Tampilkan postingan dengan label kuliner tidore. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kuliner tidore. Tampilkan semua postingan

Mengenal Kuliner Khas Tidore Lewat Festival Gurabunga

Sonine Gurua, Guruabanga

Festival dan Bazaar Gurabunga adalah perayaan masyarakat pegunungan untuk mengekspresikan kegembiraan dan sukacita sebagai ungkapan syukur menyambut datangnya Hari Jadi Tidore ke-909 tahun 2017. Dalam acara ini diadakan penjamuan bagi tamu yang datang dengan suguhan kuliner khas pegunungan serta atraksi-atraksi seni dan budaya masyarakat pegunungan. Selain itu diadakan perkemahan oleh masyarakat umum yang akan mengikuti ritual Tagi Kie Mar'ijang (perjalanan ke puncak gunung) untuk prosesi pengambilan air oleh masyarakat adat Soa Romtoha Tomayou.

Kuliner Tidore di Festival Gurabunga

Desa Gurabunga

Gurabunga kerap dikenal dengan sebutan negeri di atas awan. Terletak di ketinggian sekitar 680 meter dari permukaan laut (mdpl), menjadikannya sebagai salah satu desa tertinggi di Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara. 

Saya dan rekan-rekan blogger berada di desa ini sejak hari pertama tiba di Tidore, 8 April 2017. Kehadiran kami untuk menyaksikan pembukaan Festival dan Bazaar Gurabunga. Acara digelar pada malam hari, dihadiri oleh sebagian masyarakat Tidore yang tinggal di pesisir maupun di pegunungan, warga Desa Gurabunga, walikota Tidore beserta para pejabat pemerintahan Kota Tidore, Kadis Pariwisata Kota Tidore, serta para tamu undangan yang berasal dari Tidore maupun luar Tidore.  

Baca juga: Tiada Gundah di Tidore

Desa Guruabanga, Tidore, Maluku Utara

Kuliner Gurabunga

Salah satu hal paling menarik yang saya saksikan dalam acara festival Gurabunga adalah aneka kuliner khas pegunungan yang disuguhkan oleh warga desa. Beragam makanan terbuat dari bahan-bahan sederhana dan mudah dijumpai di pasar-pasar tradisional, tersaji istimewa dan menggugah selera.

Uniknya, beberapa kuliner yang disuguhkan termasuk kuliner langka. Jarang dibuat untuk dikonsumsi sehari-hari. Dibuat hanya untuk keperluan menjamu tamu-tamu kehormatan. Menggunakan resep asli sejak zaman dulu. Dibuat dengan rasa cinta dan bangga, berharap kuliner khas tetap lestari meski zaman terus berganti. 

Baca juga: Nikmati Kuliner Khas Tidore Ini di Safira Beach Restaurant

Kuliner Tidore - Festival Gurabunga

Kuliner Tidore - Festival Gurabunga

Berikut adalah beberapa kuliner Tidore yang ditampilkan dalam acara Festival Gurabunga. Saya memotretnya ketika masih ditutupi plastik, beberapa saat sebelum acara dimulai. Sengaja saya potret seperti itu supaya nama makanannya masih ada  sehingga mudah dikenali ketika kapan saja saya membahasnya kembali. Semua makanan tidak sekadar dipamerkan, melainkan juga dinikmati bersama-sama oleh seluruh para undangan, termasuk saya dan rekan-rekan blogger.

1. Kupa Gibi
Terbuat dari beras yang dimasak dengan air santan dan dibungkus daun kelapa seperti ketupat lebaran yang biasa dimakan.

Kupa Gibi (ketupat santan)
2. Kboro Tela Gibi 
Lontong jagung giling (jagung yang dihaluskan) yang dimasak dengan santan dan dibungkus daun pisang.

Kboro Tela Gibi (lontong jagung santan)
3. Gohu Dalwaho 
Orang Tidore menyebutnya Sayur lilin. Makanan ini terbuat dari sayur lilin (bunga tebu) yang dimasak dengan campuran bawang merah, cabe, ikan tore, garam, minyak.

Gohu Dalwaho
4. Dabu-dabu Bawang Marau 
Sambal Daun Bawang. Terbuat dari bahan-bahan: daun bawang, bawang merah, bawang putih, cabe, tomat, lengkuas, jahe, kunyit, serai, ikan tore, garam, minyak goreng.

