Tampilkan postingan dengan label sultan tidore. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sultan tidore. Tampilkan semua postingan

Festival Tidore 2017 Mempererat Tradisi & Mempertegas Jati Diri Bangsa Maritim

Festival Tidore 2017 
Mempererat Tradisi, Mempertegas Jati Diri Bangsa Maritim 

FESTIVAL TIDORE - Hari Jadi Tidore ke-909
 
Hadir dan menyaksikan langsung Festival Tidore 2017 menjadi sebuah pengalaman berharga yang saya dapat dalam mengenal budaya dan tradisi masyarakat Indonesia Timur yang berada di Tidore, Maluku Utara. Festival berlangsung sejak 29 Maret hingga 12 April 2017, melibatkan seluruh masyarakat umum Tidore, Kesultanan Tidore, Pemerintah Kota Tidore Kepulauan, dan Dinas Pariwisata Kota Tidore Kepulauan. Seluruh prosesi dalam rangkaian acara festival sangat kental dengan nilai budaya dan tradisi. Setiap ritual adat berlangsung dalam suasana sangat khidmat. Indah ketika dihayati. Kaya untuk dipelajari. Agung dan lestari menjadi jati diri yang tidak tergerus oleh waktu.

FESTIVAL TIDORE - Travel Blogger Goes To Tidore (Lokasi: Pelabuhan Rum Tidore)

Travel Blogger Goes To Tidore

Sabtu 8 April 2017, saya berangkat bersama enam rekan blogger, lima di antaranya adalah pemenang lomba menulis tentang Tidore. Mereka adalah Rifki, Deddy Huang, Haryadi Yansyah (Yayan), Eko Nurhuda, dan Attini Zulfayah. Saya dan Yuk Annie, sebagai juri dalam lomba tersebut, turut mendampingi mereka. Dalam rombongan kami juga ada Tati Suherman (blogger yang membeli paket wisata ke Tidore lewat Ngofa Tidore), dan Ibu Dwi Woro sebagai tamu undangan (pemerhati budaya dan dosen UI), serta Mas Dwi dan Ayu (traveler).

Perjalanan ke Tidore ini menjadi pengalaman pertama bagi saya dan rekan-rekan blogger menginjakkan kaki di Maluku Utara. Sedangkan bagi yuk Annie jadi yang kedua. Kami berangkat dari daerah masing-masing, tidak berbarengan tapi tujuannya sama-sama ke Ternate. Yayan dan Deddy dari Palembang-Jakarta-Ternate. Rifki dan Mbak Zulfa dari Surabaya-Ternate. Mas Eko dari Jateng ke Jogja-Makassar-Ternate. Saya dan Yuk Annie juga dari Jakarta tapi beda pesawat dengan Deddy dan Yayan.  

FESTIVAL TIDORE - Naik speedboat dari Ternate, selfie berlatar Pulau Maitara dan Pulau Tidore

Jadi, kalau hendak ke Tidore, tujuannya ke Ternate terlebih dahulu karena perjalanan dengan pesawat hanya bisa sampai Ternate. Dari Bandara Sultan Babullah Ternate, selanjutnya kami menuju Pelabuhan Bastion untuk menyeberang ke Tidore dengan speed boat selama 10 menit. Pilihan menyeberang bisa juga dengan kapal ferry, ongkosnya Cuma Rp10.000 dengan waktu tempuh 30 menit. 

Dalam perjalanan berperahu menuju Tidore inilah terpampang panorama laut dengan Pulau Maitara dan Pulau Tidore saling berdampingan. Sebuah pemandangan yang tergambar dalam uang kertas Rp1.000 versi lama (saat ini masih beredar walau sudah jarang). Tak ingin melewatkannya, kami pun berfoto dari atas speed boat sambil memegang uang Rp1.000 dan menjadikan pemandangan di uang kertas tersebut sebagai latar belakang. Pengemudi speedboat dengan baik hatinya menghentikan laju, memberi kami kesempatan berfoto dengan tenang sebelum akhirnya meluncur kencang ke Pelabuhan Rum di Tidore. 

FESTIVAL TIDORE - Bersama rekan-rekan blogger, berfoto dengan Iskandar Alting, Jou Mayor. (Komandan Upacara Kesultanan Tidore)

Tema Hari Jadi Tidore

Tema hari jadi Tidore ke-909 tahun 2017 adalah Merawat Tradisi, Mempertegas Jati Diri Bangsa Maritim. Tema ini kembali dipakai pada Festival Tidore 2018 yang sebentar lagi akan dilangsungkan. Tema Hari Jadi Tidore memiliki makna sebagai berikut:

Pertama: Tradisi dan adat istiadat adalah intisari kebudayaan yang berisikan ajaran moral dan etik yang harus dijaga dan dirawat untuk kepentingan pelestarian sejarah dan kebudayaan Tidore.

Kedua: Tradisi dan adat istiadat adalah sebagai intisari kebudayaan yang harus dirawat untuk menjadi elan vital dalam membangun karakter masyarakat Tidore yang sebenarnya sekaligus sebagai alat untuk memupuk modal sosial dalam rangka mendukung pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan daerah.

Ketiga: Aspek kemaritiman dalam tema hari jadi ini adalah bagian dari refleksi akan ketegasan membangun identitas dan jati diri  masyarakat Tidore sebagai masyarakat kepulauan serta mendukung visi Pemerintahan Jokowi melalui Program Poros Maritim Dunia. 

FESTIVAL TIDORE - Pasukan pembawa paji dalam prosesi Paji Nyili-Nyili

Kegiatan Festival Tidore 2017

Banyaknya kegiatan festival yang ingin kami saksikan, membuat kami berada di Maluku Utara tidak dalam waktu singkat. Total 9 hari dengan 6 hari di Tidore dan 3 hari di Ternate. Selain mengikuti prosesi adat, kami juga mengunjungi seluruh tempat wisata di Tidore. Dari kota, desa, laut, gunung, hingga kebun-kebun rempah di daerah pegunungan. 


Dalam tulisan ini, saya hendak memaparkan rangkaian kegiatan utama festival, diantaranya: 
1. Kota Tupa (29/3 & 2/4)
2. Siloloa Sultan Tidore (7/4)
3. Festival & Bazaar Guruabunga (8/4)
4. Prosesi Tagi Kie (9/4)
5. Rora Ake Dango (9/4)
6. Kota Ake Dango & Ratib Haddad Farraj (10/4)
7. Parade Juanga Sultan Tidore (10/4)
8. Kota & Rora Paji (10/4)
9. Perjalanan Paji Nyili-Nyili (11/4)
10. Kirab Agung Kesultanan & Upacara Puncak Hari Jadi Tidore (12/4)
11. Launching Museum Maritim Dunia (12/4), Ratib Taji Besi (12/4). 

