Ingin Melihat Pesona Negeri di Atas Awan? Kunjungi Dieng!


Layaklah Dieng dijuluki khayangan. Dataran tinggi yang terletak di Provinsi Jawa Tengah ini menyuguhkan panorama dramatis, mulai danau-danau, hingga pucuk-pucuk bukit dan gunung berkabut. 

Berkesempatan menjelajah alam Dieng bersama teman-teman saya pada bulan Oktober tahun 2014 silam, merupakan pengalaman tidak sederhana yang akan selalu lekat dalam ingatan saya. Hadir setangkup rindu di hati setiap kali saya mengingatnya. Menceritakannya di sini, membuat rasa rindu itu kian menggebu.

Inilah pesona alam Dieng yang saya rindukan itu. Sungguh mengagumkan.

Ricik Air Menenangkan di Curug Sikarim
Curug ini merupakan salah satu mutiara tersembunyi di Dieng. Terletak di Desa Mlandi, Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo. Perjalanan menuju objek wisata ini kami tempuh dengan bis kecil sejauh 12 kilometer dari jantung kota Wonosobo. Hamparan bukit dan ladang-ladang sayur,  mendominasi pemandangan sepanjang perjalanan menuju curug.

Selendang air di Curug Sikarim

Ketinggian air terjun Curug Sikarim mencapai 50 meter dengan latar belakang bukit Sikunir yang menjulang. Sekitar curug banyak ditumbuhi perdu dan tanaman langka. Air terjunnya berwarna silver, memancarkan pemandangan air yang atraktif. Mengalir deras menyusuri dinding batu dari atas ketinggian dengan dua jalur aliran air, laksana sehelai selendang air yang panjang. Ricik airnya terdengar menenangkan, membangkitkan rasa untuk main air, namun tiada genangan yang bisa dijadikan tempat berendam karena air terus mengalir menuruni bukit. Entah di mana ujungnya.

Memandangi selendang air diiringi suara buncah ricik air terjun, ditambah udara sejuk dan pemandangan yang begitu elok, menghadirkan rasa tentram di jiwa. Membuat kami betah berlama-lama di tempat ini. Sewaktu hendak meninggalkan kawasan Curug Sikarim, kami melewati sebuah villa, satu-satunya bangunan yang berdiri di sekitar curug. Bangunan villa tersebut bercat warna putih, berpagar tinggi, dan terkunci. Kami penasaran, lalu turun dan melihat. Tetapi tak ada siapapun yang kami jumpai di villa itu.

Kabut Menari Di Atas Telaga Menjer
Berjarak sekitar 3 kilometer dari Curug Sikarim, terdapat Telaga Menjer yang jernih dan asri. Suasana di sekitar telaga sangat tenang dengan udara sejuk sepanjang waktu. Dikelilingi bukit-bukit berkabut, hutan pinus, serta kebun-kebun sayur yang subur. Sangat indah. Ketika angin berhembus kencang dan terus berulang, kabut pun bergerak terbawa angin, turun membelah pohon-pohon pinus. Gerakannya seperti tarian. Tarian bidadari yang turun ke bumi. Saya terpana.


Perahu-perahu siap membawa wisatawan keliling Telaga Menjer

Telaga Menjer berada di ketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut, dengan luas 70 hektar dan kedalamannya mencapai 45 meter. Telaga ini terletak di Desa Maron, Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo. Lokasinya dekat PLTA Garung di kaki Gunung Pakuwaja. Harga tiket masuk kawasan ini Rp 4 ribu per orang. Tersedia area parkir yang cukup luas, kios-kios dagang, warung makan/minum, kamar mandi, toilet, dan saung-saung di tepi danau. Ada tangga semen yang dapat digunakan untuk turun mencapai telaga. Di ujung tangga itu tertambat perahu-perahu getek yang siap mengantar wisatawan mengelilingi telaga. Harga karcis naik perahu Rp 10 ribu per orang. Sayang saya tidak sempat naik perahu, sibuk sendiri mendaki bukit mencari spot untuk mengambil gambar danau dari ketinggian.