Dabu-dabu bawang marau


5. Telagule Gibi 
Olahan jagung yang dihaluskan dan dimasak pake santan, kemudian dicetak pakai cetakan kue. Mirip bolu kukus.

Telagule Gibi

6. Hula Keta 
Sagu berbahan dasar singkong yang dibuat dengan cara dibakar dalam cetakan tahan panas. Biasa dimakan sebagai pengganti nasi.

Hula Keta (sagu berbahan singkong
7. Telagule 
Nasi jagung biasa, rasanya tawar. 

Telagule (nasi jagung)
8. Nasi Jaha 
Beras yang dimasukkan ke dalam bambu, lalu dimasak dengan cara dibakar.

Nasi Jaha

9. Gohu Bijikala Makusi 
Bahan: pucuk honje, bawang merah, rica, garam, jeruk, minyak goreng. 

Gohu Bijikala Makusi

10. Magi Labusiam Madubo  
Pucuk labusiam; bawang merah, bawang putih, cabe, tomat, jahe, kunyit, lengkuas, sere, kelapa, ikan tore, garam, minyak goreng.

Magi Labusiam Madubo

11. Nasi Goreng Gosi Reno 
Nasi Goreng Spesial Guruabanga, terbuat dari: Beras, kelapa, garam, daun pandan, bawang merah, bawang putih, tomat, rica, ikan, telur, minyak goreng.  

Nasi Goreng Gosi Reno

12. Sambal Kapaya 
Sayur pepaya terbuat dari buah pepaya, bawang merah, bawang putih, cabe, tomat, lengkuas, kunyit, jahe, sere, ikan tore, garam, minyak goreng. 

Sambal Kapaya

13. Ganem Bato (tumis bunga melinjo)
Bahan: bunga melinjo, bawang putih, bawang merah, cabe, tomat, lengkuas, kunyit, jahe, sere, telur, garam, minyak goreng. 

Ganem Bato

14. Daso Ngan Tutu Igo 
Singkong Rebus dicampur kelapa. 

Dason Ngan Tutu Igo

15. Hula Keta Igo
Sagu singkong yang dicampur parutan kelapa, gula aren, dan sedikit garam, kemudian dicetak. *igo=kelapa

Hula Keta Igo

16. Sayur Deburur (sayur rebung)
Bahan: rebung, bawang merah, bawang putih, cabe, tomat, lengkuas,  jahe, sere, kunyit, ikan tore, garam, minyak goreng. 

Sayur Deburur (sayur rebung)


Betapa kaya Tidore dengan kulinernya. Ragam bahan, piranti masak, teknik pengolahan, dan cita rasa memberi kekayaan tersendiri terhadap kuliner Nusantara. Ia berkenaan dengan sentuhan budaya.

Yang saya sebutkan di atas baru kuliner dari Desa Gurabunga, belum dari desa-desa lainnya yang ada di Tidore Kepulauan. 

Karunia semesta atas alam yang kaya. Tanahnya subur menghasilkan aneka buah dan sayur. Lautnya kaya ikan, banyak diolah menjadi lauk sehari-hari. Dari tangan-tangan terampil orang-orang Gurabunga, hasil bumi itu tersaji menjadi hidangan yang sepatutnya dilestarikan. 

Buah-buahan lokal

Kuliner Tidore - Festival Gurabunga

Kuliner Tidore - Festival Gurabunga

Kuliner Tidore - Festival Gurabunga

Kuliner Tidore - Festival Gurabunga

Kuliner Tidore - Festival Gurabunga

Kuliner Tidore - Festival Gurabunga
  
Rasa sukacita menikmati ragam kuliner masyarakat pegunungan semakin lengkap dengan menyaksikan suguhan atraksi seni tradisional Tidore yang menjadi bagian dari rangkaian acara Festival Gurabunga. 

Ada satu persembahan seni suara berbahasa Tidore yang dinyanyikan oleh anak laki-laki usia SMP. Suaranya mengalun syahdu, walau saya tak mengerti arti liriknya. Tapi entah kenapa, nyanyiannya terdengar sedih, seperti kidung dukacita. Begitu juga irama musiknya, pilu menyayat hati. Apa makna lagu itu? Saya masih penasaran.

