Kamera merupakan salah satu barang penting yang mesti dibawa ketika jalan-jalan. Dengan kamera, pejalan bisa mengabadikan banyak tempat dan momen yang ditemui di perjalanan. Foto yang didapat jadi oleh-oleh untuk dibawa pulang ke rumah. Bisa jadi bahan untuk cerita kepada keluarga. Bisa jadi kenangan untuk di masa yang akan datang. Bisa jadi pelengkap cerita saat menulis di blog.
Dulu waktu awal-awal suka jalan, kamera digital andalan yang saya pakai jenis kamera saku. Kecil, ringan dan mudah dibawa-bawa. Kameranya awet. Sampai sekarang masih ada. Sudah saya pakai untuk motret banyak momen di tempat-tempat yang saya kunjungi, baik saat jalan bersama keluarga maupun teman.
Sekarang saya memang sudah punya kamera DSLR. Lebih sering digunakan jika jalan-jalan. Tapi bukan berarti kamera saku ditinggalkan. Masih lumayan sering dipakai. Alasannya karena ga ribet he he. Tidak perlu dibawa pakai tas kamera ukuran besar. Kamera tinggal dimasukkan saku, atau dimasukkan dalam tas yang biasa buat menaruh dompet. Praktis.
Dulu waktu awal-awal suka jalan, kamera digital andalan yang saya pakai jenis kamera saku. Kecil, ringan dan mudah dibawa-bawa. Kameranya awet. Sampai sekarang masih ada. Sudah saya pakai untuk motret banyak momen di tempat-tempat yang saya kunjungi, baik saat jalan bersama keluarga maupun teman.
Sekarang saya memang sudah punya kamera DSLR. Lebih sering digunakan jika jalan-jalan. Tapi bukan berarti kamera saku ditinggalkan. Masih lumayan sering dipakai. Alasannya karena ga ribet he he. Tidak perlu dibawa pakai tas kamera ukuran besar. Kamera tinggal dimasukkan saku, atau dimasukkan dalam tas yang biasa buat menaruh dompet. Praktis.
Kalo bawa kamera DSLR, tasnya mesti begini nih :D *foto Yopie Pangkey* |
Album Foto dari Kamera Saku
Dalam eksternal hardisk saya, dari semua album foto, separuhnya diambil dengan kamera saku. Ternyata banyak foto kenangan di dalamnya. Banyak kisah menarik. Banyak cerita manis. Dari dulu memang hobi bikin foto. Tapi sekedar foto buat disimpan. Bukan untuk diupload di blog atau medsos seperti sekarang ini. Apalagi buat dijual. Siapa juga yang mau beli :p
Foto lama memang tidak diniatkan untuk ikutan di-share ke dunia maya seperti foto-foto terbaru. Biar saja ‘hidup’ di tempatnya, sesuai jamannya. Hanya beberapa foto-foto terakhir saat jalan-jalan bareng teman, saya keluarkan sebagian, saya upload di Instagram. Beberapa di antaranya waktu ke Lombok dan Kepulauan Derawan. Karena menampakkan keindahan wisata Indonesia, makanya saya masukkan dalam galeri foto online bernama Instagram.
Foto waktu jalan-jalan ke Kepulauan Derawan ternyata banyak banget. Setelah dingat-ingat, beberapa di antaranya pernah dimuat di majalah Pesona, Flona, Paras, dan Cita-Cinta. Padahal kualitas fotonya sih standar banget, tak sebagus hasil jepretan kamera DSLR. Tapi Alhamdulillah dimuat pasti karena memenuhi unsur enak dilihat ya he he.
Dalam eksternal hardisk saya, dari semua album foto, separuhnya diambil dengan kamera saku. Ternyata banyak foto kenangan di dalamnya. Banyak kisah menarik. Banyak cerita manis. Dari dulu memang hobi bikin foto. Tapi sekedar foto buat disimpan. Bukan untuk diupload di blog atau medsos seperti sekarang ini. Apalagi buat dijual. Siapa juga yang mau beli :p
Foto lama memang tidak diniatkan untuk ikutan di-share ke dunia maya seperti foto-foto terbaru. Biar saja ‘hidup’ di tempatnya, sesuai jamannya. Hanya beberapa foto-foto terakhir saat jalan-jalan bareng teman, saya keluarkan sebagian, saya upload di Instagram. Beberapa di antaranya waktu ke Lombok dan Kepulauan Derawan. Karena menampakkan keindahan wisata Indonesia, makanya saya masukkan dalam galeri foto online bernama Instagram.
Foto waktu jalan-jalan ke Kepulauan Derawan ternyata banyak banget. Setelah dingat-ingat, beberapa di antaranya pernah dimuat di majalah Pesona, Flona, Paras, dan Cita-Cinta. Padahal kualitas fotonya sih standar banget, tak sebagus hasil jepretan kamera DSLR. Tapi Alhamdulillah dimuat pasti karena memenuhi unsur enak dilihat ya he he.
Kenang-kenangan motret pakai kamera saku saat jalan-jalan di Pulau Maratua |
Tahun 2013, saya liburan ke Lombok selama lima hari bareng teman-teman muslimah backpacker. Nah, lima hari. Kebayang kan berapa banyak saya dapat foto. Jika dalam satu hari kami mendatangi beberapa tempat, termasuk kulineran di beberapa tempat (pagi, siang, malam), berapa banyak foto yang saya dapat selama 5 hari?
Sayangnya, suatu hari ketika foto-foto itu saya jadikan pelengkap cerita perjalanan untuk media cetak, dari sekian banyak foto Lombok hanya sedikit saja yang diterima. Alasannya karena sudut pengambilan yang kurang bagus. Ukuran foto yang tidak sesuai dengan syarat yang mereka tentukan, dan lain-lain semacam itu. Hanya ada dua media yang pernah memuat foto Lombok yaitu Koran Pikiran Rakyat dan Majalah Femina.
Jepretan dari kamera saku dimuat di Femina no. 51 – Des 2014 |
Foto-foto dari kamera saku di Femina No.51 - Des 2014 : Wisata Lombok |
Sebenarnya tidak sangka lho Femina mau muat. Syarat foto untuk majalah satu ini cukup ketat. Foto jepretan kamera saku saya itu benar-benar apa adanya, sederhana banget. Tapi entahlah, akhirnya diterima.
Tahun 2014 saya liburan ke Kepulauan Derawan. Pergi selama lima hari lagi. Bareng sekitar 30 orang. Ramai! Lima hari dapat banyak foto. Mungkin ada sekitar seribu foto. Karena waktu itu banyak tempat yang dikunjungi, bagus-bagus semua, saya tertarik menuliskannya untuk media cetak. Alhamdulillah ada empat majalah yang mau muat. Dan hampir semua foto yang dimuat adalah foto jepretan kamera saku saya yang lama itu. Sebagai penulis pemula yang baru terjun ke media cetak, girang tak terkira dong rasanya hehe.
CitaCinta
13- Juni 2014 : Menjejak Bohe Silian
|
Flona
139 Juli 2014: Berjumpa Bekantan di Tarakan
|
Flona 138 Juni 2014: Berenang Bersama Ubur-ubur Langka di Pulau Kakaban |
Flona
141 Sept 2014: Menyelam Bersama Penyu Raksasa di Pulau Maratua
|
Flona
141 Sept 2014: Menyelam Bersama Penyu Raksasa di Pulau Maratua
|
Paras
132 Okt 2014: Maratua, Pulau Romantis di Kepulauan Derawan
|
Paras
132 Okt 2014: Maratua, Pulau Romantis di Kepulauan Derawan
|
Tahun 2012 saya liburan ke Gunung Bromo di Jawa Timur. Pakai kamera saku juga. Banyak dapat foto. Dan menurut mata saya yang tak setajam dan seindah mata fotografer, foto jepretan saya bagus-bagus dong. Bagus itu kan subjektif yaw :p
Senangnya nih, foto-foto di Gunung Bromo itu nampang di Majalah Scarf. Scarf adalah majalah pertama (media cetak pertama) yang memuat tulisan dan foto saya. Inilah titik awal saya sebagai penulis cerita perjalanan. Setelah itu baru saya menembus media cetak lainnya hingga sekarang. Belum banyak sih, baru ada 70 tulisan saja yang pernah dimuat. Belum sampai seratus.
Scarf
Vol 7 - 2014: Bromo Keajaiban Alam Penuh Keindahan
|
Nah, inilah cerita saya tentang kamera digital andalan sebelum saya menggunakan kamera DSLR. Kamera saku kesayangan yang pernah menemani saya menyalurkan hobi motret dan jalan-jalan.
Apapun jenis kameranya, gunakan sebaik mungkin, jadikan alat untuk membuat karya positif :)
Kamu punya cerita tentang kamera kesayanganmu?
*adv
*adv
kereeeen mba banyak masuk majalah foto-fotonyaaa
BalasHapusAlhamdulillah mbak ^_^
Hapus