Taman Batu Granit Tanjung Bintang Lampung Selatan

taman batu granit lampung selatan

Long weekend di minggu ke 2 Desember 2016. Sabtu sampai Senin. Lumayan. Mau pergi ke mana? Lampung! Lampung lagi?

Memanfaatkan tiket promo Sriwijaya Air, saya pesan tiket PP Jakarta – Lampung di situs penjualan tiket pesawat online tiket2.com dengan harga luar biasa murah. 


Iya, tiket pesawatnya murah. Totalnya tidak sampai Rp 500 ribu. Biasanya tidak sejumlah itu. Jika dibandingkan naik bus Damri PP Rp 500 ribu, waktunya 8 jam, berangkat malam sampai Lampung pagi hari, ya mending naik pesawat lah. Hemat waktu juga. Lain halnya kalau longgar waktu, naik bus saja, bisa nikmati perjalanan, bisa santai-santai. 

Terbang bersama Sriwijaya Air

Saya bukan tipe pejalan yang melangkah ke mana angin berembus. Semua direncanakan, diniatkan, dan berusaha dilaksanakan. Perihal nanti batal, gagal, cancel, atau apa pun namanya, itu urusan nanti. 

Nah, rencananya di Lampung saya akan ke Taman Batu Granit Tanjung Bintang. Jika tidak hujan ingin pergi ke pantai. Mau kulineran ke tempat makan yang belum dikunjungi. Ingin kopdar dengan beberapa blogger Lampung. Dan tentunya mau ikut workshop fotografi!

Yaaah walau kemudian ada beberapa yang tidak sesuai rencana, workshop fotografi-nya batal karena pengisi materinya sakit, saya tetap jalan-jalan, tetap di Lampung sampai waktunya pulang. 

Bandara Radin Inten II Lampung seusai diguyur hujan

Cuaca tidak begitu bagus. Minggu pagi saya berangkat, Tangerang diguyur hujan. Di langit, awan hitam tampak tebal. Saya naik pesawat tipe jadul yang kabarnya sudah tidak dipakai lagi oleh airline manapun kecuali Sriwijaya (menurut mbak penumpang di sebelah saya).

Sebelumnya, ke Lampung naik Sriwijaya Air juga, tapi pesawat baru, bagus dan besar. Sekarang naik yang kecil. Sama seperti orangnya. Duduk di bangku 26A, di pojok, di belakang pula. Untung nggak hilang. Alhamdulillah penerbangan baik-baik saja. Meski merasa keheranan karena terasa agak lama berputar-putar di atas Lampung. Tidak turun-turun. Apa karena tidak ada celah untuk turun sebab tertutup rapat oleh awan-awan tebal?  

“Nggak ngaruh sih mbak awan seperti itu, mestinya pesawat tetap bisa turun kok,” lagi-lagi mbak di bangku sebelah memberi penjelasan. Saya mingkem sambil manggut-manggut.

terminal baru bandara radin inten
Wajah baru terminal bandara Radin Inten II

WAJAH BARU BANDARA RADIN INTEN II

Lampung baru saja diguyur hujan. Bandara Radin Inten II yang belum kelar direnovasi tampak masih berantakan. Keluar dari terminal saya heran, kantin makan tempat biasa saya singgah untuk sekedar minum atau makan bakso, sudah tidak ada. Keadaannya sudah berbeda. 

Jalur mobil penjemput sudah tak lewat depan pintu kedatangan seperti biasa. Saya harus keluar pagar terminal, berdiri di pinggir jalan, seret-seret koper, biar mobilnya mudah jemput. Hadeuh.

Jalan-jalan ke Taman Batu Granit. Tahu dari mana saya tempat tersebut? Dari mana lagi kalau bukan dari blog Mas Yopie Pangkey.

