Lipur Hati di Lampung Timur


wisata way kambas lampung timur
Way Kambas - Lampung Timur

Lipur Hati di Lampung Timur

Berkunjung ke Lampung Timur, bermesraan dengan gajah di habitatnya, menikmati senja romantis di padang savana bersama kuda, menelusuri gelapnya gua, hingga bersantai di tengah hamparan hutan bakau di bawah langit yang sedang secerah kaca. Sebuah petualangan yang mengayakan rasa. 
Pesona Nusantara -  Trans Nusa inflight magazine 2018
Pesona Nusantara -  Trans Nusa inflight magazine 2018  Edisi Januari - Februari 2018
Foto & Teks: Katerina

Memandikan Gajah di Camp ERU Margahayu

Petualangan menjelajah Lampung Timur dimulai dari Camp ERU (Elephant Respon Unit) Margahayu. Camp ERU berjarak kurang lebih 3 kilometer dari Dusun Margahayu, Desa Labuhan Ratu Tujuh, Kecamatan Labuhan Ratu, Lampung Timur. Jalur menuju camp berupa jalan kecil, kering, dan bergelombang. Dapat dicapai dengan kendaraan roda dua maupun jalan kaki. Sensasi bertualang akan lebih terasa jika berjalan kaki. Tapi, kami memilih bermotor karena sorenya akan berpindah tempat untuk mengejar sunset di Pusat Konservasi Gajah (PKG) Taman Nasional Way Kambas (TNWK).

Sekitar 100 meter dari ujung Desa Margahayu kami melewati tanggul yang merupakan pembatas antara desa dengan kawasan hutan TNWK. Di sini, ada titik-titik tertentu yang menjadi lintasan gajah liar, lokasinya tak jauh dari rumah penduduk desa. Itu sebabnya tanggul juga berfungsi sebagai batas untuk menghalau gajah liar.  

Desa Margahayu - Lampung Timur

Semakin jauh motor melaju memasuki kawasan TNWK, semakin memesona bentang alam yang tersaji. Way Penet dengan aliran airnya yang tenang, hutan alami, padang savana dengan kerbau-kerbau yang sedang menikmati rumput, serta burung-burung yang bermain lalu terbang menjauh, menjadi suguhan memukau. Ditambah dua kali perjumpaan dengan empat ekor gajah sedang mencari makan di pinggir hutan, membuat saya tak tahan untuk tidak memekik girang. Sungguh sebuah pertunjukan harmoni alam yang menyihir mata. Sensasi menyenangkan ini membuat durasi perjalanan menuju Camp ERU terasa sangat singkat.

Sesampainya di Camp ERU kami dibawa ke pusat informasi, tempat dimana semua hal yang berkaitan dengan kegiatan di Camp ERU bisa didapat di sini, baik berupa penjelasan lisan maupun melalui gambar pada poster-poster besar yang terpampang. Di samping pusat informasi terdapat bangunan bertingkat tempat istirahat para tim yang bertugas, sebuah musola, dan tempat pemandian gajah.

ERU merupakan program kegiatan yang muncul dari Balai TNWK dalam upaya penanganan konflik gajah liar dengan manusia. Kegiatannya bertujuan untuk menangani gajah liar yang akan keluar dari kawasan TNWK ke lahan pertanian masyarakat yang berbatasan dengan TNWK, dan mengupayakan sedini mungkin agar gajah liar tidak sampai keluar kawasan. Selain itu juga di Camp ERU kesehatan gajah jinak menjadi prioritas utama untuk diupayakan stabil dan populasinya diharapkan dapat meningkat.