FESTIVAL TIDORE - Kirab Hari Jadi Tidore ke-909

Seluruh prosesi mempunyai makna tersendiri, saling berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya. Dilaksanakan dengan tertib dan penuh khidmat, menjadi satu kesatuan ritual adat yang sudah menjadi tradisi sejak masa silam. Perlu waktu tidak sebentar bagi saya untuk memahami beberapa hal untuk kemudian menceritakannya melalui tulisan. Karena segala sesuatu yang terkait dengan adat dan budaya, harus akurat ketika disampaikan, terlebih sejarah. Saya sempat melakukan beberapa kali wawancara ke orang-orang terkait yang memang berkapasitas untuk ini, dan mengulang tanya lagi di waktu yang lain sampai saya yakin apa yang saya dapat tidak keliru. Salah seorang sahabat asal Tidore yang saya kenal, S2 ilmu sejarah di UNJ, banyak membantu saya dalam mendapatkan informasi tentang segala sesuatu terkait prosesi adat yang saya saksikan selama festival. Saya sangat berterima kasih padanya.

Berikut ini adalah uraian dari masing-masing acara selama festival 2017. Semoga menjadi gambaran bagi teman-teman yang ingin mengunjungi Tidore saat perayaan Festival Tidore 2018 dan tahun-tahun berikutnya. Namun sebelum itu, saya publikasikan dulu sambutan dari Walikota Tidore Kepulauan, Capt. H. Ali Ibrahim, MH, sambutan Sultan Tidore H. Husain Sjah, dan sambutan Kadis Budpar Kota Tidore Kepulauan Drs. Yakub Husain, M.Si. 

FESTIVAL TIDORE - Walikota Tidore Capt. H. Ali Ibrahim, MH (baju putih)

Sambutan Walikota Tidore | Capt. H. Ali Ibrahim, MH

Rangkaian kegiatan Festival Tidore 2017 adalah bagian dari upaya untuk merawat sejarah dan kebudayaan agar bisa menjadi modal sosial dalam rangka mendukung pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan. Pada aras ini tradisi mestinya menjadi elan vital untuk memupuk jati diri dan membangun karakter yang berakar pada nilai moral dan etik yang tersimpan dalam lembar catatan sejarah dari masa lalu.

Pemerintah daerah melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata menyadari bahwa upaya-upaya yang dilakukan melalui program ini harus memiliki visi yang jelas dan terukur serta harus dikerjakan secara bersama oleh semua stakeholders kebudayaan dan kepariwisataan.  Untuk itu rangkaian kegiatan Festival Tidore 2017 adalah rencana pengembangan kebudayaan dan pariwisata yang tersusun secara holistik dalam RIPPARDA tahun 2017. Dalam kaitan ini, dukungan dari semua pihak untuk memperbaiki hajatan ini akan menjadi masukan yang strategis dan penting bagi upaya pengembangan kebudayaan dan pariwisata Tidore di masa akan datang. 

Sambutan Sultan Tidore

Dalam perjalanan sejarah para pemimpin Maluku, kita membaca dengan seksama tiap peristiwa, mengambil satu demi satu pelajaran, lembar-lembar tua dari masa lalu itu menyimpan nilai-nilai moral dan etik yang sangat tinggi nilainya. Maluku Kie Raha adalah anak kandung peradaban, menyimpan mutiara hikmah yang bersemayam di dasar lautan perak Kie Raha, rahasia-rahasia ilmu pengetahuan dalam dendang Kabata, Moro-Moro dan Daradia di puncak-puncak Marijang dan Gamalama. 
FESTIVAL TIDORE - Sultan Tidore H. Husain Syah

Mari kembali sejenak pulang ke sejarah untuk membaca tradisi asal, agar kita bisa mengenal identitas persekutuan ini. Kita adalah bangsa maritim yang belajar dari gelombang laut yang ganas dan lava vulkanik gunung api, karena di sanalah letak ujian kehidupan yang sebenarnya. Ujian yang sudah seringkali kita lalui pada Nusa dan lautan Maluku, tempat para raja-raja dan sultan Maluku dahulu diuji. Tapi di tanah ini, kita tetap adalah bangsa para penjaga, yang setia dan loyal berbayar mati kepada identitas nasional bernama Indonesia. Ya, itulah kita yang lebih sering dilupakan oleh sejarah.

Pertemuan hari ini adalah untuk mengenang seorang bangsawan Tidore yang disebut oleh Gubernur Galvao sebagai seorang laki-laki terhormat dan bermartabat tinggi. Laki-laki itu adalah Sir Kaicil Rade, anak dari Malikiddin Mansyur kaicil Maluko atau Al Mansyur, saudara dari “King Mir” Amiruddin Iskandar Zulkarnain dan Nyai Tjili Boki Ratu. Kaicil Rade adalah Kapita Lau Tidore, Panglima Perang Pasukan Gabungan yang memimpin Pasukan Tidore, Ternate, Bacan, dan Jailolo berjumlah 40 hingga 50 ribu tentara pada saat itu. Pasukan ini dilengkapi dengan bom, senapan, tombak, pedang, perisai, pasukan berkuda dan pasukan pemanah.

493 tahun lalu di Istana Mareku berkumpul para raja dan sultan-sultan Maluku Kie Raha, Sultan Deyalo dari ternate, King Mir Amiruddin Iskandar Zulkarnain Sultan Tidore, Sultan Bacan Alauddin dan Kolano Jailolo Katarabumi yang bersepaham untuk bersekutu melawan Portugis dipimpin oleh Kaicil Rade. Kenangan terhadap Kaicil Rade serta para raja dan sultan-sultan Maluku Kie Raha terdahulu menjadi pelajaran bersama bahwa kita kuat karena bersatu dan bersepaham. Kita kuat karena persekutuan Maluku adalah sebuah visi agung yang memiliki martabat tinggi sebagai tujuan bersama dalam visi negara Maluku Kie Raha.

Untuk itu pertemuan hari ini adalah upaya bersama untuk merestorasi kembali cita-cita luhur yang telah digagas sejak 5 abad lalu itu. Tentang identitas maritim sebagai jati diri bangsa Maluku, pada hari ini dengan segala kerendahan hati, saya atas nama tanah dan leluhur kami, ingin menyampaikan permohonan kepada Yang Mulia Presiden Jokowi, untuk bisa merawat keping-keping masa lalu gemilang di sini, sehingga bisa menjadi mozaik dalam membangun identitas dan peradaban maritim bernama Indonesia.

Sekaligus pada saat yang berbahagia ini saya ingin me-launching proposal rencana usulan “Museum Maritim Dunia” untuk dibangun di Tidore. Tidore memiliki masa lalu yang penting sebagai kawasan satelit maritim dunia selain Ternate, Jailolo, Bacan, dan Loloda karena menjadi pusat perniagaan rempah-rempah dunia abad ke-16. Tidore juga berkontribusi penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan geografi, karena menjadi titik nol dunia yang membuktikan bahwa bentuk bumi adalah bulat bukan datar, setelah ekspedisi keliling dunia Eropa pertama yang dilakukan oleh Magellan Del Cano.

