Dulu, anak perempuan saya --Aisyah Humayra, sejak umur dua tahun hingga lima tahun, pernah membuat kami (saya dan suami) nggak ngecat dinding rumah selama hampir tiga tahun.
Selama tiga tahun itu, dinding rumah kami belepotan penuh coretan. Alat coret yang digunakan bermacam-macam, dari pensil warna, spidol warna, krayon, cat lukis, stabilo, pulpen, hingga spidol besar yang biasa dipakai buat menulis di white board.
Semua alat tulis dan pewarna yang saya sebutkan itu bagi Aisyah adalah mainan paling menyenangkan. Tepatnya, buat bersenang-senang mencoreti seluruh dinding rumah 😅
Kakak dan adik |
Cerita ini saya tulis saat saya sedang merasa sangat rindu pada masa kecil anak-anak saya. Masa-masa sangat menggemaskan dan serba menyenangkan. Banyak momen yang membuat saya jadi tersenyum dan tertawa, semua terasa begitu indah.
Saat kini anak-anak sudah remaja, bukan berarti tidak indah, sama menyenangkan, hanya beda masanya.
Saya mengenang ulah Aisyah mencoret dinding. Masa itu berlangsung cukup lama (3 tahun) dan selama itu pula kami membiarkannya. Meskipun buku gambar dan kertas sudah disediakan, tetap saja dinding jadi kanvas favorit.
Tiap kelar menggambar benang kusut, atau garis mencong-mencong (nggak lurus) di dinding, Aisyah akan tertawa sambil mengajak kami memandangi coretannya. Anak kecil itu bangga sekali dengan hasil karyanya, walau di mata saya entah gambar apa, hanya dia yang tahu.
Dulu, jika ada tamu datang ke rumah, baik itu teman saya maupun teman suami, atau saudara dan kerabat kami, Aisyah bukannya duduk tenang atau pergi dan bersembunyi, malahan mendekat, lalu dengan bangga memperlihatkan hasil coretannya, bak mahakarya yang layak untuk dikagumi.
Begitu juga dengan kakaknya --Alief-- yang suka dengan robot-robotan dan mobil-mobilan (Alief dulu suka mengoleksi HW). Setiap ada tamu datang ke rumah dia mendekat, lalu membongkar kotak penyimpanan mainannya di depan tamu. Iya lho, di depan tamu!
Alhasil, setiap ada tamu bertandang, rumah kami bukannya terlihat rapi, malah berantakan karena dua bocil sibuk "pamer" 😂
Siswi SMP |
Mudah bagi saya untuk mendeteksi ada suatu masalah dengan anak-anak, yakni pada saat mereka tidak mau bermain, lesu, dan tidak tertarik dengan barang-barang yang mereka sukai. Diamnya anak, berarti ada yang sakit. Saat itulah saya menjadi tidak tenang.
"Berisiknya" anak adalah tanda anak sehat. Bukan sesuatu yang harus dimarahi. Menurut saya begitu.
Alhamdulillah, masa-masa mencurahkan segenap tenaga dan perhatian super ekstra sudah terlewati. Segala keriuhan bahkan kerusuhan anak-anak yang membuat saya sebagai ibu mesti jungkir balik merawat dan mengasuh mereka, kini sudah tak melelahkan seperti dulu.
Bukan berarti perhatian saya mengendor, lebih kepada "banting tenaga" nya yang udah nggak seperti dulu. Anak-anak sudah mandiri. Nggak perlu dimandikan lagi, dipakaikan baju, disuapi makan, semua sudah bisa mereka lakukan sendiri.
Saya pun nggak perlu pasang mata kayak kamera CCTV yang tiap detik mengawasi tingkah polah mereka karena khawatir ada hal-hal yang membahayakan seperti jatoh dari tangga, kepeleset saat lantai dipel belum kering, keselek makanan yang lupa disuwir-suwir, atau hal-hal lainnya.
