Kulineran di Lampung


Saya mencoba menghimpun beberapa tempat kuliner di Lampung yang pernah saya kunjungi selama periode Agustus 2015 hingga April 2016. Dalam sembilan bulan tersebut, terhitung ada lima kali saya ke Lampung.

Festival Krakatau 2015 pada bulan Agustus menjadi titik awal saya mulai Keliling Lampung. Dilanjut dengan Festival Teluk Semaka bulan November 2015, trip Kiluan bulan Januari 2016, trip Kiluan bulan Februari 2016, dan terakhir adalah trip Danau Ranau bulan April 2016. Bulan Juli ini saya akan ke Lampung lagi untuk berwisata ke Kiluan, Gigi Hiu, Desa Wisata Gedung Batin, dan Air Terjun Puteri Malu di Way Kanan. Belum tahu akan jajal kuliner apa lagi. Biarlah nanti jadi cerita baru di postingan selanjutnya.

Kuliner yang akan saya ceritakan dalam tulisan ini berasal dari lima kunjungan sebelumnya. Tentu saja apa yang saya tulis ini tidak mewakili keseluruhan kuliner yang ada di Lampung. Masih banyak jenis kuliner dan tempat kuliner lainnya yang bertebaran di Lampung.

Bakso Sony, Bakso Paling Enak di Lampung
Dalam obrolan-obrolan traveler yang pernah ke Lampung, kerap terselip cerita tentang Bakso Sony sebagai salah satu kuliner yang mesti dicoba ketika berkunjung ke Lampung. Enak, mesti coba, biar afdol kulineran di Lampung, begitu kata mereka. Ok, saya sudah datang dua kali. Pertama, tgl. 19/11/2015 ketika menghadiri Festival Teluk Semaka 2015. Yang kedua tgl. 27/2/2016 saat hendak ke Kiluan bareng Ratna Aulia dkk.
 


Kepopuleran Bakso Sony selain karena memang sudah punya nama, juga  karena baksonya memang enak. Kalau saya lihat daging baksonya memang banyak, minim terigu. Kalau rasa kuah sama enak lah dengan kuah-kuah bakso lain yang pernah saya makan. Dua kali saya ke sini selalu di waktu pagi, seusai melakukan penerbangan dari Jakarta ke Lampung.


Pusat Bakso Sony ada di  Jl. Wolter Monginsidi (dekat RS Bumi Waras). Sedangkan cabangnya ada di Jl. Z.A Pagar Alam (dekat Teknokrat), Jl. Raden Intan (sebelum Gramedia), dan di Jl. Cut Nyak Dien (dekat RM Garuda di depan Chandra pasar bawah. Bakso Sony buka dari jam 8 pagi sampai jam 8 malam.  


1 porsi berisi 6 biji bakso padat daging sapi


Bareng Mas Yopie, Lia, Mike, Dita, dan mbak Dwi

Pindang Baung Dapoer Tatu
Pindang baung adalah  salah satu menu andalan yang saya santap di Pondok Makan Dapoer Tatu yang terletak di Jl. Putri Balau No 24, Kedamaian, Bandar Lampung.
Kuahnya merah, kaya cita rasa dengan rasa pedas dan asam yang sangat menonjol. Ikannya segar, tidak amis, dan gurih.  


Saya masih ingat hari itu tgl. 30/8/2015 untuk pertama kalinya saya makan di Dapoer Tatu dan pertama kalinya pula menyantap pindang Lampung. Saya tidak sendiri, tapi bersama kawan-kawan blogger undangan Festival Krakatau 2015. Panitia festival mengajak kami mencicipi kuliner pindang sebelum diajak menyaksikan parade budaya yang digelar di Jl. Dr. Susilo. 

Di Dapoer Tatu juga tersedia pindang kepala simba, pindang patin, dan pindang iga sapi. Rumah makan ini buka hari Senin sampai Sabtu mulai pukul 10.00 - 22.00 WIB. Kalau berkunjung ke Lampung, kuliner khas yang satu ini wajib dicoba. Dapoer Tatu merupakan salah satu dari sekian banyak rumah makan pindang di Lampung. Cobain deh pindangnya, sedap dan bikin nagih.

