Travel

Hotel

Culinary

Recent Posts

Mudik 2024: Perjalanan Penuh Tantangan dan Kenangan

 
Akhirnya, tahun 2024 ini kami bisa mudik untuk lebaran. Disebut mudik lebaran karena memang bertepatan dengan suasana lebaran. Terakhir kali kami mudik pada tahun 2022, tetapi saat itu hanya untuk menengok tante yang sakit, bukan untuk merayakan lebaran. 

Kami memang jarang sekali mudik ke Sumsel saat lebaran, bahkan saya sudah lupa kapan terakhir kali melakukannya. Bukan karena tidak rindu kampung halaman di Sumsel, tetapi karena orang tua tinggal bersama kami di BSD. Kecuali ibu masih tinggal di Sumsel, barulah kami pulang menengok beliau. 

Jika dihitung-hitung, mungkin sudah lebih dari enam tahun kami tidak mudik untuk lebaran. Waktu yang cukup lama, tentunya. Karena itulah, mudik kali ini saya sambut dengan semangat yang membara dan rasa gembira yang menggebu-gebu. Anak-anak dan suami juga begitu, semua bersemangat. Karena yang namanya kembali ke kampung halaman untuk merayakan lebaran bersama keluarga besar setelah sekian lama, sungguh akan menjadi momen yang tak terlupakan.

Sebelum saya cerita lebih lanjut soal perjalanan mudik kami ke Sumsel via darat dan laut, saya bagikan dulu video perjalanan kami saat naik kapal dari Pelabuhan Merak Banten ke Pelabuhan Bakauheni Lampung. Suasana dalam video inilah yang akan saya ceritakan dalam tulisan ini. Berikut videonya: 



Mudik Sarat Tantangan

Perjalanan mudik kali ini ternyata menjadi pengalaman yang sangat berbeda dari sebelumnya. Seperti yang diberitakan di televisi, media online, dan video-video di media sosial, perjalanan mudik Lebaran 2024 dari Pelabuhan Merak, Banten ke Pelabuhan Bakauheni, Lampung dipenuhi dengan tantangan luar biasa. 

Kemacetan parah di tol menuju Merak, antrian kapal yang sangat lama, dan kepadatan di pelabuhan menjadi beberapa rintangan yang harus dihadapi. Meski penuh tantangan, pengalaman ini tetap saya nikmati dan saya siap menghadapi apa pun yang terjadi. Bukan hanya saya yang merasakan pengalaman ini, anak-anak dan suami juga merasakannya. 

Jarang-jarang 'menderita' saat mudik, ya kan? Tapi, kalau mau disebut menderita, aslinya saya nggak merasa begitu. Enjoy aja. Karena kalau dipikir menderita, jadinya menderita. Dipikir baik saja, maka semua akan baik-baik saja. Ini sedang momennya, jalani saja. Yang penting selamat. Ga ada yang dikejar juga kan? Soal waktu tiba, ya sesampainya saja. Sampai besok ayo, sampainya lusa monggo. Asal ga tahun depan baru sampai, itu namanya berkelana tiada akhir, kata Om Rhoma Irama.

Menjalani perjalanan mudik dengan sikap positif sangat penting. Perjalanan panjang yang penuh tantangan bisa terasa lebih ringan jika dinikmati. Mengutamakan keselamatan di atas segalanya, tanpa terburu-buru, membuat perjalanan ini lebih bermakna. Setiap momen menjadi bagian dari cerita yang akan dikenang.

Suasana di Pelabuhan Merak tgl. 7 April 2024 Pukul 23.52WIB

Tiket Online Ferizy

Untuk menyeberang dari Pelabuhan Merak, Banten menuju Pelabuhan Bakauheni, Lampung, pemudik wajib membeli tiket secara online melalui aplikasi Ferizy. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kepadatan di pelabuhan dan memastikan kelancaran proses penyeberangan.

Saya memesan tiket pada tanggal 6 April 2024 untuk keberangkatan tanggal 8 April 2024. Saat itu, ketersediaan tiket masih banyak, memungkinkan saya untuk memilih jadwal sesuai keinginan, yaitu pukul 02.30 WIB. Menurut berbagai sumber, tanggal 7-8 April adalah puncak arus mudik, sehingga tiket semakin menipis atau bahkan habis pada hari-hari tersebut karena lonjakan pemudik.

Oleh karena itu, penting untuk memesan tiket jauh-jauh hari untuk memastikan ketersediaan tempat dan menghindari kesulitan saat puncak arus mudik. Memesan tiket lebih awal memberi fleksibilitas dalam memilih waktu keberangkatan yang nyaman dan sesuai dengan jadwal perjalanan.




Alasan Wajib Tiket Online
Pemudik menuju Sumatera diwajibkan membeli tiket kapal secara online melalui aplikasi Ferizy karena beberapa alasan penting:
  • Mengurangi Kepadatan dan Antrian: Membeli tiket online mengurangi kepadatan di loket pelabuhan, membuat proses penyeberangan lebih lancar dan tertib, serta mencegah kemacetan​ 
  • Efisiensi Waktu: Dengan tiket online, pemudik bisa langsung ke kapal tanpa antri lama di pelabuhan, menghemat waktu dan mengurangi stres​ 
  • Kepastian Jadwal: Tiket online memberikan kepastian jadwal keberangkatan dan memastikan tempat di kapal sesuai waktu yang dipilih, membantu perencanaan perjalanan yang lebih baik​
  • Kemudahan Akses: Tiket bisa dibeli kapan saja dan di mana saja tanpa harus datang ke pelabuhan, sangat membantu bagi mereka yang tinggal jauh atau memiliki jadwal padat​ 

Cara Membeli Tiket Melalui Ferizy
Berikut panduan praktis bagi yang belum pernah, atau mungkin lupa caranya:
  • Buka Aplikasi atau Website Ferizy: Unduh aplikasi di ponsel atau buka situs Ferizy.
  • Pilih Rute dan Jadwal: Masukkan Pelabuhan Merak sebagai asal dan Pelabuhan Bakauheni sebagai tujuan. Pilih tanggal dan waktu keberangkatan.
  • Isi Data: Masukkan informasi kendaraan dan penumpang.
  • Lakukan Pembayaran: Pilih metode pembayaran dan selesaikan transaksi.
  • Dapatkan E-Tiket: E-tiket akan dikirim ke email, siap digunakan saat check-in di pelabuhan.
Mudah, bukan?