Kini perhatian ekstra untuk anak-anak sudah berganti pada kegiatan ibadah mereka, sekolah/kuliah mereka, dan kegiatan apa saja yang mereka lakukan untuk mengisi waktu senggang. *(suami saya yang ngomong gitu) 😁
Aisyah dan Alief bersama seluruh sepupunya dari keluarga suamiku. Cucu bapak dan ibu mertuaku hanya 6 ini saja. Tiga foto anak kecil di atas lemari adalah tiga anak laki-laki dalam foto ini 😃 |
Masa-masa tidak mengecat dinding rumah selama tiga tahun sudah berlalu. Sekarang Aisyah sudah besar, sudah bersekolah di SMP.
Hobi coret-coret sewaktu kecil tetap ada, tapi sudah bukan di dinding lagi, melainkan di sketch book, handphone, dan laptop. Kalau dulu tempat untuk menggambarnya murah meriah pakai kertas bekas saja (suami sering bawa kertas bekas dari kantor), buku gambar anak TK seharga 2000 - 5000, bahkan dinding rumah. Sekarang kanvasnya gadget, dan itu mahal cuy ! 😅
Namun, saya ingin seperti dulu, menganggap "enteng" alat main anak. Maksud saya, melihatnya sebagai alat "bermain" menyenangkan yang baik untuk mengasah keterampilan dan kreativitas si anak, bukan sebagai alat yang membuat rugi.
Saya perhitungan, tapi perhitungannya dari kaca mata positif si anak, dan itu untuk sesuatu yang jauh ke depan.
Perkara beli smartphone dan laptop, saya pakai prinsip sekali mendayung seluruh lautan di bumi terlampaui. *lebay 😆. Begini, anak sekolah memang perlu perangkat macam HP dan laptop toh? Ok, beri laptop dan smartphone buat sekolah, utamanya itu. Selanjutnya dipakai buat bermain (game online), dan melakukan hobi.
Hobi yang dimaksud adalah menggambar yang seiring waktu membawa Aisyah pada kegiatan membuat berbagai macam desain. Nah, dari hobi mendesain inilah Aisyah menantang diri lewat berbagai kompetisi di sekolah, dan akhirnya mencicipi jadi juara.
Juara 2. Karya Aisyah gambar paling atas *(nama sekolah saya tutup sebagai salah satu bentuk kehati-hatian saya menjaga anak di dunia maya) |
Juara Favorit. Karya Aisyah (Aisyah Humayra) 2 gambar di bawah dalam poster ini. *(nama sekolah saya tutup sebagai salah satu bentuk kehati-hatian saya menjaga anak di dunia maya) |
Juara Favorit *(nama sekolah saya tutup sebagai salah satu bentuk kehati-hatian saya menjaga anak di dunia maya) |
Juara 2 tingkat sekolah. *(nama sekolah saya tutup sebagai salah satu bentuk kehati-hatian saya menjaga anak di dunia maya) |
Juara 2 Lomba Tingkat Nasional. *(nama sekolah saya tutup sebagai salah satu bentuk kehati-hatian saya menjaga anak di dunia maya) |
Aisyah ini cewek banget, nggak ada tomboy-tomboynya. Bicaranya lemah lembut, dan mudah menangis kalau ada yang membuat hatinya sedih atau kecewa. Nangisnya nggak pakai suara, apalagi ngoceh, hanya berupa air mata yang menetes. Perasaannya yang halus itu tipikal anak seniman bukan sih?
Saya pernah baca, anak-anak yang dilatih memainkan alat musik, bisa memperhalus perasaannya, membuatnya lebih peka. Nah, ini mah nggak les apa-apa. Kalau dengar musik sih suka. Sukanya lagu-lagu berbahasa Jepang (dari kegemaran ini makanya dia ngerti dikit-dikit bahasa Jepang). Eh, tapi, apa hubungannya dengan perasaan halus ya? wkwkw
Ngomong-ngomong soal les, Aisyah nggak suka ekskul Taekwondo, Silat, dan beberapa aktivitas fisik yang berhubungan dengan olah tubuh, kecuali renang. Beda dengan saya waktu kecil. Saya suka pramuka, jadi anggota marching band sekolah, bahkan belajar wushu walau nggak sampai jadi atlit hahaha.