Ayo tebak siapa dia?


Pindang pertama yang saya makan di Lampung :D

Pindang jadi model

Setelah dari Dapoer Tatu, keesokan harinya (tgl 31/8/2015) kami kembali makan siang dengan pindang. Awalnya pada belum tahu akan makan siang dengan apa. Mas Indra duniaindra.com melemparkan tanya, saya usul pindang, eh disetujui. Kami pun diajak ke Jalan Sultan Agung, dan di situ ada pondok pindang di pinggir jalan.

Senang banget diajak makan pindang lagi. Walau kadar sedapnya masih lebih enak di Dapoer Tatu, tapi rasanya tetap lumayan. Mungkin karena saya makannya sudah dalam keadaan lapar, dan juga karena makan bareng-bareng kawan. Suasana enak bikin makan pun jadi terasa enak. 



Sambalnya menggoda sekaleee


Lalapan segar


Pindang lagi, nggak bosan-bosan...


Asiknya makan bareng

Minum Kopi Lampung di Dr Coffee Café
Ada 20 jenis kopi (arabica dan robusta) dari berbagai daerah di Indonesia yang ditampilkan di kafe ini. Bisa dinikmati dengan beragam penyajian dan cara seduh seperti tubruk, Vietnam Drip, V60 Dripper, French Press, dan Rock Presso. Kisaran harga per gelas Rp 8.000 – Rp 16.000,-. Selain kopi Nusantara, ditampilkan juga kopi asli Lampung, di antaranya single origin Fajar Bulan, Ulu Belu, Liwa, Sumber Jaya, dan Mekar Sari (organik).

Sewaktu saya dan kawan-kawan ke sana (30/8/2015), kafenya bertempat di sebuah ruko di jalan Sumantri Brojonegoro. Dekat jalan masuk ke kampus Unila. Kabar terbaru yang saya dapat dari Mas Ali (owner Dr.Coffee), kafe sudah pindah tempat. Sekarang lokasinya di Jalan Pagar Alam (gang PU) No. 41. Saya sih belum pernah datang ke tempat baru. Moga saat ke Lampung akhir bulan Juli ini saya ada kesempatan mampir.

Tahun lalu saya dan kawan-kawan tidak sekedar menyeruput kopi, tapi juga sambil belajar mengenal rasa dan aroma kopi dari ahlinya, siapa lagi kalau bukan Pak Karjo. Mas Ali dan Mas Vero pun hadir di antara kami. Mereka termasuk orang-orang yang giat menggalakkan kopi Lampung di Bandar Lampung. Sedangkan Pak Karjo adalah salah satu pemilik sertifikat R Grader di Lampung. Hari itu beliau banyak menjelaskan tentang kopi, dari aroma sampai rasa kopi, cara menyeduh, sniffing, dan cupping

Ini biji kopi luwak liar lho...


Bareng Pak Karjo dan Mas Adi owner Dr.Coffee
Teh kulit kopi



Vietnam drip


Belajar mengenali kopi dari aromanya

Menu Nusantara Spesial di Kedai Kopi Oey 

Kedai ini asyik buat nongkrong, ruangannya cukup lapang, tampilan interior-nya pun unik. Tentu menyenangkan bersantap di sini, apalagi sambil bercengkerama dengan teman/keluarga/pasangan. Kopi Oey punya pilihan menu yang cukup beragam, di mana menu terbagi dalam menu utama, sarapan, kudapan, menu mie, dan ekstra. Menu favoritnya kudu dicoba, di antaranya, Mie Kepiting Pontianak, Sego Ireng Spesial, Nasi Ayam Suir Cabe Hijau, Soto Tangkar, Roti Bakar Prantjis, Prata Kari Ajam, Singkong Sambel Roa, dan Banana Flambe ala Mode. Untuk minuman yang jadi favorit antara lain : Cappuccino, Kopi Tarik, Wedang Oewoeh Imogiri, Milo Dinosaurus, dan Koffie Susu Indotjina. Menu sarapan berkisar Rp 12.000-Rp 30.000. Sedangkan menu utama kisaran harga mulai Rp 20.000 – Rp 55.000.

