Tampilkan postingan dengan label virus corona. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label virus corona. Tampilkan semua postingan

Tetap Sehat di Tengah Pandemi

Telah hampir 2 bulan sejak Pemerintah membuat aturan untuk warga agar bekerja, belajar, dan beribadah di rumah saja guna menekan laju penularan virus corona. Apakah rasa bosan mulai melanda? Sesungguhnya bagi saya tidak. Banyak hal menyenangkan yang bisa dilakukan dan disyukuri saat bersama keluarga di rumah. Lagipula dengan aturan tinggal di rumah saja, kemungkinan tertular mengecil. Apa saja yang saya lakukan di rumah?
Tetap sehat di Tengah Wabah (dokumen pribadi)

Saat ini belum ada vaksin untuk mencegah penyakit coronavirus (COVID-19). Karena itu setiap orang harus berusaha dengan benar untuk melakukan cara-cara pencegahan yang terbaik, di antaranya: 
  • Mencuci tangan secara rutin dengan gel pembersih berbasis alkohol atau sabun dan bilas dengan air
  • Menutup hidung dan mulut dengan tisu atau batuk dan bersin pada bagian dalam siku
  • Menghindari interaksi fisik (1 meter atau 3 kaki) dengan siapa pun yang memiliki gejala batuk pilek atau flu

Selain itu ada cara lain yang tak kalah penting untuk dilakukan yaitu menjaga kesehatan fisik dan psikis. Mengkonsumsi makanan sehat, berolahraga secara teratur, melakukan hal-hal baik yang menyenangkan, beribadah dan berdoa, dan terus berpikir positive, semua sangat bisa membuat tubuh dan jiwa tetap sehat selama wabah masih melanda. 

Ketika setiap orang melek informasi dan sadar bahwa dirinya dan orang lain harus selamat, biasanya secara otomatis akan mematuhi segala aturan yang ditetapkan demi keselamatan bersama.

Saya pribadi di rumah membuat daftar harian yang wajib dipatuhi oleh seluruh anggota keluarga. 
  • Olahraga pagi di rumah
  • Konsumsi Vitamin C
  • Cuci tangan pakai air & sabun selama 20 detik
  • Bersihkan Handphone & laptop
  • Minum air putih yang banyak
  • Makan sayur & buah-buahan
  • Pakai masker bila batuk & bersin
  • Kurangi menyentuh mata, hidung & mulut
  • Stock kebutuhan pangan secukupnya
  • Ikut #GerakanSocialDistancing & #DiRumahAja
  • Nggak jalan² ke tempat ramai
  • Update tentang virus corona setiap hari
  • Buka pintu menggunakan lengan/siku.

Daftar tersebut sudah saya laksanakan hampir 2 bulan. Disiplin adalah kunci keberhasilan dari apa yang ingin saya capai. Alhamdulillah sejauh ini berjalan lancar.

1. Olah Raga Bersama 
Jalan kaki dalam komplek, olahraga pagi bersama keluarga

Suasana di komplek tempat saya tinggal terbiasa lengang. Di saat wabah corona dan diberlakukannya social distancing jadi semakin terasa sepinya. Sebenarnya, keadaan ini bikin saya bisa santai tiap hari keluar rumah buat sekadar jalan kaki, lari, atau bersepeda tapi saya dan keluarga memilih weekdays olah raga di rumah saja. 

Olah raga di rumah sekadar mondar-mandir dari dapur sampai ruang tamu, naik turun tangga dari lantai 1 ke lantai 2, angkat-angkat galon, menyapu dan mengepel lantai rumah, membersihkan halaman dan garasi, yang intinya banyak bergerak, berkeringat, tidak hanya rebahan saja sepanjang hari. 


Sekali dalam seminggu saat weekend kami keluar bersama, jalan kaki keliling komplek. Kebetulan komplek kami banyak pohon, asri dan teduh, nyaman buat berolahraga. Dengan suasana yang kerap sepi karena jarang sekali ada tetangga berkumpul dan berkerumun, keluar untuk olahraga aman saja. Meskipun begitu, kami tetap mengikuti aturan, tiap keluar tetap pakai masker karena bisa saja berpapasan dengan tetangga atau siapa saja yang tiba-tiba melintas.