Baca : Wisata Gunung Batu Srikaton Lampung Selatan

Lampung, The Treasure of Sumatra

SEWA MOBIL BANDAR LAMPUNG

Hari Senin saya ke Taman Batu Granit. Tanggal 12 bulan 12. Pas Harbolnas. Harbolnas lho. Harbolnas! Harinya para wanita pesta diskon. Tapi saya tak hirau pada semua itu. walau sempat bergumam “Coba ya perjalanan ke Taman Batu Granit bisa dibeli online. Dapat diskon gede di Harbolnas. Diskon jarak, diskon waktu.” Ngayal deh. Yang jelas, saat yang lain belanja belanji di toko online, saya sibuk mengelap air mata. Eh, air hujan maksudnya. Lampung siang itu hujan.

Bandar Lampung ke Lampung Selatan itu dekat. Maka itu saya tidak berencana berangkat pagi. Jarak tempuh sekitar 35 kilometer, dapat ditempuh selama 1 jam perjalanan berkendara motor atau mobil. Karena dekat dan tidak lama, saya pikir berangkat siang pun tak apa.

Setelah makan siang yang telat, jam 14.30 kami baru meluncur menggunakan mobil Avanza sewaan. Sudah jelang sore. Harga sewa mobil harian Rp 250.000, supir Rp 100.000, bbm Rp 150.000. Itu perkiraan awalnya. Saat bayar, totalnya cuma Rp 400.000,- (mobil 200, supir 100, bbm 100). 


Nah, kalau kamu butuh kendaraan sewa buat ke Taman Batu Granit Tanjung Bintang, itu biayanya.

Mencari jalan

LAMPUNG SELATAN

Dari Umah Bone (tempat kami makan siang itu) di daerah Pahoman, kami meluncur ke arah Panjang. Yang saya ingat dari Panjang adalah Pelabuhan IPC Pelindo. Terakhir lewat sana Agustus lalu, waktu mau ke Kalianda, jalan-jalan lihat Pulau Mengkudu. Tapi kemarin arahnya berbeda. Setelah dari Panjang lanjut ke Jl. Ir. Sutami, belok ke Desa Wonodadi Dalam, lanjut ke Batu Granit.

Yang saya lihat selanjutnya adalah jalan yang pernah saya lalui saat mudik lewat darat ke Palembang. Kios oleh-oleh pinggir jalan, masih sama seperti yang dulu pernah saya mampiri. Tapi ingatan akan tempat-tempat itu hilang setelah mobil belok kanan. Jalan yang dilewati mulai nanjak. Karena naik bukit, saya kira di atas bakal bertemu hutan, atau semacam perkebunan. Ternyata pedesaaan dan kawasan industri. Ada pabrik Charoen Pokphand dan Coca Cola. Sisanya perkampungan, tanah-tanah kosong bertuan dan kebun-kebun singkong.

“Taman Batu Granit ada dua, mau yang mana?” tanya mas Keliling Lampung.

“Lho, ada dua ya? Baru tahu. Yang diposting dalam blog itu yang mana?” kaget sambil balik tanya.

“Yang di depan itu,” sambil nunjuk sebuah belokan ke kanan.

“Bagus yang mana?

“Bagus semua.”

Bingung kan jadinya? Akhirnya saya pilih yang ke dua. Yang pertama tidak saya pilih itu namanya Gunung Batu Srikaton. Masuk ke dalam sekitar 30 menit lagi katanya. Sedangkan yang kedua, namanya Taman Batu Granit. Keduanya sama-sama di Tanjung Bintang. 

Ada sungai di tengah perkebunan karet

BANYAK BERTANYA AGAR TAK SESAT DI JALAN


Tidak ada papan petunjuk arah yang jelas, yang memudahkan kami menemukan Taman Batu Granit. Di beberapa persimpangan kami harus berhenti dan bertanya pada warga. Tiga kali tanya arah, tapi masih nyasar juga.

“Katanya sudah pernah ke sana, kok nggak tahu jalannya?” tanya saya.

“Waktu itu kami datang dari arah yang berbeda, bukan lewat sini,” jawab mas Yopie.

