Kisah Masigit Kareumbi Part 1 - Aksi Perdanaku Bersama Satu Cinta



SABTU, 12 MARET 2011
Pukul lima pagi. Sisa-sisa malam masih nampak di langit pagi yang belum benderang. Lampu-lampu jalan belum dimatikan, suasana jalan tol juga masih lengang. Lampu kendaraan sesekali menyorot terang, pertanda jalan memang masih butuh penerangan. Begitu cepat waktu berlalu. Perpindahan dari detik menjadi menit terasa begitu berharga. Aku memacu segalanya sejak satu jam yang lalu, ngebut memunggungi BSD menuju Jakarta. Argh! Begini rasanya memasuki kota berlabel padat dan macet, diriku dicekam kegelisahan dan ketergesaan.

Mesjid Al-Azhar Kebayoran Jaksel menjadi tujuanku. Disanalah teman-teman dari Komunitas Satu Cinta berkumpul. Hari ini aku akan berangkat bersama mereka untuk aksi peduli lingkungan di kawasan konservasi Masigit Kareumbi, Bandung Utara. Aku orang baru di komunitas ini. Aku belum mengenal seorang anggotapun kecuali Eri. Aku juga belum pernah terlibat aksi apapun sebelumnya.

Aku mengenal Satu Cinta lewat Eri. Dia temanku di Multiply. Aku berteman dengannya sejak tahun 2009. Eri aktivis sosial yang enggan disebut aktivis. Mungkin sekiranya di sebut artis, dia akan berfikir sepuluh kali untuk mengiyakan. Aha, tentu saja aku hanya bercanda. Eri bukan artis tetapi aktivis. Suatu perbedaan yang tak tipis. 

Aku senang hati bergabung karena komunitas Satu Cinta, menjadi wadah bagiku untuk belajar berbagi dan peduli. Sekecil apapun itu yang penting nyata. Ya, aku sungguh menyukainya. Thanks, Eri!

“Ganti Gadgetmu Dengan Pohon”, itu tema go green hari ini. Event ini bukan aksi peduli pertama dari Satu Cinta, namun menjadi aksi pertamaku sejak aku bergabung. Komunitas Satu Cinta punya grup di Facebook, namanya Satu Cinta. Jika kamu ingin tahu tentang komunitas ini dan mungkin ingin ikut bergabung, silahkan kunjungi grup tersebut. Di sana kamu bisa mengenal para anggota, membaca info dan melihat foto-foto event Satu Cinta.

Event go green mengajak para anggota Satu Cinta melakukan perjalanan dengan bus dari Jakarta ke Bandung untuk menuju tempat terpencil yang kabarnya no phone signal - no electricity. Di sana kami akan hiking di pedesaan terdekat, mendaki bukit-bukit dan gunung, naik kano, masuk hutan, dan yang terpenting adalah kegiatan menanam pohon. 

Woaaah itu keren sekali! Sungguh aksi nyata yang tak sebatas wacana. Semangat dan antusiasku meninggi.

DI MESJID AL-AZHAR KEBAYORAN - JAKARTA
Semburat cahaya fajar yang berpendar indah di cakrawala, berwarna jingga dengan siluet gedung-gedung yang tinggi. Hutan beton berdinding kaca yang tak hijau, tempat orang-orang tenggelam dalam labirin kota yang terkadang menjemukan. Satu demi satu jarak dan tempat terlewati. Akhirnya, Pondok Indah, Tanah Kusir, Blok M, terlampaui dengan sempurna. Aku tiba di Mesjid Al-Azhar sebelum pukul enam.

“Dari Satu Cinta, ya?” aku pede jaya menyapa tiga perempuan yang kujumpai di belakang mesjid. Kubentangkan senyum selebar yang aku bisa, berharap tak salah orang. Ketiganya mengangguk. Perkiraanku tak meleset. Dress code bernuansa ungu yang mereka kenakan, meyakinkanku bahwa mereka dari Satu Cinta. Aku menyalami ketiganya, dan percayalah, ingatanku yang payah ini hanya menyisakan sebuah nama untuk kusebut: Neni!

Mini bus 20 seat telah nongkrong gagah sejak pukul enam tetapi pintunya masih dikunci. Kami belum bisa masuk, hanya bisa berseliweran di depan mesjid, di selasar mesjid, bahkan WC mesjid! Beberapa yang lainnya sedang sarapan. Aku juga sarapan. Sarapan sabar. Pukul tujuh mesin bus mulai dinyalakan. Teman-teman telah duduk, pintu telah ditutup, perjalanan dimulai. Aku melangitkan doa bersamaan dengan bus yang mulai melaju. Bismillah. 


PERJALANAN JAKARTA-BANDUNG
Nuansa ungu mendominasi isi bus, bak lavender di tepi bukit. Cantik di pandang kecuali enam penyamun di sarang bidadari, mereka tak mengenakan kerudung dan baju bernuansa ungu. Para lelaki. Suasana akrab mulai terasa setelah satu persatu teman-teman mengenalkan diri, menyapa, dan saling mengajak bicara. Alhamdulillah, bertambah teman, bertambah saudara. Suasana bus pun riuh oleh suara-suara mengobrol. 

Di separuh perjalanan, keriuhan mereda Sepertinya orang-orang mulai dibuai kantuk. Terpejam dalam diam, menuntaskan sisa tidur yang mungkin saja kurang tadi malam.

Aku ingin bisa ikut terpejam, terlelap hingga bus tiba di MK (Masigit Kareumbi). Berharap ketika bangun telah memiliki energi baru agar nanti kuat bekerja di alam terbuka. Nyatanya mata ini masih segar, bahkan melotot menatapi layar ponsel. Antusiasme yang tinggi telah membuat semangatku menggelegar. Aku menyibukkan diri dengan ponsel. Ngempi, pesbukan dan gugling mencari tahu tentang MK. Sayangnya, seusai ngempi dan pesbukan, sinyal ponselku timbul tenggelam. Info kondisi MK sulit kudapatkan. Uh, ponsel ini memang baiknya kumatikan saja. Ganti gadgetmu dengan pohon! Yeah.

Seorang istri. Ibu dari dua anak remaja. Tinggal di BSD City. Gemar jalan-jalan, memotret, dan menulis.

Share this

Previous
Next Post »
Give us your opinion

Leave your message here, I will reply it soon!