Anak-anak jadi senang kalau diajak keluar, setidaknya membuat mereka menemukan suasana yang berbeda. Kami pun bahagia. Tonton video keluarga saya olah raga di komplek di sini. 

2. Mengkonsumsi Makanan Sehat
Belanja di tukang sayur

Sejak wabah melanda kota, saya jadi rajin masak sendiri di rumah. Sekali dua kali saja order makanan buatan tetangga, itupun tetangga yang saya tahu dia dalam kondisi sehat.

Di tempat saya ketat sekali aturan terkait pencegahan Covid-19. Salah satunya, tidak boleh makan di warung dan resto guna mencegah orang-orang bertemu dan berkumpul. Beli di luar boleh asal dibawa pulang. 

Selama corona, saya bukan saja jadi nggak mau makan di luar, tapi juga sebisa mungkin tidak beli makanan dari luar. Bukan mau menuduh, saya tidak tahu toh makanan dari luar itu aman apa nggak. Kalau pembuat makanannya sakit, bukannya beresiko tertular?

Banyak masak sendiri di rumah otomatis jadi banyak belanja. Saya tidak tiap hari belanja, seminggu sekali saja, tapi langsung banyak. Belanja cukup di tukang sayur depan komplek, bukan ke pasar yang sampai sekarang masih ramai. Saat belanja saya ngebut. Dari rumah sudah menyiapkan catatan, sampai di tukang sayur langsung ambil apa yang dibutuhkan, setelah itu buru-buru pulang. Biasanya saya pilih datang pagi-pagi sebelum ramai pembeli. Meskipun tukang sayur dan orang-orang yang belanja pada pakai masker, tetap saja agak ngeri. Lebih baik menghindar ya kan? 
Hasil belanja di tukang sayur depan komplek

Apa saja yang saya beli? Sudah pasti sayuran segar dan bahan lauk yang masih segar. Saya tidak soal habis banyak beli bahan makanan begini, daripada belanja makanan instant berpengawet. 

Btw, emang saya bisa masak? Bisa dong. Kalau sudah waktunya, apa sih yang enggak? Buat anak dan suami pula, mereka wajib makan makanan yang baik dan penuh gizi.


Penasaran nggak pingin lihat makanan yang saya masak buat keluarga? Kunjungi IG @katerinadaily deh he he

3. Menjaga Kekebalan Tubuh

Minuman sehat buat meningkatkan imun tubuh

Mau sehat selama wabah? Mudah banget. Asal mau berupaya dan konsisten melakukannya.

Saya pergi saja ke tukang sayur, di sana ada banyak buah, sayur, dan rempah yang dapat diolah menjadi makanan dan minuman yang baik untuk menjaga kesehatan tubuh. 

Lemon lokal dan impor melimpah, harganya murah meriah perkilo cuma Rp 20.000. 

Rempah seperti jahe, kunyit, lengkuas, serai, beli 10 ribu saja suda bisa bikin jamu buat satu minggu. Sayur-sayuran segar juga bisa dibeli dengan mudah. Diolah apa aja jadi enak dan bikin badan sehat.

Masih harus stock makanan instant berkardus-kardus seperti orang-orang? Enggak! Masih harus borong vitamin C kayak orang-orang? Enggak!

4. APD ala ibu rumah tangga
Kostum keluar rumah

Hari gini masih ada yang menimbun masker dan hand sanitizer?

Semoga sudah tidak ada lagi ya. Banyak orang cerdas di dunia ini. Masker kesehatan habis, mereka bikin sendiri pakai kain. Hand saniziter habis, mereka bikin sendiri beli bahannya di apotik. Males bikin nggak usah takut, sekarang kan lagi banyak di rumah, nggak keluar-keluar kalau nggak penting. Ngapain nyetok hand sanitizer banyak-banyak? Di rumah ya cuci tangan saja lebih baik. Air ada, sabun ada, cuci tangan lebih bersih. Hand Sanitizer mah buat kalau sesekali sedang keluar rumah saja. Saya paling ke minimarket kalau keluar rumah. Itu pun di tiap minimarket sekarang ada air dan sabun disediakan buat cuci tangan gratis.