Program ERU dalam operasionalnya didukung oleh lembaga konservasi (NGO) Komunitas untuk Hutan Sumatera (KHS) melalui Perjanjian Kerjasama dengan TNWK. Kegiatan ERU dilaksanakan di tiga lokasi utama yaitu Camp ERU Tegal Yoso, Camp ERU Bungur, dan Camp ERU Margahayu yang kami kunjungi. Di setiap lokasi ERU terdiri dari satu tim penanganan konflik/Mahout dengan fasilitas camp dan gajah jinak. Di Camp ERU jumlah Mahout ada lima orang dibantu warga sekitar satu orang dan polisi hutan satu orang. 
Camp ERU Margahayu - Lampung Timur

Kesempatan memandikan gajah betina bernama Melly dan anaknya Amel menjadi pengalaman menyenangkan yang kami dapat di Camp ERU. Hanya dengan sekali perintah dari Mahout, gajah Melly merebahkan badan dengan empat kaki ditekuk, seakan hendak memudahkan kami menyentuh kulit tebalnya untuk digosok dan disiram. Kami bergantian memandikan gajah, dan baru menyudahinya saat waktu mengejar sunset di Pusat Konservasi Gajah (PKG) telah tiba.

Selain kegiatan memandikan gajah dan belajar tentang kehidupan gajah, kegiatan menarik lainnya yang bisa diikuti di sini antara lain safari resort Way Kanan TNWK dan treking Camp ERU Margahayu di jungle track yang sudah tersedia. Atraksi wisata desa yaitu membuat tiwul di rumah warga Dusun Margahayu juga bisa jadi pengalaman unik yang sayang dilewatkan. Tersedia homestay untuk menginap dengan kuliner nasi tiwul dan sayur santan ikan rawa suguhan makan masakan warga. Kami mengakhiri perjalanan di TNWK dengan menikmati senja di PKG, di antara ratusan gajah yang bersiap menyambut malam di rumahnya yang aman.

Berkuda di Padang Savana Braja Harjosari

Desa Braja Harjosari, Kecamatan Braja Slebah, memaparkan rentang padang savana yang luas. Berjarak kurang lebih 33 kilometer dari Sukadana ibukota Lampung Timur, kami menghabiskan waktu sekitar satu jam perjalanan bermobil untuk mencapainya. Matahari terbenam di sini langsung di balik hutan yang memagari padang savana sehingga sangat sempurna untuk menghantar senja.

Letak Desa Braja Harjosari dengan TNWK hanya dipisahkan oleh sungai Kuala Penet. Hal ini memungkinkan untuk melihat langsung rombongan gajah liar yang jumlahnya dapat mencapai puluhan ekor, sedang mencari makan di rawa-rawa perbatasan TNWK. Tingginya keragaman hayati membuat Braja Harjosari istimewa. Keistimewaan itu kami jumpai kala menyusuri bentang Way Penet dengan perahu, tempat di mana burung-burung air seperti blekok, trinil, kuntul, dan cangak ungu, dapat terlihat dengan mudah. Di sungai ini, atraksi dari burung pemangsa seperti elang dan raja udang, memberikan atraksi alam yang memesona.  

Padang rumput di Desa Wisata Braja Harjosari Lampung Timur

Daya tarik wisata berupa nilai kearifan lokal yang tinggi dan potensi yang besar yang dimiliki, baik dari segi landscape maupun hasil bumi, membuat Braja Harjosari berkilau. Intensifikasi lahan pertanian yang dilakukan oleh masyarakat desa ini membuat hasil buminya melimpah dan memberikan warna tersendiri. Beberapa hasil pertanian seperti beras organik, sayuran dan buah-buahan menjadi komoditi unggulan.

Saat ini Wisata Desa Braja Harjosari semakin ramah wisatawan. Fasilitas akomodasi telah tersedia dalam bentuk homestay. Merasakan tinggal di desa, berinteraksi dengan warga lokal, dan makan makanan khas yang dimasak oleh warga, benar-benar akan memberikan pengalaman yang unik sekaligus berkesan. Kuliner khas seperti nasi tiwul, pindang ikan baung, dan gulai ikan lais, merupakan kekayaan kuliner yang sempat saya cicipi di sini.

Mengenal Braja Harjosari adalah mengenal rasa syukur melalui kesederhanaan, tentang kebersahajaan dalam hidup, serta tentang tingginya nilai luhur dan kearifan lokal yang masih melekat dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. 
Padang rumput di Desa Wisata Braja Harjosari Lampung Timur

Ekowisata di Hutan Mangrove Sriminosari

Terletak di Desa Sriminosari, Labuhan Maringgai, Lampung Timur, terhampar wilayah hutan bakau yang kini sudah menjadi kawasan ekowisata bernama Taman Mangrove Sriminosari. Berjarak kurang lebih 55 kilometer dari ibukota kabupaten dan dapat ditempuh dalam waktu sekitar 1,5 jam dari Kecamatan Labuhan Ratu. Hutan bakau seluas kurang lebih 6 hektar ini berkontribusi besar dalam menyerap karbon dioksida, selain berdayaguna melindungi kawasan pesisir pantai dari abrasi.

