Tampilkan postingan dengan label pelabuhan bakauheni. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pelabuhan bakauheni. Tampilkan semua postingan

Mudik 2024: Perjalanan Penuh Tantangan dan Kenangan

 
Akhirnya, tahun 2024 ini kami bisa mudik untuk lebaran. Disebut mudik lebaran karena memang bertepatan dengan suasana lebaran. Terakhir kali kami mudik pada tahun 2022, tetapi saat itu hanya untuk menengok tante yang sakit, bukan untuk merayakan lebaran. 

Kami memang jarang sekali mudik ke Sumsel saat lebaran, bahkan saya sudah lupa kapan terakhir kali melakukannya. Bukan karena tidak rindu kampung halaman di Sumsel, tetapi karena orang tua tinggal bersama kami di BSD. Kecuali ibu masih tinggal di Sumsel, barulah kami pulang menengok beliau. 

Jika dihitung-hitung, mungkin sudah lebih dari enam tahun kami tidak mudik untuk lebaran. Waktu yang cukup lama, tentunya. Karena itulah, mudik kali ini saya sambut dengan semangat yang membara dan rasa gembira yang menggebu-gebu. Anak-anak dan suami juga begitu, semua bersemangat. Karena yang namanya kembali ke kampung halaman untuk merayakan lebaran bersama keluarga besar setelah sekian lama, sungguh akan menjadi momen yang tak terlupakan.

Sebelum saya cerita lebih lanjut soal perjalanan mudik kami ke Sumsel via darat dan laut, saya bagikan dulu video perjalanan kami saat naik kapal dari Pelabuhan Merak Banten ke Pelabuhan Bakauheni Lampung. Suasana dalam video inilah yang akan saya ceritakan dalam tulisan ini. Berikut videonya: 



Mudik Sarat Tantangan

Perjalanan mudik kali ini ternyata menjadi pengalaman yang sangat berbeda dari sebelumnya. Seperti yang diberitakan di televisi, media online, dan video-video di media sosial, perjalanan mudik Lebaran 2024 dari Pelabuhan Merak, Banten ke Pelabuhan Bakauheni, Lampung dipenuhi dengan tantangan luar biasa. 

Kemacetan parah di tol menuju Merak, antrian kapal yang sangat lama, dan kepadatan di pelabuhan menjadi beberapa rintangan yang harus dihadapi. Meski penuh tantangan, pengalaman ini tetap saya nikmati dan saya siap menghadapi apa pun yang terjadi. Bukan hanya saya yang merasakan pengalaman ini, anak-anak dan suami juga merasakannya. 

Jarang-jarang 'menderita' saat mudik, ya kan? Tapi, kalau mau disebut menderita, aslinya saya nggak merasa begitu. Enjoy aja. Karena kalau dipikir menderita, jadinya menderita. Dipikir baik saja, maka semua akan baik-baik saja. Ini sedang momennya, jalani saja. Yang penting selamat. Ga ada yang dikejar juga kan? Soal waktu tiba, ya sesampainya saja. Sampai besok ayo, sampainya lusa monggo. Asal ga tahun depan baru sampai, itu namanya berkelana tiada akhir, kata Om Rhoma Irama.

Menjalani perjalanan mudik dengan sikap positif sangat penting. Perjalanan panjang yang penuh tantangan bisa terasa lebih ringan jika dinikmati. Mengutamakan keselamatan di atas segalanya, tanpa terburu-buru, membuat perjalanan ini lebih bermakna. Setiap momen menjadi bagian dari cerita yang akan dikenang.

Suasana di Pelabuhan Merak tgl. 7 April 2024 Pukul 23.52WIB

Tiket Online Ferizy

Untuk menyeberang dari Pelabuhan Merak, Banten menuju Pelabuhan Bakauheni, Lampung, pemudik wajib membeli tiket secara online melalui aplikasi Ferizy. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kepadatan di pelabuhan dan memastikan kelancaran proses penyeberangan.

Saya memesan tiket pada tanggal 6 April 2024 untuk keberangkatan tanggal 8 April 2024. Saat itu, ketersediaan tiket masih banyak, memungkinkan saya untuk memilih jadwal sesuai keinginan, yaitu pukul 02.30 WIB. Menurut berbagai sumber, tanggal 7-8 April adalah puncak arus mudik, sehingga tiket semakin menipis atau bahkan habis pada hari-hari tersebut karena lonjakan pemudik.

Oleh karena itu, penting untuk memesan tiket jauh-jauh hari untuk memastikan ketersediaan tempat dan menghindari kesulitan saat puncak arus mudik. Memesan tiket lebih awal memberi fleksibilitas dalam memilih waktu keberangkatan yang nyaman dan sesuai dengan jadwal perjalanan.




Alasan Wajib Tiket Online
Pemudik menuju Sumatera diwajibkan membeli tiket kapal secara online melalui aplikasi Ferizy karena beberapa alasan penting:
  • Mengurangi Kepadatan dan Antrian: Membeli tiket online mengurangi kepadatan di loket pelabuhan, membuat proses penyeberangan lebih lancar dan tertib, serta mencegah kemacetan​ 
  • Efisiensi Waktu: Dengan tiket online, pemudik bisa langsung ke kapal tanpa antri lama di pelabuhan, menghemat waktu dan mengurangi stres​ 
  • Kepastian Jadwal: Tiket online memberikan kepastian jadwal keberangkatan dan memastikan tempat di kapal sesuai waktu yang dipilih, membantu perencanaan perjalanan yang lebih baik​
  • Kemudahan Akses: Tiket bisa dibeli kapan saja dan di mana saja tanpa harus datang ke pelabuhan, sangat membantu bagi mereka yang tinggal jauh atau memiliki jadwal padat​ 

Cara Membeli Tiket Melalui Ferizy
Berikut panduan praktis bagi yang belum pernah, atau mungkin lupa caranya:
  • Buka Aplikasi atau Website Ferizy: Unduh aplikasi di ponsel atau buka situs Ferizy.
  • Pilih Rute dan Jadwal: Masukkan Pelabuhan Merak sebagai asal dan Pelabuhan Bakauheni sebagai tujuan. Pilih tanggal dan waktu keberangkatan.
  • Isi Data: Masukkan informasi kendaraan dan penumpang.
  • Lakukan Pembayaran: Pilih metode pembayaran dan selesaikan transaksi.
  • Dapatkan E-Tiket: E-tiket akan dikirim ke email, siap digunakan saat check-in di pelabuhan.
Mudah, bukan?

