Selamat Jalan Bapak

Innalillahi wa inna ilahi roji'un

Pada hari Selasa tgl. 14 Januari 2020 Bapak Mertua menghembuskan nafas terakhirnya di RS Mitra Keluarga, Depok, Jawa Barat. Beliau meninggal di usia 77 tahun 21 hari karena sakit yang diderita sejak pertengahan tahun 2019. Bapak meninggalkan seorang istri, 3 orang anak, dan 6 orang cucu. Saya dan keluarga berduka dan merasa kehilangan beliau. Saya mengenal Bapak sebagai orang yang sangat baik. Ia baik sebagai seorang laki-laki muslim, mantan prajurit, suami, bapak, dan kakek. Saya bersyukur memiliki beliau sebagai Bapak Mertua. Alhamdulillah.
Tentara Humoris Itu Telah Pergi

Kondisi Tak Sehat Paska Operasi

Bulan April 2019 suami cerita ke saya bahwa Bapak menderita sakit di selangkangan, disebutkan nama penyakitnya Hernia. Karena sudah parah, pada bulan Mei (bulan Ramadan) akhirnya Bapak menjalani operasi di RS Mitra Keluarga, Depok. 

Paska operasi, Bapak banyak beristirahat untuk pemulihan, bahkan saat lebaran di bulan Juni 2019 Bapak tidak kemana-mana. Biasanya, tiap lebaran Bapak dan ibu pergi menyambangi saudara-saudaranya di Jabodetabek, bersama kami anak-anak dan cucu-cucunya. Tentu saja, kali ini tidak.

Beberapa hari setelah lebaran, saya sekeluarga dan keluarganya adik-adik suami road trip bersama ke Jawa (Jawa Tengah dan Jawa Timur) selama 7 hari. Road trip ini biasanya dilakukan tiap lebaran oleh adik ipar saya dan keluarganya. Selain mengunjungi keluarga suaminya di Jember, juga mengunjungi saudara bapak dan ibu kami di Jawa Tengah. Sudah tentu, Bapak dan Ibu selalu ikut. Namun, kali ini tidak, Bapak tinggal di rumah saja bersama Ibu. 

Kondisi Bapak memang jauh berubah paska operasi. Tidak sesehat dan segagah sebelumnya. Juga, tidak setenang dan seceria sebelumnya. Semua aktivitasnya banyak dibantu. Namun, beliau masih bisa berjalan pelan dari kamar ke ruang tamu dan sebaliknya, atau untuk pergi ke kamar mandi, dibantu tongkat 4 kaki. Hingga akhirnya, harus menggunakan kursi roda untuk duduk agar tak berdiri terlalu lama dan lebih mudah untuk berpindah-pindah tempat.

Bulan Agustus 2019 menjadi momen terakhir Bapak menginap di rumah kami di BSD. Di bulan ini, Bapak dua kali bertandang. Pertama, Bapak datang bersama ibu dan adik-adik ipar serta para keponakan, bahkan Bapak menginap. Kedua, Bapak datang bersama Ibu saja, diantar keponakan. Dan hari itu, tgl. 28 Agustus 2019 menjadi terakhir kali Bapak datang ke rumah kami. 
Idul Fitri 2019 - Foto terakhir bersama Bapak, dalam formasi lengkap 

Nama Penyakit Tak Kunjung Diketahui

Dari waktu ke waktu, kondisi Bapak tak kunjung membaik, justru kian memburuk hingga harus dirawat inap beberapa kali di RS Mitra Keluarga dan selanjutnya rawat jalan tanpa henti sampai akhirnya harus dirawat inap di RSCM untuk pengobatan lebih intens dengan fasilitas yang lebih lengkap dan canggih.

Saya mendengar dari suami, para dokter spesialis sudah melakukan banyak pemeriksaan namun selama 1 bulan dirawat tak juga diketahui Bapak sakit apa. Bahkan hingga Bapak meninggal semua hasil pemeriksaan tak membuahkan hasil untuk sekadar mengetahui nama penyakit Bapak.

