Goyang Lidah Di Pinggir Jalan Kota Semarang

Mencicipi nasi kucing di Angkringan Blendoek

Assalamu'alaikum Wr Wb,

Ini tentang sepotong kenangan ketika berkunjung ke Semarang bulan Oktober lalu. Moment seru bersama Lestari dan Delyanti kala menikmati makan di warung pinggir jalan. Tidak ada satupun yang saya rencanakan. Semua spontan, mengalir mengikuti kondisi saat itu, dan juga saran Lestari maupun Delyanti. 

Saya memilih tidak menetapkan tempat makan dan makanan apa yang hendak saya makan. Sengaja membiarkan diri saya dibawa ke tempat yang tidak saya kenali. Biarlah jadi kejutan. Biarlah jadi sesuatu yang baru.
Angkringan Blendoek dekat Gereja Blendoek Kota Lama Semarang

Bermula pada hari pertama tiba di Semarang, tgl 17 Oktober 2014. Saya tiba tidak sesuai jadwal sebab pesawat yang saya tumpangi delay lebih dari 1 jam. Ini sangat biasa dan bisa diprediksi, jadi meskipun kesal, salah saya sendiri kenapa masih memilih naik Lion Air. Hiburan terbaik dari rasa jengkel itu adalah kehadiran Lestari di bandara. Ia menjemput saya dengan motornya. Ini sesuatu yang luar biasa. Sebuah kebaikan yang tidak mudah untuk dibalas.

Menembus belantara Semarang dengan motor, bersama dua ransel berat dan besar, saya seperti petualang jalanan yang sedang kelayapan di kota orang. Motor melaju di bawah deretan lampu jalanan, mencari tempat makan di Kota Lama. Saya kira dekat saja, ternyata jauh. Jauh sekali. Tetapi deretan gedung kuno bernuansa Eropa di Little Netherland, mampu menepis rasa lelah yang menggelayuti badan. Pendar lampu jalanan, menciptakan warna orange yang hangat. Tembok-tembok tua berwarna kuning kemerahan, dihias bayangan tiang lampu antik ala tempo doeloe. Sejenak pesona Kota Lama menghujam mata, hingga tak lagi peduli di mana tempat makan yang dicari. Mendadak amnesia pada rasa lapar yang mengguncang perut.
Pengunjung yang makan rame :D
Angkringan Blendoek. Ini tempat makan yang asyik. Lokasinya di Kota Lama Semarang, dekat Gereja Blendoek. Konsepnya outdoor. Suasananya segar. Apalagi malam itu langit cerah, beberapa bintang berkelip di angkasa. Namun angin sepoi-sepoi seperti bersembunyi, saya berkeringat dibuatnya. Makan malam pertama di Semarang, saya makan nasi kucing. Nama nasi terkenal, tapi baru kali ini saya mencicipinya. Jadi, saya berterima kasih pada Lestari karena dia mengajak saya pertama kalinya makan nasi kucing. Dan saya tahu, ini moment istimewa saya dalam dunia perkulineran hehe ga lebay dot com

Yang menarik, meja tempat saya dan Lestari makan, berdekatan dengan meja si tuan empunya angkringan. Nyonya empunya sampai bertanya pada saya : "Apa yang menarik dari tempat ini?" Dia bertanya demikian karena melihat saya berulang kali memotret ke segala penjuru Angkringan Blendoek hehe.
Ya, mungkin juga dia tahu saya pendatang. Soalnya dua ransel besar saya tumpuk di atas meja makan. Jadi, dia pikir saya turis, dan dia perlu tahu komentar saya tentang tempat makannya.

Sarapan nasi uduk di sini
Senin pagi tgl. 20 Oktober, Tari mengajak saya ke daerah Ngesrep. Nama yang unik, mirip kata "Ngarep" hehe. Nah, ini tempatnya lumayan jauh dari rumah Lestari. Kami naik motor ke sana. Jalannya menanjak. Seperti ke arah puncak. Dalam perjalanan, saya menoleh ke kiri, oh ternyata ada pemandangan Kota Semarang nun jauh di bawah. Jadi benar kami berada di daerah puncak. Pantas udaranya agak dingin.