Aisyah sukanya belajar menggambar, kerajinan tangan, dan editing foto/video. Kursus gambar yang pernah dia ikuti kursus manga (online), jadwal belajarnya 2 kali dalam seminggu.
Buku-buku yang Aisyah baca adalah buku belajar gambar, dan semuanya tebal-tebal.
Sewaktu seusia Aisyah saya membaca novel Pendekar Rajawali Sakti dan Wiro Sableng. Malahan sejak SD saya sudah melahap semua novel Pasukan mau Tahu karya Enyd Blyton.
Anak saya gimana? Nggak ada yang suka baca novel 😅 Oh, tapi, Aisyah dan Alief sangat suka baca komik.
Sejak masih KB (kelompok bermain), TK, SD, dan sekarang SMP saya ingin selalu menjadi mama driver yang melepas dia pergi memasuki sekolah dan menunggunya di saat pulang sekolah. |
Saya suka kepo kalau liat Aisyah berlama-lama buka laptop atau hape, pengen tahu dia nonton apaan di youtube. Ternyata, sering kedapatan nonton video-video life hack dan tutorial kerajinan tangan. Ujung-ujungnya nih, abis nonton biasanya dia nyodorin daftar belanjaan. Giliran saya yang tercengang liat biaya beli alat 😅
Tapi sekali lagi, saya suka anak saya meminta dibelikan alat-alat buat bikin prakarya. Itu artinya dia punya hobi.
Anak-anak yang memiliki hobi dan melakukan hobinya, akan merasa bahagia. Anak yang bahagia memiliki semangat untuk hidup baik di hari ini dan nanti.
Saya banyak duit? Enggak banyak, tapi ada. Dan saya bisa menahan diri dari membeli barang yang nggak perlu supaya duitnya bisa dipakai buat beli kebutuhan hobi anak.
Menghias tas kain polos |
Membuat bunga dari kain perca untuk hiasan tas kain |
Percobaan perdana membuat makrame |
1 gulung tali makrame bisa dianyam menjadi 2-3 hiasan makrame |
Menghias mug buat tempat pensil |
Hiasan bunga terbuat dari light clay |
Kerajinan berbahan kerang kombinasi light clay |
Hasil kerajinan kerang |
Boneka jari dari kain flanel. Saat itu Aisyah masih SD. |
Aisyah menggambar mama (saya) di aplikasi online. Gambar ini dia kerjakan saat sedang di ruang tunggu dokter. Gambarnya selesai sebelum namanya dipanggil perawat 😀 |
Hasil gambar mama. Proses bikin bisa dilihat dalam video reel di IG @travelerien |
Tiap ada waktu luang sering diisi dengan menggambar, di mana pun. Idenya berasal dari apa saja yang dia lihat atau pikirkan saat itu. |
Laptop sering dibawa ke mana pun, buat menggambar dan mengerjakan desain. Kalau sedang di kafe, katanya buat ngisi waktu saat menunggu pesanan yang belum diantar ke meja 😀 *Laptop: ASUS ZenBook Flip S UX371* |
Aisyah yang bebikinan, saya yang seru liatnya. Nggak ikut bikin? Nggak. Saya mumet kalau menganyam tali 😂
Kesukaan tiap orang memang beda sih ya. Tapi bukan berarti saya nggak suka dengan apa yang disukai Aisyah.
Saya hobinya menulis, foto-foto, dan jalan-jalan. Apa Aisyah menyukai hobi saya? Suka, tapi nggak semua. Soal menulis, minat dan bakat Aisyah belum ada. Tapi dia mau baca kalau saya kasih liat tulisan saya yang dimuat di majalah pesawat. Kalau foto, sukanya moto (motret), kurang suka difoto. Kalau jalan-jalan, dia suka.
