Kagum Batu Akik Sampai Terpekik

Batu Bungur

 Terpekik? Masa?

Jumat 28/8 jam 7.50 malam. Masih terbilang sore. Saya dan teman-teman blogger sedang di dalam bus yang tengah melaju menuju sentra batu akik di Way Halim. 

Pemandu kami yang bernama Dimas bercerita bahwa pemburu batu dari luar daerah biasanya banyak yang datang ke sana untuk mencari batu akik. Alasannya karena batu yang dijual lebih banyak macamnya. Bahkan tak jarang banyak yang masuk kategori langka. Cerita itu lumayan menyedot perhatian saya. Muncul rasa penasaran. Selangka apa? Seunik apa? Besarkah sentra batu akiknya? Miripkah dengan mall? Dalam benak saya terbayang sebuah tempat semacam mall tapi khusus untuk jualan batu. 

Setelah 15 menit perjalanan dari Mall Boemi Kedaton akhirnya kami pun sampai di tujuan. Bus berbelok ke arah flyover (kalau tak salah). Di belokan itu ada warung mie Aceh. Belum kelar mata saya menangkap kilasan warung itu, bus telah berhenti. Ternyata sudah sampai di sentra batu akik Lampung.

ada warung mie aceh di pojok jalan dekat lapak batu akik

tempat nongkrong dan ngobrol

Mana mall akiknya? Bah! Saya keliru. Sentra akik yang dimaksud ternyata lapak-lapak yang terletak di emperan sepanjang Jalan Sultan Agung menuju PKOR Way Halim. Bukan dalam gedung besar yang benderang dan berpendingin. Bukan pula berlantai keramik kinclong yang rata sehingga bisa wara wiri meluncur pakai skuter.

Di sini penjual membuka lapak di bawah pohon-pohon. Beratap terpal, berpendingin alami, berlantai tanah, ada pula berlantai batako. Ada yang sekadar menghamparkan, ada juga yang menggunakan etalase.

Apa asyiknya? Di mana nyamannya? Sentra akik apaan ini? *pasang wajah pongah lalu disambit batu akik segede gajah* 

oh bus cantik, kamu ternyata parkir di sini, bukan di parkiran mall :))

lapak batu akik berjajar di emperan jalan

Kami menghampiri salah satu lapak, lalu mulai jongkok. Ingat ya, jongkok. Posisi seperti berada dalam toilet itu lho. Kalau berdiri saja nggak sopan. Masa kalau mau melihat batu pakai jari nunjuk-nunjuk? Apalagi kalau nunjuknya pakai jari kaki. Bisa-bisa nanti ditendang penjualnya mental sampe Jakarta. 

Oke, saya jongkok. Megang-megang. Lihat-lihat. Ngeker-ngeker. Elus-elus. Lalu…. Wow. Wiw. Wuw. Waw. Wew. Takjub!

Sumpah saya takjub. Hamparan batu beragam warna dan motif di lapak yang saya kunjungi saat itu benar-benar bikin saya kagum. Bikin kesengsem. Apalagi saat melihat batu bungur ungu yang masih berupa bongkahan mirip pucuk-pucuk gunung es di kutub. Aduh, dag dig dug melihat pesonanya. Tangan pun spontan meraba dompet. Ada isinya apa gak ya? Ada dong. Tapi bukan jatah buat beli akik! 

Ini batu giok bukan ya? Saya  lupa :D
Pas liat ini nih yang bikin nyaris terpekik. Gede dan bagus bangeeet. 
Apalagi sewaktu disinari cahaya senter. Berkilau bak permata *caelah :p

Saya norak ya melihat akik? Iya, karena saya bukan pemburu akik dan belum pernah mendatangi lapak akik. Pantesaaaan! Nah, soal harga nih. Kalau di mata saya, batu-batu cakep yang ada di lapak-lapak di sini bagus-bagus dan berkualitas. Dari mana saya tahu? Tentunya dari nguping komentar-komentar teman yang saat itu asyik melihat-lihat. Oh, nguping! Huehehe.

Tapi saya percaya pada komentar-komentar teman. Sebab beberapa memang penggemar akik dan sudah mengenal dengan baik mana akik bermutu dan kerap jadi incaran. Mana akik mahal dan mana akik terjangkau.
 