Dengan mengikuti langkah-langkah tersebut, pemudik bisa memastikan perjalanan mereka lebih teratur dan nyaman, serta mengurangi stres dari antrian panjang dan kepadatan di pelabuhan.

Namun, masih ada saja yang belum melakukannya saat tiba di pelabuhan. Mereka mengira bisa membeli tiket di tempat, padahal tidak bisa. Akibatnya, mereka bisa saja dipaksa mundur atau keluar dari pelabuhan oleh petugas.

Sewaktu berada di pelabuhan Merak, saya dengar sendiri petugas berkali-kali menghimbau pemudik melalui pengeras suara agar memasuki pelabuhan hanya jika sudah memiliki tiket yang sudah dibeli secara online.


Ada yang pernah melihat kendaraan-kendaraan yang berjejer di pinggir jalan sebelum memasuki kawasan pelabuhan? Mungkin itu adalah mereka yang belum punya tiket. Mungkin ya, saya tidak memastikannya. Tapi saya perhatikan, beberapa kios dan rumah makan di pinggir jalan tempat kendaraan-kendaraan itu berhenti, ada yang menawarkan jasa jual tiket online. Ada tulisannya lho, terpampang di depannya. Tapi maaf saya ga sempat memotret hal itu.

Lantas, bagaimana tiket online bisa diperjualbelikan jika nama penumpang dan nomor identitas harus sesuai? Entahlah bagaimana caranya. Mungkin yang dijual jasa pembeliannya saja, nomor ID tetap pakai punya si pemudik yang belum punya tiket itu? 

Padahal, urusan beli tiket online ini bisa pemudik lakukan sendiri dengan mudah. Tinggal install aplikasi Ferizy, daftar, dan beli tiketnya. Metode pembayarannya pun praktis dengan banyak pilihan.

Jadi, pastikan untuk membeli tiket online sebelum berangkat agar perjalanan mudik lebih lancar dan nyaman.

Macet di Tol Merak

Kemacetan di tol menuju Pelabuhan Merak menjadi salah satu masalah utama pada puncak arus mudik Lebaran. Diprediksi terjadi pada 6-7 April 2024, bertepatan dengan mulainya cuti bersama Hari Raya Idul Fitri, lonjakan volume kendaraan menyebabkan kemacetan panjang di beberapa titik, terutama di ruas tol yang mengarah ke Pelabuhan Merak.

Suami saya mendapatkan kabar tentang kemacetan ini dari teman-teman kuliahnya yang sudah lebih dulu mudik. Suami saya kuliah di Unsri (Universitas Sriwijaya), jadi beliau berteman dengan banyak orang asal Palembang. Teman-temannya yang tinggal di luar Sumatera saling berbagi informasi perihal mudik dalam grup alumni. Informasi dari teman-teman suami itulah yang membantu kami mengantisipasi kemacetan panjang di tol menuju Merak.

Untuk menghindari kemacetan, kami memulai perjalanan dari BSD lewat tol, lalu keluar di Serang (saya lupa tepatnya di mana), dan melanjutkan perjalanan melalui jalan biasa menuju Merak. Alhamdulillah, strategi ini memudahkan perjalanan kami sehingga tidak terjebak kemacetan parah di tol. Memang, kami masih menemui kemacetan mendekati Merak, tapi hanya sekitar 30 menit karena bertemu pengendara lain yang juga menghindari tol.

Total perjalanan kami dari BSD ke Merak memakan waktu sedikit lebih dari 2 jam, yang masih terbilang normal. Kami berangkat dari BSD pukul 9 malam, dengan harapan tiba paling lambat pukul 12 malam, sehingga masih ada waktu sekitar 2 jam sebelum keberangkatan kapal pukul 02.30 pagi. Ternyata, kami tiba lebih cepat pada pukul 11.07 WIB.

Namun, tiba lebih cepat di pelabuhan tidak berarti cepat masuk kapal. Kami baru masuk kapal pukul 6.30 pagi, tujuh jam setelah tiba di Pelabuhan Merak. Luar biasa lama, namun ternyata masih lebih cepat dibandingkan hari sebelumnya, di mana ada yang mengantre selama 18 jam! Super luar biasa itu. Padahal, perjalanan dari Pelabuhan Bakauheni ke Palembang saja hanya memakan waktu sekitar 4 jam, lebih lama waktu antre kapal dibandingkan perjalanan ke Palembangnya.


Menunggu di Pelabuhan Merak

Setibanya di Pelabuhan Merak, kami harus menghadapi antrian panjang untuk menaiki kapal ferry. Meskipun PT ASDP Indonesia Ferry telah menyiapkan kapal yang beroperasi setiap jam di dermaga reguler dan dermaga ekspres, volume pemudik yang tinggi tetap menyebabkan waktu tunggu yang lama. Direksi ASDP bahkan memperkirakan kenaikan jumlah pemudik sekitar 15% dibandingkan tahun sebelumnya, yang turut memperparah situasi .

Kami yang awalnya mengira dapat menaiki kapal sesuai jadwal, yakni pukul 02.30, akhirnya harus menerima kenyataan bahwa di jam tersebut kami masih "camping cantik" di pelabuhan, di dalam mobil. 

Saat itu masih bulan Ramadan, tentu kami harus sahur untuk melanjutkan ibadah puasa yang tinggal 2 hari lagi. Alhamdulillah, bekal sudah disiapkan dari rumah. Ketika memasak untuk buka puasa dan makan malam, saya dan ibu sekaligus memasak lebih banyak untuk bekal sahur. Kami berpikir waktu sahur akan berada di kapal dalam perjalanan menyeberang ke Lampung. Ternyata, prediksi kami meleset.