Suami saya suka jalan dan hal-hal berbau petualangan, suka foto, dan berbakat dalam hal menggambar. Saya rasa, bakat menggambar Aisyah ini menurun dari suami saya. Oh, dari mbah akungnya, ding. Iya, alm bapak mertua saya pandai menggambar, beliau arsitek, ahli menggambar bangunan.
Alief hobi apa? Desain dan video editing. Itu sebabnya dia kuliah jurusan DKV new-media. Dia juga main youtube buat majang konten-konten video yang dia buat. Orang menyebutnya sebagai content creator.
Suami saya bilang ke saya, "apapun hobi baik anak, dukung dengan baik, dan yang penting akhlaknya baik dan beragama dengan baik. Jadi tolong bantu saya membawa anak-anak kita jadi anak-anak yang nggak hanya sukses di dunia tapi lebih utama sukses di akhirat."
Jleb!
Sebagai orang tua yang nggak sempurna dan masih harus banyak belajar, pesan suami langsung ngena di hati nggak pake rem 💨
Menemani Aisyah uji publik bacaan Quran di sekolah. Kala itu, ketika masih muda dan tampan, dengan rambut masih hitam. |
Sampai rambutnya memutih (tua dan tetap tampan), tetap memberikan waktu untuk Aisyah, hadir di sesi kelulusan khatam Quran (khotmil Quran). |
Alhamdulillah |
Masya Allah |
"Jangan menilai seseorang hanya dari 1 bab yang kau baca, karena cerita hidupnya tertulis lengkap dalam 1 buku. "
#apaansih? 😂
Masya Allah. Alhamdulillah.
Semoga anak-anak senantiasa sehat, bahagia, dan menjadi hamba Allah yang taat dan bertaqwa.
Tidak ada ibu yang sempurna di dunia ini, yang ada adalah ibu yang ingin melakukan hal terbaik untuk anak-anaknya dengan cara yang sempurna.
Semoga Allah senantiasa limpahkan kesehatan, kesabaran, dan kekuatan pada kami para ibu dalam membesarkan dan mengasuh anak-anak kami.
Seru banget kak cerita anak-anaknya, dari kecil sampai gede. Aku jadi ngebayangin deh nanti kalau punya anak, ketika anak nanti bikin rame rumah, harus bener-bener disiapin tenaga ekstra buat nemenin mereka. Kelakuan-kelakuan anak masa kecil bisa jadi salah satu cara buat ngelihat apa aja sih potensi dari mereka, hal yang pengen banget kupraktikkan sebagai orangtua
BalasHapusMasya Allah mbak, aku nangis bacanya nih. Baca dari sudut pandangan seorang anak. Orangtua seperti mbak Patut diacungi jempol dan memberikan pelajaran banget. Selalu mendukung keinginan anak. Apalagi Part anak mencoret-coret biasanya suka marah-marah dan anak jadi gak pede menunjukkan bakatnya. Tapi mbak membiarkan anak untuk berkreasi dan pada akhirnya anak tumbuh menjadi dirinya karena selalu di support. Asli terenyuh banget ceritanya. :')
BalasHapusTerharuuuu.
BalasHapusIya ya. Apa saja hobi anak selagi itu baik kenapa nggak. Sepanjang membaca, aku tersentuh, Mba. Terutama pesan penutup tentang, jangan menilai seseorang hanya dari 1 bab saja, karena kisah perjalanannya itu 1 buku.
MashaAllah.. Bertalenta dan tetap fokus dengan agama. Good job adek Aisyah. Ikut bangga dengan pencapaiannya ya, dek.
BalasHapusDuh, pasti bangga banget ada foto anak di pajang depan sekolahan karena prestasi ya, kak...
Angkatan emak sama anak-anak memang sudah lain. Beda jamannya.
BalasHapusLingkungan juga.
Untuk angkatan seperti saya kelahiran awal delapan puluhan, tinggal di kampung dengan perekonomian terbatas jelas tidak bisa dipaksakan dengan kondisi anak jaman now yang dibesarkan dan berada dalam lingkungan dengan kecanggihan teknologi.