Si baju hitam kepala sukunya :))
Pengunjung
Ga beli gapapa yang penting moto :p

Batu-batu bermutu berarti mahal harganya? Oh ternyata tidak. Memang ada sih yang mahal. Tergantung batunya juga. Tapi kalau dibanding harga yang dijual di ibu kota, apalagi di mall-mall (saya sedang membayangkan Season City) pasti bedalah. Mungkin tempat jualannya juga yang bikin harga batu di sentra batu akik Way Halim ini ‘miring’

Kalau yang diburu batu bagus harga bagus, mesti ke sini. Kalau berburu toko bagus dot com adanya di internet haha.  Oh ya, meskipun tempat ini tidak 'wah', tapi tempat ini tidak pernah sepi, baik oleh pengunjung yang membeli ataupun yang sekedar melihat-lihat saja. 

Hmm....dengan tempat yang biasa-biasa saja sudah ramai. Apalagi kalau dibuat luar biasa yaa..... *kedipin mata.

Tapi yang pasti, di lapak-lapak begini variasi batu bisa lebih banyak. Jika beruntung bisa mendapatkan batu-batu unik dan langka yang tidak ada di tempat lainnya. Bahkan tak ada duanya! Dan yang lebih penting lagi, kalau kamu belanja batu akik di sini berarti kamu telah membantu meningkatkan ekonomi para penjual-penjual yang punya modal ‘sederhana’. 

Berarti kamu mestinya juga beli dong Rien!” 
"Eh, aku, anu…begini…aku… “. Langsung salah tingkah

Melly : "Halim, tolong fotoin dong cincin batu akik di jariku.."

Halim: "cincinnya lebih cocok di jari aku ya ya ya..."

Dari hasil sedikit mencatat, nguping, dan merekam keterangan penjual batu, disebutkan bahwa ada beberapa jenis batu yang dijual di sini. Di antaranya batu motif bacan, lavender, sulaiman, giok, birulangit, solar, red raflesia, cempaka, jamrud, badar perak,  pasir emas, hingga bungur. 

Batu-batu itu ada yang belum diolah, ada pula yang sudah di siap digunakan sebagai perhiasan. Batu yang belum diolah kebanyakan direndam dalam wadah berisi air. Ada pula yang hanya digeletakan di atas piring-piring gelas berukuran kecil. Ditata di atas meja. Mirip bongkahan permen yang siap disajikan ke peminatnya. Sekilas penampakannya mirip Batu Pirus Kalimantan yang pernah saya lihat. Atau jangan-jangan itu memang benar? Entah. Saya lupa mengkonfirmasinya.

Batu Pirus Biru
Beragam motif dan warna yang sangat menggoda
belum diolah
Mau ring yang mana? Batu yang mana? Tinggal pilih.

Saya mengagumi batu-batu itu, namun belum dikategorikan sebagai penggemar, apalagi pemburu. Meski demikian, ketertarikan saya pada pasar batu-batu mulia ini cukup beralasan. Rasanya ajaib melihat bongkahan-bongkahan batu yang entah bagaimana prosesnya diciptakan bisa hadir dalam motif dan warna yang begitu kaya. Ia tak ada bedanya dengan batu-batu permata yang keindahannya tiada tara.

Meski di lapak emperan jalan, tak berarti menyurutkan pemburu akik untuk merambah tempat ini. Seorang penjual berceloteh, lapak-lapak di sini selalu ramai dikunjungi, baik sore maupun malam. Terlebih di akhir pekan. Lokasi tempat pedagang batu berjualan memang dinilai strategis sebab banyak dilalui orang.

Malam itu tak seorang pun di antara kami (saya dan teman-teman blogger) yang belanja batu akik. Namun ada kepuasan yang saya rasakan. Meski kepuasan itu baru sampai pada tahap melihat, memegang, dan mengabadikannya lewat gambar, bukan pada tahap membeli dan memiliki. Mungkin suatu hari saya akan membeli. Bila perlu memborong. Kapan? Saat ada yang berkata: “Ini uang seratus juta, tolong titip yang banyak ya. 25 jutanya buat kamu.” *mimpi di siang bolong*

Batu bungur

Hampir jam 9 malam ketika wisata ke sentra batu akik kelar. Kami pulang. Selanjutnya menuju penginapan. Apakah ini menjadi kunjungan pertama dan terakhir ke sentra batu akik Lampung? Ternyata tidak. Minggu tgl 30/8, jam 10 malam kami kembali lagi ke sana. Ada yang mau belanja. Bukan saya pastinya. Tapi si mbak blogger kece, sekece batu akik yang dibelinya. 