Tak hanya itu, para blogger pemenang lomba menulis tentang Tidore juga mendapat kesempatan 'manggung'. Di ujung acara, ada sesi bincang-bincang terkait pariwisata bersama Pak Yakub Husain kadispar Tidore Kepulauan, Bapak Abdullah Husain (Lurah Gurabunga), Ibu Dwi Woro Retno Mastuti, S.S, M.Hum, (beliau mengajar di Program studi Jawa FIB UI dan Peniliti Wayang Cina-Jawa dan Wayang Po Te Hie), dan Yuk Annie mewakili blogger.

Baca juga: Tidore di Bulan Februari dan Ingatan Menuju Napak Tilas Magelhans

Festival Gurabunga

Festival Gurabunga

Festival Gurabunga

Festival Gurabunga

Blogger di Festival Gurabunga - HJT 2017

Blogger & Ngofa Tidore Team
Hal paling seru malam itu adalah Bermain Bambu Gila!  😂

Gurabunga, Tidore, Maluku Utara.
Sabtu, 8 April 2017.

Bersama Annie Nugraha, Haryadi Yansyah, Deddy Huang, Eko Nurhuda, Rifki Faiza Rahman, Attini Zulfayah, Tati Suherman, Ayu, Dwi Setijo Widodo, Ibu Dwi Woro Retno, Anita Gathmir (Ngofa Tidore Tour & Travel), Kak Gathmir (Ngofa Tidore Tour & Travel). 

Contacts: Anita Gathmir 0815.1433.7014, Gathmir 0816.829.959 Emails: anitagathmir99@gmail.com, gathmir@yahoo.com, visittidore@gmail.com

Nikmati Kuliner Khas Tidore Ini di Safira Beach Restaurant

Tidore tersohor sebagai negeri penghasil rempah sehingga dijuluki The Spice Island. Di masa lampau, pulau kecil ini pernah menghipnotis para penjelajah ulung dari berbagai belahan dunia untuk berlabuh dan membawa pulang cengkeh, pala, kayu manis dan banyak komoditas rempah lainnya untuk dijual kembali di pasar Eropa.

Abad berlalu, masa berganti. Para ‘penjarah’ rempah telah lama pergi. Dermaga Bumi Marijang kini sepi dari kapal para penjajah, tapi rempah tetap berlimpah. Adakah rempah itu bergelimang sedap dalam tiap menu masakan khas Tidore? Akankah saya mencicipi rasa dan aroma wanginya dalam hidangan-hidangan menggugah selera? Kali ini, perkenankan lidah saya “menjarah” Tidore lewat citarasa masakan aslinya.  


kuliner maluku utara
Kuliner Khas Tidore

Restoran Pinggir Pantai 
 
Waktu menunjukkan pukul 12.00 WIT ketika kami tiba di Safira Beach Restaurant yang terletak di Cobodoe, Tidore. Saat itu, rasa lapar seolah melanda hingga tingkat dewa. Padahal, tiga jam sebelumnya ada nasi uduk berlauk ikan goreng dan telur balado yang saya santap di pelabuhan Rum. Salahnya, nasi uduk enak itu hanya mampu separuhnya saja masuk perut. Derita perut bermuatan kecil, cepat kenyang berdampak cepat lapar. Wajar ketika sampai di Safira saya rada oleng. 


Bagian depan Resto Safira tak seperti resto pada umumnya. Penampakannya seperti rumah tinggal biasa. Setelah semua rombongan turun dari mobil, Mbak Anita mengarahkan kami untuk berjalan ke belakang, melewati halaman di samping rumah. Ternyata, di belakang terdapat taman dengan pondok-pondok makan yang menghadap langsung ke laut.

Taman yang asri dengan pohon-pohon yang tinggi dan rindang, membuat area makan jadi teduh. Udara pun terasa sejuk. Air laut hanya beberapa meter saja dari pondok makan. Beberapa speed boat milik Safira bersandar dekat pantai. Sementara di kejauhan, Pulau Failonga tampak kecil, bergeming di antara ombak dan angin yang bersabung di lautan.