Dengan mengikuti langkah-langkah tersebut, pemudik bisa memastikan perjalanan mereka lebih teratur dan nyaman, serta mengurangi stres dari antrian panjang dan kepadatan di pelabuhan.

Namun, masih ada saja yang belum melakukannya saat tiba di pelabuhan. Mereka mengira bisa membeli tiket di tempat, padahal tidak bisa. Akibatnya, mereka bisa saja dipaksa mundur atau keluar dari pelabuhan oleh petugas.

Sewaktu berada di pelabuhan Merak, saya dengar sendiri petugas berkali-kali menghimbau pemudik melalui pengeras suara agar memasuki pelabuhan hanya jika sudah memiliki tiket yang sudah dibeli secara online.


Ada yang pernah melihat kendaraan-kendaraan yang berjejer di pinggir jalan sebelum memasuki kawasan pelabuhan? Mungkin itu adalah mereka yang belum punya tiket. Mungkin ya, saya tidak memastikannya. Tapi saya perhatikan, beberapa kios dan rumah makan di pinggir jalan tempat kendaraan-kendaraan itu berhenti, ada yang menawarkan jasa jual tiket online. Ada tulisannya lho, terpampang di depannya. Tapi maaf saya ga sempat memotret hal itu.

Lantas, bagaimana tiket online bisa diperjualbelikan jika nama penumpang dan nomor identitas harus sesuai? Entahlah bagaimana caranya. Mungkin yang dijual jasa pembeliannya saja, nomor ID tetap pakai punya si pemudik yang belum punya tiket itu? 

Padahal, urusan beli tiket online ini bisa pemudik lakukan sendiri dengan mudah. Tinggal install aplikasi Ferizy, daftar, dan beli tiketnya. Metode pembayarannya pun praktis dengan banyak pilihan.

Jadi, pastikan untuk membeli tiket online sebelum berangkat agar perjalanan mudik lebih lancar dan nyaman.

Macet di Tol Merak

Kemacetan di tol menuju Pelabuhan Merak menjadi salah satu masalah utama pada puncak arus mudik Lebaran. Diprediksi terjadi pada 6-7 April 2024, bertepatan dengan mulainya cuti bersama Hari Raya Idul Fitri, lonjakan volume kendaraan menyebabkan kemacetan panjang di beberapa titik, terutama di ruas tol yang mengarah ke Pelabuhan Merak.

Suami saya mendapatkan kabar tentang kemacetan ini dari teman-teman kuliahnya yang sudah lebih dulu mudik. Suami saya kuliah di Unsri (Universitas Sriwijaya), jadi beliau berteman dengan banyak orang asal Palembang. Teman-temannya yang tinggal di luar Sumatera saling berbagi informasi perihal mudik dalam grup alumni. Informasi dari teman-teman suami itulah yang membantu kami mengantisipasi kemacetan panjang di tol menuju Merak.

Untuk menghindari kemacetan, kami memulai perjalanan dari BSD lewat tol, lalu keluar di Serang (saya lupa tepatnya di mana), dan melanjutkan perjalanan melalui jalan biasa menuju Merak. Alhamdulillah, strategi ini memudahkan perjalanan kami sehingga tidak terjebak kemacetan parah di tol. Memang, kami masih menemui kemacetan mendekati Merak, tapi hanya sekitar 30 menit karena bertemu pengendara lain yang juga menghindari tol.

Pulang pakai innova biar lega dan nyaman di perjalanan karena banyak bawa barang. Aisyah menguasai kursi paling belakang, biar bisa rebahan. Alief dan papanya di depan, gantian nyetir. Kalau lagi singgah, ya dua-duanya tidur kayak gini 😂 Saya cuma bagian yang ngingetin kapan waktu harus makan, minum, solat, dan istirahat, serta bagian ATM berjalan 😂
 
Total perjalanan kami dari BSD ke Merak memakan waktu sedikit lebih dari 2 jam, yang masih terbilang normal. Kami berangkat dari BSD pukul 9 malam, dengan harapan tiba paling lambat pukul 12 malam, sehingga masih ada waktu sekitar 2 jam sebelum keberangkatan kapal pukul 02.30 pagi. Ternyata, kami tiba lebih cepat pada pukul 11.07 WIB.

Namun, tiba lebih cepat di pelabuhan tidak berarti cepat masuk kapal. Kami baru masuk kapal pukul 6.30 pagi, tujuh jam setelah tiba di Pelabuhan Merak. Luar biasa lama, namun ternyata masih lebih cepat dibandingkan hari sebelumnya, di mana ada yang mengantre selama 18 jam! Super luar biasa itu. Padahal, perjalanan dari Pelabuhan Bakauheni ke Palembang saja hanya memakan waktu sekitar 4 jam, lebih lama waktu antre kapal dibandingkan perjalanan ke Palembangnya.