Oh iya, saya jarang lho sekarang ke minimarket. Sejak install aplikasi si minimarket, saya tinggal pilih barang di aplikasi, pesan, dan barang diantar sampai ke rumah. Sekarang belanja serba online. Tukang sayur dan buah pun sekarang melayani delivery, tinggal di WA, pesanan diantar sampai rumah.

Saya keluar rumah sudah pasti pakai masker, bahkan beli baju yang lengkap ama masker wajah, saking niat banget pingin aman. Sudah pakai masker wajah, saya tetap lho pakai masker lagi di dalamnya, masker hidung dan mulut. Biar berlapis-lapis gitu keamanannya.

Ini nih perlengkapan saya kalau keluar rumah: masker, sarung tangan, kaca mata safety, sepatu, baju 2 lapis, hand sanitizer, tisu basah, dan jaket masker wajah seperti di foto 😂

5. Gunakan Aplikasi HaloDoc Ketika Sakit
Aplikasi Halodoc
Pernah sakit selama pandemi? Pernah, suami saya.

Usaha untuk menjaga kesehatan sudah maksimal. Siang malam anak-anak dijaga, suami pun begitu. Baik dari makanan, atau pun saat terpaksa harus keluar rumah. Di rumah pun, protokol pencegahan covid terhadap barang-barang kiriman dari luar sudah dijalankan. Anak-anak dan suami juga selalu dibikin gembira, biar hati dan pikirannya senang dan bahagia. 

Tetapi, ada saja penyakit yang tiba-tiba datang tak diundang. Sekitar 3 hari menjelang bulan Ramadan suami mengeluh nyeri di dada. Perutnya kembung, ulu hati terasa seperti ditekan. Mual dan mulas sih nggak ada. Muntah apalagi, enggak. Tapi gejala sakitnya mirip maag. Saya lalu menyarankan suami mengunyah obat maag yang selalu tersedia di rumah. Kami tunggu sampai 1 jam tak ada perubahan, suami masih merasa sakit.

Saya bingung. Teringat suami pernah sampai dirawat satu minggu gara-gara maag berat yang terjadi sekitar tahun 2015. Apa harus dibawa ke rumah sakit? Saat itu kejadiannya malam. Saya takut membawa suami ke RS. Nanti dikira pasien Covid-19 dan diperlakukan sebagaimana pasien tertular penyakit corona. Dari artikel yang saya baca, saat ini RS memang menerapkan prosuder Covid-19 bila ada pasien datang. Pikiran saya jadi nggak enak lho. Takut nanti suami malah kenapa-kenapa.

Akhirnya saya menghubungi tetangga, cerita masalah yang terjadi, dan katanya coba hubungi dulu Halodoc. "Itu lho bu, aplikasi konsultasi dokter online, praktis dan efisien. 

Wow saya baru tahu. Saat mendengar saran itu, suami langsung bilang gini : "Oh iya Ma, konsul ke Halodoc aja, ada aplikasinya."

Mendengar itu, saya langsung buru-buru install di hp. Tapi sambil nggak yakin. Apa iya bisa membantu?

Setelah diunduh, registrasi, dan memasukkan no hp, saya bisa menemukan fitur Tes Covid-19, Periksa Covid-19, Chat dengan Dokter, Beli Obat, Buat Janji RS, Update Covid-19. 

Fiturnya banyak. Di saat wabah begini kini ada Tes, Periksa, dan Update Covid-19 juga. Kalau saya saat itu butuhnya fitur chat dengan dokter dan beli obat. Dua itu saja yang sedang saya perlukan untuk memulihkan suami. 

1. Apotik Antar
Fitur ini membantu memesan obat dan vitamin secara mudah tanpa harus jalan ke apotek. Halodoc sudah bekerjasama dengan seribu apotek yang telah memiliki Surat Izin Apotek (SIA) dan Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) di sekitar 30 kota yang sudah tersedia layanan Go-Jek. Halodoc berkolaborasi dengan Go-Jek dalam layanan pembelian dan pengiriman obat dari apotek ke rumah kamu tanpa dikenakan ongkos kirim. 

