnya guru yang sudah dibayar seringkali tidak mengajar. Bukan gurunya tidak mau, tapi anaknya yang beda kemauan. Ya sudah. Saya tidak mau memaksa. Belajar teknik nanti saja. Sekarang buat fun saja. Yang penting si anak bisa enjoy dengan kesukaannya. Nanti kalau sudah butuh guru lagi, baru panggil lagi. Duit lagiiii :))

Meja untuk menggambar

Membeli Peralatan Gambar
Ini yang penting. Suka menggambar kalau tanpa alat, gimane ceritanye? :D
  • Meja Gambar: Awalnya saya belikan meja belajar ukuran sangat kecil lengkap dengan kursinya. Berhubung kaki mejanya permanent (tidak bisa dilipat), saya ganti dengan meja lipat. Maklum, kalau menggambar dia bisa di mana saja. Kadang di teras, di kamar, di garasi, di dapur, di ruang tamu, atau di ruang makan. Dan mejanya harus selalu yang kecil. Makanya saya belikan meja lipat. Saya beli 2, satu untuk di pakai sehari-hari, satu lagi  khusus buat dibawa-bawa saat bepergian. Tadinya meja lipatnya ada 3. Tapi yang satu sudah patah gara-gara dinaikin. Dikiranya meja dari kayu jati kali ya xixixi
  • Alat gambar: Mulai dari pensil, pulpen, spidol warna, pensil warna, crayon, hingga cat minyak. Semua mesti ada. Biar makin banyak kreasi gambar dan warnanya. 
  • Kertas gambar: Mulai dari kertas HVS baru 1 rim, kertas HVS bekas (bekas cetakan yang tidak terpakai tapi masih ada sisi yang kosong), buku gambar (A4 ataupun A3), sampai white board ukuran mini. Kadang-kadang lantai juga masih dipakai untuk menggambar :D
  • Peralatan lainnya seperti penghapus, rautan, kuas, penggaris.

Lomba Menggambar
Tujuan mengikutkan anak pada lomba-lomba menggambar supaya dia belajar percaya diri dengan karyanya. Saya pikir cara ini sangat bagus dalam rangka mengasah kemampuannya. Di sisi lain juga mengajarkannya bagaimana cara berkompetisi yang baik.

"Nak, kalau menang tidak boleh sombong. Begitu juga kalau kalah, tidak sedih dan harus tetap semangat, ya."

Saya sering berkata begitu pada anak saya. Kan ngeri juga kalau sampai dia ngamuk karena kalah hehe. Alhamdulillah saat kalah atau pun menang, dia tetap baik-baik saja. Tetap bersemangat menggambar apapun yang dia sukai. 

Sejatinya berkompetisi adalah untuk tetap menjaga semangat dan harapan agar tetap tumbuh. Kegiatan lomba juga membuatnya belajar bersabar. Tujuan menang nomor buntut. Bahkan tidak dijadikan tujuan juga tidak apa-apa. Prinsip saya begitu :)

Sampe beli buku :D

Buku Teknik Menggambar
Sampai saat ini saya baru punya dua buku, yaitu buku Menggambar Hewan Populer Dengan Pensil dan buku Menggambar Manga.

Karena anak saya tadinya belum lancar membaca, jadi saya yang membaca dan mempelajari bukunya. Hasil dari belajar itu saya berikan kepada anak saya. Tapi ternyata, anak saya malah ribet dengan apa yang saya jelaskan. Akhirnya dia pelajari sendiri bukunya. Tetapi bukan dengan cara membaca, melainkan dengan melihat gambar-gambar yang ada dalam buku itu hahaha.

Proses terwujudnya sebuah gambar
Sependek yang saya perhatikan, kesukaan menggambar anak saya sepertinya sudah menjadi kesehariannya. Tiada hari tanpa menggambar. Tidak ada yang menyuruhnya untuk menggambar, melainkan karena keinginannya sendiri. Ia menggambar di antara kegiatan bermainnya yang lain seperti bermain bola, bermain dengan kucing, menyusun lego, membaca buku cerita, dan sesekali main games (di laptop dan HP).