Menunggu di Pelabuhan Merak

Setibanya di Pelabuhan Merak, kami harus menghadapi antrian panjang untuk menaiki kapal ferry. Meskipun PT ASDP Indonesia Ferry telah menyiapkan kapal yang beroperasi setiap jam di dermaga reguler dan dermaga ekspres, volume pemudik yang tinggi tetap menyebabkan waktu tunggu yang lama. Direksi ASDP bahkan memperkirakan kenaikan jumlah pemudik sekitar 15% dibandingkan tahun sebelumnya, yang turut memperparah situasi .

Kami yang awalnya mengira dapat menaiki kapal sesuai jadwal, yakni pukul 02.30, akhirnya harus menerima kenyataan bahwa di jam tersebut kami masih "camping cantik" di pelabuhan, di dalam mobil. 

Saat itu masih bulan Ramadan, tentu kami harus sahur untuk melanjutkan ibadah puasa yang tinggal 2 hari lagi. Alhamdulillah, bekal sudah disiapkan dari rumah. Ketika memasak untuk buka puasa dan makan malam, saya dan ibu sekaligus memasak lebih banyak untuk bekal sahur. Kami berpikir waktu sahur akan berada di kapal dalam perjalanan menyeberang ke Lampung. Ternyata, prediksi kami meleset.

Di pelabuhan sebenarnya banyak restoran yang buka, dari restoran ayam dan burger hingga restoran masakan khas Indonesia. Minimarket pun buka, menjual berbagai macam jajanan. Namun, kami semua sepakat untuk tidak turun dari mobil dan memanfaatkan bekal yang sudah dibawa untuk sahur. Turun hanya jika perlu ke toilet. Ini bukan hanya soal hemat biaya, tetapi juga hemat waktu dan tenaga. Kalau bisa hemat, kenapa harus boros? Emak-emak banget, kan? 😂

Dengan bekal dari rumah, kami tidak perlu repot turun mencari makanan, yang tentu memudahkan kami di tengah suasana pelabuhan yang padat. Sungguh, meski tantangan banyak, pengalaman ini tetap menjadi kenangan tersendiri yang penuh makna.


Pagi Ceria di Pelabuhan Merak

Pagi datang dengan ceria, menyapa para pemudik di pelabuhan yang padat, tanpa peduli apakah kami penat atau sehat. Yang pasti, kabar baik menyambut kami: antrean masuk kapal telah tiba. Hore!

Mau hore-hore, namun, ada sedikit rasa ngenes karena kami sudah dilelahkan dengan 7 jam penantian he he. Tapi sungguh, melihat petugas mengarahkan antrean kami untuk masuk kapal, rasanya luar biasa senang, seolah mampu melenyapkan letih dari penantian panjang semalam. 

"Makanya naik pesawat saja, satu jam sudah sampai Palembang!" Begitu komentar mereka yang tidak mengerti nikmatnya mudik. Buat saya, sesekali begini ada hikmahnya. Memang capek, tapi kenikmatan yang dirasakan jauh lebih besar.

Membawa mobil jalan darat dan menyeberangi laut itu menyenangkan. Kami bisa menikmati perjalanan, melihat pemandangan, dan merasakan kebersamaan dengan pemudik lain yang juga berjuang untuk pulang kampung. Suasana pelabuhan yang ramai, meskipun melelahkan, justru menambah semangat kami karena merasakan kebersamaan dengan ribuan pemudik lainnya.

Selain itu, membawa mobil pribadi itu praktis. Setibanya di tujuan, kami tidak perlu meminjam kendaraan saudara atau menyewa. Di musim Lebaran, rental mobil sering penuh dipesan. Sewa mobil selama seminggu juga mahal, lebih baik uangnya dipakai untuk menambah hadiah ke saudara-saudara dan ponakan. Keuntungan lain membawa mobil pribadi adalah kebebasan dan kenyamanan dalam berkeliling di kampung halaman tanpa harus bergantung pada kendaraan umum.

Bagi saya, sesekali mudik seperti ini tidak masalah, malah hampir 6 tahun tidak merasakan suasana mudik yang ramai. Tapi kalau setiap hari? Wah, ogah. Saya bisa gempor! 😂Namun, setiap tantangan dalam perjalanan akan selalu menjadi cerita yang dikenang dan diceritakan kembali pada kesempatan berikutnya. Setiap lelah dan peluh adalah bagian dari perjalanan mudik yang penuh makna.


Nyaman di Lantai Teratas Kapal

Mobil kami kebagian parkir di lantai teratas area parkir kapal. Alhamdulillah, tempatnya semi terbuka dengan atap yang melindungi dari sinar matahari langsung dan hujan. Letaknya juga dekat dengan tangga menuju dek paling atas, jadi sangat mudah untuk naik.

Karena posisinya yang terbuka dan berada di pinggir kapal, kami bisa merasakan hembusan angin laut yang segar. Udara di sini lebih bersih dan sejuk, sehingga meskipun tetap berada di dalam mobil, kami tidak merasa pengap. Ini sangat berbeda dengan pengalaman parkir di bagian lambung kapal, yang tertutup di segala sisi. Di sana, udara terasa pengap dan gelap, sehingga mau tidak mau pemudik harus turun dan pindah ke ruang penumpang ber-AC di atas.

Dengan posisi mobil di lantai teratas, perjalanan menyeberang dengan kapal express ini menjadi lebih nyaman. Kami bisa menikmati pemandangan laut dan angin segar tanpa harus meninggalkan mobil. Ini juga membuat pengalaman mudik lebih menyenangkan, karena bisa menghindari ketidaknyamanan yang sering dialami di bagian bawah kapal.

Aktivitas di Atas Kapal

Saat kapal mulai berlayar, saya dan suami naik ke dek atas, membawa laptop untuk mengerjakan beberapa pekerjaan penting. Pada awalnya, koneksi internet masih baik karena kami masih dekat dengan pelabuhan. Namun, semakin menjauh dari pelabuhan, koneksi internet mulai terputus. Akhirnya, kami memutuskan untuk menghentikan pekerjaan.