Di pelabuhan sebenarnya banyak restoran yang buka, dari restoran ayam dan burger hingga restoran masakan khas Indonesia. Minimarket pun buka, menjual berbagai macam jajanan. Namun, kami semua sepakat untuk tidak turun dari mobil dan memanfaatkan bekal yang sudah dibawa untuk sahur. Turun hanya jika perlu ke toilet. Ini bukan hanya soal hemat biaya, tetapi juga hemat waktu dan tenaga. Kalau bisa hemat, kenapa harus boros? Emak-emak banget, kan? 😂

Dengan bekal dari rumah, kami tidak perlu repot turun mencari makanan, yang tentu memudahkan kami di tengah suasana pelabuhan yang padat. Sungguh, meski tantangan banyak, pengalaman ini tetap menjadi kenangan tersendiri yang penuh makna.


Pagi Ceria di Pelabuhan Merak

Pagi datang dengan ceria, menyapa para pemudik di pelabuhan yang padat, tanpa peduli apakah kami penat atau sehat. Yang pasti, kabar baik menyambut kami: antrean masuk kapal telah tiba. Hore!

Mau hore-hore, namun, ada sedikit rasa ngenes karena kami sudah dilelahkan dengan 7 jam penantian he he. Tapi sungguh, melihat petugas mengarahkan antrean kami untuk masuk kapal, rasanya luar biasa senang, seolah mampu melenyapkan letih dari penantian panjang semalam. 

"Makanya naik pesawat saja, satu jam sudah sampai Palembang!" Begitu komentar mereka yang tidak mengerti nikmatnya mudik. Buat saya, sesekali begini ada hikmahnya. Memang capek, tapi kenikmatan yang dirasakan jauh lebih besar.

Membawa mobil jalan darat dan menyeberangi laut itu menyenangkan. Kami bisa menikmati perjalanan, melihat pemandangan, dan merasakan kebersamaan dengan pemudik lain yang juga berjuang untuk pulang kampung. Suasana pelabuhan yang ramai, meskipun melelahkan, justru menambah semangat kami karena merasakan kebersamaan dengan ribuan pemudik lainnya.

Selain itu, membawa mobil pribadi itu praktis. Setibanya di tujuan, kami tidak perlu meminjam kendaraan saudara atau menyewa. Di musim Lebaran, rental mobil sering penuh dipesan. Sewa mobil selama seminggu juga mahal, lebih baik uangnya dipakai untuk menambah hadiah ke saudara-saudara dan ponakan. Keuntungan lain membawa mobil pribadi adalah kebebasan dan kenyamanan dalam berkeliling di kampung halaman tanpa harus bergantung pada kendaraan umum.

Bagi saya, sesekali mudik seperti ini tidak masalah, malah hampir 6 tahun tidak merasakan suasana mudik yang ramai. Tapi kalau setiap hari? Wah, ogah. Saya bisa gempor! 😂Namun, setiap tantangan dalam perjalanan akan selalu menjadi cerita yang dikenang dan diceritakan kembali pada kesempatan berikutnya. Setiap lelah dan peluh adalah bagian dari perjalanan mudik yang penuh makna.


Nyaman di Lantai Teratas Kapal

Mobil kami kebagian parkir di lantai teratas area parkir kapal. Alhamdulillah, tempatnya semi terbuka dengan atap yang melindungi dari sinar matahari langsung dan hujan. Letaknya juga dekat dengan tangga menuju dek paling atas, jadi sangat mudah untuk naik.

Karena posisinya yang terbuka dan berada di pinggir kapal, kami bisa merasakan hembusan angin laut yang segar. Udara di sini lebih bersih dan sejuk, sehingga meskipun tetap berada di dalam mobil, kami tidak merasa pengap. Ini sangat berbeda dengan pengalaman parkir di bagian lambung kapal, yang tertutup di segala sisi. Di sana, udara terasa pengap dan gelap, sehingga mau tidak mau pemudik harus turun dan pindah ke ruang penumpang ber-AC di atas.

Dengan posisi mobil di lantai teratas, perjalanan menyeberang dengan kapal express ini menjadi lebih nyaman. Kami bisa menikmati pemandangan laut dan angin segar tanpa harus meninggalkan mobil. Ini juga membuat pengalaman mudik lebih menyenangkan, karena bisa menghindari ketidaknyamanan yang sering dialami di bagian bawah kapal.

Aktivitas di Atas Kapal

Saat kapal mulai berlayar, saya dan suami naik ke dek atas, membawa laptop untuk mengerjakan beberapa pekerjaan penting. Pada awalnya, koneksi internet masih baik karena kami masih dekat dengan pelabuhan. Namun, semakin menjauh dari pelabuhan, koneksi internet mulai terputus. Akhirnya, kami memutuskan untuk menghentikan pekerjaan.

Menariknya, meskipun baru saja melewati malam yang panjang dengan antrean, kami masih memiliki tenaga untuk bekerja. Seolah-olah kelelahan tidak terasa. Mungkin karena semangat mudik, jadi rasa capek pun tidak terasa.

Di kapal, kami sempat mengerjakan beberapa tugas, berfoto-foto, membuat video untuk konten, dan menikmati suasana serta pemandangan laut. Suasana di atas kapal memberikan pengalaman yang menyenangkan dan berbeda. Angin laut yang sejuk dan pemandangan luas menjadi hiburan tersendiri.

Tak terasa, penyeberangan menuju Pelabuhan Bakauheni terasa cepat. Ketika kapal hampir tiba di pelabuhan, kami kembali ke mobil. Durasi penyeberangan sekitar satu jam lebih, tidak sampai dua jam. Memang lebih lama waktu yang dihabiskan untuk antre naik kapal dibandingkan waktu penyeberangan itu sendiri. Cepat sekali rasanya!


Mendarat di Pelabuhan Bakauheni

Saya tidak mencatat kapan tepatnya kapal bersandar di Pelabuhan Bakauheni, Lampung. Namun, dari data exif pada rekaman video yang saya ambil, tercatat bahwa mobil kami turun dari kapal pada pukul 09.42. Mungkin sekitar 30 menit sebelumnya kapal sudah bersandar. 