Betul kata Papa Alief dan Aisyah, kita orang tua hanya bisa mendukung mereka. Sehingga mereka sukses dunia dan akhirat. Apapun profesi anak kelak.
Masya Allah, aku baca ini ikut terharu mbak Rien.. Aku pertama kali ketemu Ai waktu usia berapa ya pas staycation di hotel dulu? Dia renang, aku lihat dia asik banget sama dunianya, renang..
BalasHapusMakin kesini aku lihat Ai banyak hal yang dia lakukan dan disukai.
Ya ampun, cewek bangetlah ya pokoknya ahahaha. Semua dibabat habis, menantu idaman banget ahahaha...
Uhuuu saya terharu membacanya. Eh Aisyah udah baca tulisan ini atau belum, terus komentarnya gimana?
BalasHapusMembawa anak-anak sukses di dunia, dan sukses juga di akhirat. Saya pung ingin jadi orang tua kayak gini mbak.
Soal mencoret dinding, anak-anak saya pun demikian. Dan karena masih tinggal di kontrakan, sering dapat tatapan nggak enak dari yang punya rumah saat dia main ke rumah dan lihat dinding rumahnya penuh coretan. Tapi sebelum pindah, pasti kami cat lagi kok rumahnya, jadi bersih lagi
membaca tulisan ini mengingatkanku akan apapun yang anakku sukai, sebagai orangtua harus mendukung 100% selama di jalan yang benar dan memang membawa manfaat
BalasHapusBahagianya mbak Rien dan suami serta keluarga besar yach, Alief dan Aisyah adalah anak2 sholeh, sholehah. Pintar dan kreatif banget mengerjakan sesuatu sesuai passion yang membuat mereka dan orang tua merasa bangga :) Mbak menuliskan cerita ini bisa jadi sesenggukan hihihihi :D Paling ga berkaca2 deh mata, apalagi mengetahui usaha anak2 meraih kehebatan ini dengan baik, didukung penuh oleh orangtua. Semoga konsisten dan terus menggali apa2 saja yang bisa menjadi penyemangat hidup dan harta masa depan dunia maupun akhirat aamiin :)
BalasHapusKeren banget Aisyah. Masa-masa coret coret dinding itu menjadi latihan untuk prestasi di masa depan yaa. Prestasi Aisyah sungguh sangat membanggakan orang tuanya
BalasHapusMasya Allah, keren banget yaa.. ini anaknya benaran banyak bakatnya. Aku penasaran sama gambar di layar hp dan tablet itu pakai aplikasi apa ya? Anakku suka gambar tapi susah minta dia untuk ikutan menggambar di aplikasi hp.
BalasHapusSeusia itu aku malah masih ngambang, cuma suka nonton kartun doang dan baca komik jepang. Memang menyenangkan sekali ya bila akhirnya bakat dan minat aisyah bisa tersalurkan dengan baik semuanya. Masya Allah
Aisyah kreatif banget mba Rien persis aku muda haha.. Aku ngakak sendiri baca caption foto untuk mas Arif saat rambut hitam dan memutih, bisa aja nih mbak rien :)
BalasHapusMasya Allah, seru banget bacanya mba.
BalasHapusKayanya semua anak kecil mengalami eksplorasi kreatifitas beragam rupa yaa, aku ingat juga sering corat coret di tembok bahkan sampai ke belakang lemari wkwkkw
Ga tau kenapa, seringnya di omelin, wkwkkwkw
Rasanya jadi ingin balik ke masa2 kecil habis baca ini. Dengan segudang hobi yang sibuk dikerjakan.
Semoga anak2 mba Kate sehat teruss yaaaa, begitu juga ayah dan ibunya. Seneng liat anak2 yg tumbuh dengan penuh karya seperti mereka.
MashaAllah~
BalasHapusTabarakallahu.
Barakallahu fiik, kak Rien sudah berbagi kisah ananda Aisyah.
Kata orang, nama itu mencerminkan kepribadiannya.