Menariknya, meskipun baru saja melewati malam yang panjang dengan antrean, kami masih memiliki tenaga untuk bekerja. Seolah-olah kelelahan tidak terasa. Mungkin karena semangat mudik, jadi rasa capek pun tidak terasa.

Di kapal, kami sempat mengerjakan beberapa tugas, berfoto-foto, membuat video untuk konten, dan menikmati suasana serta pemandangan laut. Suasana di atas kapal memberikan pengalaman yang menyenangkan dan berbeda. Angin laut yang sejuk dan pemandangan luas menjadi hiburan tersendiri.

Tak terasa, penyeberangan menuju Pelabuhan Bakauheni terasa cepat. Ketika kapal hampir tiba di pelabuhan, kami kembali ke mobil. Durasi penyeberangan sekitar satu jam lebih, tidak sampai dua jam. Memang lebih lama waktu yang dihabiskan untuk antre naik kapal dibandingkan waktu penyeberangan itu sendiri. Cepat sekali rasanya!


Mendarat di Pelabuhan Bakauheni

Saya tidak mencatat kapan tepatnya kapal bersandar di Pelabuhan Bakauheni, Lampung. Namun, dari data exif pada rekaman video yang saya ambil, tercatat bahwa mobil kami turun dari kapal pada pukul 09.42. Mungkin sekitar 30 menit sebelumnya kapal sudah bersandar. 

Jika dihitung sejak masuk kapal, total durasi perjalanan laut ini sekitar 3 jam. Namun, perlu diingat bahwa sejak naik ke kapal hingga mulai berlayar, waktu yang diperlukan lebih dari 1 jam. Jadi, saya perkirakan durasi perjalanan laut sebenarnya kurang dari 2 jam.

Foto ini diambil saat di perjalanan melintasi tol Lampung

Keluar dari Kapal

Setelah keluar dari kapal dan menjejak daratan, kami langsung menuju jalan tol menuju Sumatera Selatan. Hal pertama yang ingin kami lakukan adalah mampir di rest area untuk beberapa keperluan seperti ke toilet, berjalan kaki, dan mengisi bahan bakar kendaraan. 

Setelah perjalanan panjang, kami perlu menggunakan toilet dan berjalan kaki untuk melancarkan peredaran darah serta mengurangi rasa pegal, karena sejak semalam lebih banyak duduk dan rebahan. Suami saya juga perlu mengirimkan data penting kepada timnya terkait pekerjaan. Jadi, perlu duduk tenang di rest area di bagian food court-nya.

Masjid di Rest Area Km 49A Lampung

Singgah di Rest Area KM. 49A Lampung
Rest Area KM. 49A Lampung menjadi tempat persinggahan yang populer bagi pemudik. Banyak yang berhenti di sini untuk berbagai keperluan: istirahat, ke toilet, mandi, salat, mengisi BBM, bahkan makan.

Fenomena Makan Siang di Bulan Ramadan
Melihat pemudik makan siang di bulan Ramadan mungkin menimbulkan tanda tanya. Namun, penting untuk tidak berburuk sangka. Ada beberapa alasan yang bisa diterima: perempuan yang haid atau menyusui dibolehkan tidak berpuasa, laki-laki yang sakit atau sangat lelah juga memiliki keringanan untuk tidak berpuasa, serta pemudik dalam perjalanan jauh (musafir) yang juga mendapatkan keringanan untuk berbuka puasa.

di Rest Area Km 49 A Lampung

Alief, saya, dan suami sama-sama menyempatkan waktu di sela-sela perjalanan untuk mengerjakan tugas di Rest Area Km 49 A Lampung. Sama-sama tugas darurat, jadi sifatnya urgent. Tetep ya, biarpun dalam perjalanan sibuk, masih punya energi dan waktu untuk hal-hal penting. Alhamdulillah di lantai 2 rest area ini nyaman buat buka laptop. Di sini kurang lebih 30 menit saja. 

Kondisi Ekstrem Pemudik

Tahun ini, perjalanan mudik dari Merak ke Bakauheni sangat menantang. Pemudik menghabiskan waktu hingga belasan jam terjebak dalam antrean masuk kapal, sebelum melanjutkan perjalanan darat yang juga memakan waktu belasan jam atau bahkan beberapa hari hingga tiba di kota-kota ujung barat Sumatera. Ini membuat rest area seperti KM. 49A menjadi penting untuk pemulihan tenaga. Melihat mereka beristirahat dan memenuhi kebutuhan dasar adalah pemandangan yang sangat wajar mengingat kondisi ekstrem yang mereka hadapi.

Pentingnya Kesehatan dan Keselamatan

Dalam perjalanan mudik yang penuh tantangan ini, menjaga kesehatan dan keselamatan menjadi prioritas. Pemudik yang berhenti untuk makan atau beristirahat di rest area membantu memastikan bahwa mereka tetap bugar untuk melanjutkan perjalanan dan tiba di kampung halaman dengan selamat.

Sehat-sehat selalu untuk semua yang berupaya kembali ke rumah di kampung halaman untuk bertemu keluarga besar. Semoga perjalanan mudik kali ini memberikan pengalaman yang berkesan dan penuh berkah. Selamat mudik, selamat bertemu keluarga tercinta! 

Video saat kami singgah di Rest Area Km. 49A Lampung dapat ditonton pada Reels berikut: 


Perjalanan Mudik Terlama Kami

Setelah singgah di Rest Area KM 49A Lampung, kami berhenti tiga kali lagi di rest area berikutnya untuk salat Ashar, berbuka puasa dan salat Magrib, serta salat Isya. Setiap rest area yang kami singgahi tak pernah sepi. Suasana seperti itu hanya bisa saya saksikan di musim libur lebaran.