Kopi Oey terletak di Jl. Wolter Monginsidi No. 56, Bandar Lampung. Telp: 0721-241742. Berdampingan dengan Hotel POP Tanjung Karang. Pembukaannya pun beriringan dengan Hotel, yaitu tahun 2014. Kalau berkunjung ke Lampung, lantas menginap di POP Hotel, tinggal selangkah saja untuk bersantap atau ngopi-ngopi enak di Kedai Oey.  

Ruang Kedai Kopi Oey


Makanan yang dipesan kawan-kawan malam itu


Singkong goreng sambal roa


Minuman terbuat dari singkong


Mas Indra, saya, Melly, dkk lainnya

Masakan Sunda di Bumbu Desa
Bagi penggemar masakan tradisional Sunda, Bumbu Desa bukan restoran yang asing. Sejak berdiri tahun 2004 sampai akhir tahun 2015, Bumbu Desa pernah membuka 67 outlet yang tersebar di berbagai kota Indonesia, Malaysia dan Singapore. Gerainya ada di Jawa, Bali, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan  Malaysia. Salah satu gerai di Sumatra ada di Lampung, tepatnya di Jl. Teuku Umar No.9 Kedaton, Bandar Lampung.

Saya dan kawan-kawan blogger mampir ke resto ini pada tgl. 28/8/2015 saat mengikuti Festival Krakatau 2015. Hari itu kami baru tiba di Lampung, malamnya diajak makan di Bumbu Desa. Awalnya saya kira akan diajak makan  dengan menu khas Lampung, ternyata disambut menu Sunda :D

Bumbu Desa adalah resto dengan konsep pelayanan warung Tegal (warteg) yang dikemas secara modern dan profesional, bersih, sehat, cepat dan ramah. Di sini tersedia aneka tumisan, pepes, gorengan, sayur, serta lauk berupa ayam goreng dan bakar, ikan mas dan gurame, jeroan sapi, gepuk dll. Minuman yang tersedia terdiri dari aneka jus, aneka es, panas/dingin, yoghurt, minuman ringan. Ada pula cemilan tradisional Sunda seperti ubi rebus, kacang tanah, ongol-ongol dan lain-lain yang dapat dipilih sesuai selera.




Aneka menu khas Sunda
Makanan kami malam itu...


Makan malam bareng di Bumbu Desa

Pindang Simba Rumah Makan Ika Pesawaran
Rumah Makan Ika terletak di pinggir jalan raya Way Ratay, Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran dengan jarak tempuh kurang lebih 30 menit dari Bandar Lampung. Kalau sedang dalam perjalanan dari Bandar Lampung menuju pantai Mutun, Pantai Klara atau ke Teluk Kiluan pasti akan melewati rumah makan ini.

Tgl. 27/2/2016 saya melakukan perjalanan ke Teluk Kiluan bareng Lia, Dita, Mike, dan mbak Dwi. Ketika sudah masuk jam makan siang, kami mampir ke Rumah Makan Ika atas rekomendasi Mas Yopie. Sebelumnya, waktu ke Kiluan bulan Januari Mas Yopie sudah ajak saya kemari, tapi waktu itu tidak jadi. Baru kesampaian saat bareng Lia dkk. Saya yang pada dasarnya memang suka banget makan pindang, tentu nggak nolak diajak kemari. Teman-teman pun setuju makan siang dengan menu pindang.
 


Terus terang saya asing dengan nama Simba. Mas Yopie bilang nama lainnya adalah ikan Kuwe. Saya masih tidak tahu apa itu ikan Kuwe. Ikan simba ternyata adalah ikan laut besar berdaging tebal. Seberapa besar? Saya tidak tahu. Yang saya tahu pindangnya itu berupa kepala ikan. Tidak ada badannya. Kami makan kepala ikan? Iya! Hihi.