Objek wisata Hutan mangrove Sriminosari dikembangkan oleh warga melalui Koperasi Konsumen Nelayan Rukun Sido Makmur, merupakan atraksi wisata yang sarat unsur pendidikan lingkungan. Dengan membayar tiket masuk sebesar Rp 5.000 per orang, pengunjung dapat berjalan kaki melihat indahnya taman bakau melalui jalur tracking sepanjang 800 meter yang terbuat dari kayu dan bambu. Dalam waktu dekat jalur akan diperpanjang menjadi 1000 meter hingga mencapai pulau pasir timbul yang akan dijadikan lapangan volley pantai sebagai bagian dari atraksi wisata di Taman Mangrove. 

Taman Mangrove Sriminosari - Lampung Timur

Terdapat tujuh gazebo berdiri di atas laut yang dapat digunakan untuk beristirahat, dan satu kantin jajan milik koperasi. Jam operasional Hutan Mangrove Sriminosari adalah pukul 07.30 – 17.30 WIB setiap hari. Berbeda dari pantai wisata lainnya yang pernah saya kunjungi di Lampung, di sini pasir pantainya berwarna hitam. Laut Jawa yang menghadap ke Pulau Kalimantan sangat kaya ikan, adalah surga bagi para nelayan yang tinggal di Labuhan Maringgai. Tak heran bila buah tangan yang kami bawa dari sini berupa ikan asin, kerupuk kulit ikan, terasi ikan, dan snack ikan. Semuanya dikemas dengan rapi dan higienis dengan kenikmatan rasa yang terjaga.

Matahari yang hangat, udara yang segar, serta unsur air yang menenangkan, menjadikan hutan mangrove ini sebagai pilihan tempat wisata yang cocok untuk bersantai dan menyegarkan kembali pikiran dari segala penat dan rutinitas harian. 
Kuliner di Desa Sriminosari
Taman Mangrove Sriminosari - Lampung Timur

Menembus Kegelapan di Gua Pandan

Satu lagi objek menarik yang bisa dijelajahi di Lampung Timur terutama bagi pecinta petualangan, yakni Gua Pandan. Terletak di Desa Girimulyo, Kecamatan Marga Sekampung, Kabupaten Lampung Timur. Untuk mencapai Gua Pandan, kami menghabiskan waktu sekitar 2 jam dari Sukadana ibukota kabupaten Lampung Timur. Akses jalan masuk menuju gua dapat dilalui baik oleh sepeda roda dua maupun roda empat, dengan lebar jalan 2,5 meter dan panjang kurang lebih 500 meter sampai ke Gua Pandan.

Menurut Kepala Desa Girimulyo, Asmawi, sejarah awal mula diberi nama Gua Pandan karena dulu di mulut gua terdapat pohon pandan yang tinggi dan besar. Saat ini pohon pandan tersebut memang masih ada di mulut gua, walau ukurannya tidak sebesar dulu. Dalam sejarahnya, Gua Pandan telah ditemukan sejak tahun 80-an, tapi baru dalam dua bulan ini mulai dipromosikan sebagai salah satu objek wisata di Lampung Timur.

Luas areal komplek gua kurang lebih lima kilo meter persegi. Diperkirakan terdapat lebih dari sepuluh gua, tiga di antaranya adalah Gua Pandan, Gua Kelelawar, dan Gua Sumur. Dari info yang saya dapat, panjang lorong Gua Pandan yang baru bisa diukur mencapai 400 meter. Selebihnya belum dilakukan pengukuran lebih lanjut karena membutuhkan tim dengan peralatan khusus. 

