Dimuat di Majalah Femina No.51 Desember 2014

Cover

Assalamu'alaikum Wr wb,

Alhamdulillah akhirnya bisa nampang di Majalah Femina dalam rubrik Oleh-Oleh. Terasa begitu spesial sebab ini untuk pertama kalinya saya menjadi kontributor di Majalah Femina. Masuk di edisi ujung tahun, rasanya seperti dapat kado yang sangat manis.

Artikel yang saya tulis berjudul : Mendengarkan Keheningan Rinjani, bercerita tentang pengalaman berwisata di kaki Gunung Rinjani, Lombok. Artikel dimuat empat halaman, berisi tentang Sembalun yang subur, perkampungan Suku Sasak, Rumah Adat dan Makam Berugaq, serta Air Terjun Sendang Gila dan Tiu Kelep.

Untuk membaca cerita saya tentang pesona di kaki Gunung Rinjani, silakan beli majalahnya, ya, teman ^_^

Judul: Mendengarkan Keheningan Rinjani
Saya sudah lama kenal Femina, dan cukup sering membaca serta menikmati isinya. Ketika saya mulai aktif menulis artikel perjalanan untuk media, majalah ini masih sebatas mimpi untuk ditembus. Saya baru mampu menembus sisternya, Cita Cinta dan Pesona. Itu pun masing-masing baru satu kali. Syarat dan ketentuan menulis di Femina kabarnya banyak, itu sebabnya banyak orang mengatakan tidak mudah. Saya pun penasaran.

Meskipun Femina disebut-sebut sulit untuk ditembus, tapi saya tidak pesimis. Saya justru kesetrum untuk giat belajar dari tulisan-tulisan orang yang pernah dimuat, caranya dengan rajin membeli tiap edisi yang terbit. Saya juga jadi tekun mempelajari syarat dan ketentuan yang berlaku, sebab jika mengetahui aturan main, maka artikel tentu akan lebih mudah untuk dilirik. Terakhir, saya jadi bertekat kuat untuk membuat tulisan yang menarik. Nah, untuk yang satu ini saya belajar dari mbak Irawati yang sudah berpengalaman jadi kontributor di Femina, 

Satu hal lagi, untuk bisa nampang di rubrik Oleh-Oleh majalah Femina, mesti mempunyai foto-foto perjalanan yang bagus. Syukurlah kemarin foto-foto yang saya kirimkan bisa diterima dan dimuat. Bahkan salah satu foto, yakni foto senja dengan latar Gunung Rinjani, menjadi foto utama yang dimuat menjadi 2 halaman penuh.

Halaman ke 3 dan 4 tentang Desa Sembalun dan Air Terjun
Pengalaman pertama ini membuat saya makin yakin, bahwa memiliki rasa optimis dan berani itu sangat perlu. Tidak perlu takut dan minder untuk berkarya. Tidak peduli sesulit apapun kata orang, kalau tidak pernah mencoba kita tidak akan tahu hasilnya. Dan yang paling penting, banyak-banyak mendengar masukan dari orang lain.

Saya sendiri sewaktu mengirimkan artikel merasa sudah siap ditolak dan diterima. Diterima Alhamdulillah, tidak diterima akan saya jadikan pelajaran untuk menulis lebih bagus lagi.

Saya mengirim artikel ke Femina pada bulan Juni 2014 lalu dan baru dimuat pada bulan Desember ini. Itu artinya saya menunggu selama 6 bulan. Femina sendiri adalah majalah mingguan, berarti tulisan saya berada pada  antrian ke 24. Memang lama. Itu sebabnya harus sabar sebab artikel yang masuk ke Femina juga banyak.

Saya ingin berterima kasih kepada mbak Tita, senior redaktur yang begitu baik dan perhatian. Beliau mau berdiskusi soal artikel dan foto, bahkan memberi saran atas kekurangan yang ada. Bekerja sama dengan beliau membuat saya mendapat pelajaran dan pengalaman yang berharga.

Terima kasih Femina ^_^



Seorang istri. Ibu dari dua anak remaja. Tinggal di BSD City. Gemar jalan-jalan, memotret, dan menulis.

Share this

Previous
Next Post »

2 komentar

  1. Mbak Rieeen.. salut!
    Beneran deh, salut ama mbak Rien yang produktif nulis... Semoga tahun 2015 nanti daftar tulisan yang dimuat di media makin panjang ya mbak... :)

    BalasHapus

Leave your message here, I will reply it soon!