Jika dihitung sejak masuk kapal, total durasi perjalanan laut ini sekitar 3 jam. Namun, perlu diingat bahwa sejak naik ke kapal hingga mulai berlayar, waktu yang diperlukan lebih dari 1 jam. Jadi, saya perkirakan durasi perjalanan laut sebenarnya kurang dari 2 jam.

Foto ini diambil saat di perjalanan melintasi tol Lampung

Keluar dari Kapal

Setelah keluar dari kapal dan menjejak daratan, kami langsung menuju jalan tol menuju Sumatera Selatan. Hal pertama yang ingin kami lakukan adalah mampir di rest area untuk beberapa keperluan seperti ke toilet, berjalan kaki, dan mengisi bahan bakar kendaraan. 

Setelah perjalanan panjang, kami perlu menggunakan toilet dan berjalan kaki untuk melancarkan peredaran darah serta mengurangi rasa pegal, karena sejak semalam lebih banyak duduk dan rebahan. Suami saya juga perlu mengirimkan data penting kepada timnya terkait pekerjaan. Jadi, perlu duduk tenang di rest area di bagian food court-nya.

Masjid di Rest Area Km 49A Lampung

Singgah di Rest Area KM. 49A Lampung
Rest Area KM. 49A Lampung menjadi tempat persinggahan yang populer bagi pemudik. Banyak yang berhenti di sini untuk berbagai keperluan: istirahat, ke toilet, mandi, salat, mengisi BBM, bahkan makan.

Fenomena Makan Siang di Bulan Ramadan
Melihat pemudik makan siang di bulan Ramadan mungkin menimbulkan tanda tanya. Namun, penting untuk tidak berburuk sangka. Ada beberapa alasan yang bisa diterima: perempuan yang haid atau menyusui dibolehkan tidak berpuasa, laki-laki yang sakit atau sangat lelah juga memiliki keringanan untuk tidak berpuasa, serta pemudik dalam perjalanan jauh (musafir) yang juga mendapatkan keringanan untuk berbuka puasa.

di Rest Area Km 49 A Lampung

Alief, saya, dan suami sama-sama menyempatkan waktu di sela-sela perjalanan untuk mengerjakan tugas di Rest Area Km 49 A Lampung

Kondisi Ekstrem Pemudik

Tahun ini, perjalanan mudik dari Merak ke Bakauheni sangat menantang. Pemudik menghabiskan waktu hingga belasan jam terjebak dalam antrean masuk kapal, sebelum melanjutkan perjalanan darat yang juga memakan waktu belasan jam atau bahkan beberapa hari hingga tiba di kota-kota ujung barat Sumatera. Ini membuat rest area seperti KM. 49A menjadi penting untuk pemulihan tenaga. Melihat mereka beristirahat dan memenuhi kebutuhan dasar adalah pemandangan yang sangat wajar mengingat kondisi ekstrem yang mereka hadapi.

Pentingnya Kesehatan dan Keselamatan

Dalam perjalanan mudik yang penuh tantangan ini, menjaga kesehatan dan keselamatan menjadi prioritas. Pemudik yang berhenti untuk makan atau beristirahat di rest area membantu memastikan bahwa mereka tetap bugar untuk melanjutkan perjalanan dan tiba di kampung halaman dengan selamat.

Sehat-sehat selalu untuk semua yang berupaya kembali ke rumah di kampung halaman untuk bertemu keluarga besar. Semoga perjalanan mudik kali ini memberikan pengalaman yang berkesan dan penuh berkah. Selamat mudik, selamat bertemu keluarga tercinta! 

Video saat kami singgah di Rest Area Km. 49A Lampung dapat ditonton pada Reels berikut: 


Perjalanan Mudik Terlama Kami
Setelah singgah di Rest Area KM 49A Lampung, kami masih berhenti tiga kali lagi di rest area berikutnya. Kami singgah untuk salat Ashar, berbuka puasa sekaligus salat Magrib, dan salat Isya. Setelah keluar tol, kami juga sempat singgah sekali lagi untuk membeli makan.

Perjalanan yang Panjang
Perjalanan mudik ini benar-benar menantang dan memakan waktu yang cukup lama. Kami akhirnya tiba di Kabupaten Muaraenim hampir jam 12 malam. Dengan demikian, perjalanan mudik kali ini memakan waktu lebih dari 24 jam, tepatnya 26 jam. Ini adalah perjalanan mudik terlama yang pernah kami alami.

Kenikmatan di Setiap Momen
Meski panjang dan melelahkan, setiap perhentian memberi kami kesempatan untuk beristirahat, beribadah, dan menikmati kebersamaan. Setiap singgahan menjadi bagian dari cerita mudik kami yang penuh kenangan, tawa, dan kebersamaan.

Kebahagiaan yang Tak Ternilai
Meskipun melelahkan, kebahagiaan yang kami rasakan saat tiba di kampung halaman dan bertemu keluarga besar untuk merayakan Lebaran sungguh tak ternilai. Perjalanan ini mengajarkan kami tentang kesabaran, kebersamaan, dan kebahagiaan sederhana. Mudik kali ini memang yang terlama, tapi juga yang paling berkesan bagi kami sekeluarga.

Berikut adalah beberapa foto yang saya ambil saat mampir di rest area dari Lampung menuju Sumatera Selatan. Meskipun tidak banyak foto yang diambil, momen perjalanan ini lebih banyak saya abadikan dalam bentuk video.






Demikianlah cerita mudik kami kali ini. Perjalanannya penuh tantangan, dari kemacetan menuju Pelabuhan Merak, antrean kapal, hingga jalur darat yang melelahkan. Namun, semangat pulang membuat semua terasa ringan.

Setiap momen, mulai dari pemesanan tiket di Ferizy hingga perjalanan laut, memiliki ceritanya sendiri. Saat kapal bersandar di Bakauheni, semangat kami kembali untuk melanjutkan perjalanan. 

Berbagai perhentian di rest area menjadi titik istirahat penting yang membantu kami tetap bugar dan memenuhi kebutuhan ibadah selama perjalanan. 
Meskipun perjalanan lebih dari 24 jam, kebersamaan dan kenangan yang tercipta sangat berharga.