*KS/



Bahkan di dalam lumpur sekalipun. Permata tetaplah berharga *_^




Seorang istri. Ibu dari dua anak remaja. Tinggal di BSD City. Gemar jalan-jalan, memotret, dan menulis.

Share this

Previous
Next Post »

24 komentar

  1. aku blm pernah liat batu akik :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Liat langsung ya maksudnya? Wah....ayo ke Lampung mbak kalo mau liat haha

      Hapus
  2. ah...suamiku ngiler pasti kalo diajak kesana mbak,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo ajakin ke Lampung mbak biar suaminya nggak ngiler lagi :D

      Hapus
  3. Batu pirus itu batu turkish kali, yah. Warna dan bentuknya mirip.. Btw, cakep2 kalau udah jadi batu perhiasan ya, Mbak. ira

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin ya mbak. Aku tahunya batu pirus Kalimantan. Ada yang pernah kasih liat, warnanya biru, motifnya kayak urat-urat. Orangnya menyebutnya pirus Kalimantan. Iya mbak, cakep semua kalau sudah jadi :)

      Hapus
  4. Duh aku ngakak inget sesi 'lamaran' memasang cincin dijari itu :v
    Dan malu sendiri krn jari2 gak cocok pake cincin bagus wkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha....lamaran di malam Sabtu. Yang masangin cincin malah Melly, bukannya Halim. Kebalik! :)))

      Nanti baru cocok kalau yang masangin si calon :D

      Hapus
  5. ah sayang dari dulu saya ngga pernah tertarik dengan batu akik. Waktu ke Martapura tempo haripun hanya membelikan pesanan teman. Tapi ngga tersentuh untuk beli buat diri sendiri. hahahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Padahal batu akik cakep-cakep lho Ri.
      Ya udah kalo ga pingin beli buat sendiri, beli buat orang lain aja. Buat ayuk nih contohnya :p

      Hapus
  6. Kalau ingat batu akik, jadi ingt kunjungan di tempat batu akik malam hari ya mba, tpi aku tidak ikut ke lapak batu akik nya. he,,, he,,, he,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lha, mas Indra kemana? Pantesan aku cari-cari ga ada dalam foto. Pasti tidur di bus yaaaa :))

      Hapus
    2. Yang malam kedua kan mas Indra pilih bobo di kamar hotel sementara yg lain mlipir ke Kedai Aceh hihi

      Hapus
    3. Aduh ini dia masalahnya kalu ronde pertama aja sudah kekenyangan nambah ronde ke dua kayanya mending bobo aja deh. ha,, ha,, ha,,

      Hapus
  7. Balasan
    1. Silakan...silakan ke Lampung. Sentra batu akik di sana buka terus setiap hari :D

      Hapus
  8. Haha, saya kira juga gitu. Sentra batu akiknya segede mall. Ternyata PKL ya. Tapi batunya emang bagus-bagus, banyak macamnya.

    Salam kenal kak Katerine :)
    Jika berkenan mampir juga ke Blogku ya.
    lajurpejalan.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal Inggit. Thanks sudah mampir. Ok nanti saya mampir ya.

      Meski bukan segede mall tapi orang tetap ramai berkunjung :D

      Hapus
  9. Waduhh ada fotoku, semoga nggak disangka blogger hit yg borong batu akik huahahaha
    Lapak di Way Halim ini masuk kategori tren gila batu, sedih kalo lihat beginian. Beda dengan saat berkunjung ke Martapura KalSel yang memang khusus jualan batu semenjak beheula, harga di sana juga pasti nggak ada tren-tren sesaat yang merusak harganya hehe.

    BalasHapus
  10. Waktu di Gresik kemarin ada pameran. Laaa kok didominasi Batu Akik, fulll batu Akik. jadi bingung ini pameran umum apa pameran batu akik. Ada yg murah mulai 5000 an ada yang sampe ... mencekik juga :)

    BalasHapus
  11. Mbak Rien, aku sebenarnya pengen beli bungur buat leontin. Cuma mahal, gak jadi deh :)

    BalasHapus
  12. Sepupu-sepupuku kalo diajak ke sini bisa terpekik beneran ini :p untung aku gak doyan akik.

    BalasHapus

Leave your message here, I will reply it soon!