Ini mungkin salah satu doa kedua orangtua saat menyematkan nama Aisyah pada ananda yang cantik dan lembut hatinya.
Aisyah masa kini.
Semoga Allah senantiasa melindungi dan memberkahi setiap langkah ananda.
..dan bisa menjadi contoh salah satu Muslimah yang menginspirasi dengan karyanya yang besar.
Wahhh keren banget karya-karya yang dihasilkan dik aisyah ini yaa, apalagi liat yang juara desainnya bikin terkagum-kagum.. Dari hobi sejak kecil bisa jadi prestasi dan karya-karya yang bermanfaat. Jadi keinget dulu waktu kecil juga sering coret-coret dinding karena kesenengan gambar, tapi gedenya malah coret-coret template blog, dasar aku..
BalasHapusJadi pengingat buatku yang suka dibikin gemes sama anak-anak. Masih dalam taraf suka coret-coret tembok nih. Udah lebih dari tiga tahun malah belum dicat lagi.. ntar sekalian nunggu gede deh..
BalasHapusMelihat cerita kak Aisyah sudah menemukan apa yang disukai.. membuatku semangat mendampingi putriku menemukan yang dia sukai juga. Saat ini akhirnya dengan suka rela minta dileskan menggambar.. semoga bisa mengikuti prestasi mbak Aisyah :)
Wah, keren-keren banget hasil desainnya Aisyah. Hasil craftnya juga bagus-bagus. Anak jaman sekarang kayaknya lebih cepat menemukan passionnya dibanding anak jaman dulu ya.. Sebagai orang tua kita cuma bisa mendukung, salah satunya menyediakan prasarana terbaik semampu kita, selama itu hobi yang positif.
BalasHapusAsliiii akutu terharu bacanya sampai ada yang basah di sudut mata. Tapi giliran baca tentang Aisyah rajin bikin segala macam kerajinan hingga makrame itu, jadi berubah auranya. Ngikik baca tulisan mba Rien kalo enggak pengen ngikut Aisyah bikin makrame, hahahaa. Iya sih kasih aja perlengkapan hobinya dia, mba Rien duduk aja ngelihatin sambil jekrek jekrek
BalasHapusSama sih dengan yang dilakukan mba Rien dan suami, waktu anak-anak masih usia di bawah 1o tahunan, kami nggak pernah rajin ngecat dinding. Lha abis dicat warna baru, nggak ada hitungan seminggu udah penuh lagi dengan coretan keren milik anak-anak, hihiii
Keren banget nih Aisyah, lebih keren lagi mamanya Aisyah karena mau memahami dan mendukung hobi anak-anaknya hingga berprestasi.
BalasHapusIya kadang kangen masa kecil anak2 yah mbak, walo dulu berasanya ribet banget tapi tetep bikin kangen nih huhuhu
Aku aja yang bacanya bangga, apalagi jadi Aisyah sama ortunya ya, pasti bangga banget! Memang anaknya seniman banget dari kecil ya mbak, aku udah segede gini pengen banget bisa menggambar / design kayak Aisyah. Insya Allah kariernya ke depan bakalan cerah nih, karena dari kecil dia udah tau apa yang dia ingin lakukan.
BalasHapusAaaaa, masyaallah aku ikut hangat bacanya mbak. Support kita sbg orang tua mmg penting banget buat boost percaya dirinya anak.
BalasHapusKangen anak-anak waktu bocil yaaahhh :')
Kadang kalau anak2 di rumah pas ribut kyknya telinga udah panas aja, tapi msh lbh bagus gtu sih ya mbak, ketimbang pas anak sakit trus lemes dan gak ceria huhu moga sehat2 selalu semuanya.