Selama dirawat, pengobatan dilakukan dalam rangka mengurangi rasa sakit yang bapak alami. Kata suami badan Bapak bengkak, dikira ginjal tapi bukan. Paru-paru sempat terendam, lalu teratasi. Tulang lengan patah/lepas karena tertindih oleh badan Bapak sendiri, lalu diobati karena rapuh. Perut sakit, otot-otot badan sakit, kaki sakit, dan hampir seluruh tubuh sakit. Saya juga diberitahu, mungkin Bapak akan cuci darah, ternyata tidak. Sampai katanya, Bapak diambil sesuatu di tulang sumsumnya, untuk diperiksa.

Setelah 1 bulan terbaring saja di RSCM, akhirnya Bapak boleh dibawa pulang dan dirawat di rumah, sambil rawat jalan ke RS tiap minggu. Hingga memasuki tahun 2020, kondisi Bapak tak jua membaik. Dan akhirnya, di hari ke 14 bulan Januri 2020, Bapak pergi untuk selamanya. 
11/01/2020 - Foto terakhir bersama Bapak, 3 hari sebelum beliau tiada

Jalan Untuk Berbakti 

Pada tahun 2018, kantor suami yang baru letaknya lebih dekat ke rumah Bapak. Itu kenapa saya biarkan suami lebih sering pulang ke Depok di hari kerja, dan baru ke BSD di akhir pekan. Selain hemat waktu dan tenaga (terlalu lelah untuk pergi pagi pulang malam), serta biaya, juga bisa lebih banyak punya waktu bersama Bapak dan Ibu yang sudah tua. Saya sangat memahami kondisi ini meski rasanya ingin suami tiap hari ada di rumah.

Allah sungguh Maha Pengatur segalanya. Ternyata ada maksud kenapa kantor suami jadi jauh dari BSD dan lebih dekat ke Depok. Ada maksud kenapa saya harus rela berpisah dengan suami di hari kerja, dan hanya bertemu di akhir pekan, itu karena Allah ingin suami membersamai Bapak di ujung usianya. Sejak sebelum sakit, selama sakit, hingga akhirnya Bapak menemui akhir usianya, Allah mudahkan suami untuk selalu berada di samping Bapak.  

Saya tahu betul apa yang diperbuat oleh suami dan adik-adiknya terhadap Bapak, selama Bapak sakit meski tak selalu melihat langsung. Mereka sangat perhatian, merawat Bapak tanpa henti, siang dan malam. Selama dirawat inap di RS, berrgantian menjaga, begadang hingga kurang tidur. Namun, tak sekalipun kasih sayang berkurang meski lelah merawat Bapak. Saya terharu dan bangga punya suami dan adik-adik ipar yang luar biasa sabar dan penuh kasih.

Itu kenapa tak ada penyesalan yang tampak pada suami dan adik-adik ketika akhirnya Bapak pergi. Sebab mereka sudah melakukan banyak hal terbaik dari yang mereka bisa, dengan penuh keikhlasan. Siapakah orang tua yang telah berhasil mendidik jiwa anak-anaknya seperti itu? Tentu saja ibu dan almarhum Bapak. 
Bapak dan Ibu

Orang Tua Terbaik

Bapak adalah orang tua terbaik untuk kami. Saya sangat bersyukur menjadi istri dari Mas Arif, putra sulung Bapak, laki-laki satunya, yang mewarisi kebaikan hati dalam diri Bapak. Mas arif adalah hadiah terindah dari Tuhan yang dikirimkan lewat dua orang tua yang baik. Terima kasih Bapak.

Ada banyak kenangan tentang Bapak yang melekat kuat dalam ingatan saya hingga hari ini. Tak akan cukup kata untuk menguraikan semuanya. Yang jelas, beliau adalah sosok Bapak yang humoris, kepada siapa saja gemar bercanda, dan sangat ramah. Saya tidak pernah memiliki rasa tidak baik terhadap beliau, semua tentang Bapak terasa menyenangkan dan enak untuk diingat. 