Gelar tikar di depan bengkel, yang jelas bukan sarapan Oli ya hehe

Meskipun pinggir jalan, tapi tempatnya bersih ga kumuh
Kami sarapan di Warung Sekar. Gerobak tenda pinggir jalan. Pengunjungnya ada yang makan di meja, ada yang di atas gelaran tikar. Sarapan gaya nyantai seperti di pantai. Sinar matahari pagi menembus sela-sela dedaunan, menciptakan bayangan magis di tenda makan. Memperindah suasana pagi yang mulai ramai oleh kendaraan lalu lalang. Anak penjual nasi mondar mandir di dekat ibunya yang sedang sibuk melayani pembeli. Sementara ayah si anak, sibuk menyendokkan nasi ke dalam piring, membantu istrinya yang bertugas mengisi lauk pauk ke dalam piring.
lauk pauk temannya nasi uduk or nasi kuning
Sarapan di pinggir jalan ternyata asyik juga. Saya suka suasananya yang terbuka. Terasa begitu segar. Bisa memandang orang-orang di jalanan yang sibuk mengejar tujuan. Sejenak jauh dari kebiasaan makan di ruang berpendingin. Lepas dari 'upacara' mengunci mulut, memasang serbet di dada, menatap susunan sendok garpu di sebelah piring, melirik deretan gelas beragam isi dengan waktu minum yang berbeda-beda, serta dari pelayan berdasi yang berdiri tegap agak di belakang meja. Sungguh bebas terlepas dari kakunya sarapan ala tuan nyonya bangsawan.

Warung ini bersih, tempatnya pun ramai. Masakannya juga enak. Buat saya, ini lebih dari sekedar sebuah kewajiban mengisi perut di pagi hari. Ada setangkai kenangan yang terpahat, tentang kebersamaan yang indah bersama seorang teman.

Seusai sarapan pagi, kami kembali ke rumah, lalu berpisah untuk kemudian pergi menuju urusan masing-masing. Saya pergi menjelajahi Semarang, ditemani Delyanti yang baik hati. Lestari masuk kantor, saya pergi mengunjungi Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Kantor Suara Merdeka di Kaligawe, dan Suara Merdeka di Imam Bonjol.
mesti senyum kalo makan
Seusai menyelesaikan beberapa urusan di MAJT dan Suara Merdeka, saya dan Dely memenuhi panggilan perut. Tempat makan terdekat yang bisa kami jumpai saat itu adalah Warung Makan Mbak Yu Kas. Warung tenda ini berada di depan kantor Suara Merdeka di jalan Imam Bonjol. Sebetulnya di seberang jalan ada rumah makan bakso. Tapi saat itu saya ingin makan nasi. Kebetulan satu-satunya warung makan terdekat yang ada hanya Mbak Yu kas itu, ya sudah kami makan di sana.

Warung tenda Mbak Yu Kas terletak di pinggir jalan, di bawah pohon-pohon. Meski di pinggir jalan tapi suasananya tenang. Kendaraan memang lalu lalang tapi ga berisik dan padat. Udaranya juga sejuk. Lumayan ada angin sepoi-sepoi yang bisa mengatasi cucuran keringat.

Menu yang tersaji beragam. Ada nasi rawon, nasi gudeg, nasi soto, nasi asem-asem iga, nasi rames, dll. Lauk pauknya komplit. Pokoknya memenuhi harapan untuk sebuah makan siang yang lezat dan mengenyangkan. Alhamdulillah.
Seneng banget bisa makan siang di sini sama Dely. Kenyangnya pooool :))

Oh ya, ada satu lagi jajal kuliner yang saya suka banget, loenpia! Lumpia atau loenpia sih? Hoaa....itu loenpia enak banget. Sayang waktu ke sana sudah malam dan dalam keadaan sudah kenyang seusai makan di angkringan. Mata sudah ngantuk dan badan sudah lelah. Ya saya harus realistis ya. Hari itu membelah angkasa melampaui beberapa provinsi, dilanjut motoran dari bandara ke Kota Lama, lalu jalan kaki hiking di Kota Tua, bisa dibayangkan badan kecil ini tenaganya tersedot habis. Tapi saya enjoy sih. Benar-benar merasa suka bisa menikmati setiap moment yang saya alami. Dengan sisa-sisa tenaga yang ada, saya masih bisa memahat dengan baik kenangan tentang loenpia enak yang rasanya begitu menggoyang lidah. 

Jika nanti saya ke Semarang lagi, saya akan kembali ke Angkringan Blendoek. Saya suka tempatnya, dan saya ingin mencicipi semua lauk pauk yang disajikan di sana. Rakus! haha. Dan yang pasti, saya akan mampir ke loenpia (apa ya Tari nama loenpianya kemarin itu?) yang enak banget itu!

Mau balik lagi ke Semarang :D

Oleh-oleh beli di Semarang dan Wonosobo. Terima kasih buat Lestari dan Ninik yang sudah menemani belanja oleh-oleh. Makasih juga oleh-oleh Wingko Babatnya :-*





Seorang istri. Ibu dari dua anak remaja. Tinggal di BSD City. Gemar jalan-jalan, memotret, dan menulis.

Share this

Previous
Next Post »

3 komentar

  1. Aku juga mauuuu...:)

    ira
    www.keluargapelancong.net

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo mbak pas mudik ke Indo main ke Semarang. Kalo ada mbak Ira pasti makin seru kulinerannya :)

      Hapus

Leave your message here, I will reply it soon!