Seba Baduy, Amanat Leluhur yang Masih Dijunjung

Seba Baduy 2018 - Seba adalah silaturahmi, sekaligus bentuk cinta dan hormat Suku Baduy kepada Sang Pencipta, alam, dan pemimpinnya. Di dalamnya ada ketulusan, serta suri tauladan yang bersumber dari nilai-nilai kearifan lokal. 

Seba Baduy 2018 Banten (dok. Katerina)

Didorong oleh rasa penasaran pada keunikan budaya masyarakat asli Baduy Dalam, empat tahun yang lalu saya melakukan kunjungan ke Kampung Cibeo, Kabupaten Lebak, Banten. Jalan kaki 5 jam menempuh jarak 10 kilometer yang melelahkan. Tinggal selama 2 hari 1 malam untuk melihat dan merasakan langsung bagaimana orang Suku Baduy Dalam mempertahankan tradisi dan menjalani kehidupan sederhananya. Dua hari tentu amatlah sebentar. Perlu lebih lama untuk mengenal lebih banyak lagi kebiasaan-kebiasaan yang tersimpan. 

Tahun ini, saat tahu Provinsi Banten menggelar event Exciting Banten on Seba Baduy, di mana di dalamnya terdapat gelaran prosesi budaya Seba, antusiasme saya untuk datang dan menyaksikan tak terbendung. Event besar ini memberi saya kesempatan untuk menambah pengetahuan tentang budaya masyarakat adat Baduy. 


Warga Baduy Luar peserta Seba (dok. Katerina)
 
SEBA

Apa itu Seba? Sejak info event ini mulai wara wiri di media sosial, saya mencari tahu lewat internet dengan membaca tulisan yang jelas sumbernya. Saya menemukan informasi pada sebuah artikel. Di sebutkan bahwa, dalam buku Potret Kehidupan Masyarakat Baduy yang ditulis Djoewisno MS dan diterbitkan Cipta Pratama Adv tahun 1987, Seba berarti sowan atau berkunjung secara resmi.

Tradisi unik Seba adalah ritual warga Baduy membawa hasil panen ke kantor pemerintahan setempat sebagai bentuk persembahan. Bukan upeti, melainkan bentuk ketulusan dan keikhlasan semata yang diungkapkan setiap tahun sebagai kewajiban yang harus dilaksanakan dan menjadikan ketetapan Lembaga Adat Masyarakat Baduy yang diterapkan dalam kehidupan bernegara dan berbangsa. 

Gebyar Exciting Banten on Seba Baduy (dok. Katerina)

Dalam budaya ingatan dan budaya lisan orang Baduy, budaya Seba merupakan tradisi yang berusia sama tuanya dengan suku Baduy sendiri. Dilaksanakan secara turun-temurun sebelum Kesultanan Banten berdiri pada abad ke-16 Masehi (Asep Kurnia dalam buku Saatnya Baduy Bicara yang diterbitkan Bumi Aksara dan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang tahun 2010) sebagai bukti kesetiaan terhadap kepala pemerintah. 


Ritual Seba wajib di tiap tahunnya karena menjadi satu rangkaian adat. Dimulai dengan Kawalu, Ngalaksa, dan terakhir Seba. Pelaksanaan Seba dilakukan setelah warga Baduy menjalani ritual Kawalu selama tiga bulan lamanya.

Perayaan Seba merupakan tanda syukur atas panen hasil pertanian ladang yang cukup bagus sehingga memberikan ketersediaan pangan. Perayaan Seba juga merupakan bentuk silaturahmi warga Baduy dengan kepala daerah: Bupati dan Gubernur sebagai ‘Bapak Gede’ atau kepala pemerintah daerah, sekaligus sebagai momen untuk menyampaikan berbagai pesan keluhuran atau kearifan lokal tradisi Baduy.  

