Ground Zero Bali

Monumen Bom Bali

Matahari terasa begitu cepat meninggi dan kawasan Kuta begitu macet di pagi hari. Senin pagi jalanan tak sepi. Ah ya tentu saja tiada sepi menghampiri kawasan yang padat pengunjung ini. Lalu, akan kemanakah kami di hari ke sekian berada di Bali ini? Menyusuri Legian dan Kuta.

Rasanya, naik mobil hanya akan membuang-buang waktu. Macetnya bikin lelah. Kami memilih jalan kaki, menyusuri Legian. Menikmati pajangan aneka barang-barang kerajinan bernilai seni dalam etalase yang jernih. Sepanjang jalan yang kami susuri, hanya ada bule, dan bule. Keberadaan mereka sangat mendominasi. 

Ini Kuta. Ini Legian! Mencari apa dengan menyusuri kawasan penuh discotheque dan bar ini? Apakah resto dengan tanpa ”pork” dalam sajian nikmat menggugah selera? Oh tidak, itu tak mudah. Ataukah kafe yang sepi dengan traditional food khas Indonesia? Bubur ayam misalnya? Atau nasi uduk? Oh…sebaiknya lupakan itu. 



Toko pernak pernik & atribut suku Indian



 


Bule di Bali, ga heran


 Mas'e :D

ga ada hingar bingar, soalnya siang

Di sebuah pertigaan terkenal di Legian, tempat kejadian terkenal di pulau yang terkenal, adalah monumen Bom Bali. Kami ke sana. Bergabung dengan pengunjung lain yang semuanya adalah turis asing. Sendirian sebagai perempuan pribumi, dengan identitas muslim yang sangat nyata. Dua dan tiga dari turis itu menoleh, barangkali bertanya dalam hati : "emang ada sodara lu jadi korban bom bali?"


Di sisi kiri, di seberang monumen tersebut ada lahan kosong yang dijadikan tempat parkir kendaraan. Lahan kosong itu ternyata dulunya adalah letak bangunan Padi’s Caffe yang luluh lantak di bom pada tahun 2004. Menurut keterangan supir kami, bom-nya sih tidak meledak di Padi's Caffe, melainkan di tengah jalan di antara monumen dan bekas bangunan yang kini jadi tempat parkir tersebut. Bekas ledakannya sendiri bahkan ditandai dengan lingkaran.


Di antara kendaraan yang ramai lalu lalang, aku melihat tanda lingkaran yang dimaksud. Tanda itu berupa susunan semacam batu (atau keramik?) yang dibentuk melingkar dan sama rata dengan aspal jalan. 


Nama-nama korban bom Bali 1


Di Monumen Bom Bali, tertera nama-nama korban yang di kelompokan berdasarkan negara asalnya seperti Australia, Selandia, Selandia Baru, Denmark, Yunani, Inggris, Swedia, Portugis, Brazil, Italia, Jerman, Prancis, Amerika, Equador, Tunisia, Jepang, Polandia, dan juga dari Indonesia. Ada 2 negara lagi yang aku tidak aku ingat. Nama-nama tersebut sempat kufoto, namun di foto tulisannya tak jelas terbaca. Dari sekian banyak korban meninggal, korban dari Australia yang paling banyak. 

Kebanyakan pengunjung asing itu tak sekedar melihat tetapi juga berdoa, termasuk sepasang suami istri yang kuperkirakan telah berusia lebih dari 50 tahun. Aku sempat bertanya apakah di antara nama-nama itu ada keluarganya? Katanya tidak ada, tapi tadi katanya mereka berdoa untuk korban yang berasal dari negaranya, yaitu Inggris.



Turut berduka untuk para korban

Lantas, aku melakukan apa di sini?
Membaca nama-nama korban dan asal negaranya, sembari bertanya, "Manusia seperti apa yang mengatasnamakan Jihad dengan cara membunuh dan mengebom membabi buta seperti itu?"

Islam tidak mengajarkan itu.


Bali, 2011
Katerina


Seorang istri. Ibu dari dua anak remaja. Tinggal di BSD City. Gemar jalan-jalan, memotret, dan menulis.

Share this

Previous
Next Post »
Give us your opinion

Leave your message here, I will reply it soon!