Belanja Dress Batik di Malioboro Jogja

Assalamu'alaikum Wr Wb,

Becak berjubel di kawasan Malioboro
Bertandang ke Yogyakarta seakan tidak lengkap jika belum mengunjungi Malioboro.

Malioboro, sebuah kawasan belanja nomor satu di DIY dan paling ramai dikunjungi para wisatawan, karena di sepanjang jalan kawasan ini terdapat berbagai macam barang-barang dan makanan-minuman, mulai dari souvenir-souvenir, barang kerajinan, batik cap dan tulis, kaos dagadu, aksesoris busana seperti sandal, topi, tas, hingga beragam makanan seperti bakpia, geplak, yangko, berbagai macam keripik dll.


Malioboro menjadi tempat andalan untuk mencari oleh-oleh ketika berlibur di Yogyakarta. Tidak ada kah tempat lain untuk berbelanja selain Malioboro? Sudah pasti ada.

Berbicara tentang Malioboro, saya teringat seorang teman yang sangat menyukai oleh-oleh khas Yogyakarta. Jika membeli atau pun nitip minta dibelikan, dia tidak mau oleh-olehnya dibeli di tempat lain selain Malioboro. Pokoknya harus Malioboro, begitu katanya. Hehe..."makan’ nama banget ya. Padahal barang dan harga yang dijual di Malioboro juga sama dengan yang dijual pedagang di Pasar Beringharjo. Lagipula, apa pentingnya menyebut: “Ini lho baju batik beli di Malioboro”. Haha.

Pengunjung berjubel di pertokoan Malioboro
Bukannya saya melarang belanja di Malioboro. Boleh-boleh saja, tapi tak perlu pakai HARUS juga kali. Iya kalau yang dititipi sempat, kalau enggak? Lagipula, ‘rasa’ Malioboro itu bukannya lebih sedap untuk dijejaki, dijelajahi, dan dilihat langsung suasananya ketimbang cuma menikmatinya sebagai ‘tempat barang dibeli”?

Saya sebetulnya suka belanja oleh-oleh, tapi kalau belanjanya seperti orang mau jualan lagi, memborong lusinan baju dan berkardus-kardus makanan, sepertinya belum dulu. Kalau belanja cuma sekantong dan bisa ditenteng dengan ringan sih tak apa. Lain halnya kalau mau beli banyak, saya biasanya lebih suka dengan cara mencatat nama toko dan nomor telpon tokonya, trus nanti tinggal order by phone, lalu minta dipaketkan. Atau saya pesan saat itu juga, bayar saat itu juga, dan barangnya minta dikirimkan ke alamat rumah. Lebih praktis. Sering lho saya begini kalau datang ke pusat oleh-oleh di suatu daerah. Tetapi, untuk pembelian yang benar-benar banyak :)

Terakhir mengunjungi Malioboro pada Juni 2012 silam. Tak ada rencana ke Malioboro sebetulnya, apalagi untuk tujuan berbelanja ria. Kedatangan saya ke Yogyakarta waktu itu untuk mengunjungi pantai-pantai di Kawasan Gunung Kidul saja. Karena saya menginap di Hotel Whiz di jalan Dagen yang berjarak sangat dekat dengan kawasan belanja Malioboro, saya pun mampir. Itu pun di malam hari.

Wisatawan dan PKL berbaur
Jalan kaki dari hotel hingga memasuki kawasan Malioboro, membuat saya menemukan suasana yang menurut saya saat itu terasa tidak nyaman. Apa yang saya dapati adalah suguhan ratusan pedagang kaki lima (PKL) yang mangkal menjajakan barang dagangannya. Jalanan penuh kendaraan. Motor, mobil, bus, sepeda, andong, bahkan becak juga ada. Semuanya bercampur di satu jalan yang sempit. Saya harus berjubel bersama keramaian manusia di sepanjang pelataran Malioboro itu.

