Seminar Nasional “Tidore-Ternate, Titik Temu Peradaban Timur-Barat”

Travel Blogger goes to Tidore 2017

Tahun berganti. Kini sudah di bulan Februari 2018. Tepat sepuluh bulan yang lalu sejak pertama kali menjejakkan kaki di Pulau Tidore pada tanggal 8 April 2017. Waktu melesat begitu cepat, tak terasa. Tahu-tahu sudah mau April lagi, festival lagi 😍

Mengenang Tidore membuat saya merasa bahagia sekaligus sedih. Bahagia karena kunjungan ke salah satu pulau di Maluku Utara itu memberi saya pengalaman istimewa sekaligus berbeda. Sedihnya, karena saya mengalami kesulitan untuk menuturkan keistimewaannya lewat rangkaian kata-kata. Hanya bisa dirasa. Kenapa? Entahlah. Hanya Tuhan dan saya yang tahu, mungkin juga Dilan 😛

Berbeda dengan teman-teman seperjalanan. Mereka dapat menulis tentang Tidore dengan sangat lancar. Cerita mereka begitu dalam dan indah, serta menyentuh hati. Saya merasa frustasi kenapa saya sendiri yang kehilangan kata-kata. 🎵🎵 Oh inikah cinta? Cinta pada jumpa pertama 🎶🎶 Kahitna mode on 😂  
Bersama Kadispar Tidore naik armada Kesultanan Tidore - Parade Juanga 2017

Saya tak hendak mengajak Anda ikut frustasi, karena itu berkunjunglah ke blog Annie Nugraha, Haryadi Yansyah, Eko, Rifky, Zulfa, dan Deddy. Mereka menulis tentang Tidore dalam bahasa yang mampu membuat saya larut dalam cerita, dan menjadi sangat terkesan sesudahnya. Betapa Tidore adalah tentang keindahan alam dan keramahan tiada tara, serta sesuatu yang tak kalah menarik dari itu yakni sejarah hebat di masa lampau yang membuat Tidore menjadi Titik Nol batas timur dan barat dunia dan bagian dari Suma Oriental. 

Kalau Anda menengok blog ini, masih miskin sekali cerita tentang Tidore. Sebagai blogger, saya tak pernah semacet ini dalam bercerita tentang tempat-tempat yang pernah saya kunjungi. Apalagi kunjungan dalam rangka festival. Biasanya, balik dari acara festival langsung lancar menulis, lalu posting, lalu share ke sana kemari di sosial media. Tapi kali ini saya terdiam lama menggantung pena. Sibuk mengolah pengalaman dan pengetahuan yang tak juga kelar menjadi sebuah cerita yang berbobot jika dibaca. Sesekali menghimpun berbagai info yang tak jua terkumpul 😮

Selain itu, saya terkungkung oleh pikiran saya sendiri bahwa Tidore itu terlalu istimewa untuk ditulis biasa-biasa saja. Pikiran ini bagus, tapi menyulitkan diri saya sendiri. Melemahkan posisi saya sendiri. Terkadang malah menyurutkan semangat. Mestinya tulis saja apa yang bisa saya tulis. Sedangkal apapun itu. Ya, akhirnya dua catatan sederhana tayang juga di blog ini yaitu tentang Kuliner Tidore dan Pulau Failonga. Keduanya saya posting tahun lalu. Ada pula tulisan berjudul Tiada Gundah di Tidore. Tulisan itu pernah dimuat di Xpressair inflight magazine edisi Juli 2017. Buat Anda yang mungkin ingin menyaksikan festival Tidore 2018, tulisan tersebut bisa jadi panduan untuk berwisata selama di Tidore 😗

Parade Juanga saat Hari Jadi Tidore ke-909 tahun 2017

Bagaimana dengan tahun 2018? Pengalaman apa yang akan saya ceritakan dari festival Tidore 2017 lalu?

Di laptop saya saat ini ada 12 tulisan yang siap untuk saya tayangkan di blog. Mau tahu apa saja? Kota Tupa, Siloloa Sultan Tidore, Festival dan Bazaar Gurabunga, Prosesi Tagi Kie, Rora Ake Dango, Kota Ake Dango & Ratib Haddad Farraj, Parade Juanga Sultan Tidore, Kota & Rora Paji, Perjalanan Paji Nyili-Nyili, Kirab Agung Kesultanan dan Upacara Puncak Hari Jadi Tidore, Launching Museum Maritim Dunia, dan Ratib Taji Besi. 


Anda pasti berseru kagum: “Wow banyak!” 

Iya, banyak. Semuanya sedang saya tulis, tapi baru judulnya! *gedubrak 😆😅



Kawan, dalam waktu dekat saya akan berkunjung lagi ke Tidore. Ada seminar nasional bertajuk “Tidore-Ternate, Titik Temu Peradaban Timur-Barat”. Alhamdulillah punya kesempatan untuk hadir pada seminar ini. Buat saya seminar ini sangat menarik untuk diikuti. Temanya memang berat. Seberat dosa hidup #halah 😛 Tapi doakan ya, moga manfaat besar dari seminar ini bisa saya dapatkan, baik sebagai pengetahuan untuk pribadi maupun untuk kemudian dibagi-bagi.

Tujuan dari seminar ini adalah memberikan gambaran tentang  sejarah keberadaan Tidore-Ternate dan korelasinya dengan teori Heliosentris Copernicus sebagai titik awal revolusi ilmiah modern, serta membahas permasalahan Kota Tidore sebagai Titik Nol batas timur dan barat dunia dan bagian dari Suma Oriental. 

Seminar akan dilaksanakan pada hari Senin tanggal 12 Februari 2018. Bertempat di Aula Sultan Nuku Kantor Walikota Tidore Kepulauan Jl. Sultan Mansyur No. 1 Kota Tidore Kepulauan Maluku Utara. Insha Allah akan diikuti oleh 150 orang peserta yang terdiri dari pejabat daerah, akademisi, para tokoh masyarakat, pemerhati masalah sejarah dan sosial budaya. Keynote Speaker-nya adalah Hilmar Farid, Ph.D (Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud RI).

Sultan Tidore, Permaisuri, dan Walikota Tidore - Parade Juanga Festival Tidore 2017

Tanggal 12 Februari tak lama lagi. Saya akan bersiap dari sekarang. Semoga seminar nasional ini sukses. Doakan, ya, kawan. 

Sampai jumpa di tulisan saya tentang Tidore pada postingan teranyar di tahun 2018.

Seorang istri. Ibu dari dua anak remaja. Tinggal di BSD City. Gemar jalan-jalan, memotret, dan menulis.

Share this

Previous
Next Post »

10 komentar

  1. Ah aku pengen banget ke Tidore, tapi sayang belum ada kesempatan dan yang mau biayain, hahaha.

    BalasHapus
  2. Hasyekkk... Jalan2 lagi Kakah...

    BalasHapus
  3. TIDORE. Sarat sejarah. Sarat cerita. Kaya wisata. Selalu rindu untuk kembali ke sana dan menikmati waktu-waktu tanpa kebisingan, kemacetan, dan hiruk pikuk manusia

    BalasHapus
  4. Waaaah mau ke Tidore lagi.. Have fun mbak

    BalasHapus
  5. Ga terasa ya mbak, rasa ingin balik lagi kesana

    BalasHapus

Leave your message here, I will reply it soon!