Okay, ku ceritakan disini
bahwa ke TMII kali ini aku mendapat pengalaman mengesankan dengan berkunjung ke
Musium Transportasi. Ga sekedar suci mata cuci kaki lalu tidur, tapi juga
mendapat pengetahuan tentang sejarah transportasi di Indonesia. Ya…walau dikata
terlambat banget tahu, masih mendinglah
daripada tak tahu sama sekali. Kalau tidak Tahu nanti Tempe makannya. Nyam..nyam.
Aku ga hendak mengatakan
bahwa aku mendapat pengetahuan berlimpah tentang sarana transportasi yang
dipamerkan di musium ini. Yang kuketahui hanya sedikit saja sebab aku ga
berkeliling ke seluruh tempat, melainkan hanya melihat yang menurutku menarik
saja untuk diketahui. Yang unik. Yang dekat di kaki. Yang asyik jadi latar
belakang foto narsis. Gitu lho.
TIKET
MASUK
Untuk masuk ke musium ini
cukup bayar Tiket seharga Rp 2000. Murah banget ya kan? Bukan mau sombong,
rasanya bayar 10ribu pun aku mau sebab yang pengetahuan kudapatkan dari tempat
ini lebih besar dari sejumlah uang itu. Kawasan musium ini luas. Kalo mau
lebay, kusebut mirip garasi super besar yang menyimpan aneka monumen
transportasi. Segala transportasi udara, laut dan udara ada. Mulai dari Cikar
hingga kapal terbang sungguhan. Nah, koleksi tertuanya adalah lokomotif seri
B5004 yang dibuat di Inggris tahun 1880.
KOLEKSI TRANSPORTASI
UDARA
Monumen transportasi menempati
area outdoor dan indoor. Yang pertama kali nampak di area outdoor bagiku adalah
pesawat DC 9 milik maskapai penerbangan Garuda Indonesia yang terlihat begitu megah
dan perkasa. Pesawat ini buatan Amerika Serikat tahun 1979 yang beroperasi di
Asia dan Australia.
Muatannya 104 penumpang. Pengunjung bisa menaiki, masuk dan melihat bagian
dalam pesawat. Namun lihat-lihat jadwalnya ya. Soalnya ga tiap saat. Ada pramugarinya juga lho.
Di samping pesawat DC 9
terdapat helikopter berwarna orange milik TIM SAR Nasional. Tulisan
dilarang masuk terpampang di pintunya. Aku udah niat banget tuh pengen narsis
di bangku pilotnya, eh sementara cuma ngimpi saja dulu deh. Helikopter SAR ini
buatan IPTN (Industri Pesawat Terbang Nasional) tahun 1982. Digunakan untuk
mencari korban yang hilang atau memberi bantuan melalui jalur udara.
Di sebelah kanan dari
pintu masuk terdapat berbagai koleksi kereta Presiden Pertama
RI dan kereta Wakil Presiden Pertama RI.
Pingin motrat motret eh hujaaan. Akhirnya aku memilih setengah berlari menuju
bangunan utama musium. Jaraknya sekitar 50meter dari pintu masuk. Kontur
tanahnya menurun lalu naik. Di pertengahan jalan ada rel kereta. Sewaktu nengok
ke kiri, ealaah ada kereta tua yang mati gaya.
Ya iyalah, udah abis umurnya. Cuma bisa mejeng ga bergerak-gerak.
KOLEKSI
TRANSPORTASI DARAT
Aku menuju ruang pamer di
dalam ruang yang dibagi dalam beberapa ruangan yang seolah-olah
merupakan bangunan tersendiri, disebut modul; terdiri atas modul pusat, modul
darat, modul laut, dan modul udara; baik dengan benda asli, tiruan, miniatur,
foto, maupun diorama.
Modul darat
menggambarkan keberadaan dan layanan transportasi darat, mencakup transportasi
jalan raya, jalan baja, sungai, danau, dan penyeberangan, berupa alat
transportasi yang sudah mulai menggunakan tenaga mesin awal sampai sekarang;
antara lain cikar DAMRI yang merupakan armada pertama DAMRI dan berperan pada masa kemerdekaan (tahun 1946) sebagai alat
angkut logistik militer di wilayah Surabaya dan Mojokerto. Bus Djawatan
Angkoetan Motor Repoeblik Indonesia (DAMRI) ini bermerek TATA buatan India.
Kalau dilihat sih kondisi armadanya sudah mulai kurang terawat dengan baik.
KLASIK, UNIK DAN ANTIK
Nah, di modul
darat ini, setelah tadi melihat keberadaan kereta api tua yang mati gaya, kini aku melihat dua
taksi group Bluebird yang super
kinclong. Bener-bener hidup gaya,
kebalikan banget ama kereta tua tadi. Nissan Cedric Y31-TD25 berwarna hitam,
menjadi tontonan menarik. Antik banget. Ini kendaraan silver bird pertama yang
dioperasikan pada tahun 1992. Disampingnya, Holden Torana LJ Series, si biru
lembut yang bentuknya lebih antik dan unik daripada Nisaan Cedric, adalah taksi
blue bird pertama yang dioperasikan pada tahun 1972. Uuuuh….suka banget lihat
design belakangnya itu. Rasanya dua mobil ini menjadi favoritku deh…
Tak jauh dari
dua taksi bluebird tadi ada bus tingkat berwarna merah. Sebutannya Si Jangkung.
Bis tingkat pertama ini buatan Inggris. Mulai beroperasi di Indonesia pada tahun 1968 sampai
tahun 1982. Ada
pula oplet. Hoooo….ini oplet ternyata mirip dengan oplet di sinetron si Doel
itu. Pendek dan kuno. Ya iyalaaah. Ini oplet merk Morris, di operasikan di Indonesia
pada tahun 1959 sampai 1976. Tapi hanya beroperasi di Jakarta lho katanya. Oh iya, Oplet itu
berasal dari kata Open dan Cabriolet. Open artinya terbuka. Cabriolet artinya
tertutup terpal. Lha, mana terpalnya? Au ah…
Di tempat ini
juga terdapat Taman Lalu Lintas lengkap dengan instrumen pengenalan rambu-rambu
lalu lintas, yang juga dapat digunakan sebagai tempat pelaksanaan suatu event.
Sewaktu kutengok, terlihat tumpukan kain berukuran panjang dan lebar-lebar
berwarna kuning, merah dan putih tergeletak begitu saja. Seperti habis
digunakan untuk sebuah acara. Di sisi utara musium adalah tempat koleksi
berbagai lokomotif kuno. Jadul banget, tapi dijejerkan dengan rapi. Walau
begitu tetap saja bagiku terlihat seram dan kusam meskipun tak dapat dipungkiri
benda-benda tua ini begitu unik dan gagah.
Di ruangan
selanjutnya ragam koleksi lebih banyak dipamerkan dalam bentuk koleksi foto.
Dari ruangan ini terdapat tangga untuk menuju ke atas. Sayang sekali aku naik
waktu itu. Bener-bener udah lelah rasanya. Padahal di atas terdapat arena
pameran koleksi miniatur kayu bus PPD dan DAMRI terpampang rapi dengan berbagai
model dan merek. Yang paling menarik adalah adanya sebuah Cikar DAMRI buatan
tahun 1946 yang dalam catatan sejarah merupakan armada pertama yang dimiliki
DAMRI yang berperan dalam masa kemerdekaan sebagai alat angkut logistik
keperluan militer di wilayah Surabaya. Cikar ini ditarik dengan dua ekor sapi
atau kerbau yang di jaman tersebut juga dikorbankan sebagai lauk pauk saat
perbekalan habis.
KOLEKSI TRANSPORTASI LAUT
Sebelum menuju
pintu keluar dari modul pusat ini, aku sempat melihat keberadaan danau kecil
yang berada di samping ruangan indoor. Sebuah danau yang tak hanya berfungsi
sebagai penambah keindahan, tetapi juga terdapat koleksi kapal dari RI yang
berasal dari US Navy. Menurut cerita, bahkan karena keindahannya, kapal ini
sering dipakai untuk acara pre wedding oleh mereka yang akan melangsungkan
pernikahan.
Aku masih
mengamati sekeliling. Lalu terduduk di teras, persis di depan meja informasi Museum. Hujan masih turun dalam bentuk
gerimis. Menunggu beberapa menit tak jua reda. Lalu nekat menembus hujan,
berjalan setengah berlari. Sampai di rel kereta, aku menoleh ke kanan, ke
kereta tua yang mati gaya,
beuuuh…dramatis euy. Bak di film-film :p
KERETA BERSEJARAH
Dan…gerimis
perlahan reda. Wuuuuah…. Saat yang tepat untuk mengambil gambar kereta Presiden
Pertama RI.
Pinginnya sih begaya trus difoto dengan latar belakang kereta tua itu, pikirku
pasti unik dan klasik, eh tapi yang lain sudah berlarian ke mobil khawatir
gerimis kecil itu kembali menderas. Lha aku difoto oleh siapa dong? Pingin
minta tolong pengunjung lain yang saat itu sedang foto-foto di kereta itu, tapi
kok ya sungkan ya. Ya sudah, kali ini ajang narsis lewat dulu deh. Sewaktu
mendekat aku ga jumpa satu petugaspun jadi ga bisa menanyai sejarah kereta
tersebut kecuali membaca sedikit informasi pada keterangan yang terpampang
bertuliskan KLB (Kereta Luar Biasa) IL.7 dan IL.8 yang dibuat oleh bengkel
kereta Staatspoorwegen (S.S) di Bandung Tahun 1919. Kereta ini digunakan oleh
Presiden dan Wakil Presiden RI
pertama pada waktu pemerintah RI hijrah dari Jakarta
ke Yogyakarta. Selain itu juga ada Kereta
Merdeka Atau Mati. Kereta ini digunakan pada masa perjuangan kemerdekaan untuk
pengiriman logistik atau bala bantuan ke medan
perang.
SEJARAH dan KESAN YANG MENGAGUMKAN
Kereta tua yang
pernah ditumpangi oleh Presiden dan Wakil Presiden pertama RI itu menjadi
sajian terakhir yang kusaksikan di garasi super besar bernama Museum
Transportasi. Jujur, aku begitu terkesan dengan koleksi-koleksi kuno di tempat
ini. Takjubku bukan sekedar atas penampakan benda-benda masa lalu yang telah
ada sejak puluhan tahun sebelum aku sendiri lahir ke dunia ini, tetapi kisah
dan cerita dalam bingkai sejarah yang menyertainya.
Apa yang kemudian muncul dari kepalaku adalah lintasan bayangan akan masa-masa perjuangan kemerdekaan yang entah seperti apa. Bila membayangkan tentang perang, bagiku adalah tentang pengorbanan dan perjuangan tanpa kenal lelah, bertarung nyawa, bertumpah darah, bermandikan air mata. Lantas di sini, saat ini, aku dengan begitu tenangnya memandangi sisa-sisa perjuangan masa lalu bangsa ini, tanpa harus merasa cemas dan panik apakah akan ada letusan senjata, dentuman bom, atau bunyi-bunyi mengerikan lainnya yang membawa aroma kematian… ah… kereta tua bernama Kereta Merdeka Atau Mati itu telah membuatku membayangkan banyak hal.
Apa yang kemudian muncul dari kepalaku adalah lintasan bayangan akan masa-masa perjuangan kemerdekaan yang entah seperti apa. Bila membayangkan tentang perang, bagiku adalah tentang pengorbanan dan perjuangan tanpa kenal lelah, bertarung nyawa, bertumpah darah, bermandikan air mata. Lantas di sini, saat ini, aku dengan begitu tenangnya memandangi sisa-sisa perjuangan masa lalu bangsa ini, tanpa harus merasa cemas dan panik apakah akan ada letusan senjata, dentuman bom, atau bunyi-bunyi mengerikan lainnya yang membawa aroma kematian… ah… kereta tua bernama Kereta Merdeka Atau Mati itu telah membuatku membayangkan banyak hal.
Museum Transportasi yang merupakan lembaga milik Departemen Perhubungan ini memang di buat dengan maksud mengumpulkan, memelihara, meneliti, memamerkan bukti sejarah dan perkembangan transportasi, serta peranannya. Tak sekedar memberikan informasi dan tambahan pengetahuan kepada para pengunjung mengenai transportasi dan sejarah perkembangan teknologi transportasi tetapi sekaligus sebagai tempat rekreasi yang edukatif.
Kalian tertarik? Ayo datang dan lihatlah garasi super besar ini.
*Jakarta, Oktober 2012
Kalo di Jatim sekarang ada namanya Museum Angkut, cuma bedanya tempatnya lebih banyak indoor Mbak. Kapan-kapan aku tulis ya Mbak :-)
BalasHapus