Pengalaman ini mengajarkan pentingnya perencanaan, kesabaran, dan kebersamaan. Meski terlama, mudik kali ini paling berkesan. Bertemu keluarga besar dan merayakan Lebaran bersama adalah tujuan yang membuat segala usaha dan waktu yang dihabiskan terasa sepadan. 

Perjalanan ini bukan sekadar tentang mencapai tujuan, tetapi juga tentang menikmati setiap langkah menuju rumah.

-Katerina. April 2024-

Pemenang ASUS ROG Phone 8 Beyond Gaming Blog Writing Competition


Alhamdulillah ROG Phone 8 Beyond Gaming Blog Writing Competition yang berlangsung dari tanggal 01 Maret hingga 20 Maret 2024 telah mencapai akhirnya. Saat ini, dengan bangga saya mengumumkan para pemenangnya.

Pertama-tama, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh peserta yang telah menunjukkan kesabaran dan dedikasi selama kompetisi ini berlangsung. Tanpa partisipasi dan kontribusi kalian, acara ini tidak akan seberhasil ini.

Teman-teman dapat melihat daftar lengkap para peserta dalam tautan berikut: Peserta ROG Phone 8 Beyond Gaming Blog Writing Competition.

Memilih satu pemenang dari total 240 peserta ternyata menjadi tantangan yang cukup berat. Ini bukan hanya tentang menentukan siapa yang terbaik, tetapi juga mempertimbangkan kontribusi dan kualitas dari setiap tulisan yang masuk. Ini adalah proses yang memerlukan pengorbanan beberapa karya terbaik demi satu juara.

Tentunya, tidak lupa saya menyampaikan rasa terima kasih kepada Pak Advent Jose dan tim PR Mobile Phone ASUS Indonesia yang telah memberikan kepercayaan kepada saya untuk menggelar kompetisi ini di blog Travelerien. Tanpa dukungan mereka, acara ini tidak akan berjalan dengan lancar.

Terakhir, tetapi tidak kalah pentingnya, saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh peserta ROG Phone 8 Blog Writing Competition atas partisipasi luar biasa. Setiap kontribusi yang diberikan telah membantu menjadikan acara ini lebih bermakna dan berarti.

Dan akhirnya, setelah proses penilaian yang teliti oleh juri dari pihak ASUS Indonesia, saya dengan senang hati akan mengumumkan nama pemenangnya. Mari kita sambut bersama-sama keberhasilan dan dedikasi dari para pemenang, serta terima kasih kepada semua yang telah ikut serta dalam kesuksesan acara ini. 

 
Selamat kepada blogger Lupa Daratan asal Aceh :

Muhammad Iqbal


Untuk partisipasinya dalam event ROG Phone 8 Muhammad Iqbal terpilih sebagai pemenang ASUS ROG Phone 8 Beyond Gaming Blog Writing Competition dengan artikel berjudul: 

Meretas Batas: Mendalami Performa ASUS ROG Phone 8

https://www.lupadaratan.com/2024/03/ASUS-ROG-Phone-8.html

 

Muhammad Iqbal berhak mendapatkan hadiah 1 unit ROG Phone 6 yakni ROG Phone ML88 M5 Special Edition.

Alhamdulillah. Selamat kepada Iqbal.

Semoga kemenangan yang diraih dan hadiah yang diperoleh dapat memberi makna serta manfaat bagi Iqbal. Aamiin.



Selanjutkan saya ucapkan selamat kepada 5 pemenang Artikel Terfavorit ASUS ROG Phone 8, sbb: 

1. Wiko Nurdian  
  • Judul Artikel: Rasakan Pengalaman Tanpa Batas Bersama ROG Phone 8: Evolusi Ponsel Gaming Menjadi Ponsel Premium untuk Semua Kalangan!
  • Link Artikel: https://wikocak.com/rasakan-pengalaman-tanpa-batas-bersama-rog-phone-8-evolusi-ponsel-gaming-menjadi-ponsel-premium-untuk-semua-kalangan/

2. Haryadi Yansyah
  • Judul Artikel: ASUS ROG Phone 8: Smartphone Istimewa Bagi Para Gamer
  • Link Artikel: https://omnduut.com/2024/03/10/asus-rog-phone-8-smartphone-istimewa-bagi-para-gamer/

3. Pandu Agung Hartato
  • Judul Artikel: Mengenal ROG Phone 8: Smartphone Untuk Produktivitas & Hobi
  • Link Artikel: https://techijau.com/fitur-keunggulan-rog-phone-8-indonesia/

4. Deddy Wijaya
  • Judul Artikel: ASUS ROG Phone 8: Transformasi Gaming Mobile dan Solusi AI untuk Kehidupan Sehari-hari
  • Link Artikel: https://deddyhuang.com/2024/03/20/asus-rog-phone-8/

5. Sutoro
  • Judul Artikel: Inilah Smartphone Yang Akan Mengubahmu Saat Lebaran : ROG Phone 8 Lebih dari Sekedar HP Gaming
  • Link Artikel: https://sutoro.web.id/rog-phone-8/


Mohon perhatian seluruh pemenang. Panitia akan menghubungi para pemenang melalui email dan/atau telepon untuk konfirmasi pengiriman hadiah. 

Saya ingin menegaskan bahwa tidak ada biaya pengiriman atau biaya apapun yang akan dibebankan kepada peserta atau pemenang untuk berpartisipasi dalam kompetisi ini. Saya juga ingin mengingatkan untuk berhati-hati terhadap upaya penipuan yang mengatasnamakan ASUS Indonesia. 

Pengiriman hadiah akan dilakukan melalui kurir setelah Muhammad Iqbal mengonfirmasikan alamat pengiriman kepada panitia. Pengiriman hadiah untuk kelima pemenang artikel terfavorit berupa saldo OVO akan ditambahkan setelah para pemenang mengonfirmasikan nomor OVO kepada panitia.

Demikian pengumuman pemenang ini disampaikan. Terima kasih atas kesempatan untuk berbagi cerita bersama.