Warga Suku Baduy jalan kaki tanpa alas kaki sesuai tradisi hidup turun menurun yang mereka jalani (dok. Katerina)

Dalam tradisi sakral ini, warga Baduy Luar dan Dalam sejak Kamis (19/4/2018) bertolak dari kampungnya. Mereka jalan kaki menempuh jarak sejauh 99.8 kilometer tanpa alas kaki sesuai dengan tradisi yang tak membolehkan warga Baduy Dalam memakai sandal dan sepatu. Menerjang panas dan hujan, berjalan bersama dengan masyarakat Baduy Luar menyusuri jalan memasuki kota sambil membawa aneka hasil bumi untuk dipersembahkan kepada Bapak Gede, di antaranya pisang galek, pisang ambon, beras huma, aneka kuliner, gula aren, beras, petai, tiwu endog, madu, labeur jahe, hingga laksa.  

Laki-laki Baduy (dok. Katerina)

Agenda Perayaan dan Prosesi Seba

Tahun ini Seba sudah memasuki usia satu abad. Karena itu prosesi kali ini masuk kategori terbesar dan dinamakan Seba Gede dengan jumlah di atas 2.000 warga. Berbeda dengan Seba Leutik yang hanya dihadiri ratusan orang.

Perayaan dilaksanakan pada 20 April 2018. Prosesi dimulai di Kabupaten Lebak dengan gelaran Ngabageakeun masyarakat Baduy, Babacakan jeung urang Baduy, Seba ke Bupati Lebak Ino S Rawita bersama pejabat daerah setempat, Sapeuting jeung urang Baduy, dan Lumangsungna bral miang masyarakat Baduy.

Esoknya tanggal 21 April 2018 agenda kegiatan dilanjutkan di Kota Serang, tempat gelaran Ngabageakeun masyarakat Baduy, serta arak-arakan dan Gebyar Exciting Banten on Seba Baduy. Di sela rangkaian kegiatan tersebut, masyarakat adat Baduy melakukan prosesi Seba ke Gubernur Banten Wahidin Halim.

Setelah semua prosesi digelar, masyarakat adat Baduy yang semuanya laki-laki (perempuan tidak diperbolehkan ikut) melakukan prosesi terakhir ke Bupati Serang lalu diakhiri kegiatan Mulangkeun. 

 

Pada saat perayaan ditampilkan juga berbagai kerajinan, di antaranya kain tenun, tas koja, batik, dan aneka suvenir. Dimeriahkan juga dengan produk kuliner khas masyarakat Lebak, seperti sale pisang, makanan camilan dan tradisional, abon ikan, gula semut, kerupuk emping, dan kerajinan anyaman bambu.

Dalam kesempatan perayaan Seba Baduy, masyarakat Baduy menitipkan pesan kepada pemerintah untuk menjaga kelestarian alam, hutan, dan lingkungan. Sebab, masyarakat Baduy tinggal di kawasan hutan Gunung Kendeng dan perlu pengamanan dan penjagaan agar kelestarian hutan tersebut tidak menimbulkan malapetaka bencana alam.  

Berkumpul di halaman GOR Serang sebelum arak-arakan

Sekilas tentang Baduy

Orang-orang Baduy atau orang Kanekes, hidup di pedalaman Lebak. Mereka memegang prinsip yang meneguhkan adat-istiadat warisan leluhur. Menentang modernitas lewat 1001 pantangan dan mereka dikenal sebagai Baduy Dalam yang bermukim di tiga kampung di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Rangkasbitung, Banten; Cibeo, Cikesik, dan Cikertawana.

Hingga saat ini orang Kanekes menjalani hidup tanpa listrik, tanpa deru mesin, dan tetap setia membentengi diri dari pengaruh dunia luar. Kemudian, bagi mereka yang tidak kuat menjalani segala pantangan, harus menyingkir dari sana. Mereka yang keluar inilah yang dikenal sebagai Baduy Luar. Meski telah menjadi orang Baduy Luar, tapi mereka tetap hidup berdampingan dengan Baduy Dalam dan masih menjalankan sebagian adat-istiadat yang telah diwariskan oleh para leluhurnya.  