Kerumunan orang begitu padat, penuh sesak saking banyaknya wisatawan, baik itu wisatawan domestik maupun mancanegara. Sambil berjalan, saya melirik ke setiap toko yang saya lewati, danl membatin,”Itu toko makanan bukan, ya?" Atau jika melintasi toko batik, “Bagus-bagus ga ya model baju batiknya?” Kadang saya menatap sehelai baju batik yang dipakai manekin di sebuah toko “Mahal ga ya itu baju?” Hehehe…tetap ya mata larak lirik memperhatikan. Ya siapa tahu ada barang yang bikin kepincut.

Karena suasana kurang nyaman, perut juga sudah lapar minta diisi, akhirnya saya putuskan untuk segera memasuki salah satu toko batik. Pikir saya, daripada jalan terus dan makin jauh, nanti kepala makin pening, mending mencari yang paling dekat saja. Setelah memasuki salah satu toko, saya malah jadi bingung. Mau beli apa dan untuk siapa? Setelah melihat-lihat, akhirnya saya ambil kemeja batik dan daster batik. Terserah nanti di rumah buat siapa. Hehe. Pokoknya beli dulu. Dan karena ga mau berlama-lama, saya membeli tanpa menawar. Astaga, saya lupa nawaaar! Tuluuuung…wanita membeli tanpa menawar itu kan aneh! Haha.

Hotel Wish di jalan Dagen
Di toko lainnya saya tiba-tiba melihat dress batik anak berwarna biru. Dressnya cantik, terlihat beda sendiri dengan warna dan model dress batik anak lainnya. Langsung pingin beli. Tapi ragu. Muat tidak ya di anak saya? Mau tidak ya anak saya pakai dress itu? Kelamaan bertanya-tanya sendiri, akhirnya malah tidak jadi beli.

Kawasan Malioboro makin ramai, jalanan makin padat, kaki kuda berderap-derap menarik andong yang ditumpangi wisatawan. Bapak-bapak penarik becak datang menawarkan becak. Saking ramainya, saya khawatir kaki jadi kelindes!

Fyuuuuhh…. Malioboro sungguh bak sebuah magnet yang mempan menarik wisatawan untuk datang dan berbelanja. Saking mempannya, suasananya sampai seriuh dan ‘sekacau’ itu. Jujur, saya bukan orang yang tangguh berada dalam tempat belanja seperti itu. Seumur-umur nih, menginjak tempat belanja seperti Tanah Abang di Jakarta saja baru sekali! Bukan apa-apa, saya tidak tahan berbelanja di tempat yang terlalu padat pengunjung. Apalagi kalau bulan Ramadhan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri, suasana Tanah Abang itu katanya lebih ‘gila’ lagi.

Aneka jualan kaos Jogja
Seusai berbelanja sekedarnya, saya menyeberang dan berjalan ke pusat belanja Matahari Dept Store. Tidak untuk belanja, melainkan untuk makan di salah satu restoran yang ada di dalamnya. Membunuh lapar, melepas penat yang tadi dirasakan kala berjubel di pertokoan Malioboro. Selesai makan langsung kembali ke hotel.

Dalam perjalanan kembali ke hotel, saya masih melihat sebelah kiri jalan masih penuh sesak oleh parkiran sepeda motor yang berjejer dari ujung utara hingga selatan. Ckckck…memang sungguh populer ya kawasan ini. Lantas, kapan suasana berbeda bisa dijumpai? Ternyata selepas jam 9 malam. Ya, selepas jam itu akan ada suasana berbeda yakni wisata kuliner angkringan dan kuliner lesehan yang menawarkan berbagai macam makanan. Karena saya sudah sudah makan, dan sudah ga mood, saya tak tertarik untuk melihat suasana kuliner malam ala Malioboro.

Dress batik biru beli di Malioboro :)
Okelah, saya tidak menampik anggapan bahwa tidak afdol berkunjung ke Yogyakarta jika tidak ke Malioboro. Karena berbagai oleh-oleh dan berbagai macam barang di seluruh wilayah Yogyakarta memang diperjualbelikan di kawasan ini.