493 tahun lalu, ekspedisi keliling dunia itu lego jangkar di pulau ini, pada hari Jumat sore tanggal 8 November 1521 dengan kapal Santa maria de la Victoria dan Trinidad. Walaupun ekspedisi Magellan itu hanya dilanjutkan oleh Juan Sebastian  De Elcano, karena Magellan sendiri menghembuskan nafas terakhir di Cebu, Philipina dalam suatu kontak senjata di sana akan tetapi ekspedisi ini telah menjadi perjalanan penting bagi sejarah maritim dunia.

Permintaan ini adalah sekaligus upaya untuk merawat identitas bangsa maritim sebagai harga diri anak cucu Maluku bangsa Tidore, Maluku bangsa Ternate, Maluku bangsa Jailolo, Maluku bangsa Bacan, dan Maluku bangsa Loloda. Atas nama raja-raja dan sultan terdahulu, proposal museum maritim ini adalah hutang sejarah untuk membayar kenangan dan penghargaan kepada para raja dan sultan-sultan Maluku Kie Raha terdahulu yakni Yang Mulia almarhum Jou Sultan Malikiddin Mansyur Kaicil Maluko, kepada “King Mir” Amirudin Iskandar Zulkarnain, Kolano Katara Bumi, Sultan Dayalo dan Sultan Alaudin serta Sir Kaicili Rade atas dedikasi dan loyalitasnya dalam menjaga harkat dan visi persekutuan ini sejak 5 abad lalu itu.

FESTIVAL TIDORE - Mengikuti Parade Juanga bersama Drs. Yakob Husain, M.Si (Kadisbudpar Kota Tidore Kepulauan)

Siloloa | Kadisbudpar Tidore Kepulauan
Drs. Yakob Husain, M.Si.

Suba to ten suba, tabea ma lape tabea, Ona Papa Se Yuma Yaya Se Goa, Hira se Bira, Hali se Bangsa Tidore yang farangom mo duka se cinta.

Tabea Joo.

Mari sejenak pulang ke Tidore, tanah di mana tradisi dan kearifan dirawat dalam kebijaksanaan, kesabaran dan kerendahhatian para Sowohi dan Joguru sejak ratusan tahun lampau. Dowaro Munara Hari Jadi ini adalah ungkapan kerinduan, Ngau ma bilang oli matiti dorora sekaligus adalah koro se hadola kepada seluruh anak negeri Tidore di mana pun berada. Madoya duka se cinta te Joungon Moi-mo. E Jou Siokona, mari pulang sejenak untuk merawat rindu pada tanah asal, mengenang Sultan Malikiddin Mansyur Kaicili Maluko, Amiruddin Iskandar Zulkarnaen serta membaca hikmah dan kebijaksanaan Kaicil Rade di istana Gam Mayou Mareku. Atau mungkin sekedar meluangkan waktu mendengar gisa para tetua tentang Kolano dan Sultan-Sultan Tidore dari istana Gam Mayou Mareku, Kadati Biji Nagara Toloa hingga Kadato Kie Soasio.

Papa Se Yuma Yaya Se Goa, Hira se Bira, Hali se Bangsa Tidore. Mari pulang sejenak untuk menjaga dorora kepada Jou Madihutu di rumah Soa masing-masing. Untuk membaca riwayat identitas asal. Dalam dorora dan dzikrullah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, semoga kita semua selalu dalam rahmat dan lindungan-NYA. Sikona Magogoru naro-naro. Farangom duka se simore dika Joungon no aku se maya, toma waktu se loas harap bato jongon no haro, suru ua mai laha, Ino fo maku hadaga tama duka se dodara. 

FESTIVAL TIDORE - Peserta upacara Puncak Hari Jadi Tidore ke-909

Kronik Revolusi Tidore

Sultan Syaidul Djihad Muhammad Al Mab’us Amiruddin Syah, Kaicili, Paparangan, Jou Barakati Sultan Nuku (1797-2017)

Tanggal 10 April seluruh angkatan penyerang Nuku, yang terdiri dari 150 buah korakora dengan 6.000 orang prajurit sudah dipusatkan di Pulau Mare dan di Akelamo; tentaranya terdiri dari orang Tidore, Ternate, Papua, Makian, Bacan, Gorong Alifuru Halmahera dan Alifuru Seram di bawah perintah kepala-kepalanya sendiri.

Kepala-kepala Hongi atau pasukan korakora yaitu Zainal Abidin, Abdul Gafar, Raja Salawati, Kapitan Laut Maba, Sangaji Patani dan Sangaji Gebe. Setelah rencana operasi diatur secara matang bersama panglima-panglima perangnya, Nuku mengutus Abdul Jalal untuk segera menyampaikan ultimatum kepada Sultan Kamaluddin di Tidore. Ultimatum tersebut mengharuskan Kamaluddin turun dari tahta Kerajaan Tidore, menyerah tanpa syarat dan wajib menyerahkan mahkota dan upacara kerajaan Nuku. Setelah ultimatum itu dikeluarkan, pada tanggal 11 April 1797 Nuku mengeluarkan perintah kepada seluruh panglima perang yaitu:

1.Angkatan Perang Kaicil Paparangan hanya memerangi kompeni Belanda dan sekutunya Ternate. Orang Tidore tidak diganggu, begitu pula orang-orang Ternate yang bersekutu dengan Nuku.

2.Masing-masing pasukan melaksanakan tugasnya sendiri-sendiri dan melaporkan pada hari yang telah ditentukan, kecuali tugas selesai dalam waktu yang lebih singkat.

3.Jangan membunuh orang yang tidak melawan atau yang sudah menyerah. Jangan membakar rumah-rumah dengan sia-sia.

4.Barang rampasan berupa senjata api, munisi dan mesiu harus dibawa kembali ke markas besar.

5. Orang-orang Belanda yang tertawan jangan dibunuh melainkan dihadapkan kepada Nuku dan penyerbuan ke Tidore ditetapkan pada tanggal 12 April 1797, satu pasukan induk dengan kekuatan 70 buah korakora di bawah komando Nuku dan Panglima Muda Abdul Gafar; sepasukan sayap kiri dengan 20 buah korakora di bawah komando Raja Maba dan pengawal belakang dengan 40 buah korakora di bawah komando Raja Salawati mulai bergerak. 

Baca juga: Jejak Arkeologi Kesultanan Tidore dan Wilayah Periferinya

Pasukan induk langsung menyerbu Tidore, pasukan sayap kiri mengamati gerakan Hongi Ternate dan kapal-kapal Belanda dengan mengelilingi pulau Tidore dan Maitara, sedangkan oasukan sayap kanan menuju Oba dan pasukan pengawal bertugas menangkis serangan-serangan dari belakang. Lima belas jam sebelum Nuku menyerbu Tidore, Abdul Jalal telah tiba di Soasio Tidore menemui Sultan Kamaluddin menyampaikan ultimatum Nuku. Sultan Kamaluddin dengan tegas menolak tuntutan Nuku itu. Pada malam yang gelap gulita, tanggal 11 April 1797 Sultan Kamaluddin melarikan diri ke Ternate dengan lima buah korakora dan dikawal oleh sepasukan serdadu Belanda.