Setelah keluar dari tol yang panjang membentang dari Lampung hingga Palembang, kami sempat singgah satu kali lagi untuk membeli makan. Ternyata, Alief merasa lapar di jam 11 malam. Untungnya restoran Padang masih pada buka. Urusan lapar hampir tengah malam jadi bisa teratasi. 

Bagi saya, setiap singgahan itu, menjadi bagian dari cerita mudik kami yang penuh kenangan, tawa, dan kebersamaan.

Kami tiba di Kabupaten Muaraenim hampir jam 12 malam, sehingga perjalanan mudik kali ini memakan waktu lebih dari 24 jam, tepatnya 26 jam. Ini adalah perjalanan mudik terlama yang pernah kami alami.

Meski panjang dan melelahkan, kebahagiaan saat tiba di kampung halaman dan bertemu keluarga besar untuk merayakan Lebaran sungguh tak ternilai. 

Mudik kali ini memang yang terlama, tapi juga yang paling berkesan bagi kami sekeluarga.

Berikut adalah beberapa foto yang saya ambil saat mampir di rest area dari Lampung menuju Sumatera Selatan. Meskipun tidak banyak foto yang diambil, momen perjalanan ini lebih banyak saya abadikan dalam bentuk video.






Demikianlah cerita mudik kami kali ini. Perjalanannya penuh tantangan, dari kemacetan menuju Pelabuhan Merak, antrean kapal, hingga jalur darat yang melelahkan. Namun, semangat pulang membuat semua terasa ringan.

Setiap momen, mulai dari pemesanan tiket di Ferizy hingga perjalanan laut, memiliki ceritanya sendiri. Saat kapal bersandar di Bakauheni, semangat kami kembali untuk melanjutkan perjalanan.

Berbagai perhentian di rest area menjadi titik istirahat penting yang membantu kami tetap bugar dan memenuhi kebutuhan ibadah selama perjalanan. Meskipun perjalanan lebih dari 24 jam, kebersamaan dan kenangan yang tercipta sangat berharga.

Pengalaman ini mengajarkan pentingnya perencanaan, kesabaran, dan kebersamaan. Meski terlama, mudik kali ini paling berkesan. Bertemu keluarga besar dan merayakan Lebaran bersama adalah tujuan yang membuat segala usaha dan waktu yang dihabiskan terasa sepadan.

Perjalanan mudik ini bukan sekadar tentang mencapai tujuan, tetapi juga tentang menikmati setiap langkah menuju rumah.


-Katerina. April 2024-

Naik Kapal Ferry Express Merak - Bakauheni, Beli Tiket via Ferizy Serba Mudah dan Cepat

kapal ferry expres merak bakauheni
Naik Kapal Feri Express Merak - Bakauheni

Mudik ke SUMSEL. Sesungguhnya ini bukan liburan, tapi memanfaatkan waktu libur untuk suatu urusan penting

Pulang ke kampung halaman di Sumsel pada saat lebaran 2020 sudah jadi rencana sejak awal tahun, namun pandemi membuyarkannya. Dalam tulisanku berjudul Pencapaian 2020 hal ini pernah kusinggung sebagai salah satu keinginan yang tak terwujud di 2020.

Namun siapa sangka, keinginan itu terealisasi pada di tgl. 31 Desember 2020, tepat di ujung tahun. 

Ada hal mendesak yang harus kuurus di kampung halaman, perihal tanah, rumah, dan kebun beserta isinya warisan orang tua yang harus segera dibuatkan surat-surat baru selagi para orang tua dari saudara kandung bapak masih hidup dan menjadi saksi. 

Sebagai anak tunggal dari bapakku, aku penerima sah segala warisan dari kakek ke bapak, dan kehadiranku penting sebagai seorang penerima hak agar surat pengakuan bisa disahkan. Untuk itu, keluarga kuajak serta. Kebetulan suami dan anak-anak sedang libur, jadi semua bisa ikut menemani.

KMP Batu Mandi - Kapal Feri Express yang kami tumpangi

Jalan Darat Naik Kendaraan Pribadi

Pandemi belum berakhir, bahkan jumlah korban terus meroket. Maka pergi liburan menjadi sebuah ancaman. Memang, liburan bukanlah satu-satunya yang bisa dituding penyebab kena covid, sebab yang tidak liburan pun bisa kena. Buktinya? Tetanggaku depan rumah, nggak liburan kemana-mana, di rumah saja, tapi seluruh keluarganya positif Corona!

Pilihan aman untuk bepergian mudik sekeluarga kuambil dengan cara tidak naik angkutan umum seperti bus dan pesawat tapi berkendara bawa mobil sendiri, nyetir sendiri. 

KMP Batu Mandi - Kami dapat tempat parkir di dalam kapal di lantai 3, dekat dinding tanpa jendela


Persiapan Mudik di Tengah Pandemi

Apa yang perlu disiapkan saat roadtrip? Aku pernah bahas Standar Baru Traveling di Era New Normal. Persiapanku kurang lebih sama, bahkan kali ini lebih ketat karena bawa anak-anak dan orang tua. 

✅ Service mobil sebelum berangkat, cek ban, oli, wiper depan belakang. Ini penting ya, karena perjalanan kami antar pulau, antar kota, antar provinsi, jauh dan lama. Kendaraan mesti banget dalam kondisi prima. Pengecekan mobil kami lakukan di bengkel resmi Toyota Astra di BSD, tapi ternyata oli dan lainnya masih aman, hanya oli mesin saja yang perlu diganti, dan itu bisa kami lakukan di Shop & Drive nya Astra (cek videonya di channelku berjudul Service Mobil di Shop & Drive BSD)

✅ Belanja kebutuhan makan dan minum untuk bekal selama perjalanan. Aku putuskan kami tidak makan minum beli di luar selama di perjalanan. Jadi, kami bawa makan dari rumah. Kami masak nasi dengan lauk yang tidak mudah rusak jika dibawa bepergian seharian, seperti ayam, tempe, dan tahu goreng, kering kentang, kering tempe kacang, sambal, abon, telur ceplok dan dadar. Lalu biskuit, roti, sereal, buah, dan minuman secukupnya.