Telaga Menjer termasuk ke dalam danau vulkanis dan merupakan telaga terbesar di Kabupaten Wonosobo. Itu sebabnya digunakan sebagai PLTA. Selain sebagai objek wisata, telaga elok ini juga digunakan sebagai tempat budidaya ikan nila. Keramba-keramba ikan berjajar di tepian telaga. Di bagian barat telaga ada pohon besar menyatu dengan batu besar mirip sandaran dan di antara batu ada lubang seperti pintu yang ditutup tiga buah batu. Jika batu dibuka maka terlihat mata air dalam lekukan dan biasa disebut goa Song Kamal.

Telaga Menjer masih jarang didatangi wisatawan. Mungkin dikarenakan fasilitas transportasi menuju kawasan ini masih sangat minim. Sangat disarankan untuk menyewa kendaraan jika ingin mengunjungi telaga cantik ini.

Mengejar Matahari Terbit di Bukit Sikunir
Berkunjung ke Dieng kurang lengkap bila tidak singgah di puncak Bukit Sikunir. Apa yang bisa dilihat di puncak Sikunir? Apa lagi kalau bukan eksotisme golden sunrise. Inilah bukit yang paling diincar sebagai tempat untuk menyaksikan matahari terbit di dataran tinggi Dieng. Namun sayang, saat saya ke sana cuaca sedang tidak terlalu cerah, sehingga keindahan fenomena alam golden sunrise di puncak Sikunir tidak bisa saya nikmati sepenuhnya. 

Menanti golden sunrise di Puncak Sikunir

Untuk mencapai puncak Bukit Sikunir memang tidaklah mudah, diperlukan perjuangan dan stamina yang kuat untuk melakukan pendakian. Menahan udara dingin yang membuat badan gemetar, serta meniti jalan setapak berbatu dan berkelok, menjadi bagian dari perjuangan itu. Namun, semua rasa lelah dan letih selama pendakian terbayar dengan eksotisme alam yang begitu memukau. Saat cuaca mulai cerah, warna jingga hingga proses kuning keemasan pun muncul, dan matahari pun mulai menyinari alam semesta. Wisatawan yang berada di puncak Sikunir serentak berdecak, bahkan ada yang bertepuk tangan. Betapa menakjubkan.

Untuk mengejar sunrise, kami berangkat sepagi mungkin. Start dari Desa Sendang Sari di Wonosobo menuju Desa Sembungan sejak pukul 3 pagi. Sesampainya di Desa Sembungan, bis berhenti dan kami pun langsung menuju masjid untuk salat Subuh. Usai salat lanjut jalan kaki ke bukit Sikunir. Namun karena letaknya masih agak jauh, kami pun naik ojek. Tepat pukul 04.35 pendakian dimulai. Sampai di puncak Sikunir sekitar pukul 05.00. Puncak Sikunir memang tidak jauh tapi jalan menuju puncak terjal bukan main. Pengalaman mendaki Bukit Sikunir ini menjadi salah satu pengalaman berharga yang didapat dari Dieng.

Telaga Cebong, Telaga Menawan di Atas Awan
Setelah berdiri di Puncak Sikunir dengan kepala mendongak ke langit menatap matahari terbit, maka giliran menunduk ke bawah memandang telaga cantik yang sangat indah. Telaga Cebong namanya. Inilah telaga di atas awan, keindahan lain dari jalur pendakian ke Bukit Sikunir. Bagaimana tidak disebut di atas awan, telaga ini berada di Desa Sembungan dengan ketinggian 2300 m dpl, tidak jauh dari Dataran Tinggi Dieng. Desa ini merupakan desa tertinggi di Pulau Jawa dengan luas 2,65 km² dan dihuni oleh sekira 1400 jiwa. Letaknya di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. 