Pantas kalau begitu. Hehe. Supir pun tidak tahu jalan. Ikut tanya-tanya juga. Saat sampai pada sebuah tanah agak lapang, kami belok kanan. Dari belokan itu, muncul dua pengendara sepeda motor. Tiga perempuan dan satu laki-laki. Kami bertanya kepada mereka.

“Batu Granit di sana ya?” supir menunjuk ke depan.

“Bukan mas, tapi ke sana,” jawan perempuan berhelm sambil menunjuk ke sebelah kiri dari posisi mobil kami.

“Nyasar ya mas? Sama!” lanjut perempuan itu.

Saya coba intip wajah di balik helm-nya. Dia tertawa. Meledek. Lucu. Melihat itu, saya tersenyum masam. 

kebun karet lampung selatan
Sunyi.....
MASUK HUTAN KARET

Jadi begini, jalan menuju Tanjung Bintang itu awalnya mulus-mulus saja. Aspal. Lebar. Tapi sisanya adalah jalan tanah dan batu. Bahkan, 3 kilometer jelang Taman Batu Granit, tidak ada jalurnya sama sekali. Ada celah agak lebar di antara pohon-pohon karet itu saja yang dijadikan jalan. Jalannya seperti maksa. Cuma rumput dan tanah, sesekali lubang. Sampai ujung, ada pemuda bermotor yang mengarahkan kami mendekati kumpulan batu paling besar. Akhirnya sampai.

Bicara tentang kebun karet, Taman Batu Granit ini memang terletak di tengah perkebunan karet PTPN Afdeling VII Bergen, tepatnya di Desa Purwodadi Dalam. Kebun karetnya luaaas banget. Tapi sepi. Bukan mall sih, wajar sepi ya. 

Agak ngeri juga kalau sendirian. Ngeri sama preman, rampok, begal, atau apalah yang semacam itu. Ada sih sesekali satu atau dua kendaraan lewat. Entah itu motor atau mobil. Kalau begalnya lebih ramai, satu atau dua mobil yang papasan belum tentu bisa menolong. Hiiii....serem juga.

Sapi sedang bersantap sore

JANGAN BERANGKAT SENDIRIAN


Sebagai perempuan, saran saya sih datang ramean kalau mau ke Batu Granit. Ajak orang-orang yang bisa melindungi kalau terjadi apa-apa. Memang sih, kejahatan ada di mana-mana, nggak cuma di kebun karet yang sepi, di tengah mall juga bisa terjadi. Tapi tetaplah selalu waspada. 

Tadi saya coba baca artikel online lainnya tentang Batu Granit. Disebutkan bahwa dulu sebelum tahun 2010, tempat ini rawan preman. Kalau malak (tukang palak yeeee) pakai golok. Ngeri nggak tuh?

Alhamdulillah saat saya ke sana tidak ada kejadian seperti itu. Malah cewek-cewek ada yang berani bawa motor ke sana cuma ber-empat. Mungkin masa-masa begal sudah lewat. Siapa tahu sekarang sudah lebih aman. Tapi tetap harus waspada.

Batu granit berserakan di tengah kebun karet

TAMAN BAGUS TAPI TAK TERURUS


 Sebelum sampai lokasi, sudah tampak batu-batu besar di tengah kebun karet. Letaknya sembarang, ada di mana saja. Kadang cuma satu, kadang ada dua, kadang sampai empat batu. Diameternya kira-kira satu sampai dua meter. Belum termasuk besar. Nah, yang besar dan sangat besar ada di ujung perjalanan. Ujung perjalanan? :D

Kesan pertama saat sampai di Taman Batu Granit, keadaannya tidak terurus sama sekali. Tempat parkir? Wah, jangan kira ada tempat parkir di sini. Sembarang pokoknya. Asal ada tempat kosong, parkir saja. 


