Sensasi Makan Bakso Rawit

Bakso campur : bakso rawit+bakso sosis+bakso keju
Tergoda oleh cerita teman yang mengatakan tentang enaknya bakso cabe rawit yang dia makan, akhirnya kemarin aku  meluncur ke tempat yang diceritakan. Aku tiba di tempat yang dimaksud sekitar jam 10.30. Ternyata bertempat di sebuah rumah.

Rumahnya berada di dalam komplek, agak jauh dari jalan raya. Suasananya tenang, apalagi letaknya di pojok, sepi. Tempat makan bakso menempati garasi mobil rumah si empunya, lebarnya sekitar 4 meter dan panjangnya sekitar 6 meter. Di ujung garasi ada pintu yang langsung terhubung ke dapur rumah. Hanya ada 3 meja yang disediakan untuk pengunjung. Kami memilih meja paling depan, dekat pagar.

Seorang wanita menyambut kami, lalu menanyakan pesanan. Wajahnya sangat Indonesia. Aku teringat cerita si teman, katanya yang punya warung ibu-ibu keturunan Arab. Muslim. Berarti yang barusan menemui kami bukan si empunya. Padahal kata temanku, biasanya yang melayani pembeli adalah ibu yang punya warung.

“Ibu sedang keluar sebentar menjemput anaknya di TK,” terang si embak pada kami. Oh, dia seolah membaca pikiranku. Mungkin karena dia tahu aku memperhatikan wajahnya.

di garasi yang bersih
Bakso andalan di sini adalah bakso rawit. Ok, kami pesan bakso rawit. Namun, tiba-tiba aku teringat pesan temanku, katanya jangan pesan bakso rawit semua, nanti ‘meledak’. Maksudnya nanti kepedasan. Seberapa pedas? Yang jelas, kalau temanku itu sudah bilang pedas, sudah pasti pedas banget buatku. Kadar pedasnya dia beda. Kalo dia bilang ngga pedas, berarti pedas di mulutku. Kalau menurut dia pedas banget, itu artinya super pedas buatku. Mungkin rasanya sudah kayak makan mercon.

Kami memesan 3 macam bakso yakni bakso cabe rawit, bakso sosis, dan bakso keju, dengan tambahan bihun dan daun tesim.

Si embak cerita, bakso-bakso bulat berukuran besar yang dijual di sini semua buatan  sendiri. Olahan tangan si ibu empunya warung. Tidak ada yang beli jadi dan tidak pakai petsin sama sekali. Sedap kuahnya berasal dari kaldu sapi murni dan campuran rempah. Demikian juga dengan baksonya Si embak lantas mengangkat sesuatu dari panci berisi kuah bakso, ternyata tulang sapi yang dagingnya sebagian telah copot dan berada di dalam air rebusan.

Sambil menunggu mangkok bakso tersaji, aku mengitari garasi. Lega rasa hati melihat tempatnya yang bersih. Begitu juga dengan dapur, baik dapur basah maupun dapur keringnya, semua kinclong. Bikin selera makan meninggi. Si embak melintas mengantar 2 mangkok bakso ke meja, aroma sedap menguar memasuki lubang-lubang hidung. Sedapnya sungguh menggiurkan. Aku mengekor, mengikuti ke meja.

Saat dibelah, ada cabe rawit dalam baksonya
2 mangkok bakso tersaji.

“Ayo, saatnya bertempur,” ucapku senyum-senyum.

“Nggak siapin handuk dan air seember dulu?” malah balik bertanya. Hayaaaaah….

Asap dari kuah panas melayang-layang di atas mangkok. Terpaksa deh dikipas-kipas dulu pake koran. Bisa kebayang bakal ‘meledak’ kalo makan yang pedas-pedas dalam keadaan panas hehe. Sambil menunggu dingin, kuahnya hendak aku tuang dengan kecap manis, tapi dicegah, “Kalo mau tahu seberapa enak kuah bakso, ciciplah sebelum dicampur apapun,” kata si mas. Bener juga. 

Alhamdulillah temanku memang nggak ngarang.  Rasa kuah baksonya enak. Rasa enak yang berasal dari kaldu, bukan penyedap rasa. Untuk yang satu ini aku akui, benar-benar enak. Kamipun mulai menambahkan kecap manis dan sambal. Setelah itu mulai makan. Tapi ternyata ada yang belum memulai makan, masih mencari-cari sesuatu di atas meja. Membuka-buka wadah, dan tak menemukan apa yang dicari.

Di atas meja adanya cuma garam, cuka makan, kecap pedas manis, kecap manis, kecap asin, saos sambal dan sambal cabe. Nggak ada bawang goreng! Eh, bukannya memang bawang goreng sangat jarang yah disajikan di atas meja? Hihihi. Akhirnya aku mendatangi si embak di dapur, barangkali bawang gorengnya boleh diminta. Syukurnya dikasih. Si mas sumringah.  



Gemar bawang goreng... hehe...unik ^___^ 


Mungkin lain kali aku akan cerita secara khusus tentang kesukaan mas makan dengan taburan bawang goreng ini. Yang jelas, dengan aromanya yang wangi dan rasanya yang gurih, bawang goreng bikin makanan yang dimakan jadi makin sedap. 


Ini bawang goreng yang ada di rumahku, buatan sendiri ^_^

Bakso Rawit benar-benar mantap. Mantap bikin kepedasan hihi. 

Ada lebih dari 3 biji cabe rawit besar berwarna orange yang ada di dalam bulatan bakso. Cabe-cabe utuh, yang kemudian hancur ketika baksonya aku belah pakai sendok. Cabe-cabe itu aku singkirkan dulu, kalau nggak, aku nggak bisa menelan baksonya karena sangat pedas. Air mineral 1 botol dan setengah botol teh dingin sudah aku tenggak, tapi pedasnya nggak hilang. 