Telaga Cebong terlihat dari ketinggian Buit Sikunir

Telaga Cebong nampak begitu cantik dari ketinggian. Untuk mencapainya, saya perlu  menuruni puncak bukit Sikunir selama 20 menit. Andai bisa berlari, mungkin saya sudah berlari. Tapi tak bisa. Sempat terpikir untuk merosot, tapi alangkah hebohnya bukit Sikunir pagi itu jika saya sungguh melakukannya hehe. 

Telaga Cebong diapit perkebunan penduduk, serta perbukitan hijau dengan konturnya yang menarik. Udara sejuk pegunungan yang bersih bebas polusi, membuat telaga ini laksana tempat paling diidamkan di bumi. Permukaannya yang jernih dan tenang, memantulkan birunya langit dan hijaunya perbukitan sekitar.

Di tepian telaga terdapat area parkir yang luas untuk kendaraan wisatawan, ada banyak warung makanan dan minuman, juga kios souvenir. Bahkan, terdapat area perkemahan yang dilengkapi MCK. Saya melihat deretan tenda warna warni memadati sisi telaga, tak jauh dari area parkir. Suasana perkemahan pagi itu sangat ramai. Orang-orang duduk menikmati sarapan sambil menghadap ke telaga. Ada juga yang sekedar berjalan menikmati suasana. Saya iri. Sungguh iri melihat mereka. Andai tadi malam saya bisa merasakan berkemah di tepian telaga seindah ini, alangkah senangnya.

Area perkemahan di kawasan Telaga Cebong

Beribu Puja Untuk Telaga Warna
Sudah selesai dengan Telaga Menjer dan Telaga Cebong? Belum! Ada satu telaga lagi yang kembali membuat saya terpana, bahkan membuat saya tak henti-henti mengucap syukur kepada Sang Pencipta atas keindahan yang diciptakanNya. Telaga Warna namanya. Inilah salah satu destinasi wisata andalan Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, yang tidak boleh dilewatkan jika menjejak dataran tinggi Dieng.

Umumnya wisatawan menikmati pemandangan telaga ini dari bawah. Mendekati tepiannya, dan menyentuh airnya. Namun saya mencari sesuatu yang berbeda. Saya mengajak Lestari, teman saya, dan mas Ari, guide kami, mendaki bukit yang memagari telaga. Lebih 2 km jaraknya dari area parkir bis. Jauh dicapai, letih di badan, namun saya teguh untuk melihat telaga dari atas bukit kendati kondisi menuju bukit ini cukup sempit dan licin dan hanya bisa dilalui oleh satu orang saja.

Telaga Warna dengan latar belakang Gunung Sindoro, Gunung Pakuwojo, dan Gunung Kendil

Dinamakan Telaga Warna karena fenomena alam yang terjadi di tempat ini yaitu berupa pergantian warna air dari telaga tersebut. Terkadang berwarna hijau dan kuning atau berwarna warni seperti pelangi. Fenomena ini terjadi karena di dalam air tersebut terdapat kandungan sulfur cukup tinggi sehingga saat sinar matahari mengenainya maka warna air telaga nampak berwarna warni. Dari atas bukit, airnya yang kehijauan terlihat tenang tanpa riak, begitu tenang.

Lalu, kata-kata apa yang bisa saya ungkapkan untuk melukiskan keindahan telaga ini? Rasanya tak ada. Tak terlukiskan dengan kata-kata. Nun di bawah sana, pohon-pohon yang melingkupi danau berpadu dengan kabut putih dan suasana hening yang magis, menciptakan suasana mistis yang membuat saya merasa ingin bertanya: “Masihkah saya di bumi?”