Pendaratan pasukan induk Nuku di Soasio, Tidore, ternyata tidak ada perlawanan apa-apa. Tidak ada setitik darah pun yang tertumpah. Pasukannya disambut sorak dan sukacita oleh Bobato-bobato, Kimalaha-kimalaha, dan seluruh rakyatnya.

Nuku dinobatkan menjadi Sultan atas seluruh kerajaan Tidore dengan gelas Sri Paduka Tuan Sultan Said’ul Jehad Muhammad el Mabus Amiruddin Syah Kaicil Paparangan, Sultan Tidore, Papua, Seram, dan daerah-daerah taklukannya. “Revolusi Tidore”, meskipun premature, menunjukkan keberhasilannya dalam mempersatukan kekuatan-kekuatan Tidore, baik yang dipelarian maupun di pulau asal.

Sumber:
Bunyamin Marasabessy Hal.124,125,126.
E. Katoppo, Nuku Sultan Saidul Jehad Muhammad El Mabus Amiruddin Syah Kaicili Paparangan, Sultan Tidore, Riwayat Perjuangan Kemerdekaan Indonesia di Maluku Utara 1780-1805, 114-115. 

FESTIVAL TIDORE
 
Kota Tupa 
Gamtufkange, Tambula, Folarora & Guruabanga. Rabu, 29 Maret 2017 & Ahad, 2 April 2017.

Dowaro & Siloloa adalah proses untuk menyampaikan niat dan maksud pelaksanaan Hari Jadi Tidore ke-909 yang ditandai dengan prosesi Kota Tupa ke rumah para Sowohi di Tambula Folarora & Guruabanga di kaki gunung Kie Matubu. Kota Tupa dimaksudkan untuk memohon doa kepada Allah SWT agar dilimpahkan keselamatan dan kesejahteraan kepada Sultan, Jou Boki, Bobato Pehak Raha (Dewan Menteri) Kesultanan, rakyat dan negeri Tidore serta wilayah kekuasaannya. Dianugerahkan keselamatan dan kesejahteraan dalam pelaksanaan Hari Jadi Tidore Tahun 2017.

Siloloa Sultan Tidore
Sigi Kolano, Kesultanan Tidore. Jumat, 7 April 2017.

Setelah prosesi Kota Tupa, Sultan Tidore, Bobato dunia dan Bobato akhirat akan melaksanakan solat Jumat di Sigi Kolano (masjid Sultan). Setelah solat Jumat dilakukan pembacaan doa oleh imam jaga Sigi Kolano dengan maksud untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan bagi Sultan, Jou Boki, Bobato Pehak Raha (Dewan Menteri) Kesultanan, bala rakyat dan negeri Tidore serta wilayah kekuasaannya. Dalam solat Jumat ini Sultan Tidore menyampaikan Siloloa Hari Jadi Tidore Tahun 2017 kepada khalayak umum.

Festival & Bazaar Gurabunga
Sonine Gurua, Guruabanga. Sabtu, 8 April 2017.

Festival dan Bazaar Gurabunga adalah perayaan masyarakat pegunungan untuk mengekspresikan kegembiraan dan sukacita sebagai ungkapan syukur menyambut datangnya Hari Jadi Tidore ke-909 tahun 2017. Dalam acara ini diadakan penjamuan bagi tamu yang datang dengan suguhan kuliner khas pegunungan serta atraksi-atraksi seni dan budaya masyarakat pegunungan. Selain itu diadakan perkemahan oleh masyarakat umum yang akan mengikuti ritual Tagi Kie Mar'ijang (perjalanan ke puncak gunung) untuk prosesi pengambilan air oleh masyarakat adat Soa Romtoha Tomayou. 


FESTIVAL TIDORE - Festival & Bazaar Gurabunga

Prosesi Tagi Kie
Guruabanga. Ahad, 9 Aprl 2017.

Prosesi Tagi Kie adalah perjalanan ke puncak Gunung Mar'ijang, dilaksanakan oleh Pemuka Adat Soa Romtoha Tomayou untuk mengambil air di puncak Gunung Kie Matubu. Air tersebut kemudian disemayamkan di rumah adat para Sowohi Soa Romtoha Tomayou selama satu malam untuk didoakan sehingga disebut Ake Dango.

Dalam rangka Hari Jadi Tidore ke-909 tahun 2017, ritual Tagi Kie melibatkan elemen organisasi kemasyarakatan dan pemuda dalam ekspedisi Tagi Kie untuk membersihkan di kawasan Puncak Gunung Mar'ijang dalam rangka merawat dan menjaga kelestarian kawasan puncak sebagai situs ritual penting bagi masyarakat adat. 


Rora Ake Dango (Upacara Pembukaan)
Guruabanga. Ahad 9 April 2017.


Rora Ake Dano dilaksanakan di Sonine Guruabunga ba'da Isya hingga menjelang Subuh. Rora Ake Dango adalah upacara untuk menyatukan air yang telah disemayamkan di masing-masing rumah Sowohi Soa Romtoha Tomayou sebelumnya.

Dalam ritual Rora Ake Dango, anak keturunan Soa Romtoha Tomayou akan melakukan moro-moro dan kabata yang berisikan pesan-pesan leluhur untuk dijaga oleh seluruh masyarakat adat Tidore. Prosesi Rora Ake Dango juga merupakan upacara Pembukaan Festival Tidore 2017 dalam rangka Hari Jadi Tidore ke-909.


FESTIVAL TIDORE - Prosesi Rora Ake Dango


Kota Ake Dango & Ratib Haddad Farraj
Senin 10 Aril 2017

Pada waktu Subuh, setelah prosesi Rora Ake Dango selesai, Sowohi Kie Matiti melakukan pelepasan Ake Dango dan disaksikan oleh para Sowohi Soa Romtoha Tomayou lainnya. Ake Dango selanjutnya akan diantar oleh anak keturunan Soa Romtoha Tomayou menuju Kadato Kie dan diterima dalam upacara adat sebagaimana lazimnya oleh Bobato Kesultanan Tidore.

Dalam upacara penerimaan di Gandaria Kadato Kie, Ake Dango yang berada dalam ruas bambu kemudian dituangkan ke dalam Rau (mangkuk putih) dan ditaburi bunga Manuru lalu disemayamkan di ruang dalam Kadato Kie karena akan didoakan dalam prosesi ratib Haddad Farraj oleh Imam Syara Kesultanan Tidore ba'da Magrib serta prosesi Sadat Boso oleh Imam Togubu.

Ratib Haddad Farraj & Sadat Boso dimaksudkan untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan bagi Sultan, Jou Boki, Bobato Pehak Raha (Dewan Menteri) Kesultanan, bala rakyat dan negeri Tidore serta wilayah kekuasaannya. 


FESTIVAL TIDORE - Sultan, Permaisuri, dan Walikota Tidore Kepulauan berdoa bersama sebelum Parade Juanga dimulai

Parade Juanga Sultan Tidore
Tidore-Ternate. Senin 10 April 2017.