Baca juga: Tempat Wisata Kuliner di Belitung

Tampak depan Safira Beach Restaurant
Jalan samping menuju pondok-pondok makan yang terletak di belakang
Suasana di area pondok makan

Langsung menghadap pantai dan laut

Masakan Minim Rempah

Kenapa pulau kaya rempah ini masakannya minim rempah? Pertanyaan itu melintas dalam benak saya ketika mengetahui tak banyak makanan Tidore yang dibuat dengan menggunakan rempah.

Saya mencoba mencari tahu dari beberapa sumber online. Salah seorang penulis menuturkan bahwa ia mendapat penjelasan dari buku Kepulauan Rempah-rempah karya M. Adnan Amal (saya belum baca langsung bukunya) yang menyebutkan bahwa cengkeh dan pala memang tak banyak berperan dalam isi dapur masyarakat Tidore dan sekitarnya. Di masa lalu, penduduk tidak menanamnya dan tidak membudidayakannya. Kalaupun digunakan, kebanyakan hanya sebagai campuran obat atau minyak oles saja. Hal tersebut diperkuat oleh catatan Alfred Russel Wallace yang melawat ke kepulauan Maluku sekitar tahun 1857. Dalam bukunya yang terkenal “The Malay Archipelago”, Wallace menjelaskan bahwa pala dan cengkeh bukan kebutuhan pokok masyarakat. Bahkan pala dan cengkeh, yang menjadi komoditas 'rebutan' bagi pedagang Eropa, justru tidak banyak digunakan untuk aneka olahan yang tersaji dari dapur penduduk setempat.

Menu-menu khas Tidore dan kepulauan di Maluku rata-rata menggunakan ikan segar sebagai bahannya. Sedangkan bumbu-bumbunya kebanyakan menggunakan bumbu dasar seperti garam, bawang dan cabe saja. Bayangan saya tentang makanan kaya rempah semacam rendang, opor, soto, sayur ketupat, dll, langsung hilang tak berbekas saat Kasbi, Gohu, Kakap Dabu-Dabu, Kakap Balado, Sup Ikan tersaji di meja. Inilah beberapa kuliner minim rempah itu. 

Blogger, Ngofa Tidore, dan pemilik Safira Beach Restaurant

Kasbi

Diantara menu-menu yang terhidang, Kasbi lebih dulu menarik perhatian saya. Mungkin karena bentuknya yang sangat mirip roti tawar, sehingga menimbulkan keheranan.  


“Apa kami bakal  makan siang dengan roti tawar?” 

Oh tidak! Ternyata itu bukan roti tawar, melainkan sagu singkong. 

Kasbi terbuat dari singkong yang parut dan dipanggang dalam gerabah yang dipanaskan di atas api kayu bakar. Setelah saya cicipi, ternyata tidak selembut roti tawar, tapi rasanya lebih legit. Makan 1 potong (separuh dari ukuran cetaknya), sudah membuat saya merasa cukup. Jika diteruskan 2 potong, saya yakin bakal kenyang. Beda dengan roti tawar biasa, 3 lembar baru merasa kenyang.  

Baca juga: Makan Enak di Kafe Cantik The Magnolia Floral Cafe

Proses pembuatan Kasbi *Sumber foto annienugraha.com*

Kasbi bisa dimakan langsung tanpa apapun. Namun lebih enak jika disantap bersama olahan ikan bakar/goreng/panggang. Kalau saya sendiri, menikmati Kasbi dengan Gohu rasanya lebih nendang. Saya belum mencoba versi kasbi diolesi selai kenari. Tapi sudah kebayang akan lezat sekali jika jadi teman minum teh/susu/kopi.

Di masa lampau, Kasbi merupakan makanan yang awet sampai satu tahun, sehingga sering dibawa oleh para pejuang dan pelaut Tidore ataupun pelaut kolonial yang singgah di Tidore sejak jaman dahulu sebagai bekal untuk perang ataupun pergi berlayar di lautan. 

sagu singkong
Kasbi (Sagu Singkong)

Gohu

Sashimi ala Tidore, begitu orang menyebutnya. Buat mereka yang tidak suka ikan mentah, kemungkinan akan mundur untuk menyantapnya. Beda dengan saya, makin mentah, justru makin menantang di lidah. Tapi tergantung ikannya juga kali ya. Kalau ikan segar, saya tidak pakai ragu lagi, begitu tersaji langsung disikat. 