Hamparan perbukitan hijau dan pedesaan tradisional
Dataran tinggi Dieng, sepotong keindahan dunia yang tak akan ada habisnya untuk dinikmati.Tak akan pernah rugi datang ke tempat ini. Pemandangannya yang spektakuler, dramatis dan menakjubkan, serta hawa dingin sejuk dari dataran tinggi Dieng membuat saya mendapatkan kesan yang mendalam setelah mengunjunginya.  


Cara menuju Dieng:
Dataran tinggi Dieng terletak di Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Jadi, untuk sampai ke sana mesti mencapai salah satu kota yang ada di Jawa Tengah terlebih dahulu. Salah satunya adalah Semarang. Karena saya bedomisili di Jakarta, maka yang dapat saya informasikan adalah rute dari Jakarta. Ada 3 pilihan transportasi yang bisa digunakan, yaitu bis, kereta, dan pesawat. Saya menggunakan pesawat, naik Lion Air tujuan Semarang. Harga tiket sekitar Rp 400 ribu. Dari Semarang lanjut ke Wonosobo dengan menyewa mobil jenis Avanza. Tarif sewa mobil Rp 350 ribu. Biaya ini saya tanggung berlima bersama teman saya yang juga ikut trip ke Dieng. Kami diantar ke terminal Wonosobo. Dari terminal lanjut menggunakan bis yang sudah disewa sejak sebelumnya. Bisnya kecil, tapi bagus dan nyaman. Bis inilah yang membawa kami keliling Wonosobo selama 2 hari, termasuk menyambangi tempat-tempat yang saya ceritakan di atas.

Teman seperjalanan saya dari Jakarta banyak juga yang menggunakan bis. Mereka berangkat dari terminal Kampung Rambutan dengan tujuan Terminal Mendolo Wonosobo. Tarif bis sekitar 100 ribuan. Berangkat sore hari, tiba dini hari. Naik bis juga aman dan nyaman. Apalagi bisnya bis malam, bisa tidur sepanjang perjalanan.

Nah, mudah bukan menuju Dieng? Jadi, kapan ke Dieng? Kapan lagi kalau bukan sekarang ^_^
 
======

Tulisan ini diikut sertakan dalam kompetisi blog periode 1 yang diadakan @BlogJateng2015 dan @VisitJawaTengah, dengan tema "Wisata Alam Jawa Tengah".


Seorang istri. Ibu dari dua anak remaja. Tinggal di BSD City. Gemar jalan-jalan, memotret, dan menulis.

Share this

Previous
Next Post »

28 komentar

  1. Belum kesampean juga nih mak...kudu masuk list liburan selanjutnya ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Moga kesampaian ya mbak Fadlun. Aamiin. Usahakan tidak di musim hujan kalau ke sana, supaya lebih maksimal menikmati keindahan alam Dieng :)

      Hapus
  2. Gak rugi deh saya ngebuka link ini yg di share di FB KEB....sungguh indah pemandangannya, ceritanya, alurnya dan tulisannya....di setiap paragraf selalu memberikan kejutan...:) oh.. saya jadi ingin ke Dieng...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah. Senang kalau bermanfaat. Semoga Dieng bisa menjadi pilihan ketika berlibur ya, Mbak Eka :)

      Hapus
  3. Cakep banget ya mak. terakhir ke sana sekitar 20 tahun lalu. masih SD. Haha...jadi cuma ngeliat kawah sikidang, kompleks candi, dan telaga warnanya. Belum sempat naik ke Sikunir. salam kenal, mak...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal juga mak. Senangnya bisa kenalan dengan sesama emak blogger yang kece-kece dan jago ngeblog nih :)

      Wow udah lama betul ya mak. Udah waktunya ke Dieng lagi sepertinya hehe. Kemarin saya tidak ke kawah Sikidang. Waktunya tidak cukup. Padahal sudah dekat dari Telaga Warna. Kalau komplek candi saya mampir. Bagus wisatanya. Tempatnya bersih dan rapi. Tamannya terawat :)

      Hapus
  4. Rame banget pendakinya ya, Mbak Rien..

    ira
    www.dbento.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, mbak. Padahal ini belum semuanya lho mbak. Di depan agak ke bawah, dan dibelakang saya terus hingga ke bawah, dan ke sisi kanan terus ke arah atas, masih ada ratusan bahkan mungkin ribuan orang lagi. Rame banget :D Mungkin karena hari Minggu. Pas libur.