Dia akan menggambar apa saja yang dilihatnya. Kebanyakan yang ada hubungannya dengan hewan. Sangat jarang dia menggambar karakter putri-putrian atau pangeran-pangeran. Tema gambarnya berubah-ubah, tergantung saat itu dia sedang suka pada apa dan siapa. Jika sedang suka dengan hewan-hewan laut, maka yang digambarnya mulai dari ikan teri sampai ikan hiu. Saat sedang suka hewan purba, maka segala jenis dinosaurus dia gambar. Dari yang pendek melata sampai yang raksasa bisa terbang.

Belakangan, sejak mulai bisa menulis huruf, gambarnya pakai kata-kata. Mirip kartun. Jadi ada ceritanya. Kata-katanya sih masih sering salah. Tapi saya mengerti dia hendak menulis apa :) 

Mumpung yang punya meja lagi ga ada, Larry acak-acak dulu aaaah :))

Sependek ini, semua usaha saya dalam memfasilitasi kesukaan anak menggambar, tak lain agar ia dapat menikmati apa yang dia sukai. Baginya, menggambar itu seperti bermain. Bermain di atas kertas dengan menggunakan jemari dan imajinasi. "Permainan" sederhana, namun penuh makna. Karena setiap gambar yang dibuatnya seperti mewakili suara hatinya. 

Saat ini, dia masih enjoy menggambar. Entah suatu hari nanti. Tapi yang pasti, kesukaannya menggambar ini saya manfaatkan untuk mengajarinya banyak hal ^_^


Seorang istri. Ibu dari dua anak remaja. Tinggal di BSD City. Gemar jalan-jalan, memotret, dan menulis.

Share this

Previous
Next Post »

23 komentar

  1. Wah gambarnya baguuuuus, berbakat banget. Jadi inget dulu suka gambar juga :) dan, aku pun punya meja kecil gitu buat belajar mbak Rien, hehe iya belajar kalo kumat rajin :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagus untuk ukuran anak kecil saja ini Cek Yan :D
      Eh iya Cek Yan kan jago gambar juga ya. Aku ingat gambar yang pernah diperlihatkna untuk cover calon buku Backpacker Wannabe. Bagus itu.

      Rajin kok kumat-kumatan? :))

      Hapus
  2. Baca tulisan ini jadi senyum-senyum inget Lala waktu pertama kali bisa megang pulpen. Aku selalu ngasih buku gambar atau kertas buat media corat-coretnya. Waktu dia corat-coret tembok, aku bilangin.. "adek jangan coret-coret di tembok yaa.. kalo corat-coret di kertas aja..."
    Besok-besoknya kalo dia lagi coret-coret kertas selalu begini kejadiannya, "kata bunda gak boleh kan coret-coret tembok kayak gini... harus di kertas" sambil tangannya nyoret tembok dulu baru nyoret di kertas. Gitu terus setiap hari.. Jadinya tetep aja, temboknya dicoret-coret dulu :D :D

    Aku punya meja belajar kecil kayak gitu, mbak... yang sekarang udah jadi hak milik si Lala :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jyaaah si Lala bisa aja. Tetap aja itu nyoret tembok hahaha. Kayaknya kebanyakan anak-anak suka nyoret-nyoret tembok ya mbak. Kalo dilarang biasanya malah tambah jadi :D

      Awet bener meja belajarnya sampe masih bisa nurun ke Lala gitu. Beli di mana mbak? Eh di Tokopedia ada sih kayaknya

      Hapus
  3. Ya, bagus banget gambarnya, kalah sama Kita. Meja gambar sekarang banyak designnya. Di Indonesia dulu si kecil punya yg kaki permanan sama buka tutup. sekarang di India, kakainya bisa dicopot. sama design berhitung :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mbak, sekarang desain meja belajar anak banyak modelnya. Sengaja didesain semenarik mungkin untuk memancing anak-anak mau menggunakannya untuk belajar. Aku suka liatnya, lucu-lucu. Kalo yang dipakai anakku masih model biasa, paling gambaranya saja yang bervariasi.

      Meja belajar yang di India keren itu bisa dicopot-copot.