Parade Juanga adalah ekspedisi hongi Tidore melakukan pelayaran mengelilingi wilayah teritori Kesultanan Tidore. Lazimnya dalam tradisi & protokol Kesultanan, Sultan Tidore dan para Bobato akan melakukan pelayaran hongi beberapa kali dalam setahun untuk melakukan konsolidasi serta silaturahim di wilayah Sangaji se Gimalaha, Fomanyira Nyili Gam Tumdi, Nyili Gamtufkange, Nyili Lofo-lofo dan Nyili Gulu-gulu (Seram, Papua dan Raja Ampat).

Dalam rangka Hari Jadi Tidore ke-909, Parade Juanga Sultan Tidore dan Bobato melakukan pelayaran mengelilingi Pulau Tidore dan singgah di Kadato Sultan Ternate. Dalam lawatan silaturahim juga untuk mengunjungi masyarakat Tidore yang berada di Ternate. Selanjutnya di Kadato Tidore di Ternate, Sultan akan singgah beberapa waktu untuk bersilaturahim sekaligus mengundang (dowora se siloloa) masyarakat adat Tidore di Ternate untuk pulang menghadiri perayaan Hari Jadi Tidore. Dalam upacara ini Sultan akan diterima oleh Yaya Goa dan masyarakat adat Tidore dalam acara perjamuan dan hiburan Kadato Tidore di Ternate. Setelah acara selesai, Imam Syara Kesultanan akan membacakan doa kie dan Parade Juanga Sultan Tidore bertolak pulang ke Kadato Kie. 

FESTIVAL TIDORE - Dua dari puluhan kapal hias yang mengawal armada Kesultanan Tidore


FESTIVAL TIDORE - Di atas kapal Kesultanan Tidore bersama pasukan berbaju merah
FESTIVAL TIDORE - Masyarakat Ternate menunggu kehadiran Sultan Tidore dan rombongan Parade Juanga

FESTIVAL TIDORE - Rombongan dari Tidore tiba di Ternate

FESTIVAL TIDORE - Sultan Tidore mengunjungi masyarakat Tidore di Ternate

Kota & Rora Paji
Kadato Kie. Senin 10 April 2017

Prosesi Kota Paji (pelepasan paji) akan dilakukan oleh Bobato Kesultanan di Kadato Kie. Duplikat paji akan diantar ke masing-masing kamping titik napak tilas yakni Cobo, Rum, Guruabanga, dan Mare. Duplikat paji akan diterima dalam prosesi adat sebagaimana lazimnya oleh Gimalaha-gimalaha, Fomanyira-fomanyira dan Kapita (Bobato Kesultanan) untuk kemudian dilakukan prosesi rora Paji, maka di seluruh masjid di Tidore akan dilakukan prosesi doa dan dorora sebagai bagian dari prosesi Malam Stanggi Timur/malam Dorora oleh seluruh masyarakat Tidore untuk mendoakan keselamatan dan kesejahteraan Sultan, Jou Boki, Bobato Kesultanan, bala rakyat dan negeri Tidore serta seluruh wilayah kekuasaannya.

Paji Nyili-Nyili

Paji Nyili-Nyili merupakan prosesi Napak Tilas 220 tahun perjuangan Sultan Syaidul Djihad Muhammad Al Mab’us Amiruddin Syah, Kaicil Paparangan, Jou Barakati Sultan Nuku (1797-1805). Paji adalah bendera-bendera Angkatan Perang Kesultanan Tidore yang berjumlah 4 buah serta bendera Kesultanan Tidore, paji Sangaji se Gimalaha, diarak dalam perjalanan keliling Pulau Tidore. Di setiap kampung diadakan serah terima paji dan pembacaan borero gosimo.

FESTIVAL TIDORE - Di malam arak-arakan Paji
  
Perjalanan Paji Nyili-Nyili
Selasa, 11 April 2017



Pada tanggal 11 April 2017 pukul 23:00 WIT, duplikat paji akan diarak melalui Soa/kampong menuju Kadato Kie melalui perjalanan laut dan darat sesuai rute Napak Tilas Perjuangan Sultan Nuku. Para Bobato Kesultanan Tidore akan ikut dalam acara Perjalanan Paji Nyili-Nyili.

Kurang lebih 700 orang dari 5 negeri yakni Raja Ampat, Seram, Maba, Patani, Weda (Gamrange) dan Nyili-Nyili dalam wilayah Kesultanan Tidore. Pada tanggal 12 April 2017 pukul 07:00 WIT, seluruh pasukan Paji Nyili-Nyili dari 4 penjuru akan bertemu di depan Kadato Kie, disambut oleh Sultan, Bobato dalam upacara adat. 

FESTIVAL TIDORE - Bersiap menyambut arak-arakan paji (malam hari)
FESTIVAL TIDORE - Seluruh pasukan paji dari 4 penjuru bertemu


FESTIVAL TIDORE - Kirab Agung

Kirab Agung Kesultanan dan Upacara Puncak Hari Jadi Tidore
Sonine Salaka, Kadato Kie. Rabu, 12 April 2017.

Kirab Agung Kesultanan adalah kirab Sultan Tidore dan Bobato Pehak Raha yang terdiri dari Sangaji se Gimalaha, Fomanyira Nyili Gam Tumdi, Nyili Gamtufkange, Nyili Lofo-lofo dan Nyili Gulu-gulu (Seram, Papua, dan Raja Ampat). Kirab dilaksanakan setelah prosesi Paji Nyili-nyili selesai. Menjelang Upacara Puncak HJT, pasukan kirab akan menerima paji (limau Soasio) untuk kemudian diarak memasuki lokasi upacara di Sonine Salaka, Kadato Kie.

Setelah pasukan Kirab Agung memasuki lokasi upacara, maka persiapan Upacara Puncak HJT akan segera dimulai. Pelaksanaan Upacara Puncak HJT adalah prosesi puncak dalam rangkaian acara hari jadi. 

FESTIVAL TIDORE - Upacara Puncak Hari Jadi Tidore ke-909
FESTIVAL TIDORE - Puncak Hari Jadi Tidore ke-909
FESTIVAL TIDORE - Tari Salai Marong dari Sanggar Fola Katu


FESTIVAL TIDORE - Tari Cingery dari Sanggar Fola Katu

Launching “Museum Maritim Dunia”
Kadato Kie. Rabu 12 April 2017.

Launching Museum Maritim Dunia adalah bagian dari upacara puncak HJT. Dalam acara ini Sultan Tidore menyampaikan pidato kebudayaan sekaligus launching Tidore sebagai “Museum Maritim Dunia”, yang merupakan pengajuan proposal usulan untuk menetapkan Tidore sebagai salah satu museum dan situs sejarah maritim dunia mengingat latar belakang sejarah Tidore, Ternate, Bacan, Jailolo, dan Loloda sebagai pusat perniagaan cengkeh dan pala dunia pada beberapa abad lampau.