Jika sedang menginap di rumah Bapak, saya selalu mendengar suara Bapak membaca Alquran, tiap pagi seusai salat Subuh. Sebuah kebiasaan yang juga dilakukan oleh suami saya, mencontoh Bapak, sejak dulu sampai kini. Bapak selalu salat 5 waktu di masjid depan rumah, dan itu diikuti oleh anak dan cucu-cucunya, sampai kini. 

Bapak pandai membuat perabotan seperti lemari, rak, dan meja. Lemari besar di ruang makan, kitchen set, dan rak-rak di rumah Bapak, adalah buatan beliau. Soal alat bertukang, Bapak punya lengkap. Dengan keahlian dan peralatan itu Bapak melakukan hobinya, membuat kami bangga. Memang sih kami bisa beli, tapi buatan Bapak sendiri, punya arti tersendiri. Lemari pakaian di kamar saya adalah buatan Bapak, hadiah saat saya baru menikah dengan Mas Arif. Meski ada uang untuk membeli lemari baru dan modern, lemari buatan Bapak akan saya pakai, karena ia istimewa.

Dulu, sewaktu Mas Arif sedang tugas keluar kota, Bapak lah yang menemani Alief sunat di RS. Menenangkan Alief, dan membesarkan hati Alief untuk tak takut disunat. Bapak juga yang menemani Alief saat TK, pergi wisata sekolah ke Ancol. 
Saat Bapak menemani dan mengantar Alief sunat di RS

Seorang Arsitek

Renovasi rumah mungil saya di BSD banyak dilakukan atas ide-ide dan masukan dari Bapak. 

Ya, Bapak bukan hanya seorang prajurit gagah yang piawai mengangkat senjata, tapi juga seorang laki-laki dengan jiwa seni yang tinggi yang piawai membuat desain bangunan. 

Bapak dikenal sebagai arsitek yang keahliannya telah diakui. Mas Arif memberitahu saya, ketika masih bertugas, rumah-rumah dan bangunan yang dibangun oleh negara untuk tentara, diarsiteki oleh Bapak. 

Tak heran jika saya pernah menemukan buku-buku tentang rancangan bangunan rumah di rumah Bapak. Ternyata, dari sanalah Bapak belajar.

Gemar Olah Raga

Bapak hobi tenis. Olah raga satu ini sering beliau lakukan sejak masih bertugas di TNI AD. Dulu sewaktu keluarga Bapak masih tinggal di perumahan Markas TNI AD Koppasus di Cijantung 2, main tenisnya di Ditziad (Direktorat Zeni Angkatan Darat), di Berlan Jatinegara.

Setelah pensiun, intensitas Bapak olah raga tenis mulai berkurang, akhirnya tidak lagi sama sekali. Raketnya digantung. Beberapa tahun silam raket-raket itu dibawa oleh Mas Arif ke rumah kami di BSD. Katanya, jika masih bisa diperbaiki, tali senar akan diganti. Jika tidak, maka akan dikoleksi sebagai barang kenangan. Ternyata Mas Arif seorang penjaga barang kenangan :)

Tak lagi main tenis, bukan berarti Bapak berhenti berolah raga, beliau membuat kegiatan senam di masjid Jami Al Chasanah depan rumah di mana Bapak adalah salah satu pengurus di masjid tersebut. Yang diajak senam adalah bapak-bapak jamaah masjid. Kegiatan senam ini rutin dilakukan tiap hari yang ditentukan. 
Bapak dan kami

Mantan Tentara Berpangkat

Di akhir masa bertugas di TNI AD, Bapak memiliki pangkat yang tidak rendah, tapi karena beliau rendah hati, soal pangkat tidak pernah dibahas dan diceritakan dengan berlebihan. Mungkin karena sifat ini pula yang membuat Bapak berwasiat ke Mas Arif untuk tidak dimakamkan dengan upacara kebesaran militer jika kelak meninggal. Bapak ingin pemakaman biasa, dilakukan dengan khidmat oleh keluarga terdekat dan tetangga. 