Enaaak :))
Potongan-potongan cabe berenang-renang dalam kuah bakso, bercampur dengan sambal cabe yang aku masukkan sebelumnya. Makin pedaslah kuah baksoku. Aku tersengal-sengal menghabiskan 2 bakso lainnya. Bibir mendesis, keringat bercucuran, dan tangan bergerak terus mengipasi mulut *lebay mode on* Astaga, padahal bakso rawitnya cuma 1, gimana kalau 3? Benarlah kata temanku, bisa meledak kalau bakso rawit semua.

Yang aku suka, baksonya empuk. Nggak bikin kerja mulut makin berat. Bakso ‘cetar’ ini, aku bayar seharga Rp 22.000 per porsi (isi 3 bakso). Agak mahal sepertinya ya. Tapi sesuailah dengan baksonya. Kalau mau tambah pangsit goreng (dalam toples), tinggal nambah Rp 6.000.

Saat kami kelar makan, rombongan ibu-ibu keluar dari 3 buah mobil, memasuki warung. Si embak yang sedang mencari kembalian uang memberitahuku, “Itu rombongan ibu-ibu mau arisan sambil makan bakso di sini”. Owh. Garasi pun penuh, tak cukup menampung rombongan yang baru datang. Sebagian ibu-ibu itu lalu pergi ke tenda yang ada di depan rumah (lahan kosong di seberang rumah). Di situ ada tenda dengan meja-meja yang memang disediakan untuk tempat makan bakso.


(*)

Siang itu di Duffan, kami tidak makan siang lagi. Bakso rawitnya bikin kenyang. Kenyang oleh air minum :D 

Kapok makan bakso rawit? Enggak :))


*semua foto dokumentasi pribadi*

Seorang istri. Ibu dari dua anak remaja. Tinggal di BSD City. Gemar jalan-jalan, memotret, dan menulis.

Share this

Previous
Next Post »

12 komentar

  1. Aku Nggak bisa diginiin. Terus terusan digempur dengan kuliner Indonesia yang selalu menatang Lidah. Apalagi bakso, Kuliner Indonesia kesukaanku, hampir tiap hari nusuk pentol.:)

    Hmmmmm enak tuh pedes dan seger baksonya. Sama tuh Mas, kayak aku dan si kecil, suka nabur bawang goreng dimana mana. kadang si kecil suka makam bawang goreng sama nasi aja. Mantap

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf lagi-lagi posting makanan *sungkem* :)) Gempuran kuliner India juga dahsyat, aku sampe ngeces berkali-kali :D Ohya, toss...aku juga penggemar bakso.

      Wah mantap sesama suka bawang goreng ya.
      Memang enak bawang goreng. Gurih dan bikin makanan (terutama yang berkuah) jadi makin sedap.

      Hapus
    2. Waduuuh... padahal hari ini rencananya aku mau posting tentang makanan juga, mbak Zulfa... :(
      Atau postingnya kutunda besok aja ya? Tapi langsung 2 tulisan, dan tentang makanan semua... *kabur sebelum ditimpuk dung ama mbak Zulfa :D

      Hapus
    3. TEGA *melengoscakep* pingin bikin pentol sendiri di Sini. tapi nemu tepung yang cocok :)

      Hapus
  2. Ehem... yang lagi hanimun eh ngedate...

    Samaaaa, aku juga suka bakso. Anak-anak juga suka. Pas mudik hampir tiap hari beli bakso. Paling mantep jika ditambah bawang goreng. Plus sambal. ira

    BalasHapus
  3. Baksonya bikin ngiler, mbak....
    Aku setuju ama cara si mas dalam mencicipi makanan, soalnya aku juga selalu gitu.. Kalo mau tau makanan itu enak ato enggak, cicipi dulu rasa originalnya.
    Hehehe.. ukuran kadar kepedasan mbak Rien ama temennya itu sama kayak aku ama suami, dan aku berada di posisi temennya mbak Rien.

    Kalo bawang goreng, sejak kecil aku paling gak suka ama yang namanya bawang merah, bawang bombay, dain bawang.. Kalo makan bakso, selalu request gak pake bawang-bawangan.
    Aku mau makan bawang goreng untuk taburan makanan itu baru-baru sejak di Batam ini aja, mbak.. Ternyata rasanya gurih.. Tapi kalo untuk bawang merah dan bawang bombay (yang ga digoreng) lidahku masih belum bisa terima... aneh rasanya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku baru tahu kalo mbak Dee dan suami ternyata penggemar pedas. Level pedas versi kami kalah deeeh :))


      Itu ga suka bawang karena baunya kali ya mbak. Aku sih dibilang ga suka enggak juga. Soalnya kalau ada irisan bawang mentah dalam acara nasi goreng or mie goreng, lidahku gapapa. Aku masih bisa makan. Mungkin karena sedikit ya. Kalau banyak nggak tahu deh. Mungkin sama kayak mbak Dee :)

      Hapus
  4. kyaaa aku suka sekali dengan bakso... <3 apalagi kalau rawitnya banyak dan kasih seledri dan bawang goreng yang banyak. sukaaak...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya ampun Zahra...rawit banyak, seledri banyak, bawang goreng banyak?? Muat ga itu mangkoknya? :)) Toss deh sama2 suka bakso ya :)

      Hapus
  5. Aaaak! mantep ini pasti baksonya, ada cabe rawit di dalam pentol bakso-nya! Ini lokasinya dimana sih? pengen cobaa :D

    BalasHapus

Leave your message here, I will reply it soon!