Sampai jumpa pada event kompetisi ASUS berikutnya.

Salam hangat,
Katerina


Petualangan Tak Terlupakan di Kediri: Dari Sate Kambing hingga Buah Petai Bergelantungan

Perjalanan seringkali membawa pada pengalaman yang tak terduga dan berkesan. Begitulah yang terjadi saat saya menemani suami dalam perjalanan bisnisnya ke Gresik, Jawa Timur. Meskipun tujuan utama adalah untuk mendukung suami, petualangan ini juga menjadi kesempatan bagi saya untuk memenuhi keinginan lama bertemu dengan sahabat baik, Mbak Dian, di Kabupaten Kediri. Dari pertemuan yang membuat haru hingga kuliner lezat, perjalanan ini menyimpan cerita yang tak terlupakan.

Saya dan suami, bersama keluarga Mbak Dian @adventurose di Kediri

Sejak lama, saya merindukan kesempatan untuk bertemu dengan Mbak Dian. Kenapa begitu istimewa? Karena hubungan kami bukan sekadar pertemanan di dunia blogging selama hampir 14 tahun, tetapi telah menjadi ikatan persahabatan yang erat dan saling memahami, di mana kami selalu mendukung satu sama lain dalam setiap langkah perjalanan hidup.

Sebagai sesama travel blogger, saya dan Mbak Dian telah menjalani berbagai petualangan bersama. Mulai dari perjalanan pribadi hingga perjalanan yang diatur oleh pihak sponsor. Dari setiap momen tersebut, kami tidak hanya saling mengenal, tetapi juga menjadi akrab dan akhirnya menjadi sahabat yang saling mempercayai dan memahami satu sama lain dengan baik.

Bagi saya, persahabatan tidak hanya tentang kata-kata atau tindakan yang terlihat, tetapi juga tentang kedalaman hati. Kami tidak perlu selalu berkomunikasi atau bertemu setiap hari, karena kami menghargai kesibukan masing-masing. Namun, rasa perhatian dan kepedulian tetap ada di hati kami masing-masing.

Mbak Dian dan keluarganya

Selama beberapa tahun terakhir, saya selalu merindukan kesempatan untuk berkunjung ke rumah Mbak Dian, terutama setelah kelahiran anak-anaknya. Namun, jarak yang jauh dan kesibukan keluarga membuat rencana itu hanya sebatas impian. Namun, pada perjalanan ke Gresik bersama suami, Tuhan memberi saya kesempatan yang tidak terduga untuk mengunjungi Mbak Dian.

Kedatangan ibu saya dari Sumatra Selatan ke rumah kami di BSD, Serpong, secara tidak langsung memudahkan saya untuk bergabung dengan suami dalam perjalanan ke Gresik. Dengan adanya ibu yang bisa menemani anak-anak saya, Aisyah dan Alief, saya bisa pergi dengan lebih tenang.

Dan akhirnya, Tuhan mengabulkan keinginan saya untuk bertemu dengan Mbak Dian di Kabupaten Kediri. Dari momen tersebut, petualangan kami di Jawa Timur semakin berkesan dan penuh makna.

Baca juga: Temu Teman Blogger di Depot Bu Rudy Surabaya

Sebuah jalan yang kami lewati di Kabupaten Kediri

Satu Tujuan, Berbagai Kenangan

Saat memulai perjalanan dari BSD, Serpong Banten, perasaan antusias dan rindu akan petualangan terpancar jelas dari diri ini. Melalui perjalanan darat, kami merasakan sensasi menjelajahi jalan-jalan yang tak pernah terlupakan, mulai dari menikmati pemandangan hingga mencicipi kuliner di rest area. Bahkan momen sederhana seperti mampir di toilet umum dan mencari pom bensin di tengah perjalanan menjadi tantangan yang menyenangkan.

Meskipun tujuan utama perjalanan adalah ke Gresik, petualangan kami tidak berhenti di sana. Dari Gresik, kami melanjutkan perjalanan ke Surabaya untuk merayakan keberhasilan keponakan yang baru saja menamatkan studinya di UNAIR. Namun, titik puncak petualangan kami adalah ketika kami sampai di Kabupaten Kediri, tempat tinggal sahabat karib saya, Mbak Dian.

Perjalanan kami dari Surabaya menuju Kediri dimulai pukul 10 pagi. Awalnya, saya mengira perjalanan lewat tol hanya akan memakan waktu sekitar satu jam. Namun, saat kami tiba di Kediri pukul 12.45, waktu tempuhnya ternyata lebih dari dua jam.

Di masjid ini, tempat pertama kali kami singgah di Kediri

Kediri, sebuah kabupaten di Jawa Timur, memiliki pesona dan keindahan tersendiri. 

Tempat pertama yang kami singgahi di Kabupaten Kediri adalah masjid Assalam, yang terletak di Cangkring Desa Pelem, Kecamatan Pare. Di sini, Mas Arif menunaikan salat Zuhur. Meskipun saya tidak ikut (karena sedang haid), rasa bahagia yang menyelimuti hati membuat perasaan tidak nyaman di perut terasa tidak signifikan.

Saat berada di masjid, saya memberi tahu Mbak Dian bahwa kami telah memasuki Kediri. Ketika kami melintasi Kecamatan Plemahan, saya juga berbagi lokasi kepada Mbak Dian. Dari informasi tersebut, Google Maps menunjukkan bahwa kami akan tiba di rumah Mbak Dian sekitar 30 menit lagi. 

Kedekatan tujuan membuat hati saya semakin berbunga, karena itu berarti kami semakin dekat dengan Mbak Dian dan keluarganya.

Alhamdulillah akhirnya berjumpa dengan anak-anaknya Mbak Dian

Alhamdulillah, sesuai perkiraan, setengah jam kemudian kami tiba di Jalan Harinjing, di kediaman Mbak Dian dan keluarga, yang terletak di Gadungan Timur, Desa Puncu, Kabupaten Kediri. Titik lokasinya persis seperti yang terlihat di Google Maps yang dikirim oleh Mbak Dian. 