Rumput dan semak belukar di mana-mana. Tapi mendinglah nggak sampai bikin susah buat jalan. 

di lokasi

BATU GRANIT RAKSASA


Di tempat mobil kami parkir, ada banyak sekali batu. Dari ukuran kecil (kecilnya segede kerbau hehe) sampai yang sangat besar. Saya bingung mau mendekati yang mana. Akhirnya diajak ke batu yang paling besar. 

Seberapa besar? Kira-kira sebesar rumah tipe 21. Tingginya sekitar 10 meter. Bisa dinaiki? Bisa. Nggak perlu pakai manjat ala panjat tebing. Tinggal naik dari batu ke batu. Mudah. Saya malah naiknya pakai wedges lho. Nggak dilepas hehe. Bisa sampai atas. Pokoknya mudah dinaiki. Di atas batu saya bisa lari-lari pula :D

Sampai atas, masha Allah, langsung nyesss rasanya badan ini. Hijauuuu semuanya. Adem lihatnya. Hutan karet di mana-mana, luas sejauh mata memandang. Mata benar-benar dimanjakan oleh panorama yang bikin hati jadi sejuuuuk. 
Jika batu sandungan hidup sebesar itu, mampukah kamu mengangkatnya?

PEMANDANGAN MENAWAN

Hati yang sedang panas dijamin bakal jadi adem berada di atas batu ini. Yang sedih bakal jadi lupa sedihnya, berganti gembira dan bahagia. Yang sedang nggak punya gairah, jadi bangkit lagi gairahnya. Yang marah bisa berubah jadi sayang lagi….hehe.

Bagi orang lain, berada di ketinggian dengan pemandangan alam nan hijau mungkin biasa saja. Apalagi yang biasa naik gunung dan lihat pemandangan alam yang spektakulernya kebangetan. Tapi buat saya yang bukan anak gunung, naik batu granit besar dengan suguhan pemandangan hutan karet saja sudah bahagiaaa banget. Seperti lepas dari segala beban hidup. 

Hutan karet menghijau sejauh mata memandang

FOTO-FOTO CANTIK SAMBIL NGAYAL-NGAYAL CANTIK


Memang sih sampai di atas batu itu kerjaan saya banyakan motret. Motret juga asal-asalan. Ada juga rekam video. Sisanya ya selfie-selfie cantik. Memang cakep banget tempatnya buat foto-foto. Tapi selain itu, saya juga menikmati suasana. Walau tidak lama.

Saya membayangkan berada di tempat ini malam hari. Sendirian. Alangkah sepinya. 


Berbaring di atas batu, memandang langit yang kadang terang benderang oleh bulan, indah oleh kerlip bintang, atau gelap gulita tertutup awan. Tapi tak peduli apa pun itu. Tetap saja di atas batu, menunggu akhir…dalam senyap paling senyap. Lalu jadi batu. Wiiih jangan sampai.

batu granit tanjung bintang
Tersusun rapi tanpa campur tangan manusia

STOP VANDALISME!


Tak sampai satu jam, kami turun dari batu. Kembali ke mobil, membayar uang parkir ke seorang pemuda, lalu pergi meninggalkan Taman Batu Granit. Tidak ada tarif tertentu. Kami serahkan uang Rp 20.000,- lalu dikembalikan Rp 10.000,-

Perasaan saya diliputi bahagia. Senang bisa kesampaian melihat Taman Batu Granit. Tapi sekaligus merasa sedih. Sedih melihat coretan-coretan pada batu-, ulah tak bertanggung jawab dari pengunjung alay. Entah siapa pelakunya.  


Please tidak usah jalan ke mana-mana kalau cuma mau merusak keindahan. Diam saja di kamar, baca buku, tonton berita, berdoa, atau tidur saja. Sungguh tak ada faedahnya corat coret di batu. Kalau mau eksis bukan dengan cara membuat coretan tidak karuan yang hasilnya cuma merusak keindahan.

Sedih lihatnya...