Keinginan Bapak sama seperti almarhum kakek saya dulu, pernah berpangkat tinggi di kepolisian dengan jabatan terakhir sebagai Kapolda Jambi, tapi tidak menghendaki upacara kebesaran Polri saat pemakaman.

Bapak menikmati hari tuanya dengan tetap menjalin hubungan dengan rekan-rekan seangkatannya. Mereka bertemu dan berkumpul, mengadakan acara jalan-jalan, naik bus bareng keluar kota, liburan bersama. Kepada saya Bapak pernah cerita, waktu mereka ke Malang, Bapak membawa sound system sendiri untuk bernyanyi mengisi acara hiburan. 

Soal bernyanyi, Bapak memang sangat hobi. Bila kami ke rumah, Bapak akan menyetel CD lagu. Entah itu lagu anak-anak untuk didengar oleh cucu-cucunya yang saat itu masih kecil-kecil, atau lagu-lagu barat dewasa untuk ikut didengar oleh kami anak-anak dan mantunya.

Saat terakhir ke rumah saya, Bapak melihat Home Theater Panasonic kepunyaan saya. Saat itu saya menyetel lagu-lagu Sabyan, Bapak tampak mendengarkan, lalu berucap: "Suaranya bagus ya meskipun speakernya berukuran kecil-kecil. Kalau nanti ada lagi, Bapak mau ya Rien buat di rumah."

Saya tahu, Bapak sangat menyukai speaker box. Dulu kami pernah punya speaker kayu gede, dikasih ke Bapak karena Bapak suka. Pernah punya tape (buat muter kaset) yang suaranya menurut Bapak bagus, lalu kami kasih ke Bapak. Saya sempat terpikir untuk memberikan Home Theater itu ke Bapak, tapi belum terlaksana. Home Theater yang saya pakai saat ini merupakah hadiah lomba blog dari Panasonic. 
Semoga bertemu dan bersatu kembali di Surga

Arsitek Masjid Jami Al Chasanah

Masjid Jami Al Chasanah yang terletak di Komplek TNI AD, Cimanggis Depok adalah kenang-kenangan dari Bapak yang bisa kami lihat insha Allah dalam waktu lama. Masjid besar di tengah komplek TNI AD ini didesain oleh Bapak. Maketnya masih ada, dipajang di teras masjid. Kami bisa melihatnya kapan saja.

Masjid berada tepat di depan rumah Bapak. Kapanpun adzan dikumandangkan, suaranya akan terdengar kencang sampai ke sudut-sudut dalam rumah. Segala aktivitas ibadah pun bisa terlihat dari teras rumah. Itu kenapa salat 5 waktu Bapak selalu di masjid karena memang sangat dekat.

Saya masih terkenang Bapak bergegas ke kamar mandi untuk berwudhu, lalu masuk kamar mengambil sarung dan peci. Wajahnya basah keluar kamar, berjalan melewati ruang tamu, mengucap salam pada kami di rumah, lalu berangkat jalan kaki menuju masjid. Bila pulang salat Ashar, sampai di ruang TV beliau minta minuman teh manis panas, dan saya mungkin hanya beberapa kali saja pernah membuatkannya karena memang tidak tiap saat berada di rumah Bapak. Sesekali saja saat saya sedang di sana.

Di masjid Jami Al Chasanah inilah Bapak disalatkan terakhir kali sebelum dimakamkan.

Semoga menjadi ladang pahala yang tak henti mengalir meski Bapak telah tiada.  
Maket masjid yang didesain oleh Bapak

Masjid Jami Al Chasanah, Komplek TNI AD Cimanggis Depok

Jenazah Bapak dibawa ke masjid
Jenazah Bapak disalatkan di Masjid Jami Al Chasanah

Desainer Sekolah TK Al Chasanah

Sekolah TK Al Chasanah terletak di lokasi yang sama dengan Masjid Jami Al Chasanah. Bangunannya juga di desain oleh Bapak, merupakan salah satu kenang-kenangan lainnya dari Bapak.