Pria Baduy memakai Lomar (ikat kepala)

Selama ini, kehidupan masyarakat Baduy bersumber dari hasil bercocok tanam pertanian ladang darat dan tidak boleh menggarap lahan persawahan menggunakan cangkul maupun alat teknologi. Keunikan lainnya mereka bercocok tanam sangat organik, tidak menggunakan pupuk kimia maupun pestisida.

Orang Baduy tidak mengenal olahraga, bahkan bagi Baduy Dalam, kegiatan ini terlarang menurut adat. Namun hidup tanpa olah raga ini bukan berarti fisik dan kesehatan orang Baduy Dalam meragukan. Apalagi untuk urusan jalan kaki, orang Baduy, utamanya Baduy Dalam, mampu melakukannya selama berhari-hari. Upacara Seba, secara tidak langsung, menjadi salah satu pembuktian ketangguhan fisik suku Baduy, terutama suku Baduy Dalam. 

Peserta Seba Baduy menunggu arak-arakann dimulai (dok. Katerina)

Di masa kini, Orang Baduy sudah mengenal mata uang untuk bertransaksi saat menjual hasil pertanian, kerajinan, madu, dan tas. Mereka juga mengenal gadget untuk berkomunikasi. Jadi tidak heran saat saya menjumpai mereka di GOR Serang kebanyakan menggunakan hape. 


Meski tidak bersekolah, mereka bisa berhitung dan berlogika dalam mengukur jarak dan kekuatan. Meski tinggal di pedalaman, mereka tidak terbelakang. Mereka pergi ke kota, berjualan atau pun mengunjungi kerabatnya. 



Gebyar Exciting Banten on Seba Baduy

Pada hari ke-2 Gebyar Exciting Banten on Seba Baduy, gelaran acara di awali dengan kegiatan Workshop Gerabah oleh komunitas Grada Banten bersama Kang Nong Banten dan Designer Banten. Acara ini berlangsung dari pukul 9.00-12.00 WIB. Saya tidak menyaksikan kegiatan ini karena tiba di Serang jelang waktu Zhuhur.

Pukul 10.00-11.00 masyarakat Baduy Luar dan perwakilan Baduy Dalam tiba di GOR Alun Alun Timur. Mereka diterima dan mendapat ucapan selamat datang dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Banten. Setelahnya, mereka tetap di GOR menunggu acara arak-arakan yang akan dilaksanakan mulai pukul 14.00 WIB. 

Berkumpul di GOR Serang sebelum berangkat arak-arakan (dok. Katerina)

Peserta Seba mengikuti arak-arakan Seba Baduy 2018 (dok. Katerina)

Mereka tertib. Duduk bergerombol tanpa riuh. Ekspresi datar yang terkesan malu-malu, mendominasi raut wajah kebanyakan. Dari muda dan tua, paling kecil 10 tahun, semua berkumpul. Mengenakan pakaian khas hitam-hitam dan memakai lomar. Dari warna kostum bisa dikenali mana Suku Baduy Dalam dan mana Baduy Luar. Yang berbaju hitam dan berkain batik biru adalah Baduy Luar. Sedangkan yang berbaju putih dan memakai ikat kepala putih adalah warga Baduy Dalam dengan jumlah yang lebih sedikit.

Kami sama-sama menunggu, dan saya punya banyak kesempatan bersama mereka untuk berbincang, dan tentunya mengambil gambar. Rasanya, ini jadi momen lepas kangen saya pada perjalanan ke Baduy Dalam 4 tahun lalu. Bersama mereka dalam situasi yang kini berbeda, tapi tetap sama dalam rasa menghargai dan menghormati sebagai sesama warga negara RI walau beda suku dan adat istiadat.

Mengamati tingkah laku mereka, tertib antri saat ke toilet mobil, menunjukkan bahwa mereka beradab meski tinggal di pedalaman dengan segala kesederhanaan dan ketidakmodern-an. 