Sama seperti masakan pindang yang saya makan di Dapoer Tatu, kuah pindang kepala simba ini kaya cita rasa. Rasa pedas bercampur asam, bikin lidah tak henti bergoyang. Tapi tetap saja seenak apapun makanan, saya nggak bisa makan banyak. Satu mangkuk besar pindang kepala simba itu akhirnya dihabiskan oleh Mas Yopie. Para wanita tak berdaya, klenger kalau harus menandaskan semuanya.  


Selain menu utama pindang ikan, Rumah Makan Ika juga menyajikan menu seafood lain seperti  ikan kerapu, bawal, gurame bakar/goreng, aneka masakan udang dan cumi serta telur ikan goreng yang jadi favorit pengunjung. Tumis kangkung terasi disini juga enak banget rasanya.   
 
Serbu kelezatannya!

Kita pasti tahu siapa sapu jagatnya :))


Sabar....bapak-bapak dulu ya neng...

Ikan Nila Bakar di RM. Khang Mengan Jejama
Rumah makan ini terletak di Jalan Raden Intan, Way Mengaku, Liwa Lampung Barat. Saya makan siang di sini hari Sabtu tgl. 23/4/2016 saat akan berwisata ke Danau Ranau bersama Mas Yopie, Mbak Ita, Yuk Ugun, Yuk Lina, dan Ilhan.

Khan Mengan Jejama artinya tempat makan bersama. Saya dengar, menu andalan yang jadi favorit pengunjung di rumah makan ini adalah Gulai Taboh. Taboh menurut bahasa Lampung berarti santan. Masakan satu ini bahan utamanya ikan gabus atau ikan nila. Sajiannya bisa utuh satu ekor ikan yang telah dipanggang atau dipotong dadu. Konon, dulunya Gulai Taboh merupakan sajian khusus para raja dan tamu. Di masa kini, gulai taboh sudah jadi menu sehari-sehari masyarakat Liwa.

Nah, siang itu kami tidak makan gulai taboh, melainkan ikan nila bakar hasil budi daya Danau Ranau. Lengkap dengan sambal, lalapan, dan semacam sayur asam. Saya suka rasa daging ikannya yang segar, terasa gurih. Mas Yopie cerita, kalau sedang berada di Liwa dia biasanya mampir makan di sini. 





Ikan nila bakar hasil budi daya di Danau Ranau


Mas Yopie balapan ya sama Yogi :))


Gantengan siapa? Gue atau ikan?

Ayam Goreng Bu Mar Kotabumi
Hari Minggu tgl. 24/4/2016, saya bersama Mbak Ita dan saudari-saudarinya, juga Mas Yopie, sedang  dalam perjalanan balik dari Danau Ranau menuju Bandar Lampung. Jam 12 siang kami sudah berada di Kotabumi, dan memutuskan untuk makan di sini.


Baca ini juga: Berwisata ke Danau Ranau

Menu andalan rumah makan Bu Mar adalah ayam goreng dan bebek goreng. Ayam goreng disajikan dengan sambal, lalap, sayur asam. Bila suka, kita bisa minta tambahan tahu dan tempe goreng. Awalnya saya pikir rasa ayam gorengnya standar saja, sama seperti ayam-ayam goreng lainnya. Tapi ternyata saya keliru, ayam goreng Bu Mar ternyata enak. Daging ayamnya lembut, bumbunya meresap dan sambalnya sangat sedap. Cobain deh kalau sedang melintas di Kotabumi. 



Jus buah naganya segerrrr

Makan Masakan Padang di RM Ampera Kamang Indah
Hampir tiap daerah punya rumah makan yang menyajikan masakan Padang. Dalam satu kota bisa ada puluhan rumah makan Padang. Hal ini membuat para penggemar masakan Padang mudah untuk menemukan makanan kesukaannya. Kalau sedang kangen masakan Padang, tinggal datang saja ke rumah makan Padang favorit.

