Naik Kereta ke Depok


Hari Minggu (7/2/2016) saya ada acara di Code Margonda Depok, ikut kelas menulis yang diselenggarakan oleh Depok Menulis. Sejak hari Jumat (5/2) saya sudah bilang ke suami untuk di antar ke lokasi. Suami mengiyakan tapi dia mau ajak saya naik kereta. Saya menyambut ajakannya dengan gembira. Saya pikir asik juga naik kereta dari BSD sampai Depok. Apalagi saya dan suami sama-sama belum pernah naik kereta ke Depok.

Belakangan suami sedang gandrung naik kereta. Beberapa kali jika ada janji kumpul dengan temannya di Jakarta (teman-teman kuliah & SMA), ia memilih naik kereta. Katanya, bawa mobil dari BSD itu bukan hanya jauh dan bikin pegel, mahal di tol, tapi juga macetnya yang kadang ga tertahankan. Apalagi jika janjian di waktunya orang pulang kerja. Bisa-bisa berangkat jam 5 sore baru sampai jam 8 malam. Meski begitu, di luar kegiatan yang sifatnya santai dan sekedar kumpul bareng teman, suami biasanya tetap pakai mobil dan kadang pakai supir.

Buat saya, naik KRL ke Depok ini jadi pengalaman ke empat kalinya naik kereta (di Indonesia). Pertama, waktu pergi ke Baduy Dalam. Naik kereta dari Duri ke Rangkas Bitung bareng 30an orang traveler. Keretanya ekonomi, di dalamnya ada banyak pedagang sibuk menjajakan barang ke para penumpang. Mulai dari tahu goreng, nasi uduk, buah salak, air kemasan, sampai pengamen yang bernyanyi dengan peluh bercucuran. Dan itu terjadi sepanjang perjalanan.

Kedua, naik kereta eksekutif dari Stasiun Tawang Semarang. Sendirian, tapi Alhamdulillah selamat dan sejahtera sampai Gambir Jakarta :D Nah, yang ketiga naik kereta dari Depok ke Bogor. Yang temani suami dan ibu mertua. Sampai Bogor, suami dan ibu mertua langsung balik lagi ke Depok. Cuma antar tralala. Ha ha. 

Otw ke Stasiun Rawa Buntu - BSD Serpong

Minggu pagi dari rumah kami bawa mobil ke stasiun Rawa Buntu. Stasiun ini ada dalam kawasan BSD. Letaknya dekat dari cluster The Green dan The Latinos. Sekitar 3-4 menit dari rumah. Untuk masuk ke area stasiun, kami mesti menggunakan kartu elektronik yang juga berfungsi sebagai tiket kereta. Sistem scan kartu ini membuat kendaraan yang masuk tidak bisa sembarang keluar tanpa kartu yang sama.

Setelah memarkirkan mobil di tempat aman, suami ke loket untuk membeli tiket untuk saya. Dia sendiri sudah punya tiket Multi Trip yang saldonya masih gembul, jadi tka perlu beli lagi. Awalnya suami mau pesankan saya tiket multi trip, tapi sudah habis. Akhirnya beli tiket harian seharga Rp 15.000 dengan rincian 10.000 sebagai jaminan, dan 5.000 sebagai tiket ke Depok.
 
Di Stasiun Rawa Buntu, nunggu kereta datang

“Mestinya mama yang beli, biar belajar. Nanti kalau sendiri nggak bisa lho,” ucap suami. Pikir-pikir iya juga sih. “Mama memang nggak biasa, tapi jangan manja, dan terima beres terus,” sambungnya.

“Beres, mas!”  Entah apanya yang beres :D Tapi suamiku benar. Makanya udah seumur ini baru sekarang mulai heboh naik-naik kereta. Dulu waktu ke Rangkas Bitung, tiket diurus oleh Wuri. Waktu mau berangkat dari Semarang ke Gambir, Tari yang bantu. Untungnya sistem cetak dan check-in nya sudah canggih, tinggal ikuti petunjuk. Waktu mau ke Bogor, tiket diurus oleh suami. Nah sekarang mau ke Depok, yang urus juga suami. Kapan saya urus sendiri? *tepok jidat Leonardo Dicaprio*
 

Kartu Multi Trip & Kartu Indomaret yang dapat digunakan sebagai tiket KRL

Baiklah, mari mulai belajar dengan mengenali jenis tiket kereta. 
  • Tiket Harian Berjaminan (Single Trip): Adalah tiket sekali perjalanan dengan uang jaminan sebesar Rp. 10.000. Uang jaminan ini dapat diuangkan kembali ke loket maksimal 7 hari dari pemakaian terakhir. Tiket ini berwarna putih tanpa desain.
  • Tiket Langganan (Multi Trip): Adalah tiket yang dapat digunakan kapanpun sepanjang ada saldonya. Tiket ini dapat dibeli di seluruh stasiun KRL dengan harga Rp. 50.000 dengan saldo Rp. 30.000. Pengisian saldo dapat dilakukan hingga mencapai Rp. 1.000.000.T iket ini berwarna dasar hitam dengan desain khusus. Ada tulisan COMMET tertera di kartu.