Mungkin saya perlu datang berkali-kali pada waktu yang berbeda, sehingga bisa menikmati suasana belanja di Malioboro. Ya, siapa tahu di lain waktu kondisi Malioboro lebih nyaman. Siapa tahu sudah direvitalisasi oleh Pemerintah Kota Yogyakarta  ^_^

Btw, dress batik anak yang saya incar di salah satu toko di Malioboro malam itu, akhirnya saya dapatkan. Teman saya yang malam itu ikut menemani saya jalan-jalan di Malioboro, kembali ke toko itu pada esok harinya. Dan dia membelinya. Lalu dihadiahkan untuk anak saya. Alhamdulillah, setelah dipakai ternyata ukurannya pas. Sekarang sih dressnya sudah kependekkan. Tapi masih bisa dipakai. Dipadukan dengan celana panjang. Jadi mirip baju atasan :D

Kini, setiap melihat anak saya memakai dress batik itu, saya selalu teringat suasana Malioboro malam itu. Berjubel! :))


Seorang istri. Ibu dari dua anak remaja. Tinggal di BSD City. Gemar jalan-jalan, memotret, dan menulis.

Share this

Previous
Next Post »

11 komentar

  1. Jangan bilang pernah ke Yogyakarta kalau belum ke Malioboro, harus itu, pakai foto biar ga dibilang hoax.
    Saya dulu pas honemun ke Yogya juga beli baju batik di sana, tapi bukan biru melainkan ungu :P

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ga nemu yang biru ya waktu itu? Aku pernah lihat foto narsismu ama Ivon pake batik ungu itu. Dulu waktu masih ngeblog di MP hehe

      Hapus
  2. Pas ke Jogja kemarin aku gak sempat ke Malioboro. Beli batiknya di tempat yang ditunjukin sahabatku, yang asli sono. :) Si Embak yang langsung borong. Beli dress ama bolero. Cakep2 banget sih, emang.

    ira

    BalasHapus
    Balasan
    1. Malah enak itu mbak kalo dibawa ke tempat yang sudah dikenal oleh teman yang asli sana, jadi ga perlu berjubel di Malioboro :D Waaah si embak borong, mau jualan di Jerman? xixixixi
      Buat stock ya biar bisa ganti-ganti batiknya :)

      Hapus
  3. Aku kalau ke Malioboro cuma hobi liat musik jalanan doank. Atau menikmati sepotong jadah bakar yang enak banget. Cuma lebih suka menikmati Malioboro pagi hari. Sepi dan kerasa banget feelnya *halah feel segala :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadah bakar? Waaah aku belum pernah makan.
      Haha feel.... Sebenernya bukan aku ga suka suasana ramenya ya. Namanya pusat perbelanjaan kan memang begitu. Maksudku, aku ingin menikmati suasana Malioboro dalam keadaan tenang. Bukan suasananya yg tenang, tapi perasaan yg tenang. Ga sedang diburu-buru sambil nyari makan, ga sedang diburu-buru takut keburu larut malam, ga sedang dibebani titipan beli barang dll.
      Aku mau kok merasakan naik becak keliling Malioboro malem2, atau naik andong, atau menyantap kuliner di tengah keramaian... Kemarin itu waktunya tidak tepat saja :D

      Hapus
  4. Aku kalo ke Jogja lebih kalap ama makanannnya mbak... #dasargembultukangmakan :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha.... Makanan di Jogja memang beragam dan enak-enak ya mbak :D

      Hapus
    2. Iya mbak.. udah gitu lebih murah dibandingin harga makanan di Batam.. gimana gak kalap coba.. #alasaaan..

      Hapus
  5. jadi kangen sama jogja, terutama malioboronya itu loh yg ngangenin. salam dari saya grosir daster

    BalasHapus
  6. Kalo ke Malioboro Jogja aku seringnya beli di Mirota Batik mbak. tapi ya itu harga pas hehe..

    BalasHapus

Leave your message here, I will reply it soon!