Cashless. Nah ini, semua biaya selama perjalanan kami usahakan hanya bayar pakai e-money. Sebelum berangkat, saldo e-Money Mandiri dan OVO aku top-up secukupnya. Karena sudah pasti nanti bakal kepakai saat melalui tol Jakarta-Merak dan Bakauheni-Palembang. Juga buat jaga-jaga kalau mendesak perlu belanja di minimarket, dan bisa juga buat bayar parkir. 

Antrian tetap ada tapi ini antrian normal karena proses kendaraan masuk kapal memang tidak bisa serentak, harus satu persatu. 

Pesan Tiket Kapal Ferry ASDP via FERIZY. Naik Ferry, Easy!

Ini kabar baik banget buatku. Infonya kudapat dari Kak Andi, kawan kuliah Mas Arif yang rutin PP Jakarta-Palembang. 

Cara ini tidak baru karena sudah berlaku sejak Maret 2020. Yang baru adalah pengalamanku karena baru pertama kali pesan via aplikasi Ferizy. Naik kapal express executive-nya juga bukan pertama, sudah beberapa kali, meski yang dulu (sebelum tahun 2016) belum semewah sekarang.

Kali terakhir aku mudik bersama keluarga ke Sumsel tahun 2015. Tapi 2017 aku pernah naik kapal feri dengan suamiku saat ikut trip Krakatau, hanya saja yang kami gunakan saat itu kapal feri reguler, bukan express.

Penjualan tiket kapal sudah tidak bisa lagi dilakukan di pelabuhan, jadi mau nggak mau memang harus beli via aplikasi FERIZY, bisa juga via website Ferizy.com



Hal yang Perlu Diketahui Sebelum Membeli Tiket di FERIZY

✅ Pembelian tiket bisa dilakukan H-60 hingga maksimal 5 jam sebelum jadwal masuk pelabuhan. Pesan jauh hari untuk menghindari kehabisan tiket, tapi berisiko kalau kita tidak jadi berangkat atau tiba-tiba jadwal berangkat maju/mundur, tiket hangus tidak bisa kembali dan tidak bisa reschedule. 

 Nama Penumpang dan Nomor Polisi kendaraan harus sesuai dengan kartu identitas dan STNK. Pastikan bawa KTP, bisa juga gunakan SIM dan paspor. 

✅ Pengguna jasa yang sudah membeli tiket online dapat melakukan check-in di pelabuhan 2 jam sebelum jadwal masuk pelabuhan. Berlaku di Pelabuhan Merak,  Bakauheni, Ketapang, dan Gilimanuk. Lebih baik cepat sampai di pelabuhan daripada telat. Terlambat 1 menit tetap dianggap telat dan mesti beli tiket baru. 

✅ Dokumen e-tiket yang kita dapat saat pembelian (dikirim via email) harus ditunjukkan saat memasuki pelabuhan untuk di-screening saat proses check-in. Tiket nggak usah diprint, tunjukkan saja dari HP. Hemat kertas lho.

✅ Ingat, tidak ada lagi penjualan tiket di pelabuhan. Bagi yang belum beli tiket akan diarahkan keluar pelabuhan. Jika membeli tiket online secara mendadak akan mengalami antrian panjang. Nah, ini yang repot. Sudah antri, belum tentu juga dapat jadwal tercepat. 



Begini Cara Pesan Tiket Kapal Feri ASDP via FERIZY

✅ Aplikasi Ferizy tersedia di Google Play untuk dipasang di smartphone

✅ Daftar untuk login, dan mulai lakukan pembelian

✅ Mulai lakukan pemesanan dengan mengisi kolom Pelabuhan Asal (misalnya Merak), Pelabuhan Tujuan (misalnya akauheni), Jenis Pengguna Jasa (kemarin aku pilih kendaraan karena bawa kendaraan), Layanan (express atau reguler, kemarin aku pilih Express dengan waktu berlayar kurang lebih 1 jam), Golongan Kendaraan (ada golongan 1 sampai 9, kemarin untuk mobil Inova aku pilih IVA), Jadwal Masuk Pelabuhan (nanti ada pilihan waktu, kemarin aku pilih 8.45). Terakhir kolom Penumpang (isi sesuai golongan usia Dewasa, anak, atau bayi).

✅ Setelah kolom isian lengkap akan tampil informasi pemesanan berikut total biaya. Selanjutnya mengisi detail penumpang berupa nama dan nomor identitas. Semua yang ikut dalam perjalanan harus disebutkan. Buat yang belum punya KTP bisa isi dengan tanggal lahir saja, tapi nanti akan dicek KK.

✅ Setelah data penumpang dikonfirmasi dan kita pilih untuk diteruskan via email, Selanjutnya proses pembayaran. Di halaman ini tampil jumlah tagihan dan pilihan metode pembayaran. Saya pilih BCA Virtual Account. Setelah itu secara otomatis halaman menampilkan transaksi dan nomor virtual account yang dapat disalin saat melakukan pembayaran. Sangat mudah. 

✅ Jika pembayaran sudah selesai, kita tinggal cek email untuk mendapatkan e-ticket.