Saya bangga dengan Bapak, beliau mengisi usia senjanya dengan melakukan banyak hal baik. Menyibukkan diri dengan hal-hal bermanfaat. Menikmati hari-hari dengan bahagia bersama keluarga, teman, tetangga, dan jamaah masjid. Saya bahagia melihatnya.

Sampai setelah dioperasi, Bapak masih ada dalam susunan pengurus, jadi bendahara masjid dalam waktu lama. 

Saya sangat percaya, Bapak adalah orang yang sangat jujur. Saya tidak perlu membuktikan hal tersebut untuk membuat orang lain percaya, cukuplah saya sebagai saksinya. 

Semoga kemampuan ilmu, tenaga, dan buah pikiran Bapak selama ini, menjadi ladang pahala yang tak pernah habis, Pak. 
Sekolah TK Al Chasanah

Hobi Foto Sejak Dulu

Bapak juga punya hobi foto sejak muda. Hobi tersebut menular ke Mas Arif. Bapak pernah memperlihatkan album jadul berisi foto-foto Mas Arif saat masih anak-anak usia SD, katanya itu jepretan Bapak semua. 

Ada juga foto Mas Arif saat SMA sedang memegang kamera analog. Kata Bapak, kamera tersebut adalah kamera andalan yang jadi kebanggaannya. Sering dibawa kemana pun saat bertugas keliling Indonesia. Nah, kamera tersebut masih ada, lengkap dengan lensa-lensanya, dan diberikan Bapak untuk Mas Arif, lalu dibawa ke BSD.

Selain kamera, Bapak juga memberi saya Tripod buatan Jepang yang ia punya sejak Mas Arif masih SD. Tripod itu saya terima dengan senang hati, dan saya pakai hingga saat ini. Memang jadul, tapi awetnya luar biasa. Kecil kurus, tapi kuat buat dipakai di kamera DSLR Canon EOS 70D saya yang beratnya 1,8kg. Tripod itu seukuran 30cm saja, tapi bila ditarik panjangnya mencapai 1 meter. 

Tripod pemberian Bapak sudah saya bawa keliling Indonesia, buat foto-foto. Suatu waktu saat hendak kembali ke Jakarta dari Batam, tripod tersebut ditahan petugas bandara, tidak boleh masuk kabin tapi dimasukkan dalam tempat khusus yang dikategorikan benda berbahaya. Mungkin karena terbuat dari besi, jadi ditaruh ditempat aman dengan dibuatkan dokumen tertulis. Saya sempat khawatir tripod disita, untunglah tidak. Tak jadi hilang barang kenangan dari Bapak.

Bapak juga memberi Mas Arif teropong tentara, masih bagus dan tak ada lecet sedikitpun.

Karena sering bepergian keliling Indonesia, Bapak selalu membawa setrika traveling. Nah, setrika traveling itu masih berfungsi dengan baik, dan kemudian diwariskan kepada saya. Percaya nggak, setrika itu saya bawa setiap kali saya traveling. Sayangnya, 2 tahun lalu kabel setrika itu terbakar saat dipakai oleh seorang teman, sempat diperbaiki dan dipakai lagi, tapi rusak lagi. Bodi setrika masih bagus, hanya kabelnya yang perlu diganti lagi.

Banyak barang jadul berusia lebih dari 30 tahun yang Bapak punya dan diwariskan kepada  Mas Arif dan saya. Mungkin karena saya traveler dan suka foto, maka barang-barang tersebut dirasa Bapak lebih cocok untuk saya.

Seperti itulah hubungan baik saya dengan Bapak mertua. Manis dan baik, meski dalam diam dan tidak pernah lebay ditampakkan.

Terima kasih Ya Allah Engkau beri aku Bapak mertua sebaik ini. 
Tripod buatan Jepang berusia lebih dari 30 tahun warisan Bapak

Disayangi dan Menyayangi

Bapak kandung saya meninggal ketika saya berusia 15 bulan. Saya tidak pernah ingat rasanya ditimang, dipeluk, disayang, dan dipanggil-pangil penuh kasih oleh Bapak saya karena saya ditinggal saat masih baby. Sehingga, ketika agak besar saya tahu bapak saya meninggal, saya tidak merasa kehilangan karena tidak ada kenangan yang bisa saya ingat.