Di Lampung, rumah makan Padang andalan yang biasa saya datangi adalah RM. Begadang V. Alasannya, selain karena letaknya di pinggir jalan lintas Sumatra, juga bersebelahan dengan Hotel Nusantara yang biasa saya inapi bersama keluarga saat bermalam di Lampung sebelum melanjutkan perjalanan darat menuju Sumsel.

Baru pada bulan Nopember 2015 lalu saya punya kesempatan makan masakan Padang di tempat lainnya yaitu di RM Ampera Kamang Indah yang terletak di belakang Golden Bambu Kuning, Bandar Lampung. Hari itu hari pertama saya dan rekan-rekan blogger tiba di Lampung (19/11/2015) dalam rangka menghadiri undangan Festival Teluk Semaka 2015. Sebelum berangkat ke Tanggamus, Mas Indra DuniaIndra mengajak kami makan siang di Ampera Kamang Indah. Katanya, masakannya lumayan enak. Rumah makannya agak masuk ke dalam gang. Di sebelahnya ada Masjid (kami juga numpang shalat di masjid ini), dan di depan masjid itulah mobil mas Indra parkir. 


Makan apa di Kamang Indah? Favorit saya nasi rendang, tapi herannya saya malah nggak pesan nasi rendang, melainkan nasi pakai ikan goreng :D 
  


Pilih pilih mau makan pakai lauk apa


absen dulu makan rendang, kali ini ikan :D

Rumah Makan Sambal Lalap
Rumah makan Sambal Lalap terletak di Jl. Diponegoro No.192 Teluk Betung, Bandar Lampung. Saya dan kawan-kawan makan di sini pada Jumat malam tgl. 29/8/2015 sepulang dari Tour Gunung Anak Krakatau. Sampai di Sambal Lalap sudah agak malam, hampir jam 9. Perut sudah amat keroncongan, dicampur letih pula. Yang terpikir sampai di rumah makan adalah segera makan.

Turun dari bus banyak motor parkir depan rumah makannya. Saya menduga pengunjungnya sedang ramai, ternyata betul. Tapi kami masih bisa dapat tempat, agak ke belakang merapat tembok. Ramai-ramai duduk satu meja. Menu yang disajikan menu paket heboh. Heboh karena murah meriah. Satu paket ayam goreng + sambal lalap, atau paket ikan goreng + sambal lalap harganya tidak sampai Rp 20 ribu.






paket ayam bakar


paket nasi ikan goreng


Makan bareng

Granny’s Nest Café & Resto
Terletak di Jalan Pulau Sebuku No. 9B, Antasari, Bandar Lampung, Granny's Nest adalah cafe dan resto yang mengusung konsep dekorasi shabby vintage style yang menarik.  


Baca ini dulu: Guest House Omahakas dan Granny'snest Cafe & Resto 

Desain interiornya kece dan terkesan romantis. Tempat ini seolah bukan hanya tempat untuk menikmati makanan dan minuman tetapi juga suasana. Ada live music, kita bisa request lagu kesukaan, atau bahkan nyanyi. Bagi pecinta  kuliner, Granny’sNest menyediakan banyak sekali pilihan makanan dan minuman yang bisa dinikmati sendiri atau bersama teman/pasangan/keluarga. Dari makanan lokal hingga internasional yang dijamin tidak mudah bikin bosan. Soal harga, menurut saya sih sesuailah dengan apa yang ditawarkan. Cita rasa dan tampilan sajiannya memang dirancang khusus untuk mengundang selera. Modern, elegan, dan berkelas. 