Usai mendapatkan tiket, kami berdua masuk melalui pintu elektronik. Nah, untuk melewati pintu, tiket harus di-tap in (menggunakan tangan kiri). Nanti, saat keluar dari pintu elektronik (di stasiun berikutnya), tiket di tap out menggunakan tangan kanan. Penting ya informasi ini? Iya! :p
 
Pintu elektronik untuk keluar masuk penumpang, tiket mesti di tap-in *Photo: Metro.tempo.co*

Jam 09.25 WIB. Baru beberapa menit di peron, kereta yang kami tunggu sudah datang. Langsung cuuuss naik. Kami masuk ke gerbong yang sama, dapat tempat duduk di pojok gerbong. Bersebelahan dengan seorang laki-laki yang sedang terkantuk-kantuk. Melihat kami datang, dia menggeser duduknya hingga ke sudut. Alhamdulillah bisa santai sampai Tanah Abang. Tanah Abang? Secepat itu? Nggak lah! Kereta yang kami naiki melewati 6 stasiun dulu sebelum sampai di stasiun Tanah Abang. Mulai dari Sudimara, Jurangmangu, Pondok Ranji, Kebayoran, Palmerah, baru deh Tanah Abang.

Tujuannya ke Depok kok naik kereta ke Tanah Abang? Karena nggak ada kereta langsung dari BSD ke Depok. Mesti ke Tanah Abang dulu, abis itu baru pindah ganti kereta yang ke Bogor. Turunnya bisa di Pondok Cina atau di Depok Baru.
 
Suasana di dalam KRL, nyaman.
Saat isi kereta mulai ramai
Petugas di kereta sigap membantu penumpang naik

Jam 09.55 WIB kami sudah tiba di stasiun Tanah Abang. Suasana stasiun saat itu sangat ramai. Suami mengajak saya naik tangga, pindah peron. Di tangga penuh orang. Petugas keamanan sampai turun tangan mengatur orang-orang yang naik dan turun tangga. Saya mengamati beberapa papan informasi yang tergantung di tempat–tempat tertentu. Mencoba menghafal tempat dan arah yang mungkin berguna jika suatu saat saya bepergian sendiri. 

Jam 10.00 kereta jurusan Bogor datang. Ramai tapi saya masih kebagian tempat duduk. Sedang suami berdiri. Kali ini kereta yang kami naiki melintasi lebih banyak stasiun. Ada 13 stasiun, mulai dari Karet, Sudirman, Mampang, Manggarai, Tebet, Cawang, Duren Kalibata, Pasar Minggu, Pasar Minggu Baru, Tanjung Barat, Lenteng Agung, Univ. Pancasila, Univ. Indonesia, dan terakhir sampailah kami di stasiun Pondok Cina.
 
Di Stasiun Tanah Abang

Perjalanan menuju Pondok Cina tidak selancar perjalanan dari BSD-Tanah Abang. Saat di Manggarai, kereta berhenti cukup lama. Katanya antri. Beberapa penumpang yang duduk di hadapan saya mengeluh. Saya tidak mengutuki antrian kereta yang menyebabkan keterlambatan, karena acara yang saya kejar waktunya masih lama. Justru kalau terlalu cepat tiba, terlalu lama buat saya menunggu di Code Margonda. Di kereta, saya chat dengan mbak Dwee Wuryan, teman saya yang juga ikut serta di acara Depok Menulis. Dia juga naik kereta dari Manggarai, tapi beda waktu dengan saya. Saat kereta mulai melaju, mbak Dwee baru berangkat dari rumahnya.

Jam 11.14 perjalanan berkereta menuju Pondok Cina berakhir. Saya kembali menjejak Pocin untuk yang ketiga kalinya. Petualangan dua jam naik kereta dari BSD sampai Pocin menghasilkan senyum merekah di wajah suami. “Asik ya, nggak capek kalo gini,” ujarnya senang. Iya, dia tidak perlu nyetir lama, apalagi bermacet-macet ria di daerah Tebet hingga Margonda.
 
Menjejak Stasiun Pondok Cina - Depok

Penumpang sedang menunggu di peron Pocin (Pondok Cina)

Di depan stasiun banyak gerobak jajan. Ada bakso, batagor, kue cubit, gado-gado, sampai aneka gorengan. Melihat itu perut jadi terasa lapar. Pingin jajan, tapi suami tidak mengajak saya berhenti. Katanya cari makan di jalan Margonda saja.