      Hapus
  5. Subhanalloh... cakepnya telaga Menjer

    BalasHapus
  6. Tahun ini ke mau ikut ke Dieng lagi Mbak..?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mau banget mbak Yayah. Tapi belum bisa menentukan waktunya. Beberapa destinasi sudah nangkring di list :D

      Mbak Yayah, terima kasih banyak ya trip Diengnya tempo hari. Asyik lho pergi ama mbak Yayah :)

      Hapus
  7. Pastinya seru berkemah di tepi Telaga Menjer dan Telaga Cebong. Salam.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam juga. Moga suatu hari saya bisa merasakan berkemah di dekat dua telaga itu. Aamiin

      Hapus
  8. Balasan
    1. Hahaha.... monggo diobati racunnya dengan pergi ke Dieng :D

      Hapus
  9. Wuih malah udah ikutan lomba ini euy. Dakuw nyari bahan dulu ahh :)))

    Dan ada potokuh di marih. Hahaha selalu tampak kece *plak

    Makasih ya, Mbak, udah berkenan mampir di Semarang :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yes. Ada fotomu berdua denganku di Telaga Warna. Foto kenangan yang manis sekali ya. Teringat berlelah-lelah mendaki bukit demi mengambil gambar seperti ini :D
      Ayo ikutan atuh...kan udah 2x ke Dieng, pasti lebih berkesan ketimbang aku yang baru sekali :D

      Terima kasih juga sudah jadi tuan rumah yang baik untukku :)

      Hapus
  10. Kemarin, waktu libur natal tahun baru mau ke dieng sama anak2 tapi katanya nggak bagus pemandangannya kalau musim hujan :(
    Makin mupeng baca postingan ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali mbak Juli. Kalau ke Dieng di musim hujan, pesona alamnya jadi tidak bisa dinikmati. Matahari terbit tak nampak. Mendung dan kabut tebal menutupi panorama gunung-gunung, pedesaan, perkebunan dan bukit-bukit. Telaga Warna juga ga berwarna-warni karena untuk berwarna seperti pelangi harus ada sinar matahari yang mengenai permukaan airnya. Jalanan juga jadi becek, mendaki jadi berat :)

      Hapus
  11. salah satu alasan saya bangga menjadi orang indonesia ya ini... karena keindahan alamnya yang gk ada duanya.
    salam kenal ya mbak :)

    BalasHapus
  12. Dieng emang ngangenin ya mbak... Puncak Sikunir sekarang rame banget ya, waktu saya kesana dulu masih enak, sepi... Liburan kemaren kakak ipar dari Dieng, katanya di Puncak Sikunir sekarang udah ada yang jual kentang goreng.. enak tuh, dingin2 makan kentang goreng anget2.. :)

    BalasHapus
  13. apakah banyak kecebong di Telaga Cebong? hihihi

    BalasHapus
  14. Lengkap sudah ulasan tentang dieng :-)

    BalasHapus
  15. Bagus banget ya Curug Sikarim itu, Kak. Bisa warna perak gitu airnya. Aaakkk, pengin ke Wonosobo lagi deh nihhh. Nice sharing ..

    Salam kenal .. :)

    BalasHapus
  16. wah di banjarnegara juga ada air terjun tersembunyi juga kak..di daerah desa wanayasa..hidden paradise tuh

    BalasHapus
  17. runut, rapi, dan racun hehe.. terima kasih atas ulasanannya yang keren bgt,mbak

    salam kenal dari dieng :)

    BalasHapus

Leave your message here, I will reply it soon!