Bagi masyarakat Tidore, rumus wajib membuat menu Gohu adalah IKAN SEGAR. Apapun ikannya, yang penting ikan segar, dan sangat disarankan ikan laut. Ikan Tuna misalnya. Bumbu Gohu sangat mudah. Terdiri dari campuran bawang dan cabe yang diiris tipis-tipis, serta perasan air lemon cui dan daun kemangi untuk pewangi. Semua bahan tersebut dicampur dan diaduk rata, terakhir baru diberi minyak kelapa mendidih. Sesederhana itu cara membuatnya tapi kelezatannya melekat begitu lama dalam mulut . 

Buat saya, GOHU adalah menu JUARA yang sangat menggugah selera. Kalau ditanya kuliner Tidore mana yang paling dikangeni, GOHU tentu saja. 

kuliner maluku utara
GOHU, Kuliner JUARA dari Tidore

Kakap Dabu-Dabu
Saya penggemar sambal. Banyak jenis sambal yang saya suka, tapi banyak sambal yang tidak saya makan. Bukan tidak enak, tapi karena tiap kali hendak makan, saya kudu lihat-lihat kondisi lambung dulu. Jika sedang “luar binasa”, semua hal yang berhubungan dengan cabe akan saya abaikan hehe.

Sambal dabu-dabu tidak asing bagi saya. Meski tergolong jarang menikmatinya, sambal ini sudah beberapa kali mampir di lidah. Bedanya, jika selama ini lidah saya biasa-biasa saja merespon citarasa-nya, kali ini jadi spesial. Kemungkinan karena beberapa faktor. Pertama, ikannya memang ikan yang benar-benar segar. Kedua, tempat makannya di Tidore. Ketiga, makannya bareng teman-teman Ngofa Tidore dan blogger-blogger juara lomba menulis blog Tidore. Kadang-kadang begitu ya, soal rasa bisa tergantung apa, dimana, dan sama siapa makannya he he.

Ikan kakap digoreng matang, lalu disiram dengan sambal dabu-dabu. Gurih daging ikan kakap berpadu dengan irisan bawang dan tomat mentah, serta cabe utuh yang disiramkan pada ikan. Kalau nggak ingat malu, mungkin satu potong ikan berlumur dabu-dabu itu sudah saya habiskan sendirian! #kecil-kecil nafsu makannya gede juga yak :p 

Kakap Sambal Dabu-Dabu

Sup Ikan

Serba ikan, termasuk sup. Masakan berkuah ini cocok jadi menu pembuka. Rasa kuahnya gurih sekaligus segar. Di antara makanan serba ikan yang kering dan bersambal, sup jadi penyelamat bagi mereka yang tidak mampu makan makanan pedas. Kalau sedang bawa anak kecil, sup ikan ini bisa jadi menu favorit yang sayang untuk dilewatkan dari daftar pesanan. 


Selain makanan yang sudah saya sebutkan tadi, ada pula Kakap Sambal Balado dan Tumis Daun Sawi. Sepertinya dua menu ini bukan khas Tidore karena di daerah lain pun punya menu serupa.

Menikmati sajian serba ikan ala Safira, bikin makan jadi nambah-nambah. Saya berani jamin, masakannya benar-benar enak. Tidak bisa dipungkiri di sinilah saya jatuh cinta pada kuliner Tidore bernama Gohu dan Kakap Dabu-Dabu. Dua menu ini saya cari-cari di Jakarta dan sekitarnya, belum ketemu. Asli, saya kangen Gohu T_T


Baca juga: Kulineran di Lemongrass Cafe & Resto Bogor

Sup Ikan

Tidak banyak restoran di Tidore. Restoran seperti Safira bisa dihitung jari. Tempat makan lainnya hanya warung-warung nasi biasa, dekat pasar, terminal, maupun pelabuhan. Itupun belum tentu menyediakan menu khas. Salah satu yang bisa saya rekomendasikan saat ini adalah Safira Beach Restaurant, tempat kami makan siang itu (8/4/2017). Di sini, selain menikmati citarasa, juga menikmati suasana tepi laut. 