Bersama Warga Baduy Dalam di GOR Serang (dok. Katerina)

Pukul 15.00 WIB (setelah tertunda 1 jam) prosesi arak-arakan Exciting Banten on Seba Baduy di mulai. Parade nan meriah ini menampilkan tim kesenian di jalan raya. Mulai dari marching band, silat, cokek, barongsay, bedug nganjor, rudat, busana batik/tenun khas banten, cilegon ethnic carnival, hingga ribuan peserta Seba.

Semua peserta arak-arakan jalan kaki dari alun-alun timur Serang - Jalan Ahmad Yani - Jalan Kyai Sam’un, lalu masuk lewat pintu Selatan alun-alun Barat. Kecuali peserta seba, masuk dari pintu Utara alun-alun Barat. Saya mengikuti mereka sejak dari titik start sampai titik finish. Rutenya tidak rumit, lurus saja, dan jaraknya pendek. Meski terik tapi tidak sampai bengkak kaki. 


















Selanjutnya adalah acara penerimaan Urang Baduy oleh Dinas Pariwisata Provinsi Banten. Tempatnya di depan gerbang alun-alun Barat Kota Serang. Penyerahan dilakukan oleh Bupati Lebak ke Gubernur Banten.

Usai acara penerimaan, tibalah acara yang ditunggu-tunggu yaitu Gebyar Exciting Banten on Seba Baduy. Adapun rangkaian acara yang digelar di alun-alun Kota Serang ini diisi dengan seni budaya, gelar produk unggulan. Selain itu ada workshop ekraf, kuliner khas Banten, pagelaran batik dan tenun banten, pameran foto, dan aneka hiburan lainnya.  

Seba Baduy 2018 (dok. Katerina)

Seba Baduy 2018 (dok. Katerina)

Seba Baduy 2018 (dok. Katerina)

Acara berlangsung dengan tertib, dibuka dengan menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya, do’a, Prosesi Seni Oratorium Pembukaan Exciting Banten on Seba Baduy oleh Ibu Eneng Nurcahyati Kadispar Provinsi Banten, sambutan Gubernur Banten, sambutan Menteri Pariwisata, dan peninjauan arena pameran/bazar dan ramah tamah dengan warga Baduy. Terakhir, acara sore itu ditutup dengan hiburan Bintang Tamu Budi Doremi.

Malam harinya, acara Ritual Pokok Seba Baduy digelar sekitar pukul 19.30-21.30 WIB di Museum Negeri Provinsi Banten. Pada puncak acara ini saya tidak turut menyaksikan karena sore itu langsung pulang. Ada acara lain yang sudah menunggu. Meski begitu, saya tetap memantau lewat media sosial, membaca dan melihat hasil liputan dari kawan dan beberapa portal berita online. 

Seba Baduy 2018 (dok. Katerina)

Seba Baduy 2018 (dok. Katerina)

Seba Baduy 2018 (dok. Katerina)

Ibu Eneng Nurcahyati - Kepala Dinas Parisiwisata Provinsi Banten (dok. Katerina)

Seba Baduy 2018 (dok. Katerina)

Seba Baduy 2018 (dok. Katerina)

Seba Baduy 2018 (dok. Katerina)

Seba Baduy 2018 (dok. Katerina)

Seba Baduy 2018 (dok. Katerina)

Seba Baduy 2018 (dok. Katerina)

Seba Baduy 2018 (dok. Katerina)

Seba Baduy 2018 (dok. Katerina)

Seba Baduy 2018 (dok. Katerina)

Seba Baduy 2018 (dok. Katerina)

Seba Baduy 2018 (dok. Katerina)

Seba Baduy 2018 (dok. Katerina)

Usia termuda anak lakilaki Baduy yang boleh mengikuti Seba adalah 10 tahun (dok. Katerina)

Penampilan Budi Doremi di acara hiburan Gebyar Exciting Banten on Seba Baduy (dok. Katerina)

Menghormati Alam, Manusia, dan Tuhan

Ada satu prinsip Warga Baduy Dalam yang sudah sering saya dan mungkin juga Anda dengar; Sekali melangkah, tabu pulang sebelum tiba di tujuan. Prinsip ini terlihat nyata pada ritual Seba. Semua itu tak lain dan tak bukan demi tugas ngasuh ratu ngajayak menak, mageuhkeun tali duduluran (membimbing para pemimpin negeri, memperkokoh persaudaraan).

Seba bagi Warga Baduy adalah bentuk cinta dan hormat kepada Sang Pencipta, alam, dan pemimpinnya. Di dalamnya ada ketulusan, serta suri tauladan yang bersumber dari nilai-nilai kearifan lokal dengan prinsip lojor teu meunang dipotong, pondok teu meunang disambung (panjang tak boleh dipotong, pendek tak boleh disambung). Prinsip ini mempunyai makna bahwa masyarakat Baduy hidup apa adanya tanpa menambah atau mengurangi. 

Bersama Bapak Pulo, warga Suku Baduy Luar peserta Seba Baduy 2018

Wonderful Indonesia
 

Bagi mereka yang menjalani, Seba Baduy menjadi perjalanan spiritual yang memiliki makna batiniah menjunjung amanat leluhur dan secara lahirian datang kepada pemerintah. Selain interaksi dengan Bapak Gede, warga Baduy juga menyucikan diri dengan mandi di Sungai Cigowel bagi warga Baduy Dalam dan di Sungai Cibanten bagi warga Baduy Luar.

Upacara wajib amanat leluhur, kesederhanaan hidup, serta nilai-nilai luhur Suku Baduy adalah bagian dari kekayaan budaya Indonesia. Prosesi Seba Baduy tak hanya menarik dari seni budaya dan pariwisata, tapi juga ada amanat yang perlu dicerna bersama. Ada pengharapan dan doa saat bersilaturahim, agar Banten ke depan lebih maju dan rakyat Indonesia bersatu meski berbeda-beda suku dan agama. 

Baju warna putih dan ikat kepala warna putih ini menandakan mereka adalah Suku Baduy Dalam (dok. Katerina)

Dekorasi jalan masuk tempat acara Gebyar Exciting Banten on Seba Baduy 2018 (dok. Katerina)

Mas Arif/suami (wisatawan) bersama tim liputan festival dari Genpi Indonesia (Pria, Cipto, Rustam Awat) - (dok. Katerina)

Exciting Banten on Seba Baduy 2018 @travelerien @visit.bantenid @genpi.co @genpiindonesia

Saya senang sekali bisa datang ke Festival Seba Baduy 2018 ini. Walau tidak menyaksikan keseluruhan prosesi sejak hari pertama, namun sudah cukup menambah wawasan saya terhadap budaya Banten, provinsi di bagian Barat Jawa tempat saya bermukim selama 20 tahun terakhir.

Sejatinya, silaturahmi dan rasa tulus menyayangi sesama, memang harus tetap dijaga sepanjang hidup, apapun situasi dan kondisinya. Hidup menjadi indah bukan karena kita memiliki segalanya, tapi karena kita mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan kepada kita. 


Seba...
Seba...

Exciting Banten on Seba Baduy 2018 - Katerina @travelerien

Seorang istri. Ibu dari dua anak remaja. Tinggal di BSD City. Gemar jalan-jalan, memotret, dan menulis.

Share this

Previous
Next Post »

2 komentar

  1. Meriah sekali acara Seba Baduynya, kak .... 👍

    Setiap kali lihat foto dan berpapasan dengan orang Baduy kesannya jadi unik, semuanya seragam warna pakaian, ikat kepala dan tas akar kayunya dan ngga pakai alas kaki.

    BalasHapus
  2. Suku Badui memang unik...ditengah zaman yang modern ini masih teguh memegang ajaran leluhurnya.... mantab...

    BalasHapus

Leave your message here, I will reply it soon!