“Kak, nanti saat di Lampung, ajak kami kulineran di rumah makan yang menyajikan menu khas Lampung ya. Kita ingin cicip masakan yang benar-benar khas dari Lampung.”
Permintaan itu saya sampaikan lewat grup Festival Krakatau 2016 di WhatsApp. Sekitar 1 minggu sebelum saya dan teman-teman travel blogger dari Balikpapan, Jogja, Babel, Batam, Jakarta, dan Palembang berangkat ke Lampung untuk mengikuti kegiatan Festival Krakatau 2016 pada tgl 27-28 Agustus 2016.
Teman-teman di grup pun setuju. Kakak yang dimintai tolong tidak mengiyakan, tidak pula menolak. Hanya merespon dengan satu kata : “Noted”.
Jumat tgl. 26/8 kami sudah di Lampung. Malamnya kulineran di Warung Mie Aceh Jambo Raya. Sabtu pagi berangkat ke Gunung Anak Krakatau. Pulang sudah tengah malam. Minggu siang sebelum menyaksikan Semarak Budaya di Tugu Adipura, kami baru punya kesempatan untuk kulineran.
Request kulineran itu ternyata dipenuhi.
Minggu siang setelah diajak main-main ke Munca Teropong Laut, kami diajak ke Restoran Cikwo yang terletak di Jl. Nusa Indah 3 No. 1 Pakis Kawat Bandar Lampung.
Permintaan itu saya sampaikan lewat grup Festival Krakatau 2016 di WhatsApp. Sekitar 1 minggu sebelum saya dan teman-teman travel blogger dari Balikpapan, Jogja, Babel, Batam, Jakarta, dan Palembang berangkat ke Lampung untuk mengikuti kegiatan Festival Krakatau 2016 pada tgl 27-28 Agustus 2016.
Teman-teman di grup pun setuju. Kakak yang dimintai tolong tidak mengiyakan, tidak pula menolak. Hanya merespon dengan satu kata : “Noted”.
Jumat tgl. 26/8 kami sudah di Lampung. Malamnya kulineran di Warung Mie Aceh Jambo Raya. Sabtu pagi berangkat ke Gunung Anak Krakatau. Pulang sudah tengah malam. Minggu siang sebelum menyaksikan Semarak Budaya di Tugu Adipura, kami baru punya kesempatan untuk kulineran.
Request kulineran itu ternyata dipenuhi.
Minggu siang setelah diajak main-main ke Munca Teropong Laut, kami diajak ke Restoran Cikwo yang terletak di Jl. Nusa Indah 3 No. 1 Pakis Kawat Bandar Lampung.
Kita makan di Resto Cikwo ya mbak Lina.... |
Nama Restoran Cikwo tidak asing lagi di telinga saya. Sejak berteman dengan blogger Lampung nama Resto Cikwo sudah beberapa kali disebut-sebut. Meski begitu, setelah beberapa kali ke Lampung (sekitar 5 kali), saya belum juga kesampaian mampir. Seringnya sih karena tidak sempat. Entah itu terburu-buru berangkat ke luar kota Bandar Lampung, atau pun buru-buru kembali ke Jakarta.
Sepintas yang saya tahu tentang Restoran Cikwo adalah rumah makan yang menyajikan beragam jenis kuliner asli dari Provinsi Lampung. Tadinya, nama makanan yang saya ketahui bisa dinikmati di rumah makan ini hanya seruit, gulai taboh, dan pindang. Tidak ada yang lain. Dan selama ini yang paling buat penasaran adalah seruit.
Sepintas yang saya tahu tentang Restoran Cikwo adalah rumah makan yang menyajikan beragam jenis kuliner asli dari Provinsi Lampung. Tadinya, nama makanan yang saya ketahui bisa dinikmati di rumah makan ini hanya seruit, gulai taboh, dan pindang. Tidak ada yang lain. Dan selama ini yang paling buat penasaran adalah seruit.
Girly banget ya warna cat restorannya :D |
Seruit itu semacam sambal yang dicampur dan dimakan dengan terung. Sambalnya tidak langsung jadi, tapi baru dibuat saat akan makan. Dan katanya, untuk membuat seruit ada caranya.
Pada nyobain pakai Siger :D |
Jadi, di rumah makan ini, nggak cuma makanannya yang khas Lampung, pernak-pernik di dalam ruang makannya juga dihiasi beberapa barang yang mencirikan Lampung. Ada mahkota siger yang terkenal itu. Lengkap dengan perhiasan kalung, serta kain peghias leher. Kita para perempuan langsung deh pingin pakai. Gantian satu-satu. Mulai dari mbak Dian, Rian, Mbak Ros, saya, dan mbak Lina. Lalu, cekrak cekrek foto.
Nggak cuma siger mahkota wanita, mahkota laki-lakinya pun ada. Yang paling bergaya siapa lagi kalau bukan Maman. Dia pakai itu mahkota, udah ganteng ga ketulungan mirip pangeran, tapi pas lihat baju kaosnya, aduh….hilang deh pesona seorang pangeran.
Yayan kemana? Dia nggak nyobain pakai mahkota. Bujang tuna asmara itu mungkin takut kena kutukan, pakai mahkota bisa bikin 3 kali gagal kawin. He he percaya aja.
Di sini juga ada aneka oleh-oleh khas Lampung seperti Kopi Lampung dan bermacam snack.
Nggak cuma siger mahkota wanita, mahkota laki-lakinya pun ada. Yang paling bergaya siapa lagi kalau bukan Maman. Dia pakai itu mahkota, udah ganteng ga ketulungan mirip pangeran, tapi pas lihat baju kaosnya, aduh….hilang deh pesona seorang pangeran.
Yayan kemana? Dia nggak nyobain pakai mahkota. Bujang tuna asmara itu mungkin takut kena kutukan, pakai mahkota bisa bikin 3 kali gagal kawin. He he percaya aja.
Di sini juga ada aneka oleh-oleh khas Lampung seperti Kopi Lampung dan bermacam snack.
Ada kopi lampung, ayo dibeli buat yang hobi ngopi |
Semacam peralatan tradisional masyarakat Lampung yang dipajang di restoran |
Aneka oleh-oleh dan buku-buku tentang Lampung buat dibaca-baca di tempat |
Makanan cukup lama dihidangkan, mungkin karena diolah dulu, agar disajikan segar. Sementara, Indra sudah siap-siap untuk memperagakan cara membuat seruit. Saat makanan mulai satu persatu dihidangkan, langsung dong heboh moto-moto. Pakai naik kursi segala pokoknya.
Nah, setelah semua makan tersaji, baru deh melongo nggak tahu namanya. Saya sampai sulit lho menyebut dan menghafalnya. Akhirnya minta tolong mas pelayan untuk mencatatnya. Mau tahu nggak apa saja? Ini nih:
Sop Tuhuk, Sate Tuhuk, Taboh Iwa Tapa, Pandap, Khetak Belulang, Bekasam, Sambal Khalipu, Pindang Baung, Pepes Baung.
Di antara semua nama itu, hanya pindang baung dan pepes baung yang saya tahu. Lantas, di mana seruitnya? Oh iya, mana ya??
Gulai Taboh |
Terong bakar bahan utama untuk membuat seruit |
Inilah saatnya melihat Indra membuat seruit.
Jadi ternyata, seruit itu terdiri dari beberapa macam makanan yang diolah menjadi makanan utama. Apa saja campurannya? Ini yang ditunjukkan oleh Indra:
- 1 sendok sambal terasi
- 2 sendok kuah pindang
- 1 potong terung bakar/terung rebus
- 1 sendok tempoyak (durian yang dipermentasi)
- ikan pepes beserta bumbu pepesnya (ambil satu atau dua suir)
- 2 sendok kuah gulai taboh ikan tapa yang diasap
Semua bahan tersebut lalu diaduk dengan tangan sesuai budaya dan tradisi masyarakat Lampung, baik dari suku pepadun maupun suku saibatin. Dengan cara diaduk, maka bercampurlah rasa gurih dari ikan, rasa asam dari tempoyak, dan rasa sedap sambal terasi. Setelah diaduk rata, baru dinamakan seruit.
Seruit buatan Indra sudah jadi, yuk disantap... |
Buat yang masih penasaran cara membuatnya, bisa lihat dalam video di akhir postingan ini ya.
Sebagai informasi, pada tahun 2015, Seruit Lampung telah masuk dalam daftar Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) provinsi Lampung oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Tradisi makan seruit bersama disebut ‘Nyeruit’. Nyeruit telah menjadi budaya makan bersama masyarakat suku Lampung sejak dulu, baik dalam aktivitas makan bersama dilingkup keluarga hingga dalam gelaran pesta adat atau pesta pernikahan. Di masa kini, aktifitas nyeruit ini juga dilakukan di acara-acara pemerintahan.
Karena judulnya untuk kebersamaan, aktivitas nyeruit ini memang lebih afdol kalau dilakukan bersama-sama.
Seruit disebut juga sebagai sambal, pelengkap hidangan gulai taboh, pindang, dan aneka lalapan.
Oh ya, buat kamu yang tidak suka durian, mungkin bakal mikir dua kali ya makan seruit hehe. Saya sih ga ada masalah dengan durian, baik rasa maupun aroma. Jadi, sambal seruit ini ok ok saja melewati lidah saya. Unik sih rasanya, dan baru kali ini coba. Masih penasaran ingin coba lagi.
Kulineran di Lampung kali ini benar-benar spesial, lidah saya akhirnya bisa merasakan kuliner asli yang sudah lama saya idam-idamkan. Rasanya baru sah kulineran di Lampung kalau sudah mencecap masakan aslinya.
Sebuah cita rasa yang amat khas.
Senang bisa memperkaya khazanah kuliner Nusantara lewat sajian di Restoran Cikwo.
Mbak Isna Subana (tengah baju hitam) foto bersama travel blogger: Yayan, Lina Sasmita, Dian Radiata, Arie goiq, Maman, Rian, Hari JT, mbak Rosanna, dan Indra. |
Kamu sudah mampir ke rumah makan ini? Kalau belum, mampir deh, sekalian kenalan dengan pemilik restonya, Mbak Isna Subana. Baik dan ramah banget orangnya. Tidak sulit dimintai informasi tentang menu-menu di restonya. Bikin pingin mampir lagi kalau besok-besok kalau ke Lampung lagi.
Semoga seruit dan aktifitas nyeruit ini dapat lestari.
Nama makanannya ternyata susah-susah ya mbak.. sampe belibet rasanya lidah waktu nyebutnya :D
BalasHapusBtw, aku gak suka durian. Tapi ternyata aku suka makan seruit. Kemaren sampe nyomot banyak-banyak seruit di piring Indra :D
Iya mbak, aku pun belibet nyebut namanya. Makanya minta tolong masna tulis :D
HapusRasa duriannya sudah tidak terlalu tajam lagi ya karena sudah bercampur dengan berbagai rasa kuah, sambal terasi, dan ikan yang disuir-suir.
Syukurlah mbak Dian gapapa :D
Mba tanya donk.
HapusRM Cikwo ini skr masih buka gak?
Dan lokasi lbh tepatnya berada dmn??
Demi apoooo jingok postingan ini jadi lavvaaaar
BalasHapusooiiiii Yayan...ngapo kau idak pake mahkota Lampung cak Maman?
HapusSemoga suatu saat bisa ke sini 😀
BalasHapusAamiin. Ayo ke Lampung Bai.
HapusKalau lihat sambal terasi jadi negbayangin nasi uduk. Aahh, jadi laperrrrr!
BalasHapusNasi uduk pakai sambal terasi enak juga ya Mas Mirwan...
HapusOMGaku jadi lafaaarrrr
BalasHapusYuk terbang ke Lampung pakai baling-baling bambu, kita makan di RM Cikwo lagi :D
HapusWew saya sempet pernah nyeberang ke lampung, tapi ga segini taunya soal makanan khas,,,,nanti ke sana kalo ada jodoh, wajib icip icip lagi lah
BalasHapusWajib tahu dan icip-icip kalo ke Lampung.
HapusDulu sempat bingung kalau ada yang minta diajak ke resto khusus kuliner Lampung. Sekarang sudah tahu harus kemana :)
BalasHapusAsyik menunnya. Tapi aku malah fokus sama buku-buku yang bisa dibaca itu hahahahahah. Kayaknya tiap liat buku kok langsung gimana gitu rasanya :-D
BalasHapusBaca buku di sini sambil minum kopi ditemani camilan, pasti sesuatu yang membahagiakan banget buatmu ya :)
HapusRestorannya unik ya mbak. Kuliner Lampung ternyata banyak yaa dan beda banget Ama masakan Jawa. Kudu nyobain nih
BalasHapusSeperti masakan Sumatra pada umumnya yang terkenal kaya rempah, masakan Lampung pun demikian. Olahan ikan banyak variasinya, dari yang bersantan hingga penggunaan banyak bumbu dengan rasa asam yang tajam dan pedas menggigit. Mungkinkah itu yang membedakannya dengan masakan Jawa?
HapusAyo kulineran di Lampung mbak :)
Dulu bingung kalau ada kawan yang minta ditemani ke rumah makan yang sajikan masakan khas Lampung.
BalasHapusSekarang sudah tau harus kemana :)
Ke Restoran Cikwo ya mas. Terima kasih sudah ajak kemari :)
HapusAku kapan diajak kulineran lampung ... bakso sony termasuk kuliner khas lampung ngak yaaa ??? hahaha
BalasHapusBakso Sony termasuk kuliner, tapi bukan khas Lampung atau masakan asli daerah lampung. Bakso ada di mana-mana, tapi Bakso di Lampung yang terkenal memang bakso Sony :)
HapusAyo kak Cumi ke Lampung bareng yuk
InsyaAllah ntar kita nyeruit bareng, siapa sih yang nolak nyobain makanan tradisional yang nyampleng banget kayak gini.
BalasHapusPaling seneng kalo jalan sama emakmbolang, ratunya kulineran sejagad travel blogger hihi Yuk cobain seruitnya...
HapusYa ampun, baca blog tentang makanan malem2 gini malah bikin saya laper. Jujur, saya lahir dan besar di Lampung tapi belum pernah cicip semua makanan yang disajikan di atas tadi, keliatannya bener-bener kantab ky nya, huah, laper.
BalasHapusIngat seruit ingat seluit, halah!
BalasHapusMinumannya itu, nendaaang banget. Asam, manis dan segaaar banget.
Lampung oh Lampung... panggil aku lagi, dung! :)
Ngilerr bayangin campuran seruit...
BalasHapuswah. cikwo.. pertama ke sini disuguhi banyak pilihan. dan yang masih terngiang rasanya sampai skrg ada seruit... gimana gt. haha
BalasHapusya ampunnnnn itu makanannya super lengkap dan enak enak semua. jadi laper dah tengah malam
BalasHapus