 
Nasi goreng Thailand






Sepasang minuman segar yang menggoda
Asiknya makan rame-rame

Kulineran di Tanggamus
Banyak kenangan yang saya dapat saat menghadiri Festival Teluk Semaka di Kotaagung pada bulan November 2015 tahun lalu. Mulai dari acara parade budaya hingga kegiatan Tour D’Semaka (tgl 20/11/2016). Lembah dan Air Terjun Pelangi jadi tempat paling indah yang saya lihat di sana. Sedangkan kulinernya, makan bareng-bareng di rumah Pak Adi (sekretaris desa Sukamaju) adalah yang paling seru untuk dikenang.

Kami ke rumah Pak Adi seusai jalan-jalan mengunjungi Danau Hijau dan Kawah Belerang di Bukit Pagar Alam. Rumah Pak Adi kebetulan memang dijadikan tempat persinggahan makan siang. Sampai di rumahnya kami disuguhi menu santap siang yang menggiurkan berupa nasi dengan ikan lele goreng, sambal terasi, sayur asam, rebus daun singkong dan bayam, tempe goreng, kerupuk dan aneka lalapan segar.

Apa yang bisa saya ceritakan adalah semangat makan yang begitu menggelora pada tiap-tiap orang. Seru dan nikmat sekali makan di desa, apalagi bersama kawan-kawan seperjalanan.
 

Rumah Pak Adi (sekretaris Desa Sukamaju, Kec. Ulu Belu)

Hidangan istimewa untuk para peserta Tour D'Semaka

Serbuuu :)))
Sikaaat :))

Selama di Kota Agung kami tak punya waktu untuk kulineran karena sibuk dengan rangkaian kegiatan yang sudah dijadwalkan. Hanya sekali kami keluar makan, itu pun karena memang sudah masuk jam makan malam. Makan apa? Makan pecel lele/ayam bareng-bareng di tenda pinggir jalan.  

  
Ada yang ga doyan lele goreng?

Yang penting makan bareng...

Keliling Lampung dari waktu ke waktu, membawa saya pada berbagai petualangan seru, termasuk kuliner.   

Saya berterima kasih kepada Mas Yopie Pangkey yang sudah banyak mengenalkan saya pada keindahan wisata Lampung, termasuk ragam kulinernya yang bikin nagih. Rasanya, tidak akan pernah bosan menikmati kuliner aceh di Warung Mie Aceh Jambo Raya, atau pun ketoprak Romo di Jalan Sudirman seberang Galael. Masih terbayang porsi ketopraknya yang menggunung di dalam piring. 

Bareng Mas Yopie dan Encip di Warung Mie Aceh Jambo Raya

Mie Aceh, makanan favorit
Tahu nggak, baru di Lampung saya lihat orang makan ketoprak sampai antri segala. Kalau di BSD, satu gerobak ketoprak paling disamperi dua atau tiga pembeli. Lha ini rame banget. Seenak apa ketoprak Romo? Penasaran nggak? Saya juga pernah penasaran oleh tuitan-tuitan mas Yopie di Twitter tentang ketoprak yang dia makan. Gimana nggak penasaran ya kalau lihat dia makan ketoprak di tempat yang sama sampai berkali-kali. Sampai akhirnya saya diajak ke sana, dan akhirnya bisa lihat sendiri bagaimana ramainya penggemar ketoprak Romo itu. Seingat saya, kami sampai harus nunggu pelanggan lain beranjak dulu baru dapat meja hehe. 

Apabila ingin mencicipi Ketoprak Romo, silakan datang setelah magrib sampai tengah malam. Hanya di jam-jam tersebut ketoprak Romo jualan. Soal rasa, ketopraknya lumayan enak. Tapi ya gitu, karena porsi makan saya kecil, ketopraknya nggak habis. Porsinya besar bagi saya. Apalagi ada telor rebusnya segala. Beuh... 

Ketoprak Romo
Tiap kali berkunjung ke Lampung, selalu ada pengalaman baru yang saya dapat, dan selalu ada kenangan indah yang saya bawa pulang. 

Ada satu hal yang saya percayai selama ini, kuliner bisa membuat seseorang jatuh cinta pada suatu tempat, membuatnya ingin balik lagi, lagi, dan lagi.

Kamu punya pengalaman kuliner di Lampung?