Coba lihat foto berikut ini, wajah-wajah sumringah yang menikmati lezatnya kuliner khas Tidore di Safira Beach Restaurant :
Haryadi Yansyah, Deddy Huang, Eko Nurhuda, Rifqi, Ayu, Mbak Zulfa, Yuk Annie, Bu Woro, Fia, Mbak Anita, Kak Gathmir, Yuk Annie, Mbak Tati, dan Mas Dwi. Ada juga kawan-kawan Tidore seperti Bam dan Eros :)






Lapis Tidore

Ada banyak jenis kue khas Tidore yang saya cicipi selama berada di Tidore. Tapi, tidak semua namanya mampu saya hafal. Kue-kue tersebut saya jumpai di Penginapan Seroja, di Desa Gurabunga, dan di Kedaton Kesultanan Tidore. Bentuknya unik-unik dengan rasa yang bervariasi.

Salah satu kudapan khas Tidore adalah lapis Tidore. Nama kue ini mudah dihafal karena namanya mudah diucapkan. Yang menjadikannya khas adalah selai yang digunakan, yaitu selai kenari. Di Tidore, buah kenari banyak digunakan untuk bahan makanan dan minuman. Kenari bisa dibuat jadi selai, taburan minuman Guraka, campuran talam sagu bakar, bahkan jadi sambal. 



Restoran Safira memproduksi Lapis Tidore. Konon katanya, Lapis Tidore Safira terkenal enak dan memiliki banyak pelanggan se-Tidore hingga Ternate (delivery). Makanan satu ini dibuat dengan baik, tanpa menggunakan bahan pengawet, tentunya sehat untuk dikonsumsi. Masa awetnya sekitar 5-7 hari.

Kami diajak ke ‘dapur’ tempat produksi Safira Lapis Tidore. Letak dapurnya dekat dengan pondok tempat kami makan. Di sana, ada 5 orang pekerja sedang beraktivitas membuat kue. Kami diperkenankan melihat bahan-bahan dan cara membuatnya. Bahan utama terdiri dari terigu, telur, gula, dan susu kental manis. Untuk selainya ada 3 pilihan rasa, yaitu kenari, kacang, dan coklat. Dari ketiganya, Lapis Tidore selai kenari jadi best seller, karena khas Maluku Utara. 







Produksi Safira Lapis Tidore maksimal 70 buah per hari. Kadang tergantung pesanan. Bisa  lebih banyak dari itu jika pesanan sedang banyak. Tidak sekedar melihat cara pembuatan, kami juga diberi kesempatan untuk mencicipi lapis Tidore yang sudah jadi.  

Lidah memang tidak bisa bohong ya, kue enak itu rasanya tidak cuma sampai di lidah, tapi juga di hati. Sayangnya saat itu saya tidak membeli. Karena baru hari pertama di Tidore, masih lama kembali ke Jakarta, saya santai saja. Ternyata, ketika tiba saatnya meninggalkan Tidore, malah tidak bisa mampir lagi. Hiks. Padahal ingin beli buat oleh-oleh pulang ke Jakarta. Sekarang baru deh nyesel

Kenari yang akan dijadikan selai Lapis Tidore


Ada selai kenari di tiap lapisannya


Siap untuk dikemas


Siap untuk dijual :)

Jika berkunjung ke Tidore, Safira Beach Restaurant recommended untuk dijadikan tempat menikmati aneka kuliner khas Tidore. Kamu juga bisa beli oleh-oleh Lapis Tidore di sini.

Harga Safira Lapis Tidore:
Lapis Tidore Kenari Rp 60.000,- per buah
Lapis Tidore Kacang Rp 50.000,- per buah
Lapis Tidore Cokelar Rp 65.000,- per buah

Safira Beach Restaurant
Instagram: @safirabeachresto
Instagram: @lapistidoresafira
HP: 08111010444 (Bukhari Fabanyo)
Jalan Kemakmuran Ling, Cobodoe, Tidore 97813 



Contacts: Anita Gathmir – 0815.1433.7014, Gathmir – 0816.829.959, Annie Nugraha – 0811.108582
Emails: anitagathmir99@gmail.com, gathmir@yahoo.com, annie.nugraha@gmail.com, visittidore@gmail.com