Biar Cepat Asal Selamat

Lapangan Korpri Bandar Lampung

Di De Green hotel pagi itu. Alarm alami dari tubuh berbunyi. Lebih cepat dari pada alarm yang disetel di ponsel. Bagus! Seharusnya memang tak perlu pakai alarm segala karena setiap hari pasti terbangun sebelum waktu subuh tiba. Tapi kali ini harus disetel agar tak mendadak jadi peserta lelet yang bikin orang lain jadi gagal paham saya ini mau ‘kerja’ atau mau malas-malasan.

Mandi, salat, berkemas, sarapan, lalu naik bus bersama teman-teman blogger meluncur ke lapangan KORPRI Bandar Lampung. Wuzzz! Semua beres sebelum jam 6. Namun, di lapangan belum terlalu ramai oleh orang-orang. Sementara, 7 bus besar berwarna hijau telah berbaris menanti kedatangan para rombongan peserta tour Anak Krakatau.  


Hampir 45 menit lamanya menunggu sampai semua rombongan peserta berkumpul di lapangan yang terletak di depan Balai Keratun Lampung itu. Cukup lama memang. Namun, di waktu-waktu tersebut saya punya kesempatan berkenalan dengan teman-teman baru. Baru bagi saya, namun tidak bagi mbak Donna, mbak Evi, Melly, dan Halim.


Saya orang baru. Sama seperti mas Indra (www.direktori-wisata.com). Maksud saya, baru pertama kenal mereka dan baru kali ini ikut acara seperti ini. Jadi, saya sempat merasa asing, apalagi ketika mereka asyik ngobrol, dan saya cuma bengong. Bukan tidak mau nimbrung, tapi sekedar membiarkan teman-teman bersapa ria setelah lama tak saling jumpa. 


Kemudian, saya memilih mengakrabi kamera. 

Balai Keratun

Diaz dan Febra Berita Satu

Mengisi waktu sebelum berangkat
Jam 6.30 bus mulai bergerak meninggalkan lapangan KORPRI. Rombongan kami naik bus nomor 3, satu bus, tak terpisah. Ada peserta lain juga, mereka dari kelompok pencinta alam, jurnalis, masyarakat umum, dan mahasiswa. Bus penuh kawan-kawan baru. Ya sebut saja kawan baru, meski belum sempat kenalan.

Saya tidak terlalu paham jalur mana saja yang dilewati oleh bus. Pun tidak mencoba membuka google map. Biarlah melaju mengikuti kemana ujung jalan. Hanya satu hal yang saya tahu, bahwa bus bergerak ke arah Kalianda, tepatnya ke dermaga Grand Elty Krakatoa. 


Saat bus keluar dari jalan besar lalu berbelok, saya baru tahu bahwa kami mulai memasuki kawasan Pantai Merak Belantung. Di kawasan tersebut ada beberapa objek wisata pantai, diantaranya Embe Beach, Beo Beach (Tanjung Beo), dan Pantai Sapenan. Pemandu wisata kami yang bernama Dimas mulai bercerita, katanya di kawasan tersebut ada tempat yang dinamakan batu bercinta. Ceritanya unik. Saya kira ada orang bercinta jadi batu. Rupanya batu tempat orang pacaran untuk nyari jodoh. Makanya batu itu disebut “Batu bercinta”.

Mari berdoa sebelum berangkat

Sesampainya di Grand Elty Krakatoa

berhamburan menuju dermaga

Tenaga medis disiapkan untuk mengawal peserta tour

Setelah lebih dari 1,5 jam perjalanan, bus akhirnya memasuki kawasan Grand Elty Krakatoa. Rombongan pun berhamburan keluar, lalu bergerak menuju dermaga. Sambil berjalan saya mengamati mobil-mobil yang terparkir. Ada mobil polisi, ambulan, juga mobil-mobil pribadi. Ramai sekali. Umbul-umbul tegak berkibar, spanduk besar terbentang melintang. Semua bertuliskan “Festival Krakatau”. Berasa disambut dengan meriah.


Grand Elty Krakatoa adalah kawasan resort. Di sini terdapat dua restoran, 40 kamar hotel, dan 36 villa yang menghadap ke laut. Kedatangan rombongan peserta tour Anak Krakatau membuat suasana resort jadi sangat ramai. Satu-satunya yang saya cari di tengah keramaian itu adalah toilet!

Dimas –pemandu wisata kami- mengantar saya ke toilet yang terletak di Rakata Beach Resto. Dia membantu memegang tas kamera dan ransel kesayangan saya dan menunggu di luar. Sementara di dalam, antrian di toilet perempuan cukup panjang. Cukup lama juga mengantri. Tapi Dimas sabar menanti. Baik sekali dia. Usai dari toilet, Dimas lekas menyerahkan ransel ke saya. Lalu pergi terburu-buru memasuki toilet pria. Astaga, pasti dia menahan kencing sejak tadi.  



Mbak Evi dan mbak Donna bersama Elvan, Dr. Aline, Mbak Alya

Peserta dari berbagai kelompok

Antrian di pintu masuk dermaga

Realitanya 3 jam untuk jarak 45km itu

Entah kenapa kami lama tersendat di pintu masuk dermaga. Saya dengar katanya sedang ‘diabsen’. Terdengar ada perintah untuk antri melintasi dermaga karena rombongan peserta tour telah melebih kapasitas. Dermaga bisa rubuh. Untuk alasan itu saya mengerti kenapa harus antri. Tapi ketika rombongan di depan sudah masuk kapal, jumlah orang di dermaga berkurang, kami belum juga disuruh masuk. 