Gua Pandan di Desa Girimulyo Lampung Timur

Dengan ditemani oleh kepala desa, pengelola, pokdarwis Girimulyo, serta beberapa warga, kami menyusuri gua sepanjang 200 meter. Saat itu kelengkapan keamanan baru meliputi senter dan bot, tanpa helm, tapi sudah cukup membuat saya percaya diri sekaligus menepis kegelisahan yang mendadak muncul. Matahari benar-benar sudah berdiri tegak saat kami berjalan menuju mulut gua dengan menuruni tebing pendek berbatu. Mulut gua berupa ceruk dengan diameter sekitar 6 meter. Di titik inilah perubahan suhu mulai saya rasakan.

Awalnya lorong gua yang kami lewati luas, sehingga masih bisa leluasa berdiri dan berjalan. Tantangan itu baru dimulai ketika kami menuju lorong lain yang lebih sempit, gelap dan lembab. Di beberapa titik, kami harus berjalan dengan posisi jongkok. Saat terhalang batu besar dan tinggi, perjalanan diwarnai dengan pendakian pendek.

Jalur gua seperti labirin. Rumit, berliku-liku, serta memiliki banyak jalan buntu. Udara cenderung bersih, tanpa bau tidak sedap. Lorong gua berisi hamparan bebatuan bulat dan besar, tidak dihiasi oleh staklatit runcing dan tajam. Pada suatu tempat terdapat batu berbentuk datar bagai bangku sehingga bisa diduduki. Ornamen langit-langit gua tergolong sederhana dengan warna-warna coklat tanah bercampur hitam. Walau jalur yang kami tempuh pendek, tapi memberi pengalaman yang memberi banyak rasa. Sungguh sebuah sensasi yang menantang adrenalin. 
Jelajah Gua Pandan bersama rekanr-rekan blogger

Ada larangan tertentu bagi pengunjung yaitu menghindari pohon Jelatong yang banyak tumbuh di sekitar mulut gua. Jenis daunnya bila mengenai kulit dapat menyebabkan rasa panas dan gatal. Sampai saat ini belum ada obatnya sehingga perlu berhati-hati jangan sampai terkena daunnya. Namun, di balik adanya pohon berbahaya, Gua Pandan juga dikelilingi oleh pohon pepaya california yang buahnya sangat lebat dan dipasarkan hingga ke tanah Jawa.

Pengalaman menembus kegelapan Gua Pandan memberi warna baru dalam menjelajah Lampung Timur. Siapa sangka Bumi Tuwah Bepadan yang terkenal dengan gajah Way Kambas-nya ini menyimpan keindahan lain di perut buminya.
Pesona Nusantara -  Trans Nusa inflight magazine 2018

Pesona Nusantara -  Trans Nusa inflight magazine 2018

Pesona Nusantara -  Trans Nusa inflight magazine 2018

Pesona Nusantara -  Trans Nusa inflight magazine 2018

 HOW TO GO
Penerbangan dari Jakarta, Bandung, Batam, Yogya ke Lampung tersedia tiap hari. Letak Bandara Radin Inten II ke Lampung timur berjarak kurang lebih 82 km, dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat selama 2 jam. Untuk mengeksplore Lampung Timur silakan menyewa kendaraan.

WHERE TO EAT
Rata-rata penginapan di Lampung Timur dapat dimintai makanan. Jika ingin makan sembari memancing, Rumah Makan Dua Saudara di Way Arang, Kec. Mataram Baru adalah tempat makan paling populer dan paling ramai dikunjungi pelancong.

WHERE TO STAY
Saat ini di beberapa lokasi tempat wisata Lampung Timur sudah menyediakan homestay untuk wisatawan. Hotel Yestoya bisa jadi pilihan untuk menginap nyaman selama di Lampung Timur. Banyak pilihan hotel di Bandar Lampung bagi wisatawan yang hanya day tur ke Lampung Timur seperti Novotel, Batiqa Hotel, Hotel Whiz, POP Hotel dll. 

Pesona Nusantara - Trans Nusa inflight magazine

Seorang istri. Ibu dari dua anak remaja. Tinggal di BSD City. Gemar jalan-jalan, memotret, dan menulis.

Share this

Previous
Next Post »

3 komentar

Leave your message here, I will reply it soon!