Pantai Selong Belanak, Surganya Peselancar


Assalamu'alaikum Wr Wb

Kabarnya, Pantai Selong Belanak terkenal dengan ombaknya yang tinggi. Surganya para peselancar. Buat saya, yang belum pernah menjajal berdiri di papan selancar, mungkin tak ada ketertarikan sedikitpun pada ombak di Selong Belanak. Hanya pemandangan yang saya cari. Tak bosan-bosannya dengan pantai dan laut, walau dimana-mana rupa pantai tak jauh beda antara pantai yang satu dengan pantai yang lain, monoton, tetap saja saya selalu merasa antusias.

Saya dan teman-teman MB berkendara ELF sekitar 1 jam dari Mataram ke Lombok Tengah. Melintasi bukit-bukit gersang yang ditumbuhi pohon-pohon kering yang merana. Jalanan berkelok-kelok, sesekali menurun, lalu menanjak. Membentang tak mulus, berbatu, juga berkerikil. Dari balik bukit ke balik bukit berikutnya. Tak jarang ketegangan menyelimuti tatkala ELF terengah-engah melewati tanjakan. Jika sudah begitu, ingin rasanya menyulap ELF menjadi jeep Rubicon!

Jam 8 pagi kami tiba di Selong Belanak. Alhamdulillah tiada kendala apapun. Kelegaan itu memenuhi rongga dada. Muncul bersamaan dengan keceriaan bak anak kecil dihadiahi balon warna warni ketika mata menangkap panorama yang tersaji di depan mata. Laut!

Pondok kelapa muda
*Foto : Andrie Potlot*

 
Pinggiran pantai Selong Belanak diramaikan oleh pondok-pondok es kelapa. Nampak tak beraturan. Tempat parkir pengunjung juga masih berantakan. Seadanya. Satu dan dua warung yang menjual makanan dan minuman ringan juga ikut mengisi jejeran pondok tempat para pencari rupiah. Barangkali tempat ini memang masih 'apa adanya', belum tertata serapi dan seindah di Bali. Ah, kenapa saya selalu membanding-bandingkannya dengan Bali? Maaf. Tapi saya sebetulnya suka dengan kondisi apa adanya, pertanda masih alami. Hanya saja tolong, itu sampah dan bekas-bekas kelapa, atau apapun benda-benda tak berguna, jangan diletakkan sembarangan. Bambu-bambu dan kayu-kayu bekas membangun pondok, bergeletakan mengganggu pandangan. 
Peselancar
Foto: Andrie Potlot

Penyewaan Papan Selancar
*Foto: Andrie Potlot*

Namanya juga pantai favorit tempat peselancar, maka Selong Belanak ramai oleh peselancar. Tapi peselancar asing. Hanya sedikit pribumi yang berselancar, itupun mungkin instruktur. Atau bisa jadi penyewa papan selancar yang merangkap instruktur. 

Panorama pantai Selong Belanak

Panorama Pantai Selong Belanak memang indah. Pasir pantainya berwarna putih,  bertekstur halus dan lembut hingga ke dasar laut. Aman untuk berenang. Air lautnya jernih. Berwarna biru muda di tepian, lalu biru tua di kedalaman. Pantainya yang panjang, diapit bukit-bukit yang berjejer dari pantai ke pantai. Sekitar 1 kilometer dari bibir pantai, ada karang besar menyerupai bentuk segi tiga, mencuat di lautan.

Anak-anak bermain di pantai

Di sisi utara, ujung pantai dibatasi oleh bukit tinggi. Di sana, perahu-perahu nelayan berjejer di tepian. Anak-anak kecil bertelanjang badan lari-lari di atas pasir. Berguling-guling, lalu menggelinding ke laut. Berteriak, berenang, lalu kembali ke pantai. Berlari lagi. Ibu-ibu desa, duduk di antara perahu-perahu. Berkain sarung, dengan selembar kain yang dililitkan di atas kepala. Ada yang bentuknya menyerupai ikat kepala, ada pula yang menyerupai buntalan. Ibu-ibu itu sibuk membersihkan ikan dalam baskom kaleng. Mungkin hasil tangkapan suami mereka yang bekerja sebagai nelayan. Ada ikan Kerapu, ikan Bawal, ikan Sarden, dan ikan Tongkol. Ikan-ikan berukuran besar ditusuk dengan kayu sebesar sumpit. Lalu diasap, bukan dibakar. Kepulan asap membuat ikannya kecoklatan, serupa pisang salai. Sedang ikan-ikan kecil, tidak ditusuk dengan kayu. Katanya, ikan-ikan itu nanti akan dijual ke pasar.  

 Ibu-ibu sibuk menyalai ikan

 Ikan tongkol salai

Di lautan, para peselancar berasyik masyuk dengan ombak. Anak-anak kecil masih berlarian. Ibu-ibu masih sibuk dengan ikan salainya. Bapak-bapak memeriksa perahunya. Teman-teman masih memotret kesana kemari. Saya kepanasan. Andai ada acara mandi segala, tentulah saya tak pakai menunggu, langsung ingin mandi jebar-jebur. Sayang ini hanya acara jalan-jalan tanpa mandi, jadi cukuplah saya mandi keringat. 

Mau jumping, saya udah duluan :))
*Foto: Andrie.P*

 MB foto sesion
 
Sebelum meninggalkan Selong Belanak, saya memastikan bahwa saya telah berpose indah di sini. Tak ingin frustasi karena tak sempat bernarsis ria. Bisa kecewa 7 hari 7 malam akibatnya. Untung kamera tetap on, dan teman-teman masih bersemangat tuk membantu memotret. Seru, ga mati gaya.

Mau ke sini? Ayo datang. Pantainya bagus. Tapi di sini tak ada penginapan. Tak ada tempat bilas. Tak ada kafe. Cukup datang lalu pulang. Kecuali kamu mau camping di pantai, bawa sendiri perlengkapannya. Urusan makan bagaimana? Bawa bekal dari kota. Makan di pantai. Ohya, jika berharap mendapat pantai yang sepi dan tenang, Selong Belanak tidak memenuhi harapan. So, cari pantai lain. Kemana? Mari ikuti cerita saya ke Pantai Mawun pada tulisan berikutnya he he he.

Lombok, 19 Oktober 2013
Katerina



Bertiga dengan Mbak Andrie dan Mbak Ima

Pantai Selong Belanak



Seorang istri. Ibu dari dua anak remaja. Tinggal di BSD City. Gemar jalan-jalan, memotret, dan menulis.

Share this

Previous
Next Post »
Give us your opinion

Leave your message here, I will reply it soon!