2. Hubungi Dokter 
Fitur ini membantu untuk konsultasi seputar kesehatan dengan dokter umum maupun dokter spesialis terpercaya seharian penuh setiap hari. Halodoc telah bekerjasama dengan sekitar 20 ribu dokter umum dan spesalis yang telah memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktek (SIP) dari Konsili Kedokteran Indonesia (KKI). Konsultasi dengan dokter bisa melalui berbalas pesan (chat), telepon, ataupun telepon tatap muka (video call). Untuk saat ini, Halodoc tidak mengenakan biaya konsultasi dokter untuk pengguna. Waktu konsultasi dengan dokter yang diberikan adalah 60 menit per sesi. 

Nah, kalau ditanya lagi membantu apa nggak pakai Halodoc? Ya membantu banget. Kepanikan saya malam itu bisa teratasi. Setelah konsultasi, lanjut pesan obat, dan alhamdulillah sebelum memasuki bulan puasa, nyeri di lambung suami sudah hilang dan sehat lagi. 

Tetap Sehat di Tengah Pandemi


Banyak orang sedang berjuang melawan corona dengan cara yang sama, maupun dengan caranya masing-masing yang berbeda. Kita bisa melakukan dengan cara paling sederhana dan murah, bisa juga dengan cara tertentu dan berbiaya tinggi. Selama baik untuk diri sendiri dan orang lain, dan mampu, silakan lakukan.

Saya beruntung memiliki keluarga dan tetangga yang saling dukung dalam mencegah penularan penyakit virus corona. Karena ketika saling dukung dan kompak, langkah pencegahan insha Allah berhasil.

Kadang kita sudah hati-hati dan menjaga diri, tetapi orang lain belum tentu. Jadi, harus selalu waspada, tapi jangan sampai panik.

Semoga sehat selalu dan wabah segera berlalu. Aamiin.


Dunia Darurat Virus Corona, Haruskah Kamu Egois?

hoax virus corona
Dunia darurat virus corona


Dunia Masih Darurat Virus Corona?

Saya teringat saat ke Bali tahun 2017, Gunung Agung kala itu sedang erupsi. Saya dan suami dihantui kecemasan, terlebih penerbangan beberapa kali distop untuk masuk dan keluar Bali. Apakah aman? 

Semburan material akibat letusan tidak mengenai seluruh Bali. Jadi, kami tetap berangkat ke Bali. Lagipula, belum ada larangan dari pemerintah untuk mengunjungi Bali. Bahkan Presiden Jokowi sempat nge-vlog di tengah kerumunan wisatawan di Bali. 

Resiko yang ada paling nggak bisa pulang sesuai jadwal jika penerbangan ditunda. 

Erupsi Gunung Agung adalah bencana. Virus Corona juga bencana. Namun, Virus Corona bukanlah gunung yang menetap pada satu tempat. 

Apapun yang disemburkan oleh gunung yang sedang erupsi akan mengenai orang di dekatnya saja yang saat itu berada dalam jarak tidak aman. Bukan mengenai satu orang lalu bisa berpindah mengenai orang lain di tempat lain yang berada dalam jarak aman. 

Tak mungkin juga ada orang yang kena abu vulkanik, gas vulkanik, atau apapun itu, dengan sengaja membawa semua material itu ke tempat lain dan membuat orang lain ikut kena. 

Karena itu, belum pernah terjadi ada korban erupsi gunung berapi dilarang pergi ke mana saja dan bertemu dengan siapa saja dengan alasan nanti bisa membuat orang lain tertular kena semburan. Yang ada, semua orang dilarang mendekati gunung yang sedang erupsi, supaya tidak kena semburan.

Corona bukan material dari perut bumi. Corona adalah virus berbahaya yang bisa menular. Dan kita tidak tahu ia sedang menjangkiti siapa di sekitar kita.

Corona bukan hoax. Beritanya mungkin saja ada yang hoax. Tapi banyak berita tidak hoax beredar yang bisa kita ketahui dengan benar, bukan untuk menakuti tetapi memberitahu agar setiap orang waspada. Kalau ingin tahu mana yang hoax dan tidak, kenali lewat info yang dipublikasi oleh Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika dalam Laporan Isu Hoaks. 

Banyak kok cara untuk mengenali mana berita hoax dan tidak, yang penting tidak asal menyebut hoax demi suatu kepentingan, terlebih pada berita yang sesungguhnya akurat dan terpercaya. 