      Hapus
  4. Gambar bagus banget..... Itu dulu anakku yang gede juga suka boneka kuda pony-nya. Suka nyisir surainya yang panjang trus dikasih hiasan macem-macem.

    Meja gambarnya gak berat ya, Mbak Rien. Jadi bisa dibawa kemana-mana. Enak juga kalau anak bisa corat-coret di mobil. Kalau pakai meja yang di mobil itu anak-anak sepertinya kurang nyaman. ira


    BalasHapus
    Balasan
    1. Di sini belum nemu boneka kuda poni. Kalau ada pasti anakku kepingin. Eh tapi sampai saat ini dia belum ada minta boneka kuda poni sih. Mudah-mudahan enggak :D

      Mejanya ringan mbak. Bisa dibawa-bawa. Ada tasnya juga, jadi bisa dimasukkan tas kalau mau pergi. Bisa dipakai di dalam mobil juga.

      Hapus
  5. Q, keren banget ngegambarnya! Tante aja udah segede ini gak bisa hehehe.
    Zahra setuju bahwa orang tua harus mengikuti keinginan anak-anaknya dan mengarahkan :)
    Meja belajar lipat gitu kepake ampe gede, aku masih suka pake meja gitu hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, tante Zahra cantik :)
      Ternyata meja gambar seperti itu bisa kepakai sampai gede ya Zahra. Mbak juga kalau sedang pake laptop di atas tempat tidur pake meja gambar itu. Lumayan ga bikin punggung jadi membungkuk dan sakit :D

      Hapus
  6. Dududuuuuu...mbaaaaak, kita kok sama ya, nggak bisa menggambar, hahaa... kalo disuruh, paling bisa gambar dua gunung dan depannya sawah, gitu-gitu aja gambar saya sejak kecil sampai jadi emak kayak sekarang. Duuuh...nggak ada bakat menggambar sama sekali. Tapi anak saya kayaknya suka menggambar, gambarnya macam-macam. Masih moody juga. Tapi kalo dibandingkan dengan anak mb Rien, jauh lebih mantap hasil gambar anak mb rien, anak saya masih suka-suka dia, nggak dipaksa juga. Biarlah suka-suka dia, hahaa...
    Btw mbak, bonekanya banyak banget, karpetnya bagus, meja belajarnya bagus. Suka lihat yang kakinya pensil itu :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gambar dua gunung dengan sawah itu kayaknya sudah jadi gambar sejuta umat ya mbak Eki :))

      Jangan dibandingkanlah mbak... :D Yang penting anaknya aktif dan mau berkreasi dengan apa yang dia sukai. Buat fun aja dululah. Soal bagus atau enggak itu cuma hasil pengembangan saja. Semua anak kalau diasah pasti bagus semua. Salam buat anaknya ya :)

      Terima kasih mbak Eki.

      Hapus
  7. Aku waktu kecil juga begitu mbak, aku menggambar di mana pun. Akhirnya ada satu ruangan di rumah yang sekelilingnya dilapisi kertas ukuran A sama ayahku. Kertasnya cuma dilapisi setinggi badanku jadi aku gambar di kertasnya tapi serasa gambar di dinding. hehehe Jadi kalau kertasnya penuh, tinggal ganti kertas. Tembok pun tetep bersih. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ide ayahnya mbak Annisa bagus nih. Boleh juga buat dipraktekkan di rumah biar tetap bersih. Terima kasih ya mbak sudah share pengalamannya. Aku suka :)

      Hapus
  8. Balasan
    1. Alhamdulillah. Lumayan untuk sekedar belajar, bermain dan bersenang-senang mbak :)

      Hapus
  9. Berbakaat...gmbrnya bagusss :)

    BalasHapus
  10. waw keren gambarnya... anaknya usia berapa mak?

    BalasHapus
  11. Alhamdulillah tembok di rumah Eyang baru sedikit yang dicoret hihihi. Rencana kalau dah pindah rumah, satu tembok mau saya hibahkan, itupun kalau ayahnya mau :D

    BalasHapus
  12. Cakep hasil gambarnya, kalo gw sejak kecil paling benci melukis kayaknya ngak ada darah seni di aliran darahku #eeap

    BalasHapus

Leave your message here, I will reply it soon!