LEKAS PULANG SEBELUM MALAM


Belum jam 5 sore kami sudah keluar dari area Taman Batu Granit. Karena masih terang, di tengah jalan saya minta berhenti. Kebun karet sore itu menampakkan pesonanya. Ada kumpulan sapi sedang memakan rumput. Sapi-sapi putih, menggemaskan. Saya ingin memotret dan dipotret.

Kebun karet yang sunyi….

Perjalanan pulang terasa lebih cepat dari berangkat. Sebelum magrib kami sudah tiba di Bandar Lampung. 

Mampir untuk berfoto

Ada yang kami lewatkan di Batu Granit, yakni matahari terbenam. Menurut pejalan yang pernah ke sana, pemandangan matahari terbenam di sana sangat indah. Tapi saya membayangkan waktu pulangnya bakal kemalaman. 

Kawasan batu granit itu gelap. Tidak ada penerangan. Jangankan di area perkebunan karet, di desa terdekatnya saja masih minim lampu jalan. Saya khawatir dengan keselamatan diri. 

Tak apalah tak nikmati matahari terbenam. Nanti lain kali kalau sudah ada yang pasang penerangan, baru ke sana lagi untuk lihat sunset.

Batu berserakan


taman batu granit lampung selatan

Kalau mau ke batu granit, baiknya mungkin di waktu pagi sampai siang. Sore kadang cuaca hujan. Buat yang mau ke sana, bawa bekal makanan dan minuman sendiri. Di sana tidak ada warung. Jauh dari rumah warga. Ingat, di sana itu kebun karet. Bawa lotion anti serangga buat jaga-jaga. Bawa mantel hujan. Nggak ada tempat berteduh kalau kehujanan.

Apa lagi ya?

Bawa hati yang gembira. 


Tapi, biarpun hati sedang sedih, kalau dibawa ke Taman Batu Granit, suasana hati bisa jadi berubah senang dan bahagia. Semoga ya ^_^

batu granit lampung selatan
Pakai wedges naik batu :D *foto oleh yopiefranz.com*

Datang dan menyaksikan hamparan batu-batu granit yang tersusun rapi, yang terjadi secara alami tanpa campur tangan manusia sedikitpun, rasanya senaaaang sekali. Apalagi saat berada di atas batu yang tinggi. Tampak jelas lanskap bentangan hutan karet dengan warna hijau langsung mencumbu langit. Melihatnya, bikin enggan pulang.

Lampung tak pernah habis untuk di jelajahi.

Kapan ke Lampung? 


==================================


Rute menuju Taman Batu Granit Tanjung Bintang
Pahoman - Panjang - Jl. ir. Sutami - Belok ke Desa Wonodadi Dalam - Taman Batu Granit.

Tentang situs tiket2.com
Tiket2.com adalah website dengan fitur perbandingan penerbangan dan pemesanan tiket. Website ini telah membangun sebuah database maskapai, bandara dan rute di Indonesia dan Asia yang sangat besar sehingga harga yang akan didapat dengan memesan tiket pesawat di Tiket2.com sangatlah bersaing. 

Sewa Mobil Bandar Lampung
Untuk ke Taman Batu Granit Tanjung Bintang bisa menggunakan mobil atau motor. Bagi yang akan menggunakan mobil sewa, harganya sekitar Rp 400 ribu sudah termasuk sewa, supir, dan BBM.
 


  

Seorang istri. Ibu dari dua anak remaja. Tinggal di BSD City. Gemar jalan-jalan, memotret, dan menulis.

Share this

Previous
Next Post »

27 komentar

  1. Wah, kece ya batunya gede banget.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banyak batu-batu kece di sana mbak, berserakan. Tapi sayang keadaannya sekitarnya tidak terurus. Disebut taman, tapi taman yang terbengkalai. Memang sih wisata alam, dan mungkin memang dibiarkan tampil alami dengan rumput-rumput dan semak belukar :D

      Hapus
  2. Sudah ada coretan di sana? Entahlah bingung dengan polah pikir yang mencoret-coret.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banyak coretan. Terutama di batu paling besar yang saya naiki itu. Saya tidak tahu sudah ada sejak kapan. Tapi yang jelas sangat merusak keindahan yang sudah ada.