Selain itu, alasan utama lainnya terkait dengan usulan ini adalah pertemuan Sultan Tidore Malikiddin Mansyur Kaicil Maluko dengan ekspedisi Sebastian De Elcano pada 496 tahun lalu di Tidore, tepatnya pada hari Jumat tanggal 8 November 1521 dalam ekspedisi keliling dunia pertama Spanyol untuk membuktikan bahwa bentuk bumi itu adalah bulat, dan sekaligus membuktikan bahwa Pulau Tidore menjadi titik nol dunia.

Launching ini juga merupakan tindak lanjut dari hasil-hasil petemuan jaringan global kota-kota Magellan yang beranggotakan 17 negara di dunia pada bulan Januari 2017 di Lisabon Portugal, di mana Tidore telah ditetapkan sebagai salah satu anggota dari jaringan organisasi dimaksud.

Pada tahun 2020 rencananya Tidore akan didaulat menjadi tuan rumah pertemuan Jaringan Global Kota-kota Magellan. Dalam acara ini juga ditandatangani Nota Kesepahaman antara para pihak (Sultan Tidore dan Walikota Tidore Kepulauan) untuk mendukung proposal usulan program “Museum Maritim Dunia” dan disaksikan oleh delegasi Sultan-sultan Maluku serta para undangan lainnya. 

FESTIVAL TIDORE


FESTIVAL TIDORE

Ratib Taji besi
Gandaria Kadato Kie. Rabu 12 April 2017

Ratib Taji Besi dilaksanakan di Gandaria Kadato Kie dengan melibatkan para Imam dan Syara (Joguru) Sigi Kolano serta utusan dari kampung-kampung di seluruh Pulau Tidore. Sebagai bagian dari rangkaian prosesi Hari Jadi Tidore, Ratib Taji Besi adalah acara penutup Hari Jadi yang dilaksanakan untuk mendoakan keselamatan dan kesejahteraan Sultan, Jou Boki Bobato, Pehak Raha, bala rakyat serta seluruh wilayah Kesultanan Tidore. Ratib Taji Besi ini jua merupakan ungkapan syukur atas pelaksanaan hari jadi yang telah dilaksanakan. 

FESTIVAL TIDORE - Rakib Taji Besi


FESTIVAL TIDORE - Makan Saro (Makan adat) di Istana Kesultanan Tidore


FESTIVAL TIDORE - Foto bersama di istana Sultan
FESTIVAL TIDORE - Bersama Permaisuri Sultan Tidore di beranda istana pada suatu sore

WISATA TIDORE

Menyaksikan rangkaian kegiatan Festival Tidore tidak lengkap tanpa mengunjungi objek wisata andalan Tidore seperti Benteng Tahula dan Benteng Torre, Makam Sultan Nuku, Masjid Sultan, Dermaga Sultan, Monumen Juan Sebastian de Elcano, Pantai Tugulufa, snorkeling di Tanjung Konde, berenang dan berendam di Pulau Failonga, berbelanja di Pasar Goto (pasar tradisional Tidore), serta kulineran di Safira restoran yang menyajikan aneka makanan khas Tidore.
Kami juga menyambangi desa-desa di ketinggian Tidore seperti Gurabunga, Kalaodi, Ngosi, dan Lada Ake.

Beberapa tempat wisata Tidore yang pernah saya tulis dapat dibaca di : Tiada Gundah di Tidore.

Kuliner Tidore di Restoran Safira dapat dibaca di : Nikmati Kuliner Khas Tidore ini di Safira beach Restoran

Usai acara festival, saya dan kawan-kawan blogger melanjutkan berwisata di Ternate, mengunjungi Makam Sultan Mahmud Badaruddin II (Sultan Palembang), Danau Tolire, Danau Ngade, Pantai Batu Angus, mengunjungi sentra Batik Tubo (Batik Ternate), dan berwisata kuliner.

FESTIVAL TIDORE - Pulau Failonga

Tahun ini Festival Tidore 2018 kembali digelar mulai tanggal 29 Maret hingga 12 April 2018. Buat Anda yang ingin menyaksikan secara langsung festival ini, berikut seluruh kegiatannya, Anda tinggal datang ke Maluku Utara.

Selamat menyambut Hari Jadi Tidore ke-910 tahun 2018 

FESTIVAL TIDORE 2018


Tidore Ternate Sebuah Tinjauan dari Aspek Geo Politik, Geo Strategi dan Geo Ekonomi

Seminar Nasional bertemakan Tidore Ternate, Titik Temu Peradaban Timur Barat, sukses dilaksanakan di Aula Sultan Nuku, Kantor Walikota Tidore Kepulauan pada Senin, 12 Februari 2018. 

Seminar berkualitas ini terselenggara atas kerjasama KSBN (Komite Seni Budaya Nusantara) di bawah komando Mayjend (Purn) Drs. Hendardji Soepandji, SH sebagai Ketua Umum dengan Pemerintah Kota Tidore Kepulauan

Mayjend (Purn) Drs. Hendardji Soepandji, SH
Kurang lebih 200 peserta dari berbagai kalangan hadir dalam seminar yang berlangsung sejak Pukul 09.30 -16.00 WIT. Peserta yang hadir di antaranya adalah para akademisi, pengamat budaya, pecinta seni, penggiat wisata, berbagai lapisan aparat pemerintahan, serta sejumlah masyarakat yang memiliki kepedulian tinggi terhadap pengembangan pariwisata Tidore untuk Indonesia. Seminar budaya ini merupakan yang pertama kalinya diadakan di Tidore. Tak heran bila kemudian disambut dengan antusias sehingga menjadi subyek pembicaraan semua lapisan masyarakat. 

Tujuan dari seminar nasional ini adalah memberikan gambaran tentang  sejarah keberadaan Tidore-Ternate dan korelasinya dengan teori Heliosentris Copernicus sebagai titik awal revolusi ilmiah modern, serta membahas permasalahan Kota Tidore sebagai Titik Nol batas timur dan barat dunia dan bagian dari Suma Oriental. 

Seminar Nasional Tidore-Ternate

Seminar Nasional Tidore Ternate

KSBN bersama Pemerintah Kota Tidore Kepulauan menghadirkan sekaligus memfasilitasi beberapa akademisi dan praktisi untuk terlibat aktif dalam pelaksanaan Seminar Nasional. Mereka adalah:

Hilmar Farid, PHd (Dirjen Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI).  Pak Hilmar tampil sebagai Key Note Speaker (Pembicara Utama) dengan topik bahasan “Tidore – Ternate, Titik Temu Peradaban Timur Barat” 

Hilmar Farid, PHd (Dirjen Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI)

Taufik Rahzen (Staf Ahli Menteri Pariwisata Bidang Destinasi Prioritas Nasional). Speaker di sesi ke-2 yang membawakan makalah berjudul “Kesultanan Tidore, Potensi Warisan Budaya dan Pengembangannya”

Prof. Dr. Susanto Zuhdi, M.Hum (Guru Besar Sejarah Universitas Indonesia), Speaker di sesi ke-1 dengan makalah berjudul “Kesultanan Tidore Dalam Dunia Maluku Kie Raha, Sebuah Prespektif Historis”

Wuri Handoko, MSi (Peneliti Madya Bidang Sejarah Balai Arkeologi Maluku), Speaker sesi ke-2 memaparkan “Jejak Arkeologis Kesultanan Tidore dan Wilayah Periferinya” 

Taufik Rahzen, Wuri Handoko MSi, M. Amin Faroek, Idris Sudin, SP, M.Si

Prof. Dr. Susanto Zuhdi, M.Hum

Wuri Handoko, MSi (Peneliti Madya Bidang Sejarah Balai Arkeologi Maluku)

Jou Lamo/Sultan Tidore ke-37, H. Husain Sjah dan M. Amin Faroek, Perdana Mentri/Jojau Kesultanan Tidore yang merupakan tuan rumah, juga hadir dalam seminar. 