BalasHapusJustru senang kalau anak keliatan udah ada hobinya sejak kecil, ortu tinggal mendukung dna mengarahkan bila perlu difasilitasi dengan baik ya mbak.
seru yah Mba, mmebaca cerita anak-anak kita , kami belum sampai usia itu sih, anak2 masih kecil. masih dikemong banget. semoga anak kita semua sehat, sukses di masa depan dan teguh dalam iman islam, aamiin. Btw iyah yah, itu kenapa alat2 prakrya pas dikumpulin budgetnya jadi naiak, kadang mikir ya udahlah beli yang udah jadi aja, tapi kan anak gak belajar ya
BalasHapusAduh terharu... setuju banget mbak, mendukung kegiatan dan hobi anak yang membuatnya bahagia adalah pilihan terbaik. anak terlahir dengan bakal, minat dan karakter yang berbeda. Kalau kita menyeragamkan dia dengan anak lain, sama saja kita mematikan potensinya.
BalasHapusAnak-anak hebat, pasti terlahir dari orang tua yang hebat juga. Mak Katerina dan suami adalah orang tua yang luar biasa, karena bisa jadi support system terbaik untuk Kak Aisyah dan Kak Alief.
BalasHapusBtw, sulung saya sama dengan Kak Aisyah. Sukanya menggambar. Waktu kecil - TK, saya selalu menyediakan 1 rim kertas setiap bulannya. Tapi sejak SD, karena sekolahnya juga sampai sore, kegiatan menggambarnya ngga sesering dulu lagi. Tapi tetap kami fasilitasi. Sesekali kalau ayahnya nyeketsa dengan teman-teman Indonesia's Sketchers Solo, dia diajak juga.
Semoga saya dan suami bisa jadi support system terbaik untuk anak-anak juga. Aamiin... :)
MasyaAllah, senang sekali membaca curahan hati bundanya Aisyah. Luar biasa berkah mbak memiliki putri sesholeh kakak Aisyah. semoga selalu menjadi kebanggaan bunda dan ayah, barakallah juga telah menjadi hafizah, insyaAllah menjadi mahkota untuk ayah bundanya kelak. aamiinn
BalasHapusAhhh, luar biasa cerita perjalanan kakak aisyah ini
BalasHapusSangat berbakat dan penuh prestasi
Jadi mau minta tips ke ibunya, biar bisa punya anak berbakat seperti kakak Aisyah
Membaca tulisan ini langsung membuat saya termenung. Sepertinya saya diingatkan lagi kalau waktu bersama anak-anak itu sebentar banget. Rumah berantakan tiap hari itu sebentar sangat. Akan ada masanya malah kita kangen masa-masa rumah berantakan. Terima kasih bunda untuk pengingatnya.
BalasHapusDari fotonya kelihatan kalem. Gayanya gitu, beda dari mamanya. Heheh
BalasHapusTrus, terampil banget ya Aisyah. Menggambar, macrame, clay, flannel, dan sebagainya udah pernah dicoba. Lanjut kakak~ lanjut sodorin daftar belanjaan ke mama
Mencoret tembok adalah masa yang ga boleh diskip pada milestone anak hahaha. Aku nih mb Rien mengalami masa tembok ga pernah bersih. Bahkan pernah mau lebaran akhirnya ngecat dinding ruang tamu, panas dan haus karena puasa capek ngecat dinding seharian. Lah ditinggal masuk le dalam dindingnya udah dicoret lagi sama Miqdad hahaha. Nasiib
BalasHapuskeren mba, anakmu so talented yaaa bakat menggambarnya jelas terlihat dan teruji dengan berhasil memenangkan lomba
BalasHapusBaca judulnya aja bikin aku meleleh Mba. Salut ama Aisyah dan Kakaknya. Juara pokoknya. Saya harus banyak belajar jadi orang tua yang baik kaya Mba Rien nih biar bisa mengoptimalkan potensi dan bakat anak. Setiap anak pasti istimewa bagi orang tuanya
BalasHapusAnak-anak masa kini itu pada canggih ya..
BalasHapusAlhamdulillah~
Ternyata memang Allah bekali anak-anak kemampuan adaptasi yang sebegitu mudahnya dengan kemajuan zaman yang pesat. Karya Ananda Aisyah semoga terus meningkat dan ide kreatifnya bisa membawa nama baik Indonesia hingga ke kancah dunia Internasional.