Kepentingan seperti apa? Nih contohnya, kepentingan pribadi dan perusahaan supaya jualan tripnya laku!

Yang terjadi, memang banyak orang jadi batal bepergian ke suatu kota atau negara. Teman saya pun, yang tiap minggu melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri, salah satu negara tujuannya adalah Singapore, membatalkan semua agendanya keluar negeri. Kamar-kamar hotel yang sudah ia booking, ia gratiskan ke siapa saja yang butuh. 

Benar terjadi banyak usaha perjalanan mengalami penurunan omset. Bahkan mengalami tak ada omset sama sekali dari semua produk yang dijual. Pengusaha bisnis perjalanan yang saya kenal pun mengalami hal tersebut. Beberapa dari mereka sabar, paham bahwa kondisi sedang tak aman. Keselamatan orang-orang lebih penting ketimbang keuntungan. Maka ia menunda penjualan. Bahkan, terang-terangan menghimbau orang lain untuk tidak banyak bepergian. 

Kalau punya teman pengusaha macam itu jelas saya kagum. Ia tidak memaksakan diri agar orang-orang yang telah membeli paket perjalanannya tetap melanjutkan traveling. Justru ia meminta tamu-tamunya untuk menunda perjalanan sampai waktu yang ditentukan.

Namun, ada juga yang berbuat sebaliknya, gencar mengatakan semua berita tentang corona adalah hoax. Ia benci corona telah membuatnya kehilangan banyak tamu, sehingga ia tetap mengatakan bahwa traveling kemanapun tetap aman, tidak ada masalah, tetap bisa selamat dan sehat.

Bagaimana mungkin kita bisa mengatakan aman bila korban sudah ribuan?? Yang meninggal ribuan. Yang dirawat juga ribuan. Sudah nonton berita di TV belum? Sudah baca koran? Coba deh tonton dan baca, jangan cuma baca laporan penjualan tok!

Ribuan orang melakukan perjalanan tiap harinya. Kita tidak tahu ia ke mana dan telah bertemu siapa saja. Bisa jadi si penular dan yang tertular pernah melintasi tempat-tempat yang biasa kita lewati. Bisa saja ia bertemu dengan orang-orang yang kita temui di bandara, pasar, mall, kantor, dan di mana pun. 

Apakah virus corona bisa kita lihat seperti abu dan gas vulkanik gunung berapi? Tidak. Ia hanya bisa dikenali melalui kondisi korbannya, itupun pakai alat dan waktu, dan oleh orang-orang medis. Bisakah orang awam macam kita dapat mengenalinya hanya dengan sepintas lalu? Lalu, buru-buru menghindar? Bah!

Saya prihatin dengan para korban virus corona, prihatin juga dengan apapun dan siapapun yang kena dampaknya, termasuk kalian para pengusaha bisnis perjalanan. Tapi tolonglah, jangan mengatakan corona itu hoax, semua berita tentang corona di TV, Radio, Koran, dan di internet itu hoax. Kalau mau bepergian, silakan bepergian saja, tanpa harus menyangkal sesuatu yang sudah menjadi fakta.

Coba deh baca berita-berita yang diturunkan oleh media terpercaya. Ada berita dari Malaysia, Singapura, Korea, Jepang, Cina, dan negara-negara lain mengenai korban-korban yang dirawat, meninggal, terinfeksi, melakukan perjalanan ke beberapa negara, dan bahkan ada yang ke Indonesia. Cari deh, cari, dan baca.

Benar bahwa kalau sudah sakit ya sakit aja, Tuhan akan kasih kita sakit dengan cara apapun. Kalau enggak, ya enggak. Kita akan tetap sehat meski ketemu dan bersentuhan dengan si penderita. Tapi kita tidak yakin kapan itu akan terjadi dengan kita bukan? Karena Tuhan tidak memberi pengumuman pada kita. Jadi, kita tidak tahu pasti apa akan selalu diberi sakit atau sehat. Jadi, paling baik adalah berupaya mencegah dan menghindarinya. Insha Allah sehat dan selamat.

Semoga tetap bijaksana dalam kondisi apapun. Singkirkan egois dalam diri.

Tetap semangat, rejeki nggak akan kemana, meski Corona melanda.