Cara Pembayaran Tiket Online Kapal Feri di Ferizy

Metode pembayaran menyediakan banyak pilihan, di antaranya:

✅ Pakai LINK AJA #PakeLinkAja

✅ OVO

✅ Finpay

✅ ShopeePay

✅ Virtual Account: BCA, BRI, BNI, Mandiri, CIMB, Permata, Danamon, MayBank, Bank Maspion
✅ Octo Klik, e-Pay BRI, Permata NET

✅ Alfamart, Indomaret, Pos Indonesia, Pegadaian, Yomart

Boarding Pass kami 31/12/2020



FASILITAS MEWAH Kapal Feri Express Executive

Berhubung aku sudah lama nggak naik kapal feri, jadi cukup menyenangkan ketika mengetahui kondisi kapal feri express saat ini sudah sangat baik.

KMP Batumandi nama kapal feri express yang kami tumpangi kali ini hanya memuat mobil-mobil yang tingginya kurang dari 5 meter. Itu kenapa tidak ada bus-bus besar yang membawa penumpang dari Jawa ke Sumatera. Hal ini tentu saja terjadi karena kapal yang kami naiki hanya untuk golongan kendaraan IV A yaitu jenis jeep, sedan, minicab, minibus, mikrolet, station wagon. 

Di lantai tempat kami parkir, tak kulihat ada jenis minibus maupun mikrolet, kebanyakan sedan dan SUV. Beberapa kendaraan yang kulihat berisi rombongan keluarga, mungkin orang-orang yang hendak mengisi libur dengan mudik ke Sumatera.

Aku dan suami sempat turun mobil dan naik ke lantai teratas kapal yaitu lantai 6. Di sana ada kafe semi outdoor, helipad, dan tempat duduk untuk bersantai menikmati suasana. Sedangkan di lantai 5 ada tempat informasi, 2 toilet, musala, kantin, ruang istirahat ber-AC, ruang hiburan, dan ruang lainnya yang tak sempat aku jelajahi.

Toiletnya seperti toilet di mall, bersih dilengkapi beberapa wastafel dengan cermin. Semua tampak nyaman. Tak ada bau dan sampah berserakan seperti kapal-kapal feri yang dulu pernah aku tumpangi.

Entah ya apakah kondisi nyaman ini juga ada pada kapal feri express lainnya, yang jelas KMP Batumandi yang aku naiki saat itu bagiku cukup bagus. 

Helipad di lantai 6, ada kafe di latar belakang

Lantai 5 dekat musala dan tempat wudhu

Lantai 5, bagian depannya ada kantin


Waktu Tempuh Menyeberang dari Merak ke Bakauheni Kurang Lebih 1 jam

Namanya kapal express, waktu tempuhnya juga ekspress. 

Durasi berlayar kurang lebih 1 jam saja. Selama 1 jam tersebut kami sudah sarapan, ibu sudah ke toilet, suami dan aku sudah naik ke lantai teratas buat ambil foto, dan suami juga sudah sempat tidur untuk istirahat sebelum lanjut nyetir setelah tiba di Lampung nanti.

1 jam nggak terasa, beda dengan dulu waktu terakhir mudik bawa mobil juga, rasanya 3 jam di laut, lama dan membosankan, mana kapalnya nggak nyaman, bau dan kotor. Ya namanya juga kapal reguler ya 😂

Senang aja sih liatnya makin ke sini makin bagus fasilitas kapal yang ada, bayar mahal jadi nggak sia-sia.

Sempat foto berdua di helipad, lantai teratas kapal. Difotoin tripod, gak berani minta tolong orang di situasi pandemi gini. Kan ga tahu ya kondisi orang lain sehat apa nggak.

Protokol Kesehatan di Kapal Feri

Aku awalnya mengira kami bakal diminta surat keterangan sehat atau surat hasil rapid test ketika masuk kapal, ternyata tidak. Hanya ada himbauan keras untuk tetap pakai masker dan jaga jarak selama di dalam kapal. 

Anjuran pakai masker ini sudah dimulai ketika memasuki pelabuhan. Petugas yang banyak berdiri dekat pintu masuk sebelum check-in mengecek masker para pengendara.

Di dalam kapal juga beberapa kali ada himbauan yang disampaikan lewat pengeras suara mengenai protokol kesehatan 3M. Ada sejumlah hand sanitizer di beberapa tempat, dan ada sabun cair untuk cuci tangan di wastafel.

Meski begitu, tetap saja ada yang bandel, keliaran di kapal tanpa masker. Kalaupun pakai, maskernya hanya dikalungkan. Memang sih tetap lebih banyak yang pakai. 

Kalau dilihat dari mobil-mobil yang terparkir di kapal, rata-rata bukan mobil murah meriah, mestinya orang berduit dan berpendidikan ya, dan tahu akan kesehatan serta keselamatan diri. Tapi ya gitu, sering kan di jalan ketemu pengendara mobil mercy ataupun mobil mewah lainnya tapi buang sampah ke jalan dari jendela mobil? Ya sama kayak gitu.

Kesehatan dan keselamatan ada pada kita masing-masing. Kalau orang lain ga taat, pergi dan hindari. Gitu aja. Selamatkan diri kita sendiri. Selama di kapal, anak dan ibuku di dalam mobil saja, kecuali Alief sempat ke toilet, lalu masuk mobil lagi.



Melintasi Jalan Tol Lampung - Palembang

Ini adalah pertama kali aku dan keluargaku menuju Sumatera Selatan menggunakan tol Lampung - Palembang. 

Orang bilang waktu tempuh ke Palembang hanya 3 jam dari Lampung. Benarkah? 

Dari waktu di dasbor mobil yang terekam dalam video, terlihat waktu kami keluar kapal pukul 09.25, tiba di Indralaya pukul 15.18 WIB. Total hampir 6 jam. Nah, di antara waktu tersebut ada saat kami singgah di rest area untuk isi solar, ke toilet di rest area berikutnya, salat di rest area berikutnya lagi, dan agak nyasar setelah keluar tol Kayu Agung Sumsel. 