Sultan mengangkat topik “Kesultanan Tidore Masa Lalu, Kini dan Yang Akan Datang”. Sedangkan Perdana mentri tampil penuh semangat memaparkan pemikiran beliau yang bertemakan “Jalur Rempah Maluku Utara di Masa Lalu dan Pengaruhnya Terhadap Kebudayaan Dunia”.

Sultan Tidore ke-37, H. Husain Sjah

Dua orang moderator yang tampil dalam proses seminar yang berlangsung dalam dua sesi ini yaitu Prof. Dr. Njaju Jenny Malik Tomi Hardjanto, SS, MA (Guru Besar UI dan Dosen Lemhanas) serta Idris Sudin, SP, M.Si (Rektor Universitas Nuku Tidore). 

Walikota Tidore Kepulauan, Bpk. Capt. Ali Ibrahim SH




Dalam sambutannya, Ketua KSBN Hendardji Soepandji mengajak pemerintah dan masyarakat Kota Tidore untuk bersiap menyambut tapak tilas 500 tahun perjalanan Magelhaens yang akan digelar pada 8 November hingga 18 November 2021. Salah satunya dengan menggelar kegiatan Sails Tidore yang melibatkan jaringan GNMC. 

“Kegiatan ini harus bermanfaat bagi pemerintah dan rakyat setempat sehingga modernisasi Tidore perlu dilakukan dengan melibatkan masyarakat,” ujar Hendardji.  

Mayjend (Purn) Drs. Hendardji Soepandji, SH
Sebagai Pemateri Awal di Sesi ke-1, Bapak Hendardji Soepandji menyampaikan ide-ide, pandangan ilmiah, dan evaluasi beliau atas peranan Tidore bagi pengembangan wisata dan budaya dunia. 

Berikut adalah materi lengkap yang disampaikan oleh Bapak Hendardjie yang berjudul: Tidore Ternate, Sebuah Tinjauan dari Aspek Geo Politik, Geo Strategi dan Geo Ekonomi.

 

TIDORE - TERNATE
 Sebuah Tinjauan dari Aspek Geo Politik, Geo Strategi dan Geo Ekonomi

Siklus kehidupan negara–negara di dunia akan mengalami pasang surut seiring dengan dinamika perkembangan lingkungan strategis karena situasi, kondisi dan potensi wilayah serta kepemimpinan Nasionalnya. Sebagai contoh Romawi yang pernah sangat berkuasa pada abad 5 SM akhirnya terpecah menjadi beberapa negara, demikian juga Mongolia yang pernah sangat berpengaruh di dunia pada abad ke-13 akhirnya kehilangan eksistensinya pada era setelah itu.

Pengalaman yang melanda negara-negara tersebut seharusnya menjadi perhatian bagi Indonesia. Oleh karena Indonesia yang terletak di antara 2 Benua besar yaitu Benua Asia dan Benua Australia serta diantara 2 Samudera besar yaitu Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, selain merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya laut (17.504 pulau), juga negara yang sangat majemuk dengan 1.128 suku di dalamnya. 



Kondisi tersebut merupakan suatu karunia dari Allah SWT yang merupakan hal yang tidak dapat kita ingkari. Hal ini dipertegas dalam pembukaan UUD NRI 1945 alinea ke 3 yang berbunyi :

“Atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa dan dengan didorongkan dengan keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini Kemerdekaannya”.

Maka jelaslah disini bahwa kemerdekaan yang kita peroleh adalah dari Rahmat Allah SWT, ini semua yang membedakan bangsa Indonesia dengan semua bangsa – bangsa di dunia terlebih dengan Ideologi negara yang dimilikinya yaitu Pancasila sebagai landasan Kehidupan dalam berbangsa dan bernegara. 


  
Indonesia ditengah peradaban bangsa – bangsa di dunia
 

Secara historia Indonesia (Nusantara) punya sejarah panjang di tengah peradaban bangsa–bangsa di dunia. Keberadaan Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 sebagai sebuah kerajaan maritim yang sangat berpengaruh pada era itu telah mempersatukan Nusantara lewat bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan dan menjadikan kawasan ini berpengaruh kuat di sektor perdagangan pada bangsa bangsa–bangsa di dunia. Dilanjutkan dengan munculnya Kerajaan Majapahit pada abad ke-14, sebagai sebuah kerajaan maritim memperkokoh pengaruh tersebut. Pada akhir abad ke-15 (tahun 1490) pasca runtuhnya Kerajaan Majapahit distribusi rempah–rempah di Nusantara ke berbagai negara–negara di dunia terhenti, terutama ke Eropa.
   
Terhentinya distribusi rempah–rempah ke Eropa yang menjadi komoditas andalan di sektor perdagangan menyebabkan ketegangan hubungan antara Spanyol dan Portugis yang diselesaikan oleh Paus di Vatikan lewat perjanjian Tordesilas pada tahun 1494 yang membagi wilayah perdagangan dalam mencari rempah–rempah, Portugis ke arah timur dan Spanyol ke arah barat. Pada waktu itu rempah–rempah menjadi komoditas andalan dan sumber rempah–rempah dirahasiakan karena persaingan antar negara yang sangat ketat dalam mendapatkan rempah–rempah.


Setelah pembagian tentang arah timur dan barat oleh Vatikan untuk Portugis dan Spanyol munculah tulisan TOME PIRES bangsa Portugis 1512-1515 Tentang SUMA ORIENTAL.

Tulisan Tome Pires intinya menyangkut kekuatan ekonomi di Asia terutama China, Jepang, India, dan Hindia Timur (Asia Tenggara) terutama  Indonesia. Tulisan ini telah mendorong raja Spanyol untuk membentuk ekspedisi laut terbesar di dunia yang melibatkan 9 negara anggota yang dipimpin oleh Magelhans (Portugis) untuk melanjutkan mencari rempah-rempah ke arah barat. Ekspedisi laut terbesar dunia ini melibatkan 5 kapal, 265 orang yang berasal dari 9 negara anggota di tahun 1519-1522.