Sukses selalu, nak sholiha.
masyaallah mama driver hebat, semoga anak-anak jadi anak soleh solehah. keren-keren mba minat ke teknologi juga gede ya anak-anak mba berprestasi semua.
BalasHapusjadi berkaca tidak boleh ngeluh pokokknya tidak boleh ngeluh besarin anak kayak skrg
Alhamdulilah, senang banget bacanya
BalasHapusberkat dukungan ayah dan ibunya, Aisyah tumbuh cantik, multi talenta dan soleh
semoga selalu jadi anak kebanggaan ayah ibu dan lingkungannya, amin
Seru dan turut berbahagia anak memiliki ketrampilan berprestasi di sekolah maupun keagamaan, pendidikan dan pengasuhannya menunjang spirit berprestasi dan percaya diri. Keren, alhamdulillah
BalasHapusWow...keren pakai 2 jempol ibu dengan prestasi Aisyah yang membanggakan.Multi talente,ternyata dari hobby coret-coret memberikan impact positif setelah besar ya.Anakku juga dulu suka coret-coret dinding rumah,aku diamin saja mereka coret semua tembok,aku seperti pergi ke pameran melihat pemandangan dinding rumah
BalasHapusMasya Allah, Mbaaak. Keren-keren karya Aisyah. Alhamdulillah ya waktu Aisyah kecil nggak dilarang-larang corat-coret. Jadi inget, nih. Waktu sulungku balita, hobinya sama kayak Aisyah. Akhiranya ada bagian dinding di ruangan tertentu yang kututup pakai kertas karton. Bebassss mau nyoret apa pun di sana :))
BalasHapusUdah cantik, pinter, kreatif pula.
BalasHapusSemangat terus ua Aisyah. Semoga makin sukses dan berkah karya-karya nya
terharu bacanya mbak, salut dg millenial mama yang sll support dg apa yang dilakukan anak. hingga bisa menemukan passion dan produktif diusia belia.
BalasHapusDi balik anak yang berprestasi, ada sosok ibu yang mendampingi Dengan ibu yang membebaskan kreativitas sejaka nak masih bayi maka anak akan tumbuh sebagaimana altmosfer yang diciptakan. Aisyah, kamu hebat!
BalasHapusSeneng ya mba ketika melihat anak mengeksplore hobi dan bakatnya. Orang tua memang selayaknya memberi support anak. Bener banget nih kata suaminya mba kalau hobi anak harus didukung oleh orang tua
BalasHapuskeren sekali kakak Aisyah, ini anakku juga main ibis paint , cuma dia masih SD,
BalasHapusbaru belajar
Semoga bisa berprestasi seperti kakak Aisyah
Ada pepatah, jika barang milik anakmu pabalatak artinya mereka sehat dan kreatif. Jika terlalu rapi bisa jadi lagi sakit atau emang mageran. Hehe...pepatah boleh ngarang itumah
BalasHapusMasya Allah Tabarakallah punya dua permata yang sungguh jadi penyejuk mata dan hati begini sungguh enggak terkira. Aisyah keren!
BalasHapusSemoga kedua putra-putrinya sukses ya, Mbak Rien
Setuju jika bakat anak apapun itu orangtua dukung , reminder buatku ini kadang masih enggak terima kok anak-anak enggak kayak emak bapaknya hahaha. Setiap anak unik dan ortu hanya bisa mengarahkan, mendukung, mendampingi dan mendoakan agar dia bisa mengembangkan keunikannya untuk keberhasilan di masa depan
Keren banget bisa mengembangkan hobi anak-anak menjadi prestasi yang membanggakan nih,Mba. Didikan orang tua menjadi kunci keberhasilan anak juga pastinya ya. Memang hobi yang ditekuni dengan baik bisa memberi peluang besar. Aisyah yang hobi menggambar bisa membawa jadi sang juara dan pasti terpacu untuk join kompetisi lainnya di waktu mendatang.
BalasHapus