Memiliki Bapak (mertua) yang kemudian meninggal membuat saya mengerti bagaimana rasanya kehilangan Bapak. 

Saya menyayangi Bapak mertua seperti suami saya menyayangi Bapaknya. Meski tidak banyak berdekatan (sejak menikah kami tidak tinggal serumah dengan Bapak dan Ibu mertua), tapi saya punya rasa memiliki yang kuat terhadap Bapak. 

Saya tidak tiap hari melihat Bapak, tidak tiap minggu mengunjungi, kadang pernah sebulan baru bertemu, kadang lebih dari itu (karena suatu keadaan) baru bisa bersua. Namun, doa untuk Bapak selalu ada dan Bapak selalu di hati, sebagaimana ia selalu di hati Mas Arif.

Bapak sangat baik. 




Selamat Jalan Bapak

Tiap hari (weekdays) Mas Arif di Cimanggis, Depok. Weekend baru ke BSD kumpul dengan saya dan anak-anak. 

Sabtu, 11 Januari 2020, saya mengunjungi Bapak di Cimanggis, berdua saja dengan Mas Arif. Hari itu, saya mendapati Bapak dalam kondisi yang kian ringkih. Badannya kian kurus, sebab makanan tak banyak lagi dapat masuk ke perutnya. Rencananya, jika tetap tak bisa makan, akan dibawa ke RS. Tapi hari itu, Bapak mau makan, meski kemudian dimuntahkan.

Saya dan Mas Arif bertemu Bapak sampai sore. Mas Arif menyuapi Bapak untuk makan, mengobrol, memijat, dan membasuh badan Bapak yang sudah tak bisa bangkit lagi dari tempat tidur. Sore jelang magrib kami pulang. Sebelum itu, saya mengajak Mas Arif berfoto bersama Bapak.

Itulah foto terakhir kami bersama Bapak sebelum Bapak tiada 3 hari kemudian. 

Selasa malam (14/1/2019), melalui Whatsapp Mas Arif mengabari saya bahwa Bapak pingsan dan malam itu juga bersama ibu dan adik-adik Mas Arif membawa Bapak ke RS Mitra Keluarga Depok. Kami semua lalu berdoa yang terbaik untuk Bapak. 

Kabar duka itu akhirnya datang, Jam 10 malam Bapak menghembuskan nafas terakhirnya.



Bapak telah pergi dengan tenang. Tidak sakit lagi.

Urusan beliau di dunia sudah selesai. Anak-anak sudah menikah dan mandiri, sudah punya cucu, dan sudah mendampingi ibu dengan baik untuk waktu yang panjang. 

Alhamdulillah sudah berhaji, lengkap sudah Rukun Islam beliau sebagai muslim.

Insha Allah Husnul Khotimah. Diterima segala amal baiknya. Diampuni segala dosa dan salah. Ditempatkan di tempat terbaik di sisi Allah SWT.

Warisan paling berharga yang saya punya dari Bapak adalah Mas Arif. Lelaki baik yang menjadi teman hidup saya.

Terima kasih Bapak sudah menjadi Bapak Mertua saya yang paling baik.

Semoga kelak saya, Mas Arif, dan anak-anak berada di Surga dan bertemu Bapak di sana, juga dengan Bapak kandung saya, besan yang tak pernah Bapak lihat, dan kita berkumpul dalam kebahagiaan yang abadi.

Aamiin Ya Robbal Alamin.



Seorang istri. Ibu dari dua anak remaja. Tinggal di BSD City. Gemar jalan-jalan, memotret, dan menulis.

Share this

Previous
Next Post »

18 komentar

  1. Turut berduka cita ya, Mbak. Banyak tauladan yang bisa ditiru dari sosok almarhum. Semoga diampuni segala dosanya, diterima semua amal ibadahnya.