Pada tanggal 08 November 1521 s/d 18 Desember 1521 ekspedisi singgah di Tidore namun ketika tiba di Tidore Magelhans telah terbunuh di Philiphina pada tahun yang sama dan ekspedisi tinggal 2 kapal yaitu Victoria dan Trinidad dengan awak kapal sejumlah 70 orang sisanya meninggal di perjalanan. Ketika ekspedisi Magelhans tiba di Tidore 08 November s/d 18 Desember 1521 pada awal 1512 bangsa Portugis sudah ada di Ternate yang sebelumnya tiba di Banda Maluku. Selama Portugis dan Spanyol di Tidore dan Ternate pada tahun 1521 memunculkan ketegangan kembali antara 2 negara yang mendorong munculnya Perjanjian SARAGOSA tahun 1529 di Vatikan dan menarik Spanyol dari Tidore ke Philiphina. 



Indonesia ditengah persaingan global di abad XXI

Era abad ke-21 merupakan era persaingan antar bangsa-bangsa di dunia yang semakin ketat, seiring dengan ledakan jumlah penduduk dunia sementara sumber daya alam semakin terbatas. Selain itu juga, perkembangan teknologi informasi yang semakin canggih menyebabkan setiap orang dengan mudah memperoleh informasi  tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu.

Dengan jumlah penduduk bumi saat ini yang telah mencapai 8 Miliar dan dengan berkurangnya sumber daya alam dapat diperkirakan 60 tahun ke depan akan terjadi krisis yang dapat menyebabkan pergeseran penduduk dunia dari yang tinggal di daerah nonekuator ke daerah ekuator untuk mendapatkan sumber energi dunia. 



Sebagaimana kita ketahui, krisis ekonomi yang terjadi di Eropa yang hingga saat ini belum sepenuhnya teratasi dan juga situasi politik di AS yang tidak menentu menyebabkan terjadinya pergeseran geopolitik, geostrategi, dan geoekonomi baru, terutama dengan bangkitnya kekuatan ekonomi negara- negara Asia yang meliputi China, Korea Selatan, India, Jepang dan Indonesia. Dengan bangkitnya kekuatan ekonomi baru di Asia ini mengingatkan kembali kepada tulisan TOME PIRES (Portugis) 1512-1515 (500 tahun lalu) yang menguraikan bahwa kekuatan ekonomi dunia ada di Asia. Perubahan geo politik, geo strategi dan geo ekonomi bangsa-bangsa di dunia ini justru memperkuat posisi Indonesia dalam percaturan global, sepanjang potensi yang besar ini dikelola dengan berlandaskan pada nilai-nilai budaya yang berakar pada kearifan lokal.

Untuk itulah diperlukan keterlibatan peran pemerintah dan peran aktif seluruh masyarakat untuk memberdayakan dan menggunakan sumber daya yang ada demi kemaslahatan bersama sehingga dapat bersaing di era global. Dengan demikian, kita harus memanfaatkan kekayaan budaya yang kita miliki atau dengan perkataan lain pembangunan dilakukan berbasis budaya. Hal ini sangat penting karena kita dapat  menarik pelajaran dari pengalaman bangsa lain di dunia yang melakukan hal tersebut. Misalnya, pada 150 tahun yang lalu Jepang melakukan modernisasi negaranya dan gagal mencapai kesejahteraannya karena meninggalkan akar budaya setempat. Akhirnya Jepang melakukan modernisasi dengan mempertahankan  nilai-nilai tradisi yang dijunjung tinggi, yang kita kenal dengan RESTORASI MEIJI yang pada gilirannya memberikan kesejahteraan pada masyarakatnya. 



Peran Tidore dalam Ekspedisi Laut Terbesar Dunia

Pada tanggal 08 November s/d 18 Desember 2021 Tidore akan menjadi tuan rumah Napak Tilas Exspedisi Laut Terbesar Dunia. Peristiwa ini merupakan kegiatan 500 tahun memperingati peristiwa bersejarah ekspedisi Magelhans, yang pelaksanaannya akan didukung oleh Pemerintah Daerah dan juga Pemerintah pusat dalam bentuk Sail Tidore yang melibatkan jaringan GNMC yang terdiri dari 23 kota dari 15 negara. Kegiatan ini harus bermanfaat bagi pemerintah dan rakyat setempat, sehingga modernisasi Tidore perlu dilakukan dengan melibatkan masyarakat. 

Saat ini kita sudah mempunyai UU No. 5 tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan dimana pemerintah berkewajiban mencukupi  pembangunan yang berbasis budaya untuk mempersiapkan masa depan dan peradaban bangsa, kondisi ini menjadi peluang besar untuk melakukan modernisasi di Tidore. Masih ada waktu 4 tahun untuk menyiapkan diri dalam menghadapi peristiwa besar ini.  


 
UNCLOS 1982 memperkuat Posisi Maluku Utara (Ternate Tidore)

Pada saat Republik Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, kekayaan lautan Indonesia merupakan lautan bebas yang dapat dilewati oleh semua kapal-kapal asing. Hal ini menjadi kerawanan maritim kita, laut akan menjadi ancaman bagi wilayah Nusantara kita, karena batas wilayah laut kurang lebih 3 mil dari pantai tetapi sejak deklarasi juanda pada tahun 1957 di mana Indonesia menetapkan batas laut, dari nilai ZEE dihitung dari pulau terluar dan laut Indonesia bukan laut bebas. Deklarasi ini diakui oleh PBB lewat UNCLOS Tahun  1982 maka yang sebelumnya luas laut indonesia hanya 30% di luar wilayah seluruhnya, menjadi 70%  di seluruh wilayah Indonesia.

Terkait dengan wacana Napak Tilas yang akan singgah di Tidore 08 November s/d 18 Desember 2021 dan UNCLOS 1982 perlunya pemberdayaan ekonomi kerakyatan berorientasi pada budaya dan kearifan lokal kuat sebagai berikut: 


- Pengembangan wisata bahari di Maluku utara yang bisa segera dimulai. 

 
- Pengolahan potensi laut di Maluku utara yang bisa memberikan  kesejahteraan bagi masyarakat nelayan

 
- Peningkatan peran kuliner yang berbasis pada potensi laut sehingga pengembangan potensi laut dilakukan di hulu s/d hilir dimana masyarakat ikut berperan aktif. 



Dari berbagai hal tersebut di atas diharapkan Tidore akan lebih siap untuk menghadapi perhelatan besar dunia, yang akan berdampak pada pengembangan kota Tidore dan juga kesejahteraan masyarakatnya.

Tidore, 12 Februari 2018
Drs. Hendardji Soepandji, SH 


Mayjend (Purn) Drs. Hendardji Soepandji, SH


Komite Seni Budaya Nusantara | Jl. Pejaten Raya No. 33D | Jakarta Selatan | Email: ksbnindonesia@gmail.com | Telepon +62.812.9236.345 | Website: www.ksbnindonesia.org 




********


Berita terkait juga dapat dibaca di :
Pemerintah Diminta Support Napak Tilas Ekspedisi Magelhans
KSBN dan Bakti Untuk Negeri - Seminar Nasional Tidore-Ternate