      Hapus
  3. Kalo mau corat coret, di dinding rumah aja. Buat graffiti. LOL. Di dekat kampusku konon ada pemandangan bagus juga loh. Tapi kusensiri blm pernah nengok 😂😂😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pemandangan apakah itu? Jadi penasaran :D

      Sediakan dinding rumahmu aja Vit buat mereka corat coret haha

      Hapus
  4. Baru tahu ada tempat wisata ini di lampung. Kece foto-fotonya.

    Naik ke atas pakao wedges gimana rasanya, mbak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rasanya baik-baik saja :D

      Foto saya belum mewakili keindahan aslinya, kalau lihat langsung lebih kece lagi.

      Hapus
  5. Ngangkat om yopie aja aku ga kuat yuk rien apalagi ngangkat batu haha

    BalasHapus
  6. Batunya besar2 ya mbak, ih tali seneng lah lihat pemandangan sekitarnya. Segeer

    BalasHapus
    Balasan
    1. Batunya bermacam ukuran. Kebanyakan memang besar-besar. Yang saya naiki itu sepertinya yang paling besar. Segar dikelilingi pohon.

      Hapus
  7. Naik pesawat hujan bikin deg2 ser mba kalau aku, masih inget waktu di bali. Tapi kalau udah hujan berserah aja hahhaa. Tapi selama ini naik sriwijaya aman nyaman

    Ya ampun mba pengen banget kesana. Ayukkk mba bareng donkkkk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama ya Rian, aku pun selalu deg-degan kalau naik pesawat saat hujan dan banyak petir. Alhamdulillah selama ini aman.

      Tahun depan ke Lampung ajak mbak Dian dkk
      Aku belum tahu :D

      Hapus
  8. Lalu aku ngeh, aku ke batu granit gak bareng sama mbak Rien (krn dulu mbak Rien dan mbak Evi pulang duluan).

    Tempatnya cakeeep. Kami sampe matahari terbenam di atas sana. Ngerin juga sih udahnya gelap banget. Dan itu hiks, sedih sama vandalismenya :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya benar, dulu nggak ikut karena pulang duluan. Akhirnya sekarang aku ke sana bareng Mas Yopie.

      Entah itu coretan2 bisa dihapus atau nggak. Mengganggu banget liatnya.

      Hapus
  9. Aku suka banget liat hutan karetnya itu.... Taman Batu Granitnya Cakep ya, tapi sebel banget liat coretan-coretan di batu itu.. Ngerusak pemandangan aja... :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waktu lihat hijau hutan karetnya itu bikin dada berasa ploooong banget. Rasanya ingin lama-lama di sana, memanjakan paru-paru... Mbak Dian mesti ke sini kalau ke Lampung lagi. Tempatnya enak dibawa melamun :D

      Hapus
  10. Ah yg vandal itu kurang kerjaan y mbak. Duh sayang ny gak sempat jumpa kemarin sama mbak rien..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gapapa Fajrin. Lain waktu kita masih bisa ketemuan. Yang corat-coret perlu dididik lagi....

      Hapus
  11. mistis, syahdu, indah. damaaii...nya Indonesia

    BalasHapus
  12. Dulu tempat ini sempat ramai daripada ramainya sekarang.
    Karena tak terurus dan tanah dibeli PTP, akhirnya ya jadi ada di tengah kebun karet,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh jadi dulu nggak ada kebun karetnya ya mas

      Hapus
  13. Hutan karet, sungai, batu granit, what a perfect combination!

    Sayang, vandalisme sudah sampai duluan, percis kayak di Batu Dinding Borneo.
    Iya, apakah ada cara untuk menghapusnya ya?

    BalasHapus

Leave your message here, I will reply it soon!