    BalasHapus
  2. Ya Allah terharu bacanya, almarhum Bapak mertua seseorang yang penuh dedikasi ya Mbak baiks sebagai ayah, kakek, mertua bahkan di tengah masyarakat. Semoga semua kebaikan yang beliau lakukan menjadi amal sholeh dan jariyah di akhirat yg tiada putusnya aamiin YRA.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin YRA. Terima kasih banyak doanya, ya Ihwan 🙏

      Hapus
  3. Semoga Bapak mertua mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan mbak, Rien, banyak teladan dari Bapak mertua ya, itu tripod ya lucu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Terima kasih Mbak Prima doanya 🙏

      Iya, tripod kesayangan Bapak. Ga sangka masih ada dan disimpan dengan baik oleh beliau. Jadi benda bersejarah buat kami 😊

      Hapus
  4. Turut berduka ya Mba Rien, semoga almarhum bapak mertua husnul khotimah. Aamiin. Dari awal baca tulisan sampai akhir, bapak luar biasa ya mba. Semoga amal ibadahnya mengantar almarhum ke surga Allah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin YRA. Terima kasih Mbak Erny.

      Beliau luar biasa buat keluarga kami :)

      Hapus
  5. Ya allah mbak rien, saya pikir saya paling sedih karena ditinggal ayah di usia 4,5 thn. Tp mbak rien lbh cepatdr itu. Sayanfnya, saya tak sempat menikmati punya mertua lama seperti mbak rien. Bapak mertua sy meninggal saat usia pernikahan kami masih blm genap 2 tahun. Sedang ibu mertua sdh tiada saat sy menikah. Pun ibu sy sdh berpulang saat sy masih kuliah. Hikss..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Takdir orang tua kita berbeda, begitu juga untuk kita, tapi saya yakin kita punya doa yang sama untuk bapak dan dan kita ya mbak.

      Semoga bapak mertua dan dan ibu mbak Dahlia berada di tempat terbaik di sisi Allah. Aamiin

      Hapus
  6. Terharu bacanya
    Turut berduka cita mbak Rien

    Dari tulisan ini aku bisa merasakan betapa beliau adalah bapak yang luar biasa.

    BalasHapus
  7. Ikut berduka cita ya Mbak Rien. Bapak mertua adalah orang baik dan hebat ya mbak.

    Hiks..jadi ingat dan kangen almarhum bapak dan ibu mertua. Meski jauh tapi saya sayang beliau berdua. Kini meski bapak dan ibu mertua telah meninggal 8 tahun dan 6 tahun lalu tapi lantunan doa buat beliau berdua tak pernah putus setiap kali saya berdoa sehabis sholat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak Nunung, terima kasih atas perhatiannya. Iya, Bapak baik banget bagi kami. Setelah beliau tiada, semua terasa membekas. Turut mendoakan yang terbaik buat bapak dan ibu mertuamu ya mbak. Semoga keduanya sudah berada di tempat yang indah di sisi Allah SWT. Aamiin.

      Hapus
  8. Innalillahi wa Inna ilaihi raajiun.. Semoga almarhum khusnul khotimah.
    Masya Allah, luar biasa mbk bapak mertua. Sholat 5 waktu selalu ke masjid..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga Husnul Khotimah. Aamiin YRA.

      Terima kasih mbak is :)

      Hapus
  9. Innalillahi wa inna illaihi rajiun. Turut berduka cita ya Mbak. Semoga almarhum bapak husnul khatimah.

    Bacanya dengan rasa haru. Jadi teringat almarhum bapak mertua yang juga mewariskan kamera analog kepada suamiku. Sekarang kamera ini diberikan untuk si sulung dan sesekali digunakan untuk mengambil gambar pemandangan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin YRA. Terima kasih mbak atas doa dan perhatiannya.

      Barang yang sama yang diberikan oleh bapak mertua kita ya mbak. Masha Allah.
      Alfatihah buat bapak mertuanya Mbak Hidayah.

      Hapus

Leave your message here, I will reply it soon!