Dari tepi jalan, saya melihat Mbak Dian sedang berada di teras bersama bayinya, sehingga saya dengan mudah menemukan rumahnya. Kami telah sampai di rumah Mbak Dian dengan selamat.

Saat akhirnya tiba di rumah Mbak Dian di Desa Puncu, Kabupaten Kediri, perasaan haru dan sukacita tak terhindarkan. Bertemu dengan sahabat karib setelah sekian lama membawa rasa bahagia yang mendalam. Tak hanya bersama Mbak Dian, tapi juga bersama keluarganya yang ramah dan hangat, yakni Mas Angga suaminya Mbak Dian, Lala dan tiga adik balitanya Emo, Uwik, Kida, serta ibunya Mas Angga.

Mbak Dian dan anak-anaknya. Seru!

Kuliner Terkenal di Kediri: Sate Pak Eko

Setelah bersilaturahmi dengan keluarga Mbak Dian dan beristirahat sejenak menyegarkan diri pasca perjalanan 2 jam, Mas Angga menawarkan pilihan apakah ingin menikmati makanan di rumah atau mencari tempat makan di luar. 

Setelah diskusi singkat, kami semua sepakat untuk mencoba pengalaman kuliner di luar, dan akhirnya diputuskan oleh Mbak Dian untuk menikmati Sate dan Gule Kambing Muda Pak Eko di Satak, Puncu. 

Menurut Mas Angga, kuliner tersebut sangat digemari di kalangan pecinta sate karena memiliki cita rasa  unik yang tak tertandingi. Meskipun lokasinya agak terpencil dan dikelilingi oleh hutan, namun tempat tersebut selalu ramai dengan pengunjung. Semakin penasaran, kami segera menyetujui ide untuk pergi ke sana.

Makan sate dan gule di Depot Pak Eko

Dengan semangat yang menggebu-gebu, kami memulai perjalanan dalam sebuah rombongan. Semua anak-anak Mbak Dian ikut serta, yang semakin menambah keceriaan dalam perjalanan ini! Hanya ibu Mas Angga yang memilih untuk tetap tinggal di rumah. Untungnya, pakai mobil Innova yang memudahkan pengangkutan semua orang dengan nyaman. Alhamdulillah, semuanya berjalan lancar dan menyenangkan.

Perjalanan menuju Depot Sate Pak Eko pun dimulai. Saat melihat rute di peta online, kami menyadari bahwa perjalanan dari rumah Mbak Dian ke Depot Sate sekitar 7,2 kilometer, yang dapat kami tempuh dengan mobil dalam waktu sekitar 13 menit melalui Cagar Alam Manggis Gadungan. Terbukti, jalur menuju ke sana melewati jalan desa yang sepi, dengan pemandangan perkebunan nanas yang luas, kebun cabe yang hijau, dan hutan desa di kejauhan. Meskipun jauh dan terpencil, Depot Sate Pak Eko banyak didatangi penggemar sate dan gule kambing. Kemungkinan karena reputasi sate dan gulenya yang terkenal enak dan lezat.


Dengan disetiri oleh Mas Angga, akhirnya kami tiba di Depot Sate & Gule Pak Eko yang terletak di Desa Satak, tempat yang dinanti-nantikan untuk menikmati hidangan khas yang terkenal lezat.

Bangunan depotnya menonjol ke dalam, dengan tulisan besar "Depot Sate & Gule Kambing Muda Pak Eko". Di area depannya tersedia tempat parkir. Pada saat itu, baru sedikit mobil dan motor yang terparkir, menunjukkan bahwa kedatangan pengunjung belum begitu banyak. 

Di bagian teras depan depot, terdapat area makan dengan duduk lesehan, sementara di dalamnya terdapat banyak meja dan kursi untuk pengunjung. Awalnya kami ingin duduk di sana, namun ternyata masih ada area lain di bagian belakang tempat kami dapat duduk. Mas Angga mengajak kami masuk, dan kami melihat ruangan lain yang dilengkapi dengan duduk lesehan, serta ruang besar tempat para karyawan mempersiapkan sate dan gule. Selain itu, terdapat area bermain untuk anak-anak, seperti kolam bola dan perosotan, serta lapangan voli di bagian belakang. Ada pula kebun dan pemandangan hutan yang membuat tempat ini terasa sangat luas dan nyaman.

Pengunjungnya selalu ramai. Karena itu menu Krengsengan cepat habis. Kami pun gak kebagian 😁

Citarasa sate dan gule kambing muda di sini memang tak tertandingi

Warung ini dulunya hanya sebuah kedai kecil yang sederhana, namun karena cita rasanya yang luar biasa, meskipun berlokasi agak terpencil, tetap banyak yang datang berkunjung. 

Seiring dengan berkembangnya warung, kebutuhan akan daging kambing pun meningkat. Setiap harinya, mereka mampu memotong hingga 10 ekor kambing. Maka dari itu, Pak Eko memutuskan untuk meminta warga sekitar untuk memelihara kambing. Nantinya, dia yang akan membelinya. Dengan begitu, dia tidak perlu lagi repot mencari kambing sendiri.

Wajib cobain sate dan gule kambing muda Pak Eko kalau berkunjung ke Kediri

Warung sate ini telah berdiri sejak lama. Menurut cerita dari mbak Dian, bahkan sejak zaman nenek suaminya, warung ini sudah eksis. Sate dan gule kambing Pak Eko menjadi favorit banyak orang. Oleh karena itu, para pendatang seperti saya, jika berkunjung ke Pare, pasti akan diarahkan ke sini. 

Sate di sini memang sangat spesial. Dagingnya lembut, bumbunya meresap, dan sulit untuk berhenti menikmatinya kecuali karena sudah kenyang. Suamiku bahkan mampu menyantap satu porsi sate dan satu porsi gule dengan cepat. Sampai hari ini, suamiku masih teringat akan kelezatan sate dan gule kambing Pak Eko.

Suami saya terkenang-kenang enaknya gule kambing muda Pak Eko ini. Mau nangis kalau lagi pengen cuma bisa lihat foto ini haha

1 porsi 10 tusuk
 

Minuman temulawak

Di sini juga tersedia menu krengsengan yang katanya sangat menggugah selera dan selalu menjadi favorit. Kemarin, kami tidak sempat mencobanya karena sudah habis. Namun, tidak masalah, insha Allah suatu saat kami akan kembali ke Pare untuk menikmati krengsengan sambil kembali menikmati sate dan gule Pak Eko yang luar biasa lezat.

Video makan sate & gule kambing muda di Depot Sate & Gule Pak Eko dapat ditonton pada IG Reels berikut:  

Pengalaman Menakjubkan di Kebun Petai Pare: Surga Bagi Pecinta Petai!

Setelah menikmati cita rasa lezat dari sate dan gule kambing Pak Eko, Mas Angga dan Mbak Dian mengajak kami untuk mengunjungi kebun petai di Pare. 

Mereka bercerita bahwa petai di Pare tumbuh begitu subur hingga buahnya bergelantungan rendah dan dapat dijangkau dengan mudah. Sungguh mengejutkan bagi saya, karena di sini harga petai sangat murah. Hanya seharga Rp 600,- per papan! Berbeda sekali dengan harga petai di daerah saya, yang bisa mencapai 20 ribu hingga 30 ribu rupiah per papan selama bulan Ramadan dan Lebaran.

 

Mas Angga dengan candaan menyampaikan ide unik, "Di sini, mbak hanya perlu membawa nasi, sambal, dan lauk, lalu duduk di bawah pohon petai untuk langsung menikmatinya."

Saya sangat terkesan melihat kebun petai di pinggir jalan desa yang sepi. Semua pohon petai tampak subur dan berbuah lebat. Mas Angga mengatakan bahwa pohon-pohon tersebut tidak perlu dijaga karena tak ada yang mencuri. Memang, hasil panennya juga tidak laku dijual.

Kebun petai di Pare benar-benar surganya pecinta petai. Itulah mengapa ketika Mas Angga bertanya tentang oleh-oleh, saya langsung meminta petai. Malam harinya, Mas Angga memesannya dari temannya, dan kami akhirnya membawa pulang hampir 200 papan petai! Sungguh berlimpah!


Menikmati Keindahan Simpang Lima Gumul: Destinasi Ikonik di Kediri

Setelah keliling melihat-lihat buah petai, kami melanjutkan acara jalan-jalan dengan mengunjungi Simpang Lima Gumul. Meskipun sebelumnya tidak banyak yang saya ketahui tentang tempat ini, namun begitu melihatnya secara langsung, saya mulai memahami keistimewaan tempat ini. 

Simpang Lima Gumul ternyata adalah tempat berdirinya tugu monumen yang menjadi ikon dari Kediri.

Seperti di kota lainnya, kunjungan ke ikon kota menjadi hal yang wajib bagi wisatawan, agar perjalanan ke Kediri terasa lengkap. 

Tidak heran, suasana sore saat itu begitu meriah di sekitar area Simpang Lima Gumul. Berbagai bus besar berjejer di sekitar sana, membawa rombongan pengunjung dari berbagai tempat. Mayoritas dari mereka sepertinya wisatawan dari luar kota, mungkin saja mereka baru saja melakukan ziarah ke makam para wali menjelang bulan Ramadan.

Saat kami tiba di Monumen Simpang Lima Gumul (SLG), suasana petang yang menyenangkan langsung menyambut kedatangan kami. Rasanya seperti disambut dengan hangat oleh kota ini. Beberapa orang berjalan-jalan santai, ada yang duduk menikmati suasana, sementara yang lain berkeliling untuk menjelajahi bagian dalam monumen, membeli oleh-oleh, mengabadikan momen dengan mengambil foto, dan merekam video.

Tidak mengherankan, Monumen SLG menjadi salah satu destinasi favorit para wisatawan, terutama saat senja mulai turun dan suasana hangatnya benar-benar terasa bersama kota. Hal ini membuat pengunjung terpesona, dalam momen indah yang mengesankan.


Monumen Simpang Lima Gumul atau disebut Monumen SLG atau Tugu SLG adalah bangunan yang menjadi ikon Kabupaten Kediri yang berbentuk bangunan pelengkung. Monumen SLG mulai dibangun pada tahun 2003 dan diresmikan pada tahun 2008, yang digagas oleh Bupati Kediri ke - 23 saat itu, Ir. Soetrisno. [Wikipedia]

Video di Simpang Lima Gumul dapat ditonton pada video Reels berikut: 


Dari awal hingga akhir, perjalanan kami ke Kediri tak sekadar perjalanan biasa, melainkan sebuah petualangan yang memperkaya hati kami dengan kenangan yang tak terlupakan. Setiap momen, mulai dari kelezatan sate kambing hingga pesona pohon petai yang bergelantungan, memberikan kesan yang mendalam.

Silaturahmi yang terjalin dan keindahan salah satu sudut kota Kediri yang kami nikmati memberi nuansa istimewa dalam perjalanan kami.

Berikut adalah petai dan durian yang saya bawa pulang dari Pare. Jumlah petainya mungkin hampir 200 papan, sedangkan duriannya ada sekitar 8 buah. Semuanya menjadi favorit kami. Durian-durian tersebut sungguh lezat, tak terkatakan! 

Oleh-oleh buah beroma yang tajam, teman perjalanan pulang dari Pare hingga BSD. Mantap!

Terima kasih Mbak Dian dan Mas Angga, serta anak-anak yang lucu dan menggemaskan.

Semoga suatu saat kami dapat bersua kembali dengan mereka dalam keceriaan dan kebahagiaan yang lebih besar, serta merasakan kehangatan persahabatan yang senantiasa memperkuat ikatan di antara kami. 

Seperti kata pepatah, "Perjalanan bukan sekadar tentang tujuan, melainkan juga tentang perjalanan itu sendiri." Dan perjalanan kami telah membuktikan hal tersebut, menghadirkan pengalaman-pengalaman berharga yang memperkaya kisah hidup kami dengan kenangan yang indah dan berarti.