Setelah beberapa lama kami dipersilakan masuk, tapi sebelum jembatan dermaga dititi kami kembali disuruh berhenti. Tertahan lagi. Menunggu lagi. Sementara matahari terus naik, makin siang, makin panas. Apa akan nyaman naik gunung saat cuaca makin terik? 

Ada yang berucap pelan : “Harusnya kita diinapkan saja di Grand Elty Krakatoa, biar pagi-pagi jam 6 langsung nyebrang. Nggak pake lama kayak gini. Keburu panas.” Mendengar itu saya nyengir. Nyengir sampai gigi kering. Antara ingin bilang setuju dan tidak.

Hmm...ya. Semua orang ingin lekas masuk kapal, berlayar, wuuuzzz tahu-tahu sudah sampai di Gunung Anak Krakatau.


Beberapa kali terlihat tumpukan kotak snack dan lunch box di angkut ke kapal. Semuanya untuk bekal para peserta tour. Kotak-kotak itu didahulukan. Penumpang kemudian. Jadi, memang harus sabar. Bukan orang saja yang akan diangkut, pengganjal perut juga diangkut. 


Perlengkapan paralayang pun diangkut

panitia mengangkut bekal untuk para peserta

masih antri di dermaga

dermaga Grand Elty Krakatoa

Tentara juga ikut serta

Peserta Jet Ski Adventure melakukan persiapan

Jam 8.25 di ujung dermaga. Akhirnya giliran memasuki kapal tiba. Ombak tampak tak tenang. Kapal-kapal bergoyang. Orang-orang bergantian masuk. Ada yang masuk dengan mudah, tinggal melangkah pelan langsung sampai. Ada pula yang harus melompat. Hap selamat.


Seorang gadis berkerudung melompat ke kapal. Ia terlihat panik ketika melihat kapal tak mau diam. Beberapa orang menenangkannya. Lalu, dengan sekali lompat kakinya mendarat di kapal. Orang yang memegang tangannya berhasil menariknya, tetapi tas gadis itu terlepas, lalu jatuh ke laut. Dia terpekik ketika melihat isi tasnya tumpah. Termasuk ponsel yang sedang dipegangnya jug aikut jatuh. Mulutnya berucap entah apa. Berkali-kali ia menunduk memandangi tempat jatuhnya tas yang kemudian berhasil diangkat. Namun isinya sebagian telah berpindah ke dasar laut.

Wajah gadis itu tampak sedih. Mungkin sepanjang pelayaran ia akan bermuram durja. Semoga saja, perjumpaannya dengan Gunung Anak Krakatau dapat menghibur kesedihannya.  



Gadis kerudung merah, sebelum loncat ke kapal, dan sebelum tasnya jatuh ke laut

Kapal nomor 11. Saya duduk di dalamnya bersama teman-teman blogger. Termasuk Diaz dan Febra, Yoyok dan kawan-kawan baru lainnya. Jam 8.35 kapal mulai berlayar.
Hari makin siang. Makin panas. Gunung Anak Krakatau masih tiga jam lagi baru bisa dicapai. Mari bergaul dengan ombak, angin, dan berisiknya suara motor kapal yang akan bercerita tentang pengorbanan, perjalanan, dan juga pencapaian. 

Ayo berangkat
Tunggu ceritaku selanjutnya ya :)



~Festival Krakatau 2015. Lampung, Sumatra - INDONESIA
Tanggal 29 Agustus 2015


Seorang istri. Ibu dari dua anak remaja. Tinggal di BSD City. Gemar jalan-jalan, memotret, dan menulis.

Share this

Previous
Next Post »

11 komentar

  1. cerita dibalik acaranya tetap seru juga ternyata. wakakakaka

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pastinya hehe. Masih ada lanjutannya nih. Nanti Arie baca lagi ya :D

      Hapus
  2. Aku boleh nggak sih duduk di batu bercinta itu ?

    ranselnya cakep, pingin kujambret :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Boleh mbak. Ajak Saheer Sheh ya biar berjodoh hahaha

      Astaga...udah ga jadi emakmbolang lagi ya? Sekarang jadi emakjambret? :)))

      Hapus
  3. Asyiknya mbak, bisa ikut acara keren, jadi penasaran ada apa sih di di Festival Krakatau.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada banyak kegiatan di Festival Krakatau, mbak. Salah duanya Tour Anak Krakatau dan Jet Ski Adventure yang saya ceritakan di sini :)

      Hapus
  4. Aku selalu terpukaaaau dan terpana baca traveling notesnya mbak Rien.
    Super-duper mencerahkaaaan :)

    *bukanbocahbiasa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku terpana membaca koment mbak Nurul. Terpana karena sebutan super itu sungguh tak cocok untukku :D

      Terima kasih mbak :)

      Hapus
  5. Mengakrapi kameramen biar masuk tipi yaaa hahaha

    BalasHapus
  6. Perlengkapan paralayangnya segede gitu ya. Kayak di acara TV yang bisa dipake terbang hahaha.

    BalasHapus

Leave your message here, I will reply it soon!