Kami jalan kaki sekitar 200 meter, melewati gang yang tak terlalu lebar. Ada tiga kedai makan yang kami lewati di gang itu, tapi belum ada yang menarik untuk disinggahi. Di ujung gang, kami sampai di Jalan Margonda. Di situ kami belok kanan, hendak ke arah Detos. Ternyata, tepat di sebelah belokan itu ada kedai Aceh Piddie 2000. Huaaa….pucuk di lapar mie aceh pun tiba. Eh iya, ini kedai dulunya ada di seberang jalan. Masih berupa pondok sederhana. Sekarang sudah pindah di tempat yang saya datangi siang ini.
 
Pas laper, pas ketemu kedai Aceh Piddie 2000

Mie Aceh rebus kesukaanku :D

Jam 11.22. Kami mulai memesan makanan. Sementara, mbak Dwee Wuryan sudah dalam perjalanan dengan kereta. Kami janji bertemu di kedai Aceh. Setelah menandaskan seporsi mie aceh dan segelas jus buah naga, mbak Dwee baru sampai. Dia pun ikut pesan makanan. Kami memang harus makan dulu. Karena nanti kalau sudah masuk kelas, bakal nggak ada waktu lagi untuk mengisi perut. Melihat saya sudah berdua dengan mbak Dwee, suami pamit pergi ke rumah orang tua yang kebetulan ada di Depok. Sekitar 15 menit kalau naik ojek dari kedai aceh. Suami naik grab bike, tinggal-lah saya dan mbak Dwee.

Jam 12.40. Kami meninggalkan kedai Aceh. Jarak kedai dengan Code Margonda sekitar 1 kiloan saja. Kami jalan kaki. Kalau naik angkot mesti nyebrang jalan dulu. Untuk nyebrang, jembatannya ada di depan Detos. Sama saja bo’ong. Sampai Detos tinggal 10 meter lagi sampai lokasi. Trus, kalau sudah sampai depan Veneta System, mesti nyebrang lagi. Malah ribet dan buang waktu :D
 
Sudah bersama mbak Dwi Wuryan di lokasi Code Margonda
Foto bareng teman-teman peserta Depok Menulis di Code Margonda

Tepat jam 13.00 kami sudah berada di lantai 2 Code Margonda. Alhamdulillah tepat waktu. Sampai di sana mbak Ollie sudah menunggu para peserta. Mbak Ollie inilah yang mengisi kelas Depokmenulis hari itu. Dua jam belajar tentang viral content, acara ditutup dengan foto bersama dan mencicipi wedang beras hitam.

Jam 15. 30 kami meninggalkan Code Margonda, nyari musola di Detos, salat, lalu nongkrong di CFC nunggu suami saya datang. Oh ya, musola di Detos ini letaknya di belakang, dia area parkir lantai 2. Saya kira tempatnya sempit dan pengap. Ternyata luas dan nyaman. Hehe. Kebiasaan liat musola yang ditaruh diarea parkir, biasanya sempit dan pengap.

Di luar mall ternyata sedang hujan deras. Kami menunggu cukup lama sampai hujan benar-benar reda. Lalu suami datang dengan baju sedikit basah. Ia kehujanan! Kami minum dan mengisi perut dulu di CFC. Setelah itu baru jalan ke stasiun Pocin.
 
Di mall Detos kita salat, jajan celana, juga makan-makan dulu di CFC :D

Mbak Dwee ngajak pulang bareng, ia naik kereta yang sama dengan yang kami naiki. Saat suami mengantri tiket kereta, mbak Dwee tidak ikut. Saya tanya kenapa? Ia menunjukkan kartu Indomaret warna biru. Ternyata, kartu Indomaret tersebut bisa digunakan untuk tiket kereta selama ada saldonya. Hah!? Saya baru tahu kalau kartu Indomaret bisa digunakan untuk bepergian dengan KRL.  Kalau tahu gitu, punya saya juga ada. Bisa dipake sebagai tiket kereta. Jadi tidak perlu antri lagi di loket.

Jadi, kalau kita menggunakan BCA Flazz, Brizzi (BRI), Tap Cash (BNI), dan E Money (Bank Mandiri) maka kartu- kartu tersebut juga dapat digunakan sebagai Kartu Multi Trip. Tapi, jangan lupa kartu-kartu tersebut diaktifkan terlebih dahulu di stasiun KRL sebelum digunakan.
 
Stasiun Pondok Cina - Depok

Sore itu, kami pulang dengan kereta tujuan Manggarai. Di Manggarai mbak Dwee turun dan pulang menuju rumahnya. Sedang saya dan suami ganti kereta jurusan Tanah Abang. Suasana stasiun saat itu sangat ramai. Peron-peron penuh orang. Hujan kembali turun tapi masih berupa gerimis. Kereta agak lama datangnya. Jam 18.50 baru tiba. Hari sudah gelap. Hujan. Dingin. Saya meminta saya masuk ke gerbong wanita, karena gerbong laki-laki sangat penuh. Di gerbong wanita saya bisa duduk. Tak ada yang berdiri. Beberapa orang terlihat terkantuk-kantuk. Lainnya sibuk sendiri dengan hp di genggaman. Seorang anak tiba-tiba muntah, ibunya kaget sampai berucap agak kencang. Orang-orang menoleh. Anak kecil itu langsung ditangani oleh ibunya. Mulutnya dibersihkan. Perutnya diberi minyak telon. Lalu dipangku dan disandarkan ke bahu sang ibu. Sedang muntahan dibiarkan. Tak ada yang membersihkannya saat itu. Biar saja.
 
Di gerbong wanita

Di gerbong laki-laki tak selega ini


Perjalanan belum berakhir. Sampai di Tanah Abang kami turun, ganti kereta jurusan Serpong. Naik turun tangga lagi bersama penumpang-penumpang lainnya yang punya tujuan sama. Kalau dipikir-pikir, pindah-pindah kereta ini memang merepotkan. Apalagi bagi yang bawa-bawa barang. Kalau naik mobil sendiri, kita tinggal duduk manis, bisa sambil tiduran, lalu turun hanya jika sudah sampai tujuan. Tapi yang capek yang nyetir :D

Jam 19.30 kereta sampai di stasiun Rawa Buntu. Cukup lama waktu perjalanan pulang yang kami tempuh. Total sekitar 2 jam. Jika naik mobil pribadi, 45 menit sudah sampai. Itu kalau tanpa macet. Kalau macet, bisa sampai 3 jam. Untuk perjalanan santai, tanpa bawa-bawa banyak barang, naik kereta memang lebih mudah dan praktis. Nyaman pula. Besok-besok mau coba lagi. Tapi untuk sendiri, sepertinya belum berani :D 

Akhirnya sampai di Stasiun Rawa Buntu lagi....

Kartu (tiket) dikembalikan, uang jaminan juga dikembalikan

Sebelum kami menuju parkiran, suami menuju loket mengembalikan tiket. Sebetulnya tiket tak dikembalikan tak apa jika masih mau digunakan lagi. Tapi karena saya jarang pergi, dan tak ada rencana bepergian dalam 6 hari ke depan, tiket itu kami kembalikan saja. Saat tiket dikembalikan, uang jaminan sebesar 10 ribu rupiah juga dikembalikan kepada kami. 
Bagi saya yang sangat jarang bepergian dengan transportasi umum seperti KRL, pengalaman naik kereta ke Depok ini seru juga. Masih penasaran ingin coba lagi. Mungkin nanti sekalian ajak anak. Ya, kapan-kapan.... 


PETA RUTE KRL JABODETABEK

Seorang istri. Ibu dari dua anak remaja. Tinggal di BSD City. Gemar jalan-jalan, memotret, dan menulis.

Share this

Previous
Next Post »

7 komentar

  1. Kartu Flazz B*A atau E-money M*andiri juga bisa untuk bayar commuter, mba Rien. Aku sendiri pilih EMoney karena bisa juga dipake untuk bayar toll dan parkir *lho kok malah promosi?* :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, dulu aku punya Flazz BCA dan E-Money mandiri juga sering dipakai untuk parkir dan bayar tol. Sekarang pakai kartu Indomaret (mandiri) saja untuk parkir dan tol. Eh ternyata bisa buat tiket KRL juga :D

      Hapus
  2. Aku pernah di Stasiun Pociiin, ditemani Mbak Nani kopdar sama MPers yaitu April sekeluarga dan Mbak Ari. Aku juga excited Mbak pas naik KRL itu, mulai dari sepi melompong sampe penuh dan aku berdiri sebab ada ibu anak yang ga kebagian kursi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ceritamu sama seperti kebanyakan cerita teman-teman MPers :D
      Rata-rata kalau mau kopdar pasti naik kereta ke Pocin. Tapi aku belum pernah alami itu. Dulu jarang ikut kopdar MPers sih. Pernah sekali ikut di Pejaten, tapi naik mobil rame2 bareng temen. Sama Musayka dan Suri deh kalo ga salah.

      Hehe iya nih, masih baru dan jarang2, makanya excited banget naik KRL.

      Pengalaman

      Hapus
  3. paling suka di bagian kalimat ini...
    "jangan manja" :))

    BalasHapus
  4. Saya juga mau ke Code Margonda eh nemu postingan ini. Thanks mba :-)

    BalasHapus

Leave your message here, I will reply it soon!