Ya, kami agak ragu saat bertemu pintu keluar tol, suami memilih keluar Kayu Agung, padahal masih ada pintu keluar satu lagi yang langsung ke Indralaya. Jadinya kami memperpanjang waktu perjalanan dari Kayu Agung ke Indralaya. Bisa jadi 1,5 jam.

Jadi total perjalanan dari Bakauheni ke Palembang itu bisa jadi 3-4 jam saja jika tanpa singgah dan salah keluar tol 😂

Singgah salat di salah satu rest area jalan Tol Lampung - Palembang

Rest Area dan SPBU. Banyak tapi pada tutup. Kami kesulitan mengisi BBM

Selama perjalanan via tol Lampung - Jakarta kami 3 kali singgah di rest area. Pertama untuk isi solar, kedua untuk ke toilet, dan terakhir untuk salat sambil makan siang.

Kami tidak makan siang beli di rest area, tapi makan bekal yang dimasak di rumah dan makannya di dalam mobil. Untuk makan kami mencuci tangan dengan air dan sabun yang kami bawa sendiri. Aku sengaja membawa air bersih dalam botol khusus untuk cuci tangan. Agak parno kalau ke wastafel rest area, meskipun tampak bersih.

Bila ke toilet, tadinya mau bawa sabun sendiri, ternyata toilet di setiap rest area itu bagus-bagus, sabunnya ada, dan airnya banyak. Kondisinya juga bersih, ada petugas yang berjaga dan rajin bersih-bersih setiap toilet kelar dipakai.

Ada banyak kantin makan dengan beragam menu. Tempat makan luas dan terbuka, rasanya nyaman dilihat. Kalau bukan sedang pandemi, kemungkinan aku sudah makan di sana sama keluarga. Tapi kali ini enggak dulu, cukup makan bekal sendiri.

Ada banyak rest area buka yang aku jumpai saat dalam perjalanan menuju Palembang, tetap sebaliknya saat dari Palembang menuju Lampung malah sedikit. Ada tapi banyakan nggak buka.

Ada hal yang membuat kami agak kecewa yakni SPBU yang terbatas. Sewaktu awal masuk tol ada satu rest area dengan SPBU yang sebetulnya bisa kami datangi untuk segera mengisi solar. Sayangnya saat itu kami agak kurang perhatian bahwa BBM seharusnya sudah diisi full. Ok ini memang salah kami kenapa nggak diisi dulu sebelum masuk tol.

Setelah segala rasa cemas takut mogok di jalan akhirnya kami menemukan rest area dengan SPBU tapi di situ tidak ada solar! Tak ada solar, kami pergi solat ashar di masjid dekat SPBU, semua berdoa semoga dimudahkan. Ternyata Allah langsung kabulkan, kami seolah dituntun ke satu-satunya bengkel yang ada di rest area itu yang orangnya bersedia menjual stock solarnya untuk kami. Alhamdulillah.

Mobil kami kembali melaju sampai Lampung, tapi tangki kembali minta diisi, dan susah bukan main menemukan SPBU, beberapa rest area yang kami temukan rata-rata pada ditutup. Sesaat kami gembira tiap melihat ada plang rest area dan spbu, tapi ketika didekati jalan masuknya ditutup, kecewa bukan main.

Entah kenapa begitu, padahal kalau buka, pengendara macam kami bisa lebih tenang dan nggak perlu ngebut demi selamat dari mogok di jalan tol yang sepi.

Jelang magrib di jalan tol Palembang - Lampung, hujan deras mengisi perjalanan menuju Pelabuhan Bakauheni

Berpacu dengan Waktu Menuju Pelabuhan Bakauheni

Malam hari di jalan tol, di bawah hujan deras, kami berpacu dengan waktu  mengejar kapal feri yang kami pesan di jadwal 19.45. Tadinya aku hampir pesan di jam 18.45, untunglah mas Arif minta mundurkan ke 19.45 buat antisipasi kalau terlambat karena sesuatu. Alhamdulillah jadi nggak telat. Seandainya pesan di jam 18.45 sudah pasti kami telat dan biaya tiket hangus.

Alhamdulillah pula sebelum keluar tol kami bertemu SPBU terakhir dan bisa isi BBM di situ. Kami selamat dari mogok di jalan.

Malam itu (3/1/2021), proses masuk kapal tidak secepat ketika berangkat (31/12/2020). Antrian banyak, dan kami menunggu masuk kapal hampir 1 jam. Aku baru ingat, hari itu adalah hari terakhir libur tahun baru. Orang-orang dari Palembang dan Lampung serentak kembali ke Jakarta, tak heran pelabuhan jadi membludak.

Naik kapal express saja agak lama, apalagi yang naik reguler, antriannya entah sepanjang apa.

Meski begitu, pembelian tiket via FERIZY tetap jauh lebih memudahkan. 

Kami sampai di BSD sekitar pukul 12 malam.

Suamiku hebat, menyetir tanpa henti dari Palembang. Alhamdulilah Allah SWT melindungi kami semua dalam perjalanan ini.

SELAMAT TAHUN BARU 2021

Selamat tahun baru buat semua pembaca blogku. Semoga tahun ini pandemi segera berakhir supaya banyak sektor kehidupan bisa kembali pulih, dan kita bisa beraktivitas dengan aman tanpa was-was.

Semoga kita semua dilindungi dari virus berbahaya, selamat dan sehat. Aamiin.

Ceritaku saat berada di Sumsel bersama keluarga dapat dibaca pada postingan berikutnya Libur Tahun Baru 2021 di Kebun Buah Pribadi

Untuk melihat video kami naik kapal feri express dari Merak ke Bakauheni dapat ditonton pada video berikut ini. Bantu